Anda di halaman 1dari 34

SISTEM PROTEKSI DAN

PENTANAHAN
P4 – JENIS RELAI PROTEKSI

Reynanda BagusWidyo Atomo, S.T., M.T.


Teknik Elektro
1 Universitas Muhammadiyah Surabaya
Penyebab Gangguan Sistem

▪ Human error
▪ Faktor internal (dari dalam sistem atau
dari alat itu sendiri)
▪ Faktor eksternal
- Alam
- Binatang
- Dll.
Jenis Gangguan

1. BEBAN LEBIH

2. HUBUNG SINGKAT

3. TEGANGAN LEBIH

* Tegangan lebih power frequency


* Tegangan lebih Transient
- Surja Petir [lightning surge]
- Surja hubung [switching surge]

4. GANGGUAN STABILITAS
Mencegah dan Mengurangi
Dampak Gangguan
1. Mencegah Gangguan
a. Menggunakan peralatan sesuai standard
b. Memilih spesifikasi yang tepat
c. Pemasangan yang benar dan sesuai standard
d. Penebangan / pemangkasan pohon
e. Operasi dan pemeliharaan yang baik

2. Mengurangi Dampak Gangguan


a. Mengurangi besarnya arus gangguan
b. Melepas bagian sistem yang terganggu dengan
menggunakan PMT dan relai pengaman
c. Penggunaan pola load shedding dan system
splitting / islanding
d. Penggunaan relai dan PMT yang lebih responsive
untuk menghinari gangguan instability
Tujuan Proteksi
1. Mencegah kerusakan peralatan yang terganggu,
maupun peralatan yang dilewati oleh arus gangguan.

2. Mengisolir bagian sistem yang terganggu sekecil


mungkin dan secepat mungkin.

3. Mencegah meluasnya gangguan.

Fungsi Proteksi
1. Mendeteksi adanya gangguan atau keadan abnormal
pada bagian sistem yang diamankan.

2. Melepas bagian sistem yang terganggu, sehingga


bagian sistem yang lainnya masih dapat beroperasi.
Peralatan Proteksi

PMT
CT

PT

Tripping Coil --

RELAI
PROTEKSI

Baterai
+
Peralatan Proteksi
1. RELAI PENGAMAN
Berfungsi sebagai elemen pengukur untuk mendeteksi gangguan.

2. PEMUTUS TENAGA (PMT) / CB


Sebagai pemutus arus dalam sistem tenaga dan melepas bagian sistem
yang mengalami gangguan.

3. TRAFO ARUS DAN ATAU TRAFO TEGANGAN


Mengubah besarnya arus atau tegangan dari bagian primer ke bagian
sekunder (relai).

4. BATERAI / AKI
Sebagai sumber tenaga DC untuk mentripkan PMT dan sebagai catu daya
untuk relai static dan relai support.

5. SISTEM WIRING
Untuk menghubungkan komponen-komponen proteksi sehingga menjadi
satu sistem.
Syarat Sistem Proteksi

1. SELEKTIVITAS

2. KEANDALAN [RELIABILITY]

3. KECEPATAN

4. SENSITIVITAS

5. EKONOMIS
Selektivitas
❑ Pengaman harus dapat memisahkan bagian sistem yang terganggu
sekecil mungkin, yaitu bagian yang terganggu saja. Pengaman yang
demikian disebut pengaman “selektif”.

❑ Jadi relai harus dapat membedakan apakah gangguan terletak di


daerah pengamanannya (Dimana relai harus bekerja dengan cepat)
atau di bagian berikutnya (dimana relai bekerja dengan waktu tunda
yang kecil).

Keandalan (Reliability)
1. DEPENDABILITY
Tingkat keberhasilan

2. SECURITY
Tingkat kegagalan
Kecepatan
1. Untuk memperkecil kerugian / kerusakan akibat
gangguan maka relai harus bekerja secepat mungkin
untuk memisahkan bagian sistem yang lain.

2. Untuk mendapatkan selektivitas mungkin saja suatu


pengaman diberi tunda waktu (time delay), namun waktu
tunda harus secepat mungkin.

Sensitifitas
Pada prinsipnya relai harus sensitif, sehingga dapat
mendeteksi gangguan walaupun dalam kondisi respon
gangguan yang minimum.
Daerah Pengaman
DAERAH PENGAMANAN
GENERATOR
Sistem Tenaga Listrik

DAERAH PENGAMANAN
GENERATOR -TRAFO

DAERAH PENGAMANAN
BUSBAR

DAERAH PENGAMANAN
TRANSMISI

DAERAH PENGAMANAN
DAERAH PENGAMANAN TRAFO TENAGA
BUSBAR

DAERAH PENGAMANAN
BUSBAR TM

DAERAH PENGAMANAN
JARINGAN TM
Klasifikasi Relai Proteksi
1. Berdasarkan Besaran Input
2. Berdasarkan Karakteristik Waktu Kerja
3. Berdasarkan Jenis Kontak
4. Berdasarkan Prinsip Kerja
5. Berdasarkan Fungsi
Klasifikasi Relai Proteksi
Berdasarkan Besaran Input

1 Arus [I] : - Relai Arus Lebih [OCR]


- Relai Arus Kurang [UCR]

2 Tegangan [V] : - Relai Tegangan Lebih [OVR]


- Relai Tegangan Kurang [UVR]

3. Frekuensi [f] : - Relai Frekuensi Lebih [OFR]


- Relai Frekuensi Kurang [UFR]

4. Daya [P ; Q ] : - Relai Daya Max / Min


- Relai Arah / Directional
- Relai Daya Balik

5. Impedansi [Z] : Relai Jarak [Distance]

6. Beda Arus : Relai Diferensial


Klasifikasi Relai Proteksi
Berdasarkan Karateristik Waktu Kerja

1. Seketika [Relai instant / Moment / High Speed ]

2. Penundaan waktu [time delay]


- Definite time relay
- Inverse time relay

3. Kombinasi instant dengan tunda waktu


Klasifikasi Relai Proteksi
Berdasarkan Jenis Kontak

1 Relai dengan kontak dalam keadaan normal


terbuka [normally open contact]

2. Relai dengan kontak dalam keadaan normal


tertutup [normally close contact]
Klasifikasi Relai Proteksi
Berdasarkan Fungsinya

1. Relai Proteksi
2. Relai Monitor
3. Relai Programming ;
- Reclosing Relay
- Synchro check relay
4. Relai Pengaturan (regulating relay)
5. Relai Bantu
- Sealing Unit
- Lock Out Relay
- Closing Relay, dan
- Tripping Relay
Klasifikasi Relai Proteksi
Berdasarkan Prinsip Kerja

1. Tipe Elektromekanis
a. Tarikan magnet : - tipe Plunger
- tipe hinged armature
- tipe tuas seimbang
b. Induksi : - tipe shaded pole
- tipe KWH
- tipe mangkok (Cup)

2. Tipe Thermis : - Bimetal


- Thermometer

3. Tipe Gas : - Relai Buccholz / Jansen

4. Tipe Tekanan (pressure relay)

5. Tipe Statik (Elektronik)


1. Tipe Plunger
▪ Bila kumparan diberi Arus melebihi nilai Pick
upnya, maka plunger akan bergerak keatas dan
terjadi penutupan kontak.

▪ Gaya yang yang ditimbulakan sebanding dengan


kwadrat arus pada kumparan .

▪ Relai ini mempunyai waktu kerja yang cepat,


sehingga banyak digunakan sebagai Relai
instantaneous.

KUMPARAN

KONTAK
DIAM
PLUNGER

KONTAK
GERAK
2. Tipe Hinged Armature
▪ Bila kumparan diberi arus, maka lengan akan tertarik
sehingga ujung lengan yang lain akan menggerakan
kontak.

▪ Gaya elektromagnetik juga sebanding dengan kuadrat arus


kumparan.
KONTAK
▪ Tipe ini banyak digunakan sebagai relai bantu, karena DIAM
dapat mempunyai kontak yang banyak dan kontaknya
mempunyai kapasitas pemutusan arus yang lebih besar.
KONTAK
GERAK

LENGAN
KUMPARAN ARMATURE
3. Tipe Balance Beam (Tuas Seimbang)
▪ Tipe ini terdiri dari dua kumparan yaitu
kumparan kerja dan penahan. Dalam
keadaan seimbang dimana gaya pegas KONTAK
diabaikan maka I1 / I2 = k (konstanta)

▪ Bila I1 / I2 lebih besar dari k, maka relai


akan menutup kontak

▪ Bila I1/I2 lebih kecil dari k, maka relai I2 I1


akan buka kontak
PEGAS
▪ Tipe ini banyak digunakan sebagai relai
diferensial dan relai jarak.
I1
TORSI
POSITIP

TORSI
NEGATIP

I2
4. Tipe Shaded Pole
▪ Tipe ini terdiri dari dua kumparan yaitu
kumparan kerja dan penahan. Dalam keadaan
seimbang, dimana gaya pegas diabaikan, maka
I1 / I2 = k (konstanta)

▪ Bila I1 / I2 lebih besar dari k, maka relai akan


menutup kontak.

▪ Bila I1 / I2 lebih kecil dari k, maka relai akan


buka kontak. SHADING
RING MAGNIT
TETAP
▪ Tipe ini banyak digunakan sebagai relai KONTAK

diferensial dan relai jarak.

1 
2 PIRINGAN

KUMPARAN
5. Tipe Wattmetrik (kWh)
▪ Interaksi antara fluks U dan terhadap
Fluks yang diperoleh dari arus pusar yang
diinduksikan pada piringan akan
mengerakan piringan untuk berputar.

▪ Putaran ini akan menutup kontak.

▪ Umumnya karakteristik tunda waktunya


adalah Inverse. L 
U U  L
2 2 KUMPARAN
LAGGING

PIRINGAN
S
IS KUMPARAN
UTAMA


6. Tipe Induction Cup
▪ Prinsipnya sama seperti motor induksi. Terdapat rotor aluminium berbentuk silider yang
di tengahnya inti magnetik sehingga silider tersebut dapat berputar.

▪ Pada silinder dipasang kontak gerak dan dapat menutup kontak ke kiri atau ke kanan.
Relai Statik (Elektronik)

Unit – unit dasar dari relai statik :

1. Sirkuit input (biasanya intermediate CT)


2. Rectifier / penyearah
3. Level detector
4. Timer / integrator
5. Polarity detector
6. Comparator
Relai Statik (Elektronik)
1. Sirkuit Input (Intermediate CT dan Rectifier)

+
+
Ia Ia

Vout Ib Vout
Ib

Ic
Ic
-
-

Output tergantung Output tergantung dari


dari tegangan instant arus instataneous yang tertinggi
yang tertinggi
Relai Statik (Elektronik)
2. Level Detector
Vs

V in
+
▪ Level detector DC digunakan untuk
V ref V out
mendeteksi bila level tegangan DC pada
input melebihi set levelnya.

▪ Bila level ini dilampaui maka output dari


level detector berubah dari kondisi mati,
menjadi hidup dan output akan V
mengerakan relai output.
Vs
V out

V in

t
Relai Statik (Elektronik)
3. Integrator / Timing Circuit

R1
-
I1
E1 +
Eo
Relai Statik (Elektronik)
4. Polarity Detector

+Vs
Input signal adalah gelombang sinus
yang mana diubah ke bentuk gelombang
kotak oleh gain amplifier output signal +
pada dasarnya adalah digital yang hanya
mempunyai dua keadaan (high dan low). 0

-Vs
Vout

Vin
Relai Statik (Elektronik)
5. Komparator

Untuk relai yang mempunyai input lebih dari satu maka digunakan
komparator. Misalnya relai daya directional, relai jarak, dan relai differensial.

Tipe komparator :
1. Komparator amplitudo
2. Komparator fasa
Relai Statik (Elektronik)
5. Komparator Fasa

A
Mengukur beda fasa antara dua input
X OUTPUT
gelombang sinus a dan b kedua
=1
gelombang ini diubah ke bentuk kotak Y
kedua gelombang kotak mempunyai sisi-
sisi sesuai dengan gelombang sinusnya B
dan dibandingkan dengan gerbang COINCIDENCE
Exclusive OR. Gerbang logika ini DETECTOR
POLARITY
mempunyai sifat hanya akan memberi DETECTOR EXCLUSIVE OR
output bila salah satu ada signal tetapi
tidak kedua – duanya dan bekerja 1
sebagai polarity coincidence detector. X
0
1
Y
0

OUTPUT
POLARITY
DETECTOR
COINCIDENCE
DETECTOR LEVEL
DETECTOR

INPUT
TRIP

INTEGRATOR
OUTPUT
COINCIDENE
DETECTOR

OPERATE
RESET
OUTPUT
INTEGRATOR

KONDISI
KERJA

KONDISI
RESTRAINT
34

Anda mungkin juga menyukai