Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Peran Pendidikan sangat penting untuk memberikan bekal
pengetahuan dan keterampilan kepada siswa melalui kegiatan belajar dan
mengajar di sekolah. Sekolah juga merupakan tempat untuk mengembangkan
siswa menjadi individu yang cerdas, terampil dan berkarakter. Pendidikan
menjadi tolak ukur generasi muda yang akan membawa kemajuan dan
perkembangan bagi bangsa. Menanamkan karakter pada setiap individu untuk
sadar bagaimana pentingnya pendidikan yang menjadi modal untuk kemajuan
bangsa dimana di dalam individu harus sadar arti pentingnya pendidikan.
Untuk itu dalam diri individu harus mempunyai motivasi untuk maju di dunia
pendidikan.
Dalam dunia pendidikan guru mempunyai peranan yang sangat
penting dalam pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan.
Profesi guru mempunyai tugas sebagai fasilitator dalam mendidik, mengajar
dan melatih anak didiknya. Peran guru sebagai fasilitator harus bisa
dilaksanakan oleh para tenaga pendidik, bagaimana memberikan pelayanan
kepada para siswa untuk memudahkan proses kegiatan pembelajaran.
Guru merupakan ujung tombak dalam faktor penentu keberhasilan
tujuan dan mutu pendidikan, karena guru yang langsung bersinggungan
dengan peserta didik. Peranan guru harus bisa mempengaruhi siswa dan
membuat siswa menjadi lebih baik, dari segi kognitif, afektif, maupun
psikomotorik. Guru harus mampu mempengaruhi perubahan sikap sosial
siswa. Guru juga berusaha meningkatkan Sikap sosial dan kedisiplinan siswa
melalui kegiatan belajar dan pembentukan tata tertib. Sikap Sosial dalam
pembelajaran diwujudkan melalui saling membantu jika ada siswa lain yang
membutuhkan pertolongan, berdiskusi bersama dalam menyelesaikan tugas,
membantu siswa lain yang kurang paham dengan materi, dan bekerja sama
dalam menyelsaikan tugas dari guru, sikap sosial tersebut dapat berjalan
lancar jika proses pembelajaran dapat memotivasi siswa untuk menunjukan
sikap peduli.
Konsep Ki Hadjar Dewantara berupa ajaran Tamansiswa menyatakan
bahwa “Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso Tut Wuri
Handayani” ” yang artinya (di depan memberi teladan, di tengah memberi
bimbingan, di belakang memberi dorongan). Dalam Tim Penyusunan
Ketamansiswaan (2014:49) Bahwa seorang pendidik haruslah menjadi teladan
bagi para peserta didik, menjadi pembimbing yang baik, dan juga dapat
mendorong dalam arti mensupport atau mendukung peserta didik agar
menjadi manusia yang cerdas dan berguna bagi nusa, bangsa, dan agama.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses interaksi antara guru dan
siswa di lingkungan belajar. Proses interaksi tersebut berlangsung selama
tujuh samapi delapan jam. Sesuai peraturan pembelajaran yang ada saat ini
mengunakan kurikulum 13 dimana siswa berada di sekolah lebih lama
daripada sebelumnya, sehingga para guru dapat memantua kegiatan siswa
baik di dalam maupun luar kelas. Pembelajaran tematik yang di integerasikan
dalam bebrapa mata pelajaran menjadi satu keterpaduan dalam sebuah tema.
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang memadukan
berbagai mata pelajaran menjadi satu tema, pembelajaran tematik diharapkan
memberi berbagai pengalaman langsung kepada siswa karena semua
pengajaran berpusat pada siswa dan guru hanya memfasilitasi kebutuhan
siswa. Siswa melakukan aktivitas secara mandiri sehingga mereka akan
berinteraksi dengan siswa lainya di dalam kelas. Pembelajaran Tematik
mengajarkan siswa untuk mandiri, kreatif, aktif serta berinteraksi dengan
orang lain atau disebut sikap sosial.
Konsep Ki Hadjar Dewantara dalam Tim Dosen Ketamansiswaan
(2014:44) Tri N terdiri atas niteni, niroke dan nambahi menyatakan bahwa
untuk mempelajarai segala sesuatu dapat di pelajari dengan cara “mengenali
dan mengingat” sesuatu yang dipelajari (niteni) menirukan sesuatu yang
dipelajari (nirokke), mengembangkan sesuautu yang di pelajari (nambahi)
Niteni dapat diartikan mempelajari sesuatu yang sudah ada taua di tentukan
seperti aturan-aturan yang sudah berlaku dalam sekolah maupun masyarakat.
Nirokke yaitu menirukan berbagai sikap atau perilaku yang baik seperti sikap
siswa yang dicontohkan oleh guru dalam kehidupan sehari-hari. Nambahi
yaitu menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang sudah ada kemudian
di kembangkan untuk mempermudah dalam memahami berbagai hal yang
belum di mengerti. Sepertin halnya sikap atau periaku guru yang dapat
dipelajari dan dicontoh oleh siswanya.
Pada saat ini pembelajaran tematik sudah banyak diterapkan oleh
beberapa sekolah dasar di Indonesia, pembelajaran tematik di intergrasikan
dalam berbagai mata pelajaran, salah satunya Ilmu Pengetahuan Sosial. Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar dimasukan dalam teamtika yang di
integrasikan dengan mata pelajaran lain seperti Ilmu Pengetahuan Alam,
Matematika, Bahasa Indonesia dimana pembelajaran menggunakan
pendekatan saintifik sosial di dalamnya. Pengemabngan IPS turut
memfasilitas pengembangan sosial dan warga negara yang baik dan cerdas
serta pada gilirnya menjadi konstribusi yang bermakna terhadap
perkembangan masyarakat.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan media yang tepat untuk
melakukan sosialisasi di sekolah dasar, karena dalam IPS mempelajari
berbagi hal terkait sikap sosial, kedisiplinan siswa dan makhluk hidup, Sikap
sosial di masyarakat terutama siswa SD saat ini semakin berkurang
disebbakan oleh beberapa faktor di dalamnya. Faktor tersebut merupakan
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal yaitu dari siswa itu sendiri
antara lain tertutp terhadap dunia luar, pemalu, menyendiri, sering di ejek dan
kurang bergaul di lingkungan sekolah. Sedangkan faktor eksternal meliputi
pengaruh teknologi yang semakin modern, pergaulan bebas yang tidak
terkendali, kurangnya perhatian dari keluarga karena berbagi alasan.
Berdasarkan hasil observasi Di SD Negeri Brengosan 2 Ngaglik yang
dilakukan pada 17 Oktober 2019 Sleman peneliti menemukan beberapa siswa
masih memiliki sikap sosial rendah, hal tersebut dapat terlihat ketika
pembelajaran berlangsung. Beberapa ssiwa memiliki sifat pendiam, dan
pemalu, mereka takut menyampaikan pendapat di depan kelas dan hanya
berdiam diri ditempat duduknya. Selain itu beberapa siswa sering bergurau
ketika pembelajaran berlangsung, mereka suka berbicara sendiri dan tidak
memperhatikan guru yang sedang menyampikan materi di depan kelas dan
kurang peduli terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, Hal
tersebut menyebabkan kegiatan belajar kurang berjalan dengan baik. Namun
ada juga beberapa siswa yang kurang bersosialiasi dengan lingkungan sekitar
dan mereka hanya berinteraksi dengan teman dekatnya, Dan juga masih ada
siswa yang kurang disiplin saat pembelajaran, telat masuk kelas, ada siswa
yang ramai sendiri ketika pembelajaran berlangsung, kurang rapi dalam
berpakaian, ada juga siswa yang kurang dalam menjaga lingkungan sekolah
agar tetap bersih, dan masih ada juga siswa yang keluar sekolah sebelum jam
pelajaran berakhir
Berkaitan dengan hal-hal di atas, perlu dilakukan penelitian dengan
judul “ Peran Guru Dalam Mengembangkan Sikap Sosial dan Kedisiplinan
Siswa Kelas IV Pada Pembelajaran Tematik Bermuatan Ilmu Pengetahuan
Sosial di SD Negeri Brengosan 2 Ngaglik Sleman.”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang di kemukakan, permasalahan
secara garis besar di identifiaksikan sebagai berikut :
1. Beberapa siswa memiliki sikap pendiam dan pemalu
2. Masih ada siswa yang tidak memperhatikan saat guru menerangkan di
depan kelas
3. Siswa kurang peduli terhadap siswa yang mengalami kesulitan saat
pembelajaran
4. Siswa kurang disiplin dalam tata tertib sekolah seperti masih adanya
siswa yang sering terlambat
5. Siswa Kurang dalam menjaga lingkungan
6. masih ada siswa yang keluar sekolah sebelum jam pelajaran berakhir
7. Siswa kurang rapi dalam berpakaian
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah pada sub identifikasi masalah,
permasalahan dalam penelitian ini dibatasi hanya pada pembelajaran Tematik
bermuatan Ilmu Pengetahuan Sosial

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada identifikasi masalah diatas, maka perumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Peran Guru dalam mengembangkan sikap sosial dan
Kedisiplinan Siswa Kelas IV Pada Pembelajaran Tematik Bermuatan Ilmu
Pendidikan Sosial di SD Negeri Brengosan 2 Ngaglik Sleman?
2. Apa saja yang menjadi hambatan Guru dalam mengembangkan sikap sosial
dan Kedisiplinan siswa kelas IV Pada Pembelajaran Tematik Bermuatan
Ilmu Pengetahuan Sosial di SD Negeri Brengosan 2 Ngaglik Sleman?
3. Apa saja solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan Guru dalam
mengembangkan sikap sosial dan Kedispilinan Siswa kelas IV Pada
Pembelajaran Tematik Bermuatan Ilmu Pengetahuan Sosial di SD Negeri
Brengosan 2 Ngaglik Sleman?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Perumusan Masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Peran Guru dalam mengembangkan Sikap Sosial dan
Kedisiplinan Siswa dalam Pelajaran Tematik Bermuatan Ilmu
Pengetahuan Sosial Kelas IV di SD Brengosan 2 Nggalik Sleman
2. Untuk mengetahui Hambatan apa saja yang di alami oleh guru dalam
mengembangkan Sikap Sosial dan Kedisiplinan Siswa dalam
Pembelajaran Tematik Bermuatan Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IV
di SD Brengosan 2 Nggalik Sleman
3. Untuk mengetahui solusi apa saja yang dilakukan dalam mengatasi
hambatan dalam mengembangkan Sikap Sosial dan Kedisiplinan Siswa
kelas IV dalam Pembelajaran Tematik Bermuatan Ilmu Pengetahuan
Sosial di SD N Brengosan 2 Nggalik Sleman

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
tentang sikap sosial dan kedisiplinan siswa yang terdapat pada siswa
sekolah.
b. Sebagai bahan pertimbangan atau masukan dalam memberi ide agar
memperhatikan kemampuan sikap sosial dan kedisiplinan siswa dalam
belajar dan tidak hanya memiiliki kemampuan pengetahuan.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, dapat meningkatkan kualitas pendidikan yang
berpengaruh pada mutu sekolah karena kemampuan guru dalam
melaksanakan tugas sesuai kebutuhan siswa dan profesional
b. Bagi guru, dapat meningkatkan kemampuan dalam proses belajar
mengajar serta dapat memahami kendala yang dihadapi oleh siswa.
c. Bagi siswa, membrikan gambaran tentang pentingnya sikap sosial dan
kedisiplinan siswa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN
A. Deskripsi Teori
a. Peran Guru dalam Mengembangkan Sikap Sosial dan Kedisiplinan
1) Pengertian Guru
Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 14 Tahun 2005
tentang Guru Dosen menyebutkan bahwa:
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Guru merupakan sosok yang tidak pernah lepas dari dunia
pendidikan. Orang jawa menyebut bahwa guru berasal dari kata “digugu
lan ditiru” dalam arti orang yang memiliki kharisma atau wibawa hingga
perlu untuk ditiru dan diteladani. Seorang guru harus bisa dipercaya dan
ditiru setiap hal yang positif, baik dari segi keilmuan yang dikuasainya
hingga sikap dan etikanya setiap di sekolah. Mengjar, mendidik,
membimbing, melatih mengarahjan, menilai setiap anak didiknya ialah
tugas seorang guru. Dalam Jurnal Wahyuni Sri. 2010. “Profesi
Kependidikan” Jurnal Profesi Guru Adalah Panggilan Ilahi
Guru juga dianggap sebagai sumber informasi bagi
perkembangan kemajuan ke arah yang lebih baik. Seperti Pendapat
Mulyasa (2006:37) bahwa “Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh,
panutan, dan identifikasi para peserta didik dan lingkunganya, karena
itulah, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu yang
mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin”
Guru sebagai tenaga profesional yang mempunyai tujuan
terselenggaranya pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip
profesioanalitas. Seorang guru yang profesional. Seorang guru yang
profesional. Seoramg guru yang profesiaonal akan menghasilkan proses
dan juga hasil berupa pendidikan yang bermutu untuk mewujudkan
manusia Indonesia yang cerdas, beriman, dan bertaqwa.
2) Pengertian Peran Guru
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia modern, peran adalah
pemain atau sesuatu yang menjadi bagian atas yang memegang pimpinan
terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa. Sedangkan peran
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peran guru. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa peran guru adalah pemain yang terlibat (guru) dalam
melakukan suatu hal atau kegiatan dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan
Setywan (2013:1) Guru dianggap memiliki peranan yang sangat
penting dan mulai di tengah masyarakat. Ungkapan bahwa guru adalah
“Pahlawan tanpa tanda jasa” Mengekspresikan pentingnya peran tersebut.
Guru dianggap seperti pahlawan yang menyelamatkan kehidupan banyak
orang. Peran guru yang dipandang mulia oleh masyarakat juga tercermin
dari akronim kata “guru” dalam bahasa jawa sebagai digugu lan ditiru
kata “Digugu” berarti hal-hal yang dikatakan layak diperayai oleh orang
laib dan “ditiru” berarti hal-hal yang dilakukan layak dijadikan teladan.

3) Peran Guru
Menurut Rusman (2010:62-65) Peranan guru dianggap dominan
menurut diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Guru sebagai demonstrator
Melalui perannya sebagai demonstrator, guru hendaknya menguasai
bahan atau materi belajaran yang akan diajarkan dan
mengembangkannya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil
belajar yang dicapai oleh siswa.
2. Guru sebagai pengelola kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning managers). Guru
hendaknya mampu melakukan penanganan pada kelas, karena kelas
merupakan lingkungan yang perlu diorganisasi.
3. Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup untuk media pendidikan, karena media
pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan
proses belajar mengajar. Begitu juga guru sebagai fasilitator, guru
hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang kiranya
berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses
belajar mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks,
majalah, ataupun surat kabar.
4. Guru sebagai evaluator
Guru sebagai evaluator yang baik, guru hendaknya melakukan
penilaian untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan
itu tercapai apa tidak, apakah materi yang diajarkan sedah dikuasai
atau belum oleh siswa, dan apakah metode yang digunakan sudah
cukup tepat.
dengan menciptakan suasan kegiatan yang sedemikian rupa, serasi
dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar
akan berlangsung secara efektif.
Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti menyimpulkan
bahwa Peran Guru adalah sangatlah penting dalam pendidikan,
karena membantu siswa mengatasi kesulitan dalam proses belajar,
Guru sebagai panutan sebagian subjek dalam pendidikan dalam
proses belajar mengajar
4) Sikap Sosial
a) Pengertian Sikap Sosial
Istilah sikap sosial dalam bahasa Inggris disebut attitude,
sedangkan istilah attitude berasal dari bahasa Latin, yaitu aptus yang
berarti keadaan siap secara mental, yang bersifat melakukan kegiatan.
Triandis mendefinisikan sikap sebagai sebagai “an attitude ia an idea
charged with emotion whice predis poses a class of actions to
aparcitular class of sosial situation”
Rumusan diatas diartikan bahwa sikap mengandung tiga
komponen, yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen
tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu objek disertai
dengan perasaan positif dan negatif.
Menurut Bambang Syamsul (2015:124) sikap adalah kesiapan
yang sentiasa cenderung berperilkau atau bereaski dengan cara tertentu
jika dihadapkan dengan suatu masalah atau objek. Oleh karena itu
banyak sosiologi dan psikologi memberi batasan bahwa sikap
merupakan kecenderungan individu untuk merespon dengan cara yang
khusus terhadap stimulasi yang ada dalam lingkungan sosial.
Abu Ahmadi (2007: 163) menyebutkan sikap sosial adalah
kesadaran individu yang menentukan perbuatan nyata dan berulang-
ulang terhadap objek sosial. Sikap sosial dinyatakan tidak oleh seorang
tetapi diperhatikan oleh orang-orang sekelompoknya. Objeknya adalah
objek sosial (banyak orang dalam kelompok) dan dinyatakan
berulangulang. Misalnya sikap masyarakat terhadap bendera
kebangsaan, mereka selalu menghormatinya dengan cara khidmat dan
berulang-ulang pada harihari nasional di negara Indonesia. Contoh
lainnya sikap berkabung seluruh anggota kelompok karena
meninggalnya seorang pahlawannya.
Sarlito W. Sarwono (2015:83) Sikap merupakan proses evaluasi
yang sifatnya internal/subjektif yang berlangsung dalam diri seseorang
dan tidak dapat diamati secara langsung. Sikap dapat diketahui melalui
pengetahuan, keyakinan perasaan, dan kecenderungan tingkah laku
seseorang terhadap objek sikap. Jadi, kita dapat mengukur kedalaman
sikap seseorang terhadap suatu objek, melalui pengetahuanya,
perasaanya, dan bagaiamana ia memperlakukan objek tersebut.
Dapat disimpulkan bahwa sikap adalah kesadaran individu untuk
bertindak dalam menanggapi objek dan terbentuk berdasarkan
pengalaman. Adapun sosial merupakan sesuatu yang berkenaan dengan
pengaruh orang atau kelompok antara satu sama lain. Jadi sikap sosial
adalah kesadaran individu untuk bertindak secara nyata dan berulang-
ulang terhadap objek sosial berdasarkan pengalamnya. Dalam
pengertian lain, sikap adalah perbuatan sebagai reaksi terhadap suatu
rangsangan yang disertai dengan pendirian perasaan sesorang.
b) Ciri-Ciri Sikap
Sikap menentukan jenis atau tabiat tingkah laku dalam hubunganya
dengan perangsang yang relevan, oramg orang atau kejadian-
kejadian. Dapatlah dikatakan bahwa sikap merupakan faktor internal,
tetapi tidak semua faktor internal adalah sikap. Menurut Abu Ahmadi
(2007: 164-165) mengemukakan ciri-ciri sikap sebagai berikut:
a. Sikap itu dipelajari. Sikap merupakan hasil belajar perlu dibedakan
dari motif-motif psikologis lainnya. Beberapa sikap dipelajari tidak
sengaja dan tanpa kesadaran kepada sebagian individu,
kemungkinan terjadi mempelajari sikap dengan sengaja apabila
individu mengerti bahwa hal itu akan membawa dampak yang lebih
baik untuk dirinya sendiri, membantu tujuan kelompok, atau
memperoleh suatu nilai yang sifatnya perseorangan.
b. Memiliki kestabilan. Sikap bermula dari dipelajari, kemudian
menjadi lebih kuat, tetap, dan stabil melalui pengalaman.
c. Personal-societal significance. Sikap melibatkan hubungan antara
seseorang dengan orang lain dan juga antara orang dengan situasi.
Jika seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka
serta hangat, maka akan sangat berarti bagi dirinya dan orang itu
merasa bebas.
d. Berisi cognisi. Komponen cognisi daripada sikap adalah berisi
informasi yang nyata, misalnya: objek itu dirasakan menyenangkan
atau tidak menyenangkan. e. Approach-avoidance directionality.
Bila seseorang memiliki sikap yang favorable terhadap sesuatu
objek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila
seseorang memiliki sikap yang unfavorable, mereka akan
menghindarinya.
c) Fungsi Sikap
Fungsi (Tugas) sikap menurut Abu Ahmadi (2007: dapat dibagi
menjadi empat golongan berikut :
a. Penyesuaian Diri
Sikap berfungsi sebagia alat untuk menyesuaikan diri. Sikap
merupakan sesuatu yang bersifat communicabel, artinya mudah
menjalar sehingga mudah pila menjadi milik bersama. Oleh karena
itu, suatu golongan yang mendasekan atas kepentingan bersama
dan pengelaman bersama ditandai oleh sikap anggotanya yang
sama terhadap suatu objek. Dengan demikian, sikap anggotannya
yang sama terhadap suatu objek. Dengan demikian, sikap dapat
menjadi rantai penghubung antara seseorang dengan kelompoknya
atau dengan kelompok yang lain.
b. Pengatur Tingkah Penyesuaian
Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita
mengetahui bahwa tingkah laku anak kecil dan hewan pada
umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya.
Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbnagan, tetapi pada
umunya tidak diberi reaski secara spontan. Akan tetapi, terdapat
proses secara sadar untuk menilai perangsang itu.
c. Alat Pengatur Pengalaman
Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman, Dalam hal ini
perlu dikemukakan bahwa sikap manusia dalam menerima
pengelaman dari dunia luar tidak pasif, tetapi diterima secara aktif,
artinya semua pengalaman yang berasal dari dunia luar tidak
semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memiloh hal-hal
yang perlu dan yang tidak perlu dilayani. Jadi, manusia setiap saat
mengadakan pilihan dan tidak semua perangsang dapat dilayani.
d. Pernyataan Kepribadian
Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian, Sikap sering
mencerminkan kepribadian seseorang. Hal ini dikarenakan sikap
tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena
itu, dengan melihat sikap pada objek-objek tertentu, sedikit banyak
orang dapat mengetahui pribadi orang tersebut.

d) Aspek Sikap Sosial


Dalam Jurnal Virani dkk (2018 Aspek sikap Sosial dapat
dijelaskan sebai berikut 1) Jujur yaitu perilkau yang didasarkan
pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. 2) Disiplin
yaitu tindakan yang menunjukan perilkau tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan. 3) Tanggung jawab yaitu sikap
dan perilkau peserta didik untuk melaksanakn tugas dan
kewwajiban, yaitu seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan, negara, dan Tuhan Yang Maha Esa. 4)
Santun yaitu perilaku hormat pada orang lain dengan bahasa yang
baik. 5) Peduli yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan kepada orang lain atau masyarakat yang membutuhkan. 6)
Percaya diri yaitu suatu suatu keyakinan atas kemampuan sendiri
untuk melakukan kegiatan atau tindakan dalam
5) Kedisiplinan Siswa
a) Pengertian Kedisiplinan
Suharsimi (dalam Maman Rachman, 2007:167) menjelaskan
bahwa “kata disiplin berasal dari bahasa latin “disciplina” yang
merupakan belajar dan mengajar. Kata ini berasosiasi sangat dekat
dengan istilah “disciple”, berarti mengikuti orang yang belajar di bawah
pengawasan seorang pimpinan”. Disiplin mempunyai dua istilah yaitu
disiplin dan ketertiban. Istilah yang pertama kali terbentuk adalah
pengertian ketertiban, kemudian barulah terbentuk pengertian disiplin.
Ketertiban menunjuk pada kepatuhan seseorang dalam mengikuti
peraturan atau tata tertib karena mendapat suatu dorongan yang datang
dari luar. Disiplin menunjukan pada kepatuhan seseorang dalam
mengikuti peraturan atau tata tertib karena didasari oleh kesadaran yang
ada sesuai dengan kata hatinya. Maka kedua istilah tersebut mempunyai
pengertian yang sama walaupun didasarkan pada dorongan luar maupun
dorongan dari dalam diri individu.
Maman Rachman (2007:168) menjelaskan bahwa
disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan
pengendalian diri seseorang terhadap aturan. Disiplin
merupakan sikap mental yang dimiliki individu. Disiplin
pada hakikatnya adalah pernyataan sikap mental dari
individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa
ketaatan dan kepatuhan yang didukung oleh kesadaran
dalam menjalankan tugas dan kewajibannya untuk
mencapai tujuan tertentu.
Tulus Tu’u (2008:32) Menenkankan disiplin sebagai alat dan
sarana untuk membentuk, mengendalikan dan menciptakan pola
perilaku seseorang sebagai pribadi yang berada dalam satu lingkungan
atau kelompok tertentu. Disiplin muncul terutama karena adanya
kesadaran batin dan iman diri dan lingkungan.
Dari pendapat di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa disiplin
merupakan suatu tindakan dari kesadaran dalam diri individu untuk
taat, tertib, dan patuh pada peraturan yang ada untuk diwujudkan
perilaku sehari-hari. Sekaligus bertujuan membentuk mental, akhlak,
watak dan budi pekerti yang dimiliki setiap individu oleh pendidik
untuk menghindari terjadinya pelanggaran negatif di masyarakat.
b) Pembentukan Disiplin
Dalam rumusan dan ssistematika bagan tentang disiplin, ada empat
hal yang dapat mempengaruhi dan membentuk disiplin (individu) :
mengikuti dan menaati aturan, kesadaran diri, alat pendidikan,
hukuman. Keempat faktor ini merupakan faktor dominan yang
mempengruhi dan membentuk disiplin Menurut Tulus Tu’u (2008:48-
19)
1. Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting bagi
kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu kesadaran diri menjadi motif sangat
kuat terwujudnya disiplin
2. Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturan-
peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari
adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang
kuat. Tekanan dari lura dirinya sebgaai uoaya mendorong, menekan dan memaksa
agar disiplin diterapkan dalam diri seseorang sehingga peraturan-peraturan diikut
dan dipraktikan
3. Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk
perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan
4. Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah
sehingga orang kembali pada perilkau yang sesuai dengan harapan.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti menyimpulkan
bahwa unsur-unsur disiplin ini berfungsi membentuk kedisiplinan
siswa melalui peraturan, hukuman, penghargaan, dan konsistensi
yang dibentuk dalam kelompok sosial tertentu seperti di sekolah,
rumah dan lingkungan masyarakat. Keempat unsur disiplin tersebut
sangat penting untuk diterapkan dalam kelompok sosial, salah
satunya di lingkungan sekolah. Maka dengan adanya penerapan
kedisiplinan melalui empat unsur di atas dapat membantu pendidik
dalam menanamkan sikap disiplin pada guru ataupun siswa
seharihari.
c) Fungsi Kedisplinan
Disiplin memiliki peran penting dalam membangun sikap dan
karakter positif siswa di sekolah. Disiplin memiliki beberapa fungsi
yang perlu dikeahui.
Fungsi disiplin menurut Tulus Tu’u (2008:38-45) adalah:
a) Menata kehidupan bersama. Disiplin berguna untuk
menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai
orang lain dengan cara mentaati dan mematuhi peraturan
yang berlaku, sehingga tidak akan merugikan pihak lain dan
hubungan dengan sesama menjadi baik dan lancar. b)
Membangun kepribadian pertumbuhan kepribadian seseorang
biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Disiplin yang
diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi
dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh
karena itu, dengan disiplin seseorang akan terbiasa mengikuti,
mematuhi aturan yang berlaku dan kebiasaan itu lama
kelamaan masuk ke dalam dirinya serta berperan dalam
membangun kepribadian yang baik. Oleh karena itu perilaku
disiplin akan membentuk kedisiplinan sesorang. c) Melatih
kepribadian sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan
berdisiplin terbentuk melalui latihan. Demikian juga dengan
kepribadian yang tertib, teratur dan patuh perlu dibiasakan
dan dilatih.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa fungsi disiplin mempunyai manfaat yaitu memberi dan
mengajarkan kepada siswa bahwa setiap perilaku selalu diikuti oleh
hukuman maupun pujian. Disiplin memberi manfaat untuk
mengembangkan pengendalian diri siswa berdasarkan hati nurani.
Fungsi disiplin yang tidak bermanfaat adalah sebagai cara untuk
menakut-nakuti siswa setiap melakukan tindakan sehari-hari dan
sekaligus sebagai pelampiasan agresi seseorang dalam
mendisiplinkan orang lain.
d) Ciri-ciri Sikap Disiplin
Untuk mengukur tingkat disiplin belajar siswa diperlukan
indikator-indikator mengenai disiplin belajar seperti yang
diungkapkan Moenir (2010: 96) indikator-indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat disiplin belajar siswa
berdasarkan ketentuan disiplin waktu dan disiplin perbuatan,
yaitu sebagai berikut.
(1) disiplin waktu, meliputi :
(a) Tepat waktu dalam belajar, mencakup datang dan pulang
sekolah tepat waktu, mulai dari selesai belajar di rumah
dan di sekolah tepat waktu
(b) Tidak meninggalkan kelas/membolos saat pelajaran
(c) Menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditetapkan.
(2) Disiplin Perbuatan, meliputi :
(a) Patuh dan tidak menentang peraturan yang berlaku
(b) Tidak malas belajar
(c) Tidak menyuruh orang lain bekerja demi dirinya
(d) Tidak suka berbohong
(e) Tingkah laku menyenangkan, mencakup tidak
mencontek, tidak membuat keributan, dan tidak
mengganggu orang lain yang sedang belajar.

6) Pengertian Tematik
a) Pengertian Tematik
Dalam Kurikulum 2013 kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar
kelas I sampai IV dilakukan dengan menggunakan pembelajaran
tematik terpadu. Sedangkan dalam kurikulum Tahun 2006 (KTSP)
pembeljaran tematik terpadu dilaksanakan di kelas I sampai kelas III.
Pembeljaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang dikemas dalam
bentuk tema-tema berdasarkan muatan beberapa mata pelajaran yang
dipadukan atau di integrasikan. Tema merupakan wadah atau wahana
untuk mengenalkan berbagai konsep materi kepada anak didik secara
menyeluruh. Tematik diberikan dengan maksud menyatukan konten
kurikulum dalam unit-unit atau satuan-satuan yang utuh segingga
membuat pembelajaran sarat akan nilai, bermakna dan mudah dipahami
oleh siswa.
Menurut Rusman (2015:139) Pembelajaran tematik terpadu
merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran terpadu
(Intergrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran
yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok,
aktif menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan
secara holistik, bermakna dan autentik. Pembelajaran ini berangkat dari
teori pembelajaran yang menolak prose latihan/ hafalan (drill) sebagai
dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.
Pendekatan pembelajaran terpadu lebih menekankan pada penerapan
konsep belajar sambil melakukan sesuatu (Learning by dving)
Menurut Daryanto (2014:3) Pembelajaran Tematik diartikan
sebagai pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan
bebrapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa. Keuntungan Pembelajaran Tematik:
1) Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu
2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi dasar dapat dikembangkan dalam tema yang
sama, pemahaman terhadapat materi pelajaran lebih mendalam dan
bekesan, kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan
mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
3) Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karen
materi disajikan dalam konteks tema yang jelas
4) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam
situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu
mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain.
5) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan
dapat dipersiapkan sekaligus.

b) Latar Belakang Pembelajaran Tematik Terpadu


Berdasarkan panduan implementasi Kurikulum 2013, pengelolaan
kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar dilakukan dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran tematik terpadu dan di
organisaikan sepenuhnya oleh Sekolah/ Madrasah, Dengan demikian ,
kegiatan menganalisis kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator
tidak perlu dilakukan secara tersendiri karena dapat dilaksankan
bebarengan dengan penentuan jaringan tema. Tema-tema yang bisa
dikembangakan di Sekolah Dasar mengacu kepada prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1. Pengalaman mengembnagkan tema dalam kurikulum disesuaikan
dengan muatan mata pelajaran yang akan di kembangkan
2. Dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan anak (expanding
community approach)
3. Dimulai Dari hal-hal yang mudah menuju yang sulit , dari hal yang
sederhana menuju yang kompleks dan daru hal yang konkret menuju
yang abstrak.
Dalam implementasi Kurikulum 2013, telah dilakukan berbagai
studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan
dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi
pembelajaran. Sebagai salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas
implementasi kurikulum. Model pembelajaran tematik terpadu
merupakan slaha satu model implemrntasi kurikulum yang dinajurkan
pada tingkat satuan pendidikan Sekolah Dasar. Model pembelajaran
tematik terpadu pada haikitanya merupakan suatu sistem pembelajaran
yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok
aktif mencari, menggali, mengeksplorasi dan menemukan konsep serta
prinsip-prinsip secara holistic, autentik dan berkesinambungan melalui
tema-tema yang berisi muatan mata pelajaran yang dipadukan.

c) Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Tematik Terpadu


Menurut Rusman (2015:145-146) Pembelajaran tematik terpadu
memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu
2. Mempelajarai pengetahuan dan mengembangkan berbagi komptensi
muatan mata pelajaran dalam tema yang sama
3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan
4. Mengembnagkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan
mengaitkan berbagai muatan mata pelajaran lain dengan pengalaman
pribadi peserta didik.
d) Karakteristik Pembelajaran Tematik Terpadu
Menurut Rusman (2015:146-147) Pembelajaran tematik terpadu
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini
sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak
menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih
banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan
kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas
belajar.
2. Memberikan Pengalaman Langsung pada Anak
Pembelajaran tematik terpadu dapat memberikan pengalaman
langsung kepada siswa (direct experiences) Dengan pengalaman
langsung ini, siswa dihapakan pada sesuatu yang nyata (konkret)
sebagai dasar untuk mrmahami hal-hal yang lebih abstrak
3. Pemisahan muatan Pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik terpadu pemisahan antarmuatan mata
pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan
kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan
kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai Muatan Mata Pelajaran
Pembelajaran tematik terpadu menyajikan konsep-konsep berkiatan
dengan tema dari berbagai muatan mata pelajaran yang dipadukan
dalam proses pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat memahami
konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari
5. Bersifat Luwes/Fleksibel
Pembelajaran tematik terpadu bersiaft luwes (Fleksibel) dimana guru
dapat mengaitkan dan memadukan bahan ajar dari berbagai muatan
mata pelajaran, bahkan mengaitkanya dengan kehidupan siswa dan
keadaan lingkungan dimana skeolah dan siswa berada.
6. Hasil Pembelajaran berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa
7. Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya sesuai dengan minat, bakat dan kebutuhnya.
8. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Dari pengertian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa Pembelajaran
Tematik adalah Pembelajaran Terpadu yang memakai tema untuk mengaitkan
beberapa pelajaran agar siswa lebih aktif, kreatuf dan inovatif serta siswa juga
mendapatkan pengalaman yang bermakna.

7) Ilmu Pengetahuan Sosial


a) Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Menurut Rudy Gunawan (2013:48 ) Ilmu Sosial adalah suatu bahan
kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi,
dan modifikasi yang diorganisasikan dari monsep-konsep dan
keterampilan Sejarah, Geografi, sosiologi, Antropologi dan Ekonomi.
b) Tujuan dan Manfaat Ilmu Pengetahuan Sosial
Tujuan IPS keseluruhan di SD adalah sebagai berikut:
1) Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna
dalam kehidupan kelak di masyarakat.
2) Membekali anak didik dengan kemmapuan mengidentifikasi,
menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial
yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat
3) Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan
sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta
bidang keahlian.
4) Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif
dan keterampilan terhadapa pemanfaatan lingkungan hidup yang
menjadi bagian dari kehidupan tersebut.
5) Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan
pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan
kehidupan , masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.

1. Kajian Penelitian Yang Relevan


a. Penelitian Skripsi yang dilakukan oleh Helma Dwi Utami (2011) dengan
judul “Penanaman Sikap Sosial Siswa Melalui Pembelajaran IPS pada siwa
Kelas V di SD Negeri Telaga Asih, Cikarang Barat” Hasil penelitian
menunjukan sikap sosial siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hal ini dapat dilihat dari penelitian yang
dilakukan sebelum menggunakan cara yanag berbeda dan tidak
menggunakan pembelajaran IPS siswa masih memiliki sikap sosial rendah,
mereka masih meniru teman yang memiliki sikap negatif, seperti tidak
disiplin, mengejek, menjahili teman dan sebagainya. Setelah menggunakan
cara yang berbeda sikap sosial siswa mulai tumbuh. Seperti: Sebelum
pembelajaran IPS guru memberikan kalimat positif atau penyemangat dan
mengaitkan materi yang akan disampikan, memberikan contoh Sikap Sosial
dengan membentuk kelompok belajar pada mata pelajaran IPS dan
memberikan pendekatan pada siswa yang memiliki sikap sosial, selain itu
orang tua siswa juga ikut serta dalam menumbuhkan sikap sosial pada diri
siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Helma Dwi Utami memiliki
persamaan terhadap penlitian ini, yaitu sama-sama meneliti tentang sikap
sosial yang dimiliki siswa sekolah dasar, sama-sama melakukan penelitian
kualitatfi deskriptif, peneliti dam Helma Dwi Utami sama-sama melakukan
penelitaian untuk mengetahui seberapa besar sikap sosial yang dimiliki
siswa sekolah dasar. Perbedaan penelitian Helmi Dwi Utami dan penelitian
ini yaitu Helmi Dwi Utami meneliti tentang sikap sosial kelas V siswa
sekolah dasar, dan peneliyti sikap sosial melalui mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial sedangkan penelitian ini meneliti tentang sikap sosial
pada siswa kelas IV dan meneliti sikap sosial pada Pembelajaran Tematik
bermuatan Ilmu Pengetahuan Sosial.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Dwi Lestari (2015) dengan judul
“Identifikasi Sikap Sosial Siswa Kelas V SD Negeri Kota Gede I” Hasil
penelitian tersebut menunjukan bahwa terdapat beberapa sikap sosial yang
ada pada diri siswa diantaranya sikap sosial yang kurang tampak misal tepat
waktu mengerjakan tugas dan tidak membuat keributan dalam kelas, sikap
siswa dipengaruhi oleh rasa hormat dan tanggung jawab.
Penelitian yang dilakukan Oleh Nur Dwi Lestari memiliki persamaan
terhadap penelitian ini, yaitu sama-sama meneliti tentang Sikap Sosial pada
siswa Sekolah Dasar dan untuk mengetahui sikap sosial yang dimiliki siswa
Sekolah Dasar. Perbedaan penelitian Nur Dwi Utami dan penelitian ini
adalah Penelitian Dwi Utami meneliti tentang identifikasi sosial kelas V,
jenis penelitian yang di gunakan adalah kualitatif ekploratif, sedangkan
penelitian ini dilakukan untuk meneliti tentang pengembangan Sikap Sosial
pada Pembelajaran teamtik bermuatan Ilmu Pengetahuan Sosial dan
menggunakan jenis penelitian Kualitatif deskriptif.
2. Kerangka Pikir
Sikap Sosial dan Kedisiplinan Siswa dinilai berhasil apabila siswa
menunjukan kebiasaan berperilaku baik. Perilaku baik akan muncul dan
berkembang pada diri siswa apabila memiliki sikap positif terhadap konsep
karakter yang baik dan terbiasa dalam melakukanya. Oleh karena itu Sikap
Sosial dan Kedisplinan Siswa perlu dikemas dalam wadah yang komprehensif
dan bermakna. Sikap Sosial dan Kedisiplinan perlu diformulasikan dan
dioperasioanlakan melalui penanaman nilai-nilai budi pekerti agar sikap yang
dimilki oleh setiap individu yang diharapkan mampu menjadi generasi
penerus yang tangguh memiliki karakter sesuai dengan nilai-nilai yang
dimiliki bangsanya.
Sikap sosial dan sikap disiplin siswa dapat dikembangkan melalui Peran
Guru dalam pembelajaran Tematik bermuatan IPS, Guru diharapkan dapat
menjelaskan bagaimana mekanisme yang terjadi. Karena siswa masuk
kesekolah dengan bekal yang mereka miliki. Sebagian bersifat positif, yaitu
yang mendukung kualitas pembelajaran
Berdasarkan uraian di atas, kerangka pikir penelitian ini dapat diilustraikan
sebagai berikut :

Pengembangan Sikap Sosial dan


Pembelajaran
Kedisiplinna Tematik
siswa padaMuatan Ilmu
Pembelajaran
Pengetahuan Sosial (IPS)
Tematik muatan IPS

Proses Pengembangan Sikap sosial dan


Kedisiplinan Siswa
Hasil penanaman Sikap Sosial dan
Kedispilinan Siswa Pada pemeblajaran
Tematik bermuatan IPS

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

3. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Peran Guru dalam mengembangkan sikap sosial dan
Kedisiplinan Siswa Kelas IV Pada Pembelajaran Tematik Bermuatan IPS
di SD Negeri Brengosan 2 Ngaglik Sleman?
2. Apa saja yang menjadi hambatan Guru dalam mengembangkan sikap sosial
dan Kedisiplinan siswa kelas IV Pada Pembelajaran Tematik Bermuatan
Ilmu Pengetahuan Sosial di SD Negeri Brengosan 2 ?
3. Apa saja solusi yang dilakukan dalam mengatasi hambatan Guru dalam
mengembangkan sikap sosial dan Kedispilinan Siswa kelas IV Pada
Pembelajaran Tematik Bermuatan Ilmu Pengetahuan Sosial di SD Negeri
Brengosan 2 Ngaglik Sleman Yogyakarta?

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain Penelitian ini adalah Penelitian Deskriptif Kualitatif, Penelitian
deskriptif digunakan pada penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu
kejadian. Menurut Sugiyono (2016:7) Metode Penelitian Deskriptif kualitatif
adalah Metode baru, karena populatritasnya belum lama,dinamakan metode
postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagi metode artistik, karena proses
penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai metode
interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi
terhadap data yang di temukan di lapangan. Metode Penelitian kualtitafif
sering disebut metose penelitian naturalistik karena penelitianya dilakukan
pada kondisi yang alamiah (natural setting). Jenis Penelitian ini digunakan
untuk mengetahui Peran Guru dalam mengembangkan Sikap Sosial dan
Kedisiplinan Siswa kelas IV melalui Pembelajaran Tematik bermuatan Ilmu
Pengetahuan Sosial di SD Negeri Brengosan 2.
B. Setting Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri Brengosan 2 yang beralamat di
Kayunan, Donoharjo, Ngaglik, Sleman Yogyakarta. Penelitian ini akan di
laksanakan mulai November
No Kegiatan Bulan (2019)
Septembe Oktob Novem Desember
r er ber
1. Observasi
2. Penyusunan proposal
3. Pelaksanaan Penelitian
4. Analisis Data
5. Penyusunan Laporan

C. Data dan Sumber Data Penelitian


Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber primer dan
sumber sekunder. Dalam Penelitian ini sumber data primer atau subjek
penelitian adalah Kepala Sekolah, Guru Kelas, dan siswa SD Negeri
Brengosan 2. Data Sekunder penelitian ini diperoleh melalui pengamatan
(Observasi) wawancara, dan dokumentasi.
D. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2016:38) Secara teoritis variabel dapat di definiskan
sebagai atribut seseorang atau objek, yang mempunyai “variasi” antara satu
orang dengan yang lain , atau satu objek dengan yang lain. Variabel juga
dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. .
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dirumuskan bahwa variabel
penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk
di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Variabel dalam penelitian ini
adalah Peran Guru Mengembangan Sikap Sosial dan kedisiplinan melalui
Pembelajaran Tematik bermuatan Ilmu Pengetahuan Sosial.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah
pengamatan, wawancara, dan dokumentasi.
a. Pengamatan (Observasi)
Menurut Sugiyono (2013: 310) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar
semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan
data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi. Observasi dalam penelitian ini menggunakan observasi
nonpartisipatif dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun
secara sistematis dengan terlibat langsung dalam penelitian. Observasi ini
dilakukan untuk mengamati implementasi nilai-nilai kepedulian sosial dan
kedisiplian melalui budaya sekolah pada siswa SD Negeri Brengosan 2
Ngaglik Sleman

b. Wawancara
Menurut Sugiyono (2013:317) mendefinisikan wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Peneliti
menggunakan wawancara semi terstruktur yang dilakukan dengan
mempersiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis
yang disusun secara terperinci dengan alternatif jawaban yang telah
disediakan. Dengan wawancara semi terstrukutur ini setiap responden
diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mecatatnya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Menurut Sugiyono (2013:329) menyatakan bahwa studi
dokumen merupakan pelengkap dari metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualitatif.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat ukur yang digunakan dalam sebuah penelitian Instumen
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Peneliti
Peneliti merupakan instumen penelitian yang akan berinterikasi secara
langsung dengan responden penelitian. Peneliti disebut sebgaia “Key
Instrument” karena membuat sendiri seperangkat pedoman observasi,
pedoman observasi, pedoman wawancara, pedoman dokumnetasi, yang
digunakan sebagai panduan pengumpulan, data, analisi data, menafsirkan
data, dan membuat kesimpulan (Sugiyono, 2013:3)
b. Pedoman Observasi
Pedoman Observasi dilihat dari Pengembangan Sikap Sikap Sosial dan
Disiplin siswa melalui Pembelajaran Tematik bermuatan IPS dapat dilihat
pada Tabel.

Tabel 3.3. Kisi-kisi Pedoman Observasi


Aspek
No Sumber

1. Guru Kelas a. Sikap Sosial dan


Kedisiplinan Guru yang
dapat dicontohakan
kepada Siswa
b. Pengetahuan mengenai
Sikap Sosial dan
Kedisiplinan Siswa
c. Hambatan Guru dalam
memberikan atau
mengembangkan Sikap
dan Kedisiplinan Siswa
d. Solusi dalam memberikan
atau mengembangkan
Sikap dan Kedisiplinan
Kepada Siswa
2. Siswa a. Sikap Sosial yang muncul
pada siswa
b. Fungsi dari sikap sosial
dan kedisiplinan terhadap
siswa
c. Pengetahuan siswa
tentang Sikap dan
Kedisiplinan Siswa
3. Ruang Kelas a. Suasana ruangan kelas
saat kegiatan belajar
mengajar

c. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan peneliti untuk mempermudah dalam proses


wawancara mendalam dengan sumber data.
Tabel 4. Kisi-kisi Wawancara Kepala Sekolah
No. Indikator
1. Mengembangkan Sikap Sosial dan Kedisplinan Siswa di
SD N Brengosan 2 Ngaglik Sleman
2. Kegiatan di Sekolah dalam mengembangkan Sikap Sosial
dan Kedisiplinan Siswa
3. Faktor Pendukung dan penghambat dalam
mengembangkan Sikap Sosial dan Kedisiplinan Siswa
4. Peran guru dalam mengembangkan Sikap Sosial dan
Kedisplinan Siswa
5. Solusi untuk mengatasi kendal Sikap Sosial dan
Kedisiplinan Siswa

Tabel 5. Kisi-kisi Wawancara Guru


No. Indikator
1. Mengembangkan sikap sosial dan kedisplinan siswa
melalui Pelajaran Tematik bermuatan IPS
2. Faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan
sikap sosial dan kedisiplinan siswa melalui pelajaran
tematk bermuatan IPS
3. Kendala dalam menghadapi faktor pendukung dan
penghambat dalam mengembangkan Sikap Sosial dan
kedisplinan siswa melalui Pembelajaran Tematik
bermuatan IPS
4. Solusi dalam menghadapi faktor pendukung dan
penghambat dalam mengembangkan sikap sosial dan
kedisplinan siswa melalui pembelajaran Tematik
bermuatan IPS

Tabel 6. Kisi-kisi Wawancara Siswa


No Indikator
1. Arti sikap sosial dan kedisplinan peserta didik
2. Contoh sikap sosial dan kedisiplinan
3. Interaksi dengan guru, teman sebaya, dan semua warga
sekolah di dalam kelas maupun diluar kelas
4. Pendapat pesera didik mengenai pembelajaran IPS
5. Sikap peserta didik ketika pembelajaran IPS
6. Kegiatan peserta didik saat pembelajaran IPS
7. Hambatan yang dialami peserta didik dalam
mengimplementasikan sikap sosial dan kedisplinan siswa

G. Keabsahan Data
Keabsahan suatu data dapat dilakukan dengan teknik pemeriksaan yang
didasarkan atas kriteria tertentu. Keabsahan data dalam penelitian ini diuji
dengan menggunakan uji kredibilitas sebagai penguju utama data. Menurut
Sugiyono (2013:368) menjelaskan bahawa uji kreadibilitas data atau
kepercayaan terhadap hasil penelitian kualitatuf antara lain dapat diluakan
dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekuknan dalam penelitian,
triangulasi, diskusi denga teman sejawat, analisi khusu negatif dan member
check
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji kebasaan kreadibilitas
menggunakan trianggulasi, Menurut Sugiyono (2013:372-373) Triangulasi
dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai waktu. UJi prasyarat dalam
penelitian ini menggunakan trianggulasi teknik, sumber, dan waktu dengan
penjelasan sebagai berikut :
1. Trianggulais Teknik
Trianggulasi teknik digunkana mengumplkan data yang berbeda-beda untuk
mendapatkan dari sumber yang sama. Peneliti menggunakna observasi
partisipastif, wawancara, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama
secara serempak.
2. Tringgulasi Sumber
Trianggulasi sumber untuk menguji kreadiliyas data yang dilkaukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui serbagai sumber. Sumbe
penlitian ini terdiri dari Kepala Sekolah, guru, dan siswa untuk menguji
kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data dengan jalan
membandingkan berbagai sumber data maupun teori.
3. Trianggulasi Waktu
Waktu juga memperngaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan
dengan teknik wawancara kepad respinden pada waktu yang tepat
memungkinkan mendapatkkan data yang valid. Dalam pengujian
kredibilitas data dapat dilkaukan dengan cara pengecekan , wawancara, dan
observasi dalam waktu yang berbeda.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan Mosel Miles dan
Huberman . Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono 2013:337)
aktivias dalam analisis data kualitatif dilkaukan secara interaktif. Aktivitas
dalam analisis data tersebut sebagai berikut :
a. Data Collection (Pengumpulan Data)
Pengumpulan data adalah mengumpulkan data dilapangan dengan
menggunkana insturmen penelitian yang telah dibuat.
b. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data aldaha merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
pada hal pokok yang penting.
c. Data Display (Penyajian Data)
Penyajian data berupa bentuk uraian singkat dengan teks yang bersifat
naratif untuk memudahkan memahami apa yang terjadi.
d. Conclusion Drawing / Verification
Verification merupakan penarikan kesimpulan. Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang
sebelumnya belu pernah ada.
K. Jadwal Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan mulai Februari sampai dengan Juli
2018 dengan pericincian sebagai berikut.
Tabel 6. Jadwal Penelitian
No Kegiatan Bulan (2019)
September Okto Nove Desem
ber mber ber
1. Observasi
2. Penyusunan proposal
3. Pelaksanaan Penelitian
4. Analisis Data
5. Penyusunan Laporan

Anda mungkin juga menyukai