Anda di halaman 1dari 19

GAYA BAHASA JURNALISTIK

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mata Kuliah Bahasa Jurnaistik

Disusun Oleh:
IKOM 3 SEMESTER 5
KELOMPOK 5

SHABILA PUTRI SYAM (0105182270)


SYARIFAH (0105181083)

FAKULTAS ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Gaya Bahasa Jurnalistik” ini dengan baik. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah
Bahasa Jurnalistik pada semester V Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial UINSU Medan.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari beberapa pihak sehingga dapat mempelancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah berkontribuasi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa dan
penjelasannya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir
kata kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat maupun inspirasi
beserta pemahaman terhadap pembaca.

Medan, 1 November 2020

Penyusun,

Kelompok 5
DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 1

1.3 Tujuan..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3

2.1 Ejaan dan Tata Tulis .............................................................................. 3

2.2 Abjad dan Pemenggalan Kata................................................................. 4

2.3 Huruf Kapital.......................................................................................... 5

2.4 Huruf Miring dan Huruf Tebal................................................................ 6

2.5 Tanda Baca.............................................................................................. 6

BAB III PENUTUP........................................................................................... 13

3.1 Simpulan................................................................................................. 13

3.2 Saran........................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk


berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang
berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh
pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai
sarana integrasi dan adaptasi.

Kita sering berkomunikasi terlebih kita selalu berinteraksi dengan suatu


bahasa baik itu secara tatap muka ataupun dengan suatu alat penghubung.
Dengan bahasa kita mampu mengerti apa maksud dan tujuan antara komunikan
dan komunikator. Bahasa sangatlah penting untuk interaksi kita di dunia ini baik
untuk tujuan bisnis, pendidikan, etnis, sejarah juga untuk kepentigan bangsa dan
negara.

Bahasa juga identik dengan ciri khas suatu bangsa negara itu sendiri,
menjadi suatu pembeda juga pemersatu untuk bangsa. Karna itu kita patutlah
bangga dengan bahasa kita, karna dengan adanya bahasa di negara kita yaitu
bahasa Indonesia, bangsa kita mempunyai ciri khas, pemersatu antar daerah
natau suku juga pembeda dengan negara lain.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah Pengertian Ejaan dan Tata Tulis?


2. Apakah Pengertian Huruf Kapital?
3. Apakah Maksud dari Huruf Miring dan Huruf tebal?
1.3 TUJUAN

1. Menjelaskan Pengertian Ejaaan dan Tata Tulis.


2. Menjelaskan Huruf Kapital.
3. Menjelaskan Penempatan Huruf Miring dan Huruf Tebal.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 EJAAN DAN TATA TULIS

Ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia sekarang menganut sistem


ejaan fonemis, yaitu satu bunyi dilambangkan dengan satu tanda (huruf). Akan
tetapi, kenyataanya masih terdapat kekurangan. Kekurangan tersebut terlihat
pada adanya fonem (bunyi) yang masih dilambangkan dengan dua tanda yaitu
/ng,/kh, dan /sy/. Sebaliknya, ada dua fonem yang dilambangkan dengan satu
tanda saja, yaitu / e/ pepet dan / e/ taling. Hal ini dapat menimbulkan hambatan
dalam penyusunan ejaan bahasa Indonesia yang lebih sempurna.

Harimurti Kridalaksana berpendapat bahwa ejaan adalah penggambaran


bunyi bahasa dengan kaidah tulis – menulis yang distandardisasi. Dan, menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri ejaan adalah kaidah – kaidah, cara bunyi
– bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya ) dalam bentuk tullisan ( huruf –huruf )
serta penggunaan tanda baca. Maka, ejaan dapat diartikan sebagai alat bantu
dalam komunikasi tertulis . Adapun dalam komunikasi lisan, dibantu oleh
intonasi dan mimik, namun dalam komunikasi tertulis semua itu diganti dengan
tanda baca, dan bunyi – bunyi bahasa di ganti dengan huruf. Sehingga pada
hakikatnya ejaan adalah sebuah kesepakatan untuk menggunakan lambang bunyi
tertentu dan tanda – tanda tertentu agar dapat saling dipahami. Dan, ejaan ini
mengupayakan agar komunikasi dalam bentuk tertulis itu sama baiknya dengan
komunikasi lisan melalui tanda – tanda simbol – simbol yang sudah disepakati.
Begitu juga penggunaan ejaan dalam media massa juga harus diperhatikan
kaidah – kaidah dari bahasa indonesia yang telah ditentukan. Penggunaan bahasa
seperti bahasa sehari – hari dalam media masa juga mempunyai arti tersendiri.
Namun terkadang jika dilihat ada sedikit perbedaan antara ejaan yang digunakan
dalam media massa dengan ejaan yang tertulis di buku.
Dalam media massa ada beberapa perubahan, penambahanan atau
pengurangan atau penggunaan EYD. Hal ini karena pada media massa terkaang
memanfaatkan ejaan itu sebagai gaya saja. Seperti misalnya, penulisan huruf
tebal untuk penulisan pertanyaan atau ( caption ), dan huruf tebal untuk penulis.
Adanya perbedaan tersebut mengakibatkan bahwa ejaan media massa. Namun di
sini pers tidak boleh semena – mena dalam mengeja dan harus sesuai dengan
1
kaidah bahasa Indonesia.

2.2 ABJAD DAN PEMENGALAN KATA

Abjad yang digunakan untuk menulis dalam media massa yaitu abjad
internasional sebagaimana yang tercantum dalam EYD, yaitu :

Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama


Aa A Jj je Ss Es
Bb Be Kk ka Tt Te
Cc Ce Ll el Uu U
Dd De Mm em Vv Ve
Ee E Nn en Ww We
Ff Ef Oo o Xx Eks
Gg Ge Pp pe Yy Ye
Hh Ha Qq ki Zz Zet
Ii I Rr er

Selain itu terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan,


yaitu kh, ng,ny, dan sy. Masing - masing huruf tersebut melambangkan satu
bunyi konsonan. Kemudian juga vokal rangkap atau diftong, yaitu ai, au dan oi.
Diftong ini melambangnkan satu bunyi vokal. Namun, jika penulisan yang
menyakut nama diri itu harus ditulis dengan mengikuti ejaaan aslinya, mekipun
dianggap salah EYD. Misalnya huruf (j) dilafalkan (y), (dj) dilafalkan (j), dan
(tj) dilafalkan (c). Sebagai contoh misalnya, Soeharto bukan Suharto.
1
Erwan Efendi, A. Rasyid, Jurlanistik Praktis Kontemporer, (Depok :Pernadamedia Group,
2017)h.175
Aturan pemengalan kata dalam bahasa indonesia terdiri dari beberapa
butir, yaitu :

1. Apabila ada dua vokal berurutan atau dua konsonan berurutan, maka
pemenggalan dilakukan di antaranya. Misalnya : ma –in, sau-da-ra.
2. Jika di tengah kata ada huruf konsonan di antaranya dua vokal, maka
pemengalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya : sa-tu, tu-gas
3. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, maka
penggalan dilakukan di antara dikonsonan pertama
4. Kata berimbuhan dipenggal dengan mempertahankan keutuhan kata dasar.
Misalnya : meng-ajar bel-ajar.
5. Tidak memengal kata dengan menyiasalkan satu huruf, misalnya:

Secara umum bahwa pemenggalan kata sebenarnya dilakukan dengan


mengikuti pemisahan suku kata dari kata yang bersangkutan. Namun dalam media
massa aturan pemenggalan pada nama orang, perusahaan, atau instansi sangat
dihindari. Dan mereka berusaha menuliskannya secara utuh. Dikarenakan masih
terbentur dengan teknologi, media massa sering mendapat kritik mengenai
pemenggalan kata. 2

3.3 HURUF KAPITAL

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), huruf capital atau juga
disebut dengan huruf besar adalah huruf yang berukuran dan berbentuk khusus
( lebih besar daripada huruf biasa).

Huruf kapital biasanya selalu diletakkan di setiap kata pertama dalam


suatu kalimat. Padahal sebenarnya huruf capital tak hanya dapat digunakan pada
awal kata pertama saja tapi jiga pada kata-kata setelahnya akan tetapi penggunaan
dan penulisan harus sesuai dengan kondisi dan aturan tertentu yang telah
ditetapkan.

Penggunaan huruf capital menurut EYD.

2
Ibid, h.176
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk
julukan.
Misalnya : Putri Ayu
2. Huruf kapital di pakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.
Misalnya : Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan,
keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk
gelar akademik nama orang. Misalnya :
-Sultan Hasanuddin

-Nabi Ibrahim

-Agung permana, Sarjana Hukum

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar


kehormatan,keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepanjangn
yang dipakai sebagai sapaan.

Misalnya : Selamat datang, Yang Mulia. Semoga berbahagia, Sultan.


Silahkan duduk, Prof. Terima kasih, Kiai. Selamat pagi, Dokter. Mohon izin,
Jendral.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diakui nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya : Wakil Presiden Adam
Malik

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
dan bahasa.
Misalnya : bangsa Indonesia
Suku Dani
Bahasa Bali
5. Huruf kapital dipakai seabagai huruf pertama nama yahun, bulan, hari, dan
hari besar atau hari raya.
Misalnya : tahun Hijriah
bulan Agustus
hari Jumat

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
Misalnya : Konferensi Asia Afrika

6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata ( termasuk semua
unsur bentuk ulang sempurna ) dalam nama negara, lembaga, badan,
organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, yang,
dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya : Republik indonesia

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata ( termasuk unsur
kata ulang sempurna ) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah
serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari,
yang dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya : Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke
Roma.
Ia menyajikan makalah “Penerapan Asas – Asas Hukum
Perdata”.
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, atau sapaan. Misalnya : S.S. sarjana sastra
M.Hum. magister humaniora
Hj. hajah
Mgr. monseigneur
Dr. doktor
Prof propesor3

3
Rina Devianty, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, ( Medan : Balai Pustaka ) h.26
9. Huruf pertama dari setiap bentuk kata ulang sempurna. Namun, hal inilah
yang masih kurang dipatuhi oleh media massa. Misalnya : Hati- hati
penalti, Bung! Yang semestinya ditulis Hati- Hati penalti, Bung!

Dalam media massa pemakaian huruf kapital mendapat tambahan, yaitu:

1. Penulisan caption atau teks foto


2. Kata pertama paragraf pembuka atau teras berita.
3. Seluruh huruf baris pertama dari paragraf pembuka atau teras berita.4

2.4 HURUF MIRING DAN HURUF TEBAL

Perkembangan pemakaian huruf miring di media massa lebih banyak


dibandingkan yang terdapat dalam EYD, di antaranya :

1. Untuk menuliskan semua nama media massa cetak atau elektronik.


2. Untuk nama kapal dan pesawat dan nama kantor berita.
3. Untuk tema atau judul seminar atau pameran.
4. Untuk menuliskan nama rubrik dan nama program acara di televisi.

Begitu pula dalam pemakaian huruf tebal dalam media massa juga sangat , banyak
seperti :

1. Untuk penulisan judul dan caption atau teks foto.


2. Untuk pertanyaan dalam suatu tulisan yang berbentuk tanya jawab.
3. Untuk penulisan nama tokoh publik dan rubrik.
4. Nama penulis atau pelapor dalam tubuh tulisan.
5. Untuk lead alias teras berita dan penulisan subjudul.5

2.5 TANDA BACA

Koma Dan Tanda Titik Koma


4
Erwan Efendi, A. Rasyid, Jurlanistik Praktis Kontemporer, (Depok :Pernadamedia Group,
2017)h.178
5
Ibid,h..179
Jangan menempatkan koma sebelum kata dan dalam dereta sederhana.
Contoh (Anggota komite adalah Susan Clarke, Paul Blok, dan Dale Jackson).

Gunakan koma dan titik koma dalam daftar nama dan istilah
pengidentifikasi. Contoh (komite itu beragnggotakan Gerry Brown, ketua; Shawn
Jourdain, wakil ketua; Cam Carhart.)

Gunakan koma dalam kalimat jamak sebelum kata sambung. Contoh


(Grup band Dewa 19 pentas lebih dahulu, dan kagen Band main belakang.) jika
tidak ada kata sambung menggunakan titik koma contoh (Barcelona menang; Real
Madrid di urutan kedua). Jika ada kata sambung, gunakan titik koma apabila ada
banyak tanda baca dalam satu atau lebih klausul. Contoh (key Club, dengan 27
anggota, memimpim perlombaan bersepeda; tetapi Chess Club, dengan lima
anggota muda,menempel ketat di belakangnya). Jika kedua klausulnya pendek,
koma atau titik koma tidak usah dipakai contoh (Liverpool menang dan
Manchester United kalah.)6

Tanda Titik (.)

Penulisan tanda baca dalam media massa juga harus diperhatikan seperti:

a. Akhir kalimat
b. Memishkan angka jam, menit,dan detik yang menunjukkan waktu
c. Memisahkan bilngan ribuan dan kelipatannya.
d. Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Namun, sebagai meida massa tidak menggunakan titik pada singkatan
gelar akademis ataupun singkatan lainya, karena adanya tanda titik itu
akan membuat kita menjadi kurang lancar dalam membacanya.

Tanda Koma (,)

Tanda baca ini digunakan untuk :

a. Memisahkan induk kalimat dari anak kalimat.


6
Tom E. Rolnicki, Pengantar Dasar Jurnalisme Scholastic Journalisme ( Jakarta : Prenandamedia
Group, 2008 ) h.205
b. Digunakan dalam kalimat majemuk setara yang menggukan konjungsi
tetapi, melainkan .
c. Di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat
pada posisi awal dan belakang kata seruan.
d. Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dan mencerminkan bagian
nama yang dibalik susunannya.
e. Di antar tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahun terbitan serta untuk
mengapit keterangan tambahan, aposisi, sisipan, dan sebagainya.
f. Untuk menghindari salah baca.

Pemakaian tanda koma ini tidak boleh dianggap remeh, karena tanda koma
merupakan tanda baca yang paling tinggi tingkat kesalahnya. Pemakaian tanda
koma tidak hanya dapat mengubah arti, melainkan juga menyakut cita rasa, yaitu
nada dan irama kalimat. Karena jika tidak menggunkan tanda koma, kalimat akan
terasa menonton, tersendat, dan kurang enak dinikmati.

Tanda Titik Koma (;)

Digukanan untuk :

a. Memisahkan bagian – bagian kalimat sejenis dan setara .


b. Sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan untuk
memisahkan kalimat setara dalam kalimat majemuk.

Tanda titik Dua (:)

Digunakan untuk :

a. Pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikiuti rangkaian atau pemerian.
b. Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
c. Dalam teks drama sesudah kata yang menujukkan pelaku.

Tanda Hubung (-)

Tanda baca ini digunakan untuk :


a. Menyambung suku - suku kata dasr yang terpisah oleh pergantian baris.
b. Menyambung awalan dengan kata di belakang atau akhiran dengan kata di
depan nya pada pergantian baris.
c. Menyambut unsur – unsur kata ulang, dan huruf kata yang dieja satu – satu
serta bagian tanggal.

Tanda Pisah ( )

Digunkan untuk:

a. Membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar


kalimat.
b. Menegaskan adanya keterangan aposisi atau yang lain sehingga kalimat
menjadi jelas.
c. Dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti sampai ke atau
sampai dengan.

Tanda Elipsis (...)

Tanda elipsis digunakan untuk kalimat yang terputus – putus dan untuk
menujukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.

Tanda Tanya (?)

Tanda tanya digunakan pada akhir kalimat tanya atau untuk menanyakkan
bagian kalimat yang disangsikan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya dan
ditulis dalam kurung (?).

Tanda Seru (!)

Yaitu dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi.

Tanda Kurung ((...))

Digunakan untuk :
a. Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
b. Mengapit keterangan huruf atau kata yang kehadirannya dalam teks tidak
dihilangkan.
c. Mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.

Tanda kurung ([...])

Digunkan untuk :

a. Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.


b. Mengapit keterangan huruf atau kata yang kehadirannya dalam teks tidak
dihilangkan..
c. Mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.

Tanda Kurung Siku (“...”)

Tanda petik digunakan untuk mengapit petikan yang tersusun dalam


petikan lain dan mengampit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan asing.

Tanda Garis Miring (/)

Tanda garis miring digunakan dalam nomor surat, alamat, dan sebagai
pengganti kata atau, tiap, dan per.

Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)

Tanda baca ini digunkan untuk memnunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun. Setelah melihat pemakaian ejaan dan tata tulis di media
massa, ternyata ada beberapa tambahan mengnai tata tulis pada media massa. Hal
ini dikarenkan meida massa memiliki bahasa yang mandiri. Penambahan itu, di
antaranya:

1. Penulisan Baris Nama Atau By Line


Yaitu nama penulis dicantumkan di awal tulisan yang ditulis dengan tanpa
menggunakan rincian. Misalnya : Oleh Bondan Winarno.
2. Penulisan Angka
Yaitu umumnya angka satu sampai sembilan ditulis dengan huruf, kecuali
diikuti satuan hitung, satuan ukur, atau satuan mata uang. Contohnya : Rp
50, 40 kg, dan sebagainya. Dan jika dalam perincian, angka satu sampai
sembilan di tulis dengan angka. Misalnya: Dia membeli 3 ekor sapi, 5
ayam, dan 7 bebek.
3. Penulisan Gelar Akademis
Media massa khususnya surat kabar cendrung menghindari gelar akademik
pada judul berita disebakan gelar tersebut akan semangkin memperpanjang
kata pada judul berita sehingga memakan banyak tempat. Karena itu
wartawan cendrung menggunakan gelar akademik yang dinilai bergengsi
di mata pembaca semisal Doktor atau Profesor.

Mahasiswa Harus Selesai Tepat Waktu


Namun ketika membuat lead berita, gelar yang disandang oleh
sumber berita harus diungkapkan secara lebih jelas seperti Prof. Dr.
Abdullah, M.Si, menyatakn, para mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Sumatra Utara harus menyelesaikan
perkuliahannya tepat waktu sehingga tidak mengecewakan orangtua.

Gelar akademis yang lazimnya ditulis mengikuti nama orang, cenderung tidak
dicantumkan tetapi ditulis secara lengkap. Misalnya :
Ginandjar Kartasasmita Masuk Bursa Calon Wakil Presiden Namun,
profesor yang satu ini Cuma menyatakan, “saya cukup tahu diri”.

Ada beberapa media massa yang tetap mencantumkannnya, misalnya:

Prof. Dr. Ginandjar Kartasasmita Masuk Bursa Calon Wakil Presiden


Namun, ia cuma menyatakan, “saya cukup tahu diri”.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. Ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia sekarang menganut sistem


ejaan fonemis, yaitu satu bunyi dilambangkan dengan satu tanda (huruf).
Akan tetapi, kenyataanya masih terdapat kekurangan. Kekurangan tersebut
terlihat pada adanya fonem (bunyi) yang masih dilambangkan dengan dua
tanda yaitu /ng,/kh, dan /sy/. Sebaliknya, ada dua fonem yang
dilambangkan dengan satu tanda saja, yaitu / e/ pepet dan / e/ taling. Hal
ini dapat menimbulkan hambatan dalam penyusunan ejaan bahasa
Indonesia yang lebih sempurna.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan,keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan
kepanjangn yang dipakai sebagai sapaan.
3. Huruf miring biasanya digunakan untuk memberikan penekanan sebuah
kata sedangkan huruf tebal biasanya untuk menegaskan bagian tulisan
yang sudah di tulis miring ataupun tidak.

3.2 SARAN

Saya menyadari bahwa didalam penilisan makalah ini belumlah sempurna.


Maka dari itu, dalam penulisan makalah selanjutnya akan diperluas dan
dikembangkan lagi materi yang disampaikan agar lebih baik lagi. Semoga
makalah yang kami buat ini bermanfaat bagi pembaca dan bisa di di aplikasikan
dalam menuliskan sesuatu

DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Rasyid. Ddk. 2017. Jurnalistik Praktis Kontemporer. Depok :
Prenadamedia Group.

Devianty, Rina. 2018.Materi Kuliah Bahasa Indonesia. Medan: UINSU.

Rolnikcki, E. Tom, 2008. Pengantar Dasar Jurnalisme scholastic journalism.


Jakarta : Prenadamedia Group.

Anda mungkin juga menyukai