NIM : 2106581012
Prodi : Arsitektur Lanskap
Matakuliah : Subak & Pariwisata
Dosen Pengampu : Dr. Ir. I Ketut Suamba, M.P
1
5. Contoh Peranan Subak dalam Perekonomian
a) Agribisnis
Guna mengatasi masalah ini, diperlukan adanya upaya pemberdayaan subak
sebagai basis pembangunan pertanian tanaman pangan (padi) yaitu mewujudkan
subak sebagai lembaga ekonomi.
Oleh karena itu pemberdayaan subak diarahkan untuk memperkuat subak dalam
konteks agribisnis, agar mampu menciptakan jaringan produksi dan pemasaran
yang tangguh, guna meningkatkan kemampuan finansialnya.
b) Agrowisata
Agrowisata merupakan salah satu jenis wisata yang memanfaatkan usaha
pertanian (agro) menjadi suatu objek wisata (Sutjipta, 2008).
Pada saat ini prospek pengembangan agrowisata diperkirakan sangat cerah.
Pengembangan agrowisata dapat diarahkan pada ruangan terbuka dapat berupa
penataan lahan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk
mendukung suatu sistem usahatani yang efektif dan berkelanjutan. Komponen
utama pengembangan agrowisata ruangan terbuka dapat berupa flora dan fauna
yang dibudidayakan maupun liar, teknologi budidaya dan pascapanen komoditas
pertanian yang khas dan bernilai sejarah, aktrasi budaya setempat, dan pandangan
alam dengan latar belakang pertanian dengan kenyamanan yang dapat dirasakan.
6. Kesimpulan
Sistem organisasi pengairan tradisional bidang pertanian (subak) di Bali
berwatak sosio-kultural, berkembang dan mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan masyarakat sekitarnya.
Selain sosio kultura, subak juga memiliki keterkaitan dalam bidang perekonomian,
dimana sektor pertanian sawah sebagai faktor pendorong ketahanan pangan di
Indonesia. Adapun peranan subak dalam perekonomian seperti, agribisnis dan
agrowisata.
2
B. Pentingnya Keberlanjutan Sistem Subak di Bali
1. Definisi Subak
Subak merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang mengatur tentang
pengelolaan sistem pengairan atau irigasi sawah di Bali. Sistem subak menjamin
pembagian air secara adil dan merata di kalangan petani. Subak dibuat berdasarkan
kondisi permukaan tanah yang terasering serta lokasi sungai yang curam dan cukup
jauh dari persawahan.
2. Manfaat Subak
a) Meningkatkan Kesejahteraan Petani
Melalui sistem irigasi yang berasaskan keadilan bersama, sehingga para petani
akan tetap mendapatkan air meskipun dalam keadaan krisis air. Selain itu juga,
dapat menghindari terjadinya konflik antar petani hanya karena memperebutkan
aliran air ke sawah mereka.
b) Melestarikan Kearifan Lokal
Sesungguhnya subak bukan hanya sekedar organisasi yang mengatur sistem irigasi
pertanian di Bali saja, melainkan subak merupakan perwujudan dari harmonisasi
masyarakat agraris yang religius.
Pertanian di Bali tidak terlepas dari keberadaan dan peran subak, baik yang
menyangkut masalah pertanian di lahan sawah (subak lahan basah) maupun pertanian
dilahan tegalan/kering (subak abian). Selanjutnya, subak lahan basah (sawah) di Bali
identik dengan pertanian tanaman pangan, khususnya budidaya padi (Sutawan, 2009).
3
Pertanian, terlebih-lebih pertanian tanaman pangan berfungsi untuk memproduksi
pangan untuk menjaga ketahanan pangan. Sangat disadari, bahwa tanpa pangan
manusia tak mungkin bertahan hidup, sehingga patut diakui pula selama manusia
membutuhkan pangan selama itu pula pertanian tetap penting. Oleh sebab itu,
membahas keberlanjutan pertanian dan ketahanan pangan Provinsi Bali tidak terlepas
dari peran subak selama ini dan di masa yang akan datang. Dalam pembahasan ini yang
dimaksud subak adalah subak pada lahan sawah.
Pertanian tanaman pangan di Bali berperan multi fungsi dan sangat strategis, yaitu
sebagai pengahasil pangan, membuka kesempatan kerja, pelestarian sumberdaya alam
dan budaya khususnya subak yang sangat dibutuhkan oleh industri pariwisata (Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, 2008). Propinsi Bali dengan luas wilayah
5.632,86 Km2, yang terbagi kedalam 9 (sembilan) wilayah kabupaten/kota, memiliki
sawah seluas 81.235 ha dengan produksi beras sebanyak 531.443,74 ton yang
diharapkan mampu memenuhi kebutuhan sekitar 3.422.600 jiwa penduduk pada tahun
2007 (Budiasa dkk, 2009). SAKERNAS 2007 oleh BPS Provinsi Bali mencatat 36,03%
tenaga kerja terserap di sektor pertanian (BPS Provinsi Bali, 2008).
5. Kesimpulan
Subak sebagai sumberdaya budaya sudah sewajarnya mendapat perhatian para
pihak mengingat peranannya dalam mewujudkan keberlanjutan pertanian, ketahanan
pangan, serta sebagai salah satu penciri kemasyuran Bali. Keberlanjutan pertanian
terwujud apabila sistem pertanian dikembangkan secara holistik melalui pendekatan
sistem usahatani yang secara ekonomi menguntungkan, menggunakan teknologi yang
sepadan, ramah lingkungan, dan dapat diterima oleh masyarakat.
Peran ganda subak sebagai pengelola irigasi sekaligus pengelola bisnis sangat
strategis dalam upaya mewujudkan keberlanjutan pertanian dan ketahanan pangan di
Provinsi Bali. Upaya institution development and capacity building (IDCB) bagi subak
menjadi prioritas utama agar subak tersebut dapat menjalankan peran ganda.
4
C. Pelaksanaan Penelitian pada Sistem Subak
Orientasinya tidak saja untuk pengembangan pengetahuan dan teori-teori namun juga
penelitian aksi yang berorientasi pada problem solving secara partisipatif dengan melibatkan
para petani dan STAKEHOLDERS lainnya.
5
b) Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku dan cara berfikir manusia serta dengan
pendidikan dapat menguasai kemampuan berkomunikasi sehingga dapat menerima
dan memahami serta menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam organisasi subak.
c) Pekerjaan Sampingan
Hal tersebut mungkin terjadi karena pendapatan dari pekerjaan sampingan lebih
banyak daripada sebagai petani yang nantinya akan berdampak akan menjual
lahannya karena mendapat penghasilan lebih kecil daripada sektor non pertanian,
sehingga dikhawatirkan nantinya para petani akan meninggalkan kegiatan pertanian
karena kurang menguntungkan bagi pendapatan mereka.
d) Luas Lahan
Hal ini untuk mengetahui data real luas lahan yang dimiliki suatu subak yang diteliti,
contoh penelitian pada sistem subak lepang terdapat 1650 are (165 ha) dengan
jumlah anggota 87 orang.
e) Jumlah Keluarga
Menurut Mantra (2007) yang termasuk jumlah keluarga anggota keluarga
adalahseluruh jumlah anggota keluarga rumah tangga yang tinggal dan makan dari
satu dapur dengan kelompok penduduk yang sudah termasuk dalam kelompok
tenaga kerja.
5. Kesimpulan
Pelaksanaan Penelitian Pada Sistem Subak dengan melihat dari berbagai aspek
dan pemenuhan konsep subak yakni tri hitakarana. Serta, Orientasinya tidak saja untuk
pengembangan pengetahuan dan teori-teori namun juga penelitian aksi yang
berorientasi pada problem solving secara partisipatif dengan melibatkan para petani dan
STAKEHOLDERS lainnya. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kemakmuran
suatu subak yang diteliti.
6
D. Transformasi Sistem dan Pengelolaan Subak
1. Transformasi Sistem Subak
Sistem irigasi subak pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu sistem
teknologi sepadan dan juga dapat dipandang sebagai sistem kebudayaan. Karena
adanya fenomena dan pengertian seperti ini, maka sering disebutkan bahwa sistem
subak tersebut adalah sebagai suatu sistem teknologi yang telah menjadi bagian dari
budaya masyarakat setempat (Pusposutardjo, 2000) atau sistem seperti ini disebutkan
pula sebagai suatu sistem teknologi yang telah berkembang menjadi fenomena budaya
masyarakat (Puspowardojo, 1993).
2. Fungsi Sistem Subak sebagai Sistem Irigasi
a) Melaksanakan distribusi air irigasi.
b) Memilihara jaringan irigasi.
c) Mengelola sumber daya (uang, benda dan tenaga kerja).
d) Mengelola konflik.
e) Melaksanakan aktivitas ritual.
7
5. Subak di Transformasikan ke Daerah Lain dengan Budaya Lain
a) Seharusnya dilakukan sistem irigasi one inlet and one outlet pada setiap komplek
persawahan milik petani yang bersangkutan dan hal ini akan mendorong
kemungkinan sistem saling pinjam air irigasi dan rotasi pernanaman pada kelompok
petani yang bersangkutan.
b) Perlu didorong adanya aktivitas ritual pada sistem tersebut, agar ada kesadaran
bahwa air itu sejatinya adalah karunia sang pencipta dan oleh karena itu harus
dimanfaatkan secara adil dan benar dengan asas harmoni dan kebersamaan.
6. Hal Pokok yang Perlu di Perhatikan untuk Memperoleh Nilai Transformasi yang
Baik
a) Di kawasan itu harus ada air yang dapat dimanfaatkan untuk irigasi.
b) Di kawasan itu harus ada lahan yang miring untuk membuat sawah.
c) Melaksanakan kegiatan RRA (Rapid Rural Appraisal) dikawasan itu untuk
mendapat data secara cepat dari petani, tokoh masyarakat, petugas pemerintah
tentang kemungkinanan terbentuk sistem subak.
d) Melaksanakan kegiatan PRA (Participatory Rural Appraisal) dikawasan itu untuk
mendapat data secara cepat dari petani, tokoh masyarakat, petugas pemerintah
dalam kaitan sistem subak.
e) Memperhatikan dengan cermat elemen-elemen matrik khususnya yang dominan
sesuai dengan hasil analisa Fuzzy Set Theory dari masing-masing sampel.
8
berkaitan dengan pertanian.
b) Awig – Awig
Aturan atau hukum tertulis maupun lisan yang harus dihormati dan ditaati oleh
semua anggota karena disusun dan disetujui melalui rapat anggota.
10. Tiga Aspek yang diatur Awig – Awig yang Berkaitan dengan Subak
a) Parahyangan
b) Pawongan
c) Palemahan
Kuswanto (1977) mengungkapkan bahwa organisasi pengelola air irigasi (subak) dipandang
dari fungsi dan keuntungannya agar tetap mempertahankan sifat sosialnya di dalam
mengahadapi isu semakin kompetitifnya pengelolaan sumber daya air dewasa ini.