Anda di halaman 1dari 9

Nama : Alfi Faatiha Syiina

NIM : 2106581012
Prodi : Arsitektur Lanskap
Matakuliah : Subak & Pariwisata
Dosen Pengampu : Dr. Ir. I Ketut Suamba, M.P

Ringkasan Materi Subak & Pariwisata

A. Aktivitas Ekonomi Subak


1. Definisi Subak
Subak adalah sebuah sistem irigasi khas di Bali. Subak memiliki landasan
filosofi yakni Tri Hita Karana (THK). Aktivitas THK berkait dengan kegiatan
Parhyangan, Pawongan, dan Pelemahan. Ketiga aktivitas dalam THK itu bertujuan
untuk menuju adanya harmoni antara manusia dengan Tuhan, sesamanya, dan
lingkungan alam sekitarnya.

2. Komponen Kekuatan yang Dimiliki Oleh Subak


a) Adanya awig – awig
b) Adanya pertemuan – pertemuan rutin pada subak
c) Adanya usaha – usaha simpan pinjam
d) Adanya usaha tani yang terpola
e) Terbentuknya koperasi tani pada subak
f) Adanya nilai religi dalam subak
g) Adanya sikap petani yang positif terhadap agribisnis

3. Subak Sebagai Perekonomian Indonesia


Sektor pertanian mengkhusus subak masih sangat penting bagi perekonomian
nasional. Hal tersebut dikarenakan potensi dari sektor pertanian di Indonesia didukung
oleh ketersediaan sumber daya alam, serta kondisi iklim yang sangat baik untuk bertani
di lahan sawah.

4. Tantangan Perkembangan Subak dalam Perekonomian


Produktivitas yang seharusnya meningkat, mengingat jumlah penduduk yang
bertambah setiap tahunnya, akan tetapi di satu sisi lahan garapan sawah semakin kecil
atau berkurang akibat dari peralihan lahan pertanian ke industri-industri dan
perumahan.
Selain itu, kurangnya akses terhadap sumber permodalan, teknologi dan pasar
juga merupakan faktor penghambat pengembangan sektor pertanian, pemanfaatan
lahan untuk kegiatan usaha tani belum optimal dimana intensitas tanam tanaman
pangan rata-rata di bawah 200 persen, hal ini dikarenakan keterbatasan irigasi dan juga
permodalan usaha tani, kegiatan usaha tani belum dilaksanakan secara intensif,
keterbatasan kemampuan SDM karena belum intensifnya pembinaan dan
pendampingan.

1
5. Contoh Peranan Subak dalam Perekonomian
a) Agribisnis
Guna mengatasi masalah ini, diperlukan adanya upaya pemberdayaan subak
sebagai basis pembangunan pertanian tanaman pangan (padi) yaitu mewujudkan
subak sebagai lembaga ekonomi.
Oleh karena itu pemberdayaan subak diarahkan untuk memperkuat subak dalam
konteks agribisnis, agar mampu menciptakan jaringan produksi dan pemasaran
yang tangguh, guna meningkatkan kemampuan finansialnya.

b) Agrowisata
Agrowisata merupakan salah satu jenis wisata yang memanfaatkan usaha
pertanian (agro) menjadi suatu objek wisata (Sutjipta, 2008).
Pada saat ini prospek pengembangan agrowisata diperkirakan sangat cerah.
Pengembangan agrowisata dapat diarahkan pada ruangan terbuka dapat berupa
penataan lahan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk
mendukung suatu sistem usahatani yang efektif dan berkelanjutan. Komponen
utama pengembangan agrowisata ruangan terbuka dapat berupa flora dan fauna
yang dibudidayakan maupun liar, teknologi budidaya dan pascapanen komoditas
pertanian yang khas dan bernilai sejarah, aktrasi budaya setempat, dan pandangan
alam dengan latar belakang pertanian dengan kenyamanan yang dapat dirasakan.

6. Kesimpulan
Sistem organisasi pengairan tradisional bidang pertanian (subak) di Bali
berwatak sosio-kultural, berkembang dan mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan masyarakat sekitarnya.
Selain sosio kultura, subak juga memiliki keterkaitan dalam bidang perekonomian,
dimana sektor pertanian sawah sebagai faktor pendorong ketahanan pangan di
Indonesia. Adapun peranan subak dalam perekonomian seperti, agribisnis dan
agrowisata.

2
B. Pentingnya Keberlanjutan Sistem Subak di Bali
1. Definisi Subak
Subak merupakan suatu organisasi kemasyarakatan yang mengatur tentang
pengelolaan sistem pengairan atau irigasi sawah di Bali. Sistem subak menjamin
pembagian air secara adil dan merata di kalangan petani. Subak dibuat berdasarkan
kondisi permukaan tanah yang terasering serta lokasi sungai yang curam dan cukup
jauh dari persawahan.

2. Manfaat Subak
a) Meningkatkan Kesejahteraan Petani

Melalui sistem irigasi yang berasaskan keadilan bersama, sehingga para petani
akan tetap mendapatkan air meskipun dalam keadaan krisis air. Selain itu juga,
dapat menghindari terjadinya konflik antar petani hanya karena memperebutkan
aliran air ke sawah mereka.
b) Melestarikan Kearifan Lokal
Sesungguhnya subak bukan hanya sekedar organisasi yang mengatur sistem irigasi
pertanian di Bali saja, melainkan subak merupakan perwujudan dari harmonisasi
masyarakat agraris yang religius.

c) Menyejahterakan Koperasi Unit Desa


Peranan koperasi akan sangat membantu baik melalui koperasi simpan pinjam atau
sejenisnya yang juga pada akhirnya akan mensejahterakan masyarakat sekitar.

3. Keberlangsungan Subak di Bali


Subak adalah salah satu dari tiga pilar utama penopang kemasyuran Bali. Dua
pilar yang tidak kalah pentingnya adalah keberadaan desa adat yang sekarang dikenal
desa pakraman dan keberadaan Agama Hindu. Agama Hindu telah menjadikan Bali
dikenal sebagai Pulau Dewata, Kedua pilar, yaitu desa pakraman dan subak dilandasi
oleh falsafah hidup Tri Hita Karana (THK) yang berarti tiga penyebab kebahagiaan,
yaitu adanya hubungan yang harmonis antara :
a) manusia dengan penciptanya (Tuhan Yang Maha Esa),
b) manusia dengan manusiannya
c) manusia dengan alamnya serta dijiwai oleh Agama Hindu (Dinas Kebudayaan
Propinsi Bali, 1995).
Patut disadari, bahwa ketika salah satu atau lebih pilar penopang Bali itu runtuh, maka
saat itu pula Bali akan kehilangan identitasnya.

Pertanian di Bali tidak terlepas dari keberadaan dan peran subak, baik yang
menyangkut masalah pertanian di lahan sawah (subak lahan basah) maupun pertanian
dilahan tegalan/kering (subak abian). Selanjutnya, subak lahan basah (sawah) di Bali
identik dengan pertanian tanaman pangan, khususnya budidaya padi (Sutawan, 2009).
3
Pertanian, terlebih-lebih pertanian tanaman pangan berfungsi untuk memproduksi
pangan untuk menjaga ketahanan pangan. Sangat disadari, bahwa tanpa pangan
manusia tak mungkin bertahan hidup, sehingga patut diakui pula selama manusia
membutuhkan pangan selama itu pula pertanian tetap penting. Oleh sebab itu,
membahas keberlanjutan pertanian dan ketahanan pangan Provinsi Bali tidak terlepas
dari peran subak selama ini dan di masa yang akan datang. Dalam pembahasan ini yang
dimaksud subak adalah subak pada lahan sawah.
Pertanian tanaman pangan di Bali berperan multi fungsi dan sangat strategis, yaitu
sebagai pengahasil pangan, membuka kesempatan kerja, pelestarian sumberdaya alam
dan budaya khususnya subak yang sangat dibutuhkan oleh industri pariwisata (Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali, 2008). Propinsi Bali dengan luas wilayah
5.632,86 Km2, yang terbagi kedalam 9 (sembilan) wilayah kabupaten/kota, memiliki
sawah seluas 81.235 ha dengan produksi beras sebanyak 531.443,74 ton yang
diharapkan mampu memenuhi kebutuhan sekitar 3.422.600 jiwa penduduk pada tahun
2007 (Budiasa dkk, 2009). SAKERNAS 2007 oleh BPS Provinsi Bali mencatat 36,03%
tenaga kerja terserap di sektor pertanian (BPS Provinsi Bali, 2008).

4. Upaya Melestarikan Subak


a) Perlu adanya dukungan pemerintah diperlukan dalam upaya meringankan beban
finansial subak berupa subsidi sarana produksi, perbaikan jaringan dan bangunan
irigasi yang rusak, serta pendampingan dalam usaha meningkatkan hasil panen.
b) Pengembangan Kelembagaan Subak diharapkan salah satu upaya agar
keberlangsungan subak dapat terjaga oleh lembaga yang menaunginya.
c) Pengakuan Subak sebagai badan hukum agar bisa melakukan transaksi ekonomi
dan mencari kredit di bank melalui peraturan daerah (PERDA).
d) Menjadikan subak sebagai Green Tourism (Wisata Hijau atau Wisata Ramah
Lingkungan).
e) Membatasi alih fungsi lahan subak untuk penggunaan di sektor bukan pertanian.

5. Kesimpulan
Subak sebagai sumberdaya budaya sudah sewajarnya mendapat perhatian para
pihak mengingat peranannya dalam mewujudkan keberlanjutan pertanian, ketahanan
pangan, serta sebagai salah satu penciri kemasyuran Bali. Keberlanjutan pertanian
terwujud apabila sistem pertanian dikembangkan secara holistik melalui pendekatan
sistem usahatani yang secara ekonomi menguntungkan, menggunakan teknologi yang
sepadan, ramah lingkungan, dan dapat diterima oleh masyarakat.
Peran ganda subak sebagai pengelola irigasi sekaligus pengelola bisnis sangat
strategis dalam upaya mewujudkan keberlanjutan pertanian dan ketahanan pangan di
Provinsi Bali. Upaya institution development and capacity building (IDCB) bagi subak
menjadi prioritas utama agar subak tersebut dapat menjalankan peran ganda.

4
C. Pelaksanaan Penelitian pada Sistem Subak
Orientasinya tidak saja untuk pengembangan pengetahuan dan teori-teori namun juga
penelitian aksi yang berorientasi pada problem solving secara partisipatif dengan melibatkan
para petani dan STAKEHOLDERS lainnya.

1. Aspek – Aspek Penelitian


a) Aspek Ekonomi
dapat diliahat/diperoleh datanya dari indikator mobilisasi sumber daya dan kegiatan
koperasi unit desa.
b) Aspek Teknis
dapar dilihar/ diperoleh datanya dari indikator meliputi pencaharian dan distribusi
air, pemeliharaan fasilitas irigasi, fasilitas pendukung dan wilayah.

c) Aspek Tri Hita Karana


‘Tri’ yang berarti tiga, ‘Hita’ yang berarti kebahagiaan dan/atau kesejahteraan, serta
‘Karana’ yang berarti penyebab, maka arti dari Tri Hita Karana dapat disimpulkan
sebagai ‘tiga penyebab terciptanya kebahagiaan dan kesejahteraan’.
d) Aspek Sosial
Dengan indikator ya terkait seperti :
- indikator tujuan subak
- kepercayaan
- sanksi
- peranan dan jenhang sosial

2. Manfaat Penelitian Subak


a) Manfaat Akademik
Penelitian subak ini memiliki manfaat akademis, yaitu dapat menambah wawasan
tentang sistem subak. Selain itu,juga dapat menambah rangsangan bagi peneliti lain
untuk ikut penelitian, juga sebagai informasi awal bagi penelitian lanjutan lainnya.
b) Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktisnya adalah berupaya memberikan informasi dan sebagai
masukan bagi pemerintah khususnya Pemerintah Provinsi Bali untuk mengambil
kebijakan dalam melindungi warisan budaya sekitar dalam hal ini subak sebagai
warisan budaya,serta lahan pertanian di tengah perkembangan pariwisata.

3. Karakteristik Responden Petani Subak


a) Jenis Kelamin dan Umur
Jenis Kelamin dan umur Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 100%
laki-laki. Terdapat 3 kategori umur berdasarkan Badan Pusat Statistik yakni:
1) penduduk dalam produktif 0 s.d 14 tahun;
2) penduduk usia produktif 15 s.d 64 tahun;
3) penduduk kurang produktif 65 tahun ke atas

5
b) Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku dan cara berfikir manusia serta dengan
pendidikan dapat menguasai kemampuan berkomunikasi sehingga dapat menerima
dan memahami serta menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam organisasi subak.

c) Pekerjaan Sampingan
Hal tersebut mungkin terjadi karena pendapatan dari pekerjaan sampingan lebih
banyak daripada sebagai petani yang nantinya akan berdampak akan menjual
lahannya karena mendapat penghasilan lebih kecil daripada sektor non pertanian,
sehingga dikhawatirkan nantinya para petani akan meninggalkan kegiatan pertanian
karena kurang menguntungkan bagi pendapatan mereka.

d) Luas Lahan
Hal ini untuk mengetahui data real luas lahan yang dimiliki suatu subak yang diteliti,
contoh penelitian pada sistem subak lepang terdapat 1650 are (165 ha) dengan
jumlah anggota 87 orang.

e) Jumlah Keluarga
Menurut Mantra (2007) yang termasuk jumlah keluarga anggota keluarga
adalahseluruh jumlah anggota keluarga rumah tangga yang tinggal dan makan dari
satu dapur dengan kelompok penduduk yang sudah termasuk dalam kelompok
tenaga kerja.

4. Hal – Hal yang diperhatikan dalam Penelitian


a) Kearifan lokal sistem subak di Bali
b) Kajian tentang strategi keberlanjutan sistem subak
c) Pemanfaatan sumberdaya air di bali melalui sistem subak
d) Pemanfaatan air dalam irigasi sistem subak dalam dinamika perkembangan
kehidupan
e) Pelestarian sistem subak / sumberdaya air di bali
f) Kebutuhan air irigasi
g) Kajian pemberdayaan sistem subak dalam kegiatan sistem irigasi
h) Pendayagunaan air atas dasar konsep tri hita karana

5. Kesimpulan
Pelaksanaan Penelitian Pada Sistem Subak dengan melihat dari berbagai aspek
dan pemenuhan konsep subak yakni tri hitakarana. Serta, Orientasinya tidak saja untuk
pengembangan pengetahuan dan teori-teori namun juga penelitian aksi yang
berorientasi pada problem solving secara partisipatif dengan melibatkan para petani dan
STAKEHOLDERS lainnya. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kemakmuran
suatu subak yang diteliti.

6
D. Transformasi Sistem dan Pengelolaan Subak
1. Transformasi Sistem Subak
Sistem irigasi subak pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu sistem
teknologi sepadan dan juga dapat dipandang sebagai sistem kebudayaan. Karena
adanya fenomena dan pengertian seperti ini, maka sering disebutkan bahwa sistem
subak tersebut adalah sebagai suatu sistem teknologi yang telah menjadi bagian dari
budaya masyarakat setempat (Pusposutardjo, 2000) atau sistem seperti ini disebutkan
pula sebagai suatu sistem teknologi yang telah berkembang menjadi fenomena budaya
masyarakat (Puspowardojo, 1993).
2. Fungsi Sistem Subak sebagai Sistem Irigasi
a) Melaksanakan distribusi air irigasi.
b) Memilihara jaringan irigasi.
c) Mengelola sumber daya (uang, benda dan tenaga kerja).
d) Mengelola konflik.
e) Melaksanakan aktivitas ritual.

3. Bidang Kelembagaan Sistem Subak


Windia (2002), mencatat bahwa sistem subak pada dasarnya dapat
ditransformasi ke daerah lain, dengan latar budaya yang berbeda dengan budaya yang
berkembang di Bali .
Kalau terjadi proses perubahan bentuk sistem subak, kiranya tidak ada masalah,
asalkan saja esensinya harus tetap sama, yakni bertugas untuk. mendistribusikan air
irigasi secara adil kepada semua anggotanya dengan berdasarkan pada prinsip harmoni
dan kebersamaan .
Prinsip dasar dari filsafat THK adalah harmoni dan kebersamaan. Dasar filsafat
THK yang menjadi landasan subak adalah menghindari terjadinya konflik dan
menghindari adanya kepentingan individualis.

4. Konflik yang dapat dihindari pada Sistem Subak


a) Sistem one inlet and one outlet pada setiap komplek (hamparan) sawah milik petani
atau anggota subak.
b) Sistem ambang inlet pada bangunan-bagi jaringan tersier dan kuarter, ditata dengan
sistem proporsial-plus.
c) Pada lokasi dimana akan dibangun bangunan-bagi pada suatu saluran dikawasan
subak, maka saluran itu akan diperlebar terlebih dahulu. Kemudian baru dibangun
bangunan-bagi.
d) Ambang inlet bangunan-bagi dibuat dengan sistem lurus ke hilir (sistem numbak)
dan air mengalir secara kontinyu.

7
5. Subak di Transformasikan ke Daerah Lain dengan Budaya Lain
a) Seharusnya dilakukan sistem irigasi one inlet and one outlet pada setiap komplek
persawahan milik petani yang bersangkutan dan hal ini akan mendorong
kemungkinan sistem saling pinjam air irigasi dan rotasi pernanaman pada kelompok
petani yang bersangkutan.
b) Perlu didorong adanya aktivitas ritual pada sistem tersebut, agar ada kesadaran
bahwa air itu sejatinya adalah karunia sang pencipta dan oleh karena itu harus
dimanfaatkan secara adil dan benar dengan asas harmoni dan kebersamaan.

6. Hal Pokok yang Perlu di Perhatikan untuk Memperoleh Nilai Transformasi yang
Baik
a) Di kawasan itu harus ada air yang dapat dimanfaatkan untuk irigasi.
b) Di kawasan itu harus ada lahan yang miring untuk membuat sawah.
c) Melaksanakan kegiatan RRA (Rapid Rural Appraisal) dikawasan itu untuk
mendapat data secara cepat dari petani, tokoh masyarakat, petugas pemerintah
tentang kemungkinanan terbentuk sistem subak.
d) Melaksanakan kegiatan PRA (Participatory Rural Appraisal) dikawasan itu untuk
mendapat data secara cepat dari petani, tokoh masyarakat, petugas pemerintah
dalam kaitan sistem subak.
e) Memperhatikan dengan cermat elemen-elemen matrik khususnya yang dominan
sesuai dengan hasil analisa Fuzzy Set Theory dari masing-masing sampel.

7. Kelemahan dalam Proses Transformasi Sistem Subak


a) Adanya faktor budaya yang sangat melekat pada sistem subak, yang dicerminkan
adanya nilai-nilai agama yang dijadikan landasan dari subak yang bersangkutan.
b) Adanya perubahan yang kini sangat dinamis dalam kehidupan masyarakat dan kini
tercermin sangat berkurangnya perhatian pada sektor pertanian dan irigasi.
c) Belum dapat dipisahkan secara tegas peranan gatra pola pikir, sosial dan artefak
dalam perhitungan nilai kemampuan transformasi.

8. Perangkat Irigasi Sistem Subak


a) Fisik
Perangkat fisik terdiri atas bangunan dan saluran sampai lahan sawah.
b) Non-fisik
Perangkat non fisik meliputi organisasi subak serta aturan subak yang disebut awig-
awig.

9. Pengelolaan Air Irigasi Sistem Subak


secara umum sumber airnya berasal dari sadapan air sungai tanpa bangunan waduk.
Konsekuensinya adalah debit air yang dapat disadap tergantung dari musim.
a) Gatra Sosial
Pengelolaan prasarana fisik jaringan irigasi oleh petani-petani dalam satu subak
yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan yang disepakati bersama (awig-awig),
termasuk dengan penyelenggaraan kegiatan ritual dan kebersamaan lainnya yang

8
berkaitan dengan pertanian.
b) Awig – Awig
Aturan atau hukum tertulis maupun lisan yang harus dihormati dan ditaati oleh
semua anggota karena disusun dan disetujui melalui rapat anggota.

10. Tiga Aspek yang diatur Awig – Awig yang Berkaitan dengan Subak
a) Parahyangan
b) Pawongan
c) Palemahan

11. Fungsi Penting Subak sebagai Organisasi


a) Fungsi Ekonomis
b) Fungsi Sosial
c) Fungsi Koordinasi
d) Fungsi Tukar menukar Informasi dan Pengalaman

Kuswanto (1977) mengungkapkan bahwa organisasi pengelola air irigasi (subak) dipandang
dari fungsi dan keuntungannya agar tetap mempertahankan sifat sosialnya di dalam
mengahadapi isu semakin kompetitifnya pengelolaan sumber daya air dewasa ini.

Beberapa pertimbangannya adalah sebagai berikut :


a) Pemilikan hak guna atas air dan jaringan irigasi oleh subak sebagai perkumpulan petani
pengelola air (P3A) bersifat kolektif.
b) P3A dapat berfungsi sebagai instrumen untuk menciptakan dan menjaga pemerataan
ekonomi di kalangan petani anggota.

Anda mungkin juga menyukai