Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MANAGEMENT PATIENT SAFETY

MANAJEMEN PLEBILITIS

Dosen Pengampu :

Ns. Ria Efkelin, S.Kep.,MM

Kelompok 3 :

1. Andini Novita Sari 2011080


2. Faisal Hamdani 2011093
3. Farah Raihana 2011094
4. Imelda Widya Ningsih 2011096
5. Iren Adela 2011097
6. Lusitania Eka Tejoningrum 2011100
7. Megawati Tri Fajriana 2011101
8. Muhammad Joan Prasetio 2011103
9. Siti Roudhotul Ma’wa 2011110
10. Tika May Nanda 2011113

STIKES RS HUSADA JAKARTA


Jl. RAYA MANGGA BESAR NO 137-139
JAKARTA PUSAT
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kelompok ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kelompok sehingga dapat menyelesaikan penulisan laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan ini yang berjudul “Manajemen Plebilitis”

Penulis menyadari bahwa makalah masih jauh dari kesempurnaan sehingga memerlukan
perbaikan berupa kritik dan saran yang membangun. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa
segala yang dilakukan dalam penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana dengan baik
tanpa adanya bantuan dan bimbingan serta dorongan dari Dosen Pengampu Mata Kuliah Ibu
Ns. Ria Efkelin, S.Kep.,MM

Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun
harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Akhir kata,
semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkat dan karunia-Nya dan apa yang peneliti
lakukan ini mendapatkan restu-Nya serta berguna bagi peneliti khususnya dan pembaca
umumnya.

Jakarta, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN ..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................1
BAB II. PEMBAHASAN............................................................................................2
2.1 Definisi Plebilitis.....................................................................................................2
2.2 Drajat plebitis..........................................................................................................2
2.3 Ciri-ciri Pebitis........................................................................................................2
2.4 Manajemen Pencegahan Plebilitis...........................................................................3
2.5 Faktor Resiko Terjadinya Plebilitis.........................................................................3
BAB III. PENUTUP.....................................................................................................4
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................4
3.2 Saran........................................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Plebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia maupan
mekanik yang sering disebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena." Terapi
interavena adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan
cairan, obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien. Infeksi dapat menjadi komplikasi
utama dari terapi intra vena (IV) terletak pada sistem infus atau tempat menusukkan
vena."
Plebitis dapat menyebabkan trombus yang selanjutnya menjadi tromboplebitis,
perjalanan penyakit ini biasanya jinak. tapi walaupun demikian jika trombus terlepas
kemudian diangkut dalam aliran darah dan masuk jantung maka dapat menimbulkan
seperti katup bola yang bisa menyumbat atrioventrikular secara mendadak dan
menimbulkan kematian
Banyak faktor telah dianggap terlibat dalam patogenesis plebitis, antara lain: faktor
kimia, faktor mekanis, faktor bakterial, faktor pasien. Faktor-faktor kimia seperti obat
atau cairan yang iritan, Obat suntik yang bisa menyebabkan peradangan vena yang
hebat, antara lain kalium klorida, vancomycin, amphotrecin B. cephalosporins,
diazepam, midazolam dan banyak obat khemoterapi. Larutan infus dengan
osmolaritas > 900 m0sm/L. harus diberikan melalui vena sentral. Faktor mekanis
seperti bahun, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi serta agen infeksius. Kanal
yang berukuran besar jika digunakan pada vena yang berlumen kecil dapat
mengiritasi bagian intima dari vena, disamping in fisasi yang kurang tepat dapat
menyebabkan inflamasi atau plebitis. Faktor yang berkontribusi terhadap adanya
phlebitis bakterial salah satunya adalah teknik aseptik dressing yang tidak baik dari
petugas medis. Faktor pasien yang dapat mempengaruhi angka plebitis mencakap,
usin, jenis kelamin dan kondisi dasar (yaitu diabetes melitus, infeksi, luka bakar).
Suatu penyebab yang sering lupat perhatian adalah adanya mikropartikel dalam
larutan infus dan ini bisa dieliminasi dengan penggunaan filter.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan plebitis ?
2. Apa saja Drajat plebitis ?
3. Apa saja ciri-ciri plebitis
4. Bagaimana cara pencegahan agar tidak terjadinya plebitis ?
5. Apa saja penyebab terjadinya resiko plebitis?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mahasiswa diharapkan mampu memahami apa itu plebilitis
2. Mahasiswa menjelaskan apa saja drajat pada penyakit plebilitis
3. Mahasiswa mampu menyebutkan ciri-ciri dari plebilitis
4. Mengetahui pencegahan yang dapat dilakukan pada pasien plebilitis
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa saja yang menjadi faktor
resiko plebilitis
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Plebilitis

Phlebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan olehiritasi kimia maupun


mekanik. Hal ini ditunjukkan dengan adanyadaerah yang merah, nyeri dan pembengkakan di
daerah penusukanatau sepanjang vena. Insiden plebitis meningkat sesuai denganlamanya
pemasangan jalur intravena. Komplikasi cairan atau obatyang diinfuskan (terutama PH dan
tonisitasnya), ukuran dan tempatkanula dimasukkan. Pemasangan jalur IV yang tidak sesuai,
danmasuknya mikroorganisme pada saat penusukan (Brunner danSudarth, 2002).

Menurut Infusion Nursing Society (INS, 2006) phlebitismerupakan peradangan pada


tunika intima pembuluh darah vena, yangsering dilaporkan sebagai komplikasi pemberian
terapi infus.Peradangan didapatkan dari mekanisme iritasi yang terjadi padaendhothelium
tunika intima vena, dan perlekatan tombosit pada areatersebut

2.2 Drajat Plebilitis

Skala phlebitis (Hanskins et all, 2004), membagi phlebitis berdasarkan skalanya :

a. Skala 0, bila ada gejala


b. Skala 1, bila eritema dengan atau tanpa adanya nyeri
c. Skala 2, bila ada nyeri, eritema, dan edema
d. Skala 3, bila nyeri, eritema, streak formasi dan terba garis vena kutrang lebih 1 inci
e. Skala 4, bila nyeri, streak formasi terba garis vena > 1 inci dan adanya cairan purulen.

2.3 Ciri-Ciri Plebilitis

Ciri-ciri plebilitis dibagi menjadi 5 kelas :

Grade 1

 Nyeri pada tempat suntikan


 Eritema pada tempat suntikan

Grade 2

 Nyeri
 Eritema
 Pembengkakan

Grade 3

 Nyeri sepanjang kanula


 Eritema
 Indurasi
Grade 4

 Nyeri sepanjang kanula


 Eritema
 Indurasi
 Venous cord teraba

Grade 5

 Nyeri sepanjang kanula


 Eritema
 Indurasi
 Venous cors teraba
 Demam

2.4 Manajemen Pencegahan Plebilitis

Pencegahan plebitis adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya


plebitis degan cara mencuci tangan, pelaksanaan teknik aseptik. perawatan luka insersi atau
dressing dan penggantian set infus.

a. Mencuci tangan adalah membasuh, menggosok dan membilas tangan sampai batas
pergelangan tangan dengan menggunakan air mengalir dan sabun atau cairan anti
septik, sekurang-kurangnya 10 detik sebelum dan sesudah melakukan tindakan
pemasangan infus dan dressing dengan tujuan untuk menurunkan jumlah
mikroorganisme di tangan.
b. Pelaksanaaan teknik aseptik adalah pelaksanaan tindakan dengan. memperhatikan
cara aseptik yaitu pelaksanaan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan,
penggunaan sarung tangan dan penggunaan alat-alat/bahan steril.
c. Dressing adalah penggantian penutup kanula infus yang terdiri dari kasa dan plester
yang berfungsi untuk menutup luka insersi.
d. Penggantian set infus adalah melepaskan set infus yang lama dan memasang kembali
pada tempat yang berbeda dengan menggunakan set infus yang baru setelah tiga hari
pemasangan infus tanpa disertai adanya tanda-tanda plebitis.

2.5 Faktor Resiko Terjadinya Plebilitis

Ada beberapa hubungan yang menjadi faktor resiko terjadinya plebilitis, diantaranya
adalah :

a. Faktor Usia terhadap Kejadian Plebilitis


Berdasarkan pengamatan di rumah sakit pasien yang berusia >60 tahun saat
melakukan pemasangan infus mengalami kesulitan seperti pembuluh darah yang
rapuh sehingga saat pemasangan kateter vena mudah pecah dan pembuluh darah
mudah bergeser saat pemasangan (elastisitas vena berkurang). Hal tersebut karena
penambahan usia mengakibatkan berbagai perubahan fungsi tubuh baik secara fisik,
biologis, psikologis dan sosial. Salah satu perubahan fisik tersebut adalah penurunan
sistem imun tubuh. Sistem imunitas tubuh memiliki fungsi yaitu membantu mencegah
infeksi yang disebabkan oleh jamur, bakteri, virus dan orgaanisme lain serta
menghasilkan antibodi (sejenis protein yang disebut immunoglobulin) untuk
memerangi serangan bakteri dan virus asing ke dalam tubuh fungsi sistem imunitas
tubuh (immunocompetence) menurun sesuai umur, hal ini bukan berarti \manusia
lebih sering terserang penyakit, tetapi saat menginjak usia tua maka resiko kesakitan
meningkat seperti penyakit infeksi, kanker, kelainan autoimun, atau penyakit kronik
(Fatmah, 2006).
b. Faktor Jenis Kelamin terhadap Kejadian Phlebitis
Peneliti berpendapat terdapat faktor lain yang lebih mempengaruhi timbulnnya
phlebitis, karena jenis kelamin hanya merupakan faktor resiko yang dapat
meningkatkan terjadinya phlebitis, dan merupakan faktor utama pencetus timbulnya
phlebitis. Adapun beberapa faktor yang bisa menyebabkan phlebitis seperti berasal
dari jenis cairan, usia, perawatan kateter infus, balutan, rotasi pemasangan, lama
dirawat dan aktivitas dari pasien (Potter & Perry, 2005).
c. Faktor Lokasi Pemasangan Infus terhadap Kejadian Phlebitis
Tempat pemasangan infus pada daerah yang sering digunakan untuk beraktivitas klien
dapat meningkatkan kejadian plebitis, hal ini sesuai dengan yang dikatakan Hanskins
dkk (2001) bahwa penempatan kateter pada daerah yang bergerak misalnya siku atau
pergelangan tangan akan menyebabkan resiko terjadinya plebitis lebih banyak,
dibandingkan dengan yang memiliki pergerakan minimal, karena ketika pasien
bergerak dapat memicu pergerakan kanul atau kateter sehingga melukai dinding
pembuluh darah, dan sebaiknya pada saat melakukan penusukan lebih baik dilakukan
mulai dari vena yang lebih distal, apabila penusukan tidak berhasil maka bisa di
teruskan ke vena yang medial atau proksimal.
d. Faktor Jenis Balutan Infus terhadap Kejadian Phlebitis
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jenis balutan tidak terlalu signifikan dalam
mempengaruhi timbulnya phlebitis, peneliti berpendapat bahwa apapun jenis balutan
yang digunakan baik itu balutan transparan maupun balutan kasa, dapat digunakan
dan bisa mencegah phlebitis sepanjang sterilisasi dapat dipertahankan (Aprilin, 2011).
Tidak hanya itu saja, penyebab terjadinya phlebitis pada pasien sebenarnya tidak
hanya di karenakan oleh dressing saja namun bisa juga berasal dari tingkat usia,
cairan, penyakit penyerta, status gizi, stress, jenis kelamin, kepatuhan klien dan
sebagainya (Gayatri & Handayani, 2006).
e. FaktorPenyakit Penyerta terhadap Kejadian Phlebitis
Faktor pasien yang dapat mempengaruhi angka phlebitis mencakup usia, jenis
kelamin dan kondisi dasar (diabetes mellitus, infeksi, luka bakar). Pada pasien
Diabetes Melitus yang mengalami aterosklerosis akan mengakibatkan aliran darah ke
perifer berkurang sehingga jika terdapat luka mudah mengalami infeksi (Darmawan,
2008). Penyakit penyerta gagal ginjal kronik juga merupakan salah satu penyebab
terjadinya phlebitis, dimana phlebitis pada gagal ginjal kronik ini dikaitkan pada
posisi pemasangan infus. Pemasangan infus pada daerah lengan bawah pada
pasien gagal ginjal memiliki resiko lebih besar untuk menyebabkan phlebitis karena
lokasi tersebut yang sering digunakan untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V
Shunt) pada tindakan hemodialisa (cuci darah) (Darmadi, 2008).
f. Faktor Jenis Cairan Infus terhadap Kejadian Phlebitis
Menurut Pujasari dalam bukunya Darmawan (2008) faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya plebitis adalah jenis cairan, jenis obat, tempat insersi,
ukuran kateter, fiksasi yang kurang adekuat, Sedangkan faktor risiko
terjadinya plebitis adalah umur, jenis kelamin, kecepatan tetesan cairan infus
dan letak vena. Adanya hubungan tersebut disebabkan karena cairan dengan
osmolalitas tinggi sangat rentan untuk terjadi plebitis karena dalam teori bahwa
cairan ini dengan mudah dapat menyebabkan sel mengkerut dan cairan ini menarik air
dari kompartemen intraseluler ke kompartemen ekstraseluler.
g. FaktorLama Terpasang Infus terhadap Kejadian Phlebitis
Selama di rumah sakit pasien yang terpasang infus lebih dari 3 hari sering mengalami
phlebitis, alasan perawat tidak mengganti kateter vena selama 3x24 jam sudah
dilakukan edukasi resiko pemasangan infus yang terpasang lama dapat menyebabkan
terjadinya infeksi sampai dengan demam dan menambah keluhan dan penyakit baru
bagi pasien, tetapi pasien tidak mau diganti dengan alasan saat ini infus masih
terpasang bagus dan tidak ada keluhan seperti bengkak atau nyeri.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Memerlukan pergantian rutin setiap 72 sampai dengan 96 jam pemasangan


2. Penggunaan plester steril transparan untuk menutup lokasi penusukan kanula
kerjasama antara perawat dan pasien serta pentingnya melakukan pendidikan
kesehatan kepada pasien tentang perawatan kateter infus untuk mencegah infeksi
3. Pentingnya pelatihan bagi perawat tentang pemasangan dan perawatan terapi
intravena

3.2 Saran

Melakukan sosialisasi kepada seluruh perawat dalam melakukan penilaian Visual Infusion
Phlebitis Score (VIP) sehingga mampu menentukan intervensi yang dilakukan untuk
mencegah plebitis di rumah sakit. Untuk penelitian selanjutnya dapat mencari faktor lain
yang menyebabkan plebitis dan melakukan komparasi standar penilaian plebitis.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria. 2007. “Tindakan Pencegahan Plebilitis Terhadap Pasien Yang Terpasang Infus”.
Halaman 31. Yogyakarta; Universitas Gadjah Mada

Amin.H.N. “Ciri-ciri Plebilitis” https://www.scribd.com/document/410378043/CIRI-CIRI-


PLEBITIS-docx

Lubis, Erika, Widiastuti. 2019. HUBUNGAN FAKTOR – FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI PHLEBITIS TERHADAP TERJADINYA PHLEBITIS. Jakarta:
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Binawan.

Anda mungkin juga menyukai