Anda di halaman 1dari 12

Nama : HARDIN

Kelas :A
Nim : 451420018
Mata Kuliah : Geografi Sumber Daya

Resume Jurnal Nasional 1

“Analisis Daya Dukung Lahan Pertanian Tanaman Pangan Daerah Aliran Sungai
Cibaliung, Provinsi Banten”

Analisis mengenai daya dukung lahan pertanian tanaman pangan sangat penting dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan lahan pertanian dalam mendukung pemenuhan
kebutuhan pangan penduduk di suatu daerah. Salah satu permasalahan di Daerah Aliran Sungai
(DAS) Cibaliung adalah rendahnya kemampuan lahan dalam memenuhi kebutuhan pangan
sehingga penduduk tidak bisa memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat daya dukung lahan pertanian tanaman pangan dalam mencukupi
kebutuhan pangan masyarakat di DAS Cibaliung, Provinsi Banten. Secara spasial penelitian ini
meliputi 2 kabupaten yang terdiri atas 15 kecamatan dalam lingkup DAS Cibaliung. Data yang
digunakan adalah data sekunder yang diambil dari Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
secara keseluruhan berdasarkan data 4 tahun (periode tahun 20132016) daya dukung lahan
pertanian pangan DAS Cibaliung secara keseluruhan masih rendah. Selain itu, jumlah penduduk
optimal yang mampu didukung kebutuhan pangannya oleh lahan yang tersedia masih lebih kecil
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang tercatat di masing-masing kecamatan di DAS
Cibaliung. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah DAS Cibaliung belum mampu berswasembada
pangan dan belum mampu memberikan kehidupan yang layak bagi penduduknya. Oleh karena
itu, perlu dilakukan upaya-upaya tertentu untuk meningkatkan daya dukung lahan pertanian
pangan di daerah ini, misalnya dengan menekan jumlah penduduk dan memperbaiki kualitas
sumber daya lahan pertanian melalui upaya pertanian konservasi dan diversifikasi jenis tanaman
pangan.
Daerah aliran sungai merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak-anak sungai yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan
air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan (PP No. 32 tahun 2012). Daerah aliran sungai yang baik adalah
daerah yang kualitas lahannya stabil atau tidak mengalami penurunan kualitas sehingga mampu
memberikan kehidupan yang layak bagi penduduk yang ada di dalamnya, baik dari segi pangan,
sandang, dan papan tanpa harus mengurangi kualitas lahan atau lingkungan. Racman et al.
(2017) menyebutkan bahwa peningkatan produktivitas lahan yang diikuti oleh peningkatan
kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan DAS.

DAS Cibaliung secara umum memiliki kemiringan lereng sebesar 625% dengan
penggunaan lahan yang didominasi oleh lahan pertanian dengan perincian pertanian lahan kering
seluas 14804 ha, lahan pertanian sawah seluas 9309,87 ha, dan pertanian lahan kering campuran
seluas 14073,83 ha. Secara garis besar, DAS Cibaliung mempunyai karakteristik iklim, yaitu
curah hujan rata-rata tahunan selama periode lima tahun terakhir (pada tahun 20132017)
tergolong tinggi, yaitu 3600,4 mm dengan suhu udara rata-rata tahunan tertinggi sebesar 36,2°C.

1. Daya Dukung Lahan Pertanian Tanaman Pangan DAS Cibaliung

Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan yang menyatakan
bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin
dari ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan
terjangkau. Ketahanan pangan itu sendiri mencakup tiga aspek, yaitu 1) Ketersediaan, bahwa
pangan tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk baik jumlah maupun
mutunya, dan aman; 2) Distribusi, pasokan pangan dapat menjangkau ke semua wilayah
sehingga harga stabil dan terjangkau oleh rumah tangga; dan 3) Konsumsi, yaitu setiap rumah
tangga dapat mengakses pangan yang cukup dan mampu mengelola konsumsi sesuai kaidah gizi,
kesehatan, dan preferensinya. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk
maka daya dukung lahan pertanian tanaman pangan perlu terus ditingkatkan. Daya dukung lahan
pertanian yang baik akan mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan bagi masyarakat. Jika
daya dukung lahan pertanian tanaman pangan baik maka kesejahteraan masyarakat dari sisi
pangan juga baik. Namun sebaliknya, jika daya dukung lahan pertanian tanaman pangan rendah
maka pemenuhan kebutuhan pangan juga rendah yang berarti kesejahteraan masyarakat dari sisi
pangan dapat dikatakan rendah. Oleh karena itu, sedapat mungkin daya dukung lahan pertanian
tanaman pangan harus terus dijaga agar pemenuhan kebutuhan pangan dapat terpenuhi.

2. Proyeksi Penduduk dan Kebutuhan Lahan Pertanian Tanaman Pangan DAS Cibaliung

Proyeksi jumlah penduduk untuk beberapa tahun ke depan perlu diperhitungkan dengan
tujuan agar perencanaan pembangunan, khususnya di bidang pertanian, dapat dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan pangan penduduk dengan lebih baik. Dalam penelitian ini, proyeksi jumlah
penduduk dilakukan secara umum pada DAS Cibaliung untuk tahun 2021 dengan tahun dasar,
yaitu tahun 2016 (proyeksi lima tahunan) dengan menggunakan metode aritmatik. Proyeksi
Penduduk dan Kebutuhan Lahan Pertanian Tanaman Pangan DAS Cibaliung Proyeksi jumlah
penduduk untuk beberapa tahun ke depan perlu diperhitungkan dengan tujuan agar perencanaan
pembangunan, khususnya di bidang pertanian, dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
pangan penduduk dengan lebih baik. Dalam penelitian ini, proyeksi jumlah penduduk dilakukan
secara umum pada DAS Cibaliung untuk tahun 2021 dengan tahun dasar, yaitu tahun 2016
(proyeksi lima tahunan) dengan menggunakan metode aritmatik.

Tingkat daya dukung lahan pertanian tanaman pangan DAS Cibaliung secara umum masih
tergolong rendah. Hal ini terjadi karena jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke
tahun dengan jumlah penduduk optimal yang kecil serta kualitas lahan pertanian tanaman pangan
yang terus menurun sehingga hasil produksi tanaman pangan tidak dapat memenuhi kebutuhan
pangan masyarakat dengan maksimal. Oleh sebab itu, diperlukan adanya Tingkat daya dukung
lahan pertanian tanaman pangan DAS Cibaliung secara umum masih tergolong rendah. Hal ini
terjadi karena jumlah penduduk yang terus meningkat dari tahun ke tahun dengan jumlah
penduduk optimal yang kecil serta kualitas lahan pertanian tanaman pangan yang terus menurun
sehingga hasil produksi tanaman pangan tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat
dengan maksimal. Oleh sebab itu, diperlukan adanya penekanan atau pengurangan jumlah
penduduk dengan cara menekan angka kelahiran. Selain itu, yang terpenting adalah diperlukan
adanya perbaikan pengelolaan lahan pertanian sehingga diharapkan nantinya dapat
meningkatkan hasil panen baik secara kualitas maupun kuantitas.
Resume Jurnal Nasional 2

“ANALISIS DAYA DUKUNG DAN KEBUTUHAN LAHAN PERTANIAN DI


KABUPATEN MADIUN TAHUN 2032”

Indonesia yang merupakan negara agraris, dengan sebagian besar penduduknya bekerja di
sektor pertanian tentunya menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian. Lahan pertanian
sebagai tempat beraktivitas bagi petani semakin mengalami penurunan. Hal ini diakibatkan oleh
semakin besarnya tekanan penduduk terhadap lahan pertanian. Jumlah penduduk yang terus
meningkat dan aktivitas pembangunan yang dilakukan telah banyak menyita fungsi lahan
pertanian untuk menghasilkan bahan makanan yang diganti dengan pemanfaatan lain, seperti
permukiman, perkantoran, dan sebagainya. Akibatnya keadaan ini menyebabkan kemampuan
lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi penduduk semakin berkurang.

Notohadiprawiro (1998) mengemukakan bahwa kemampuan lahan menyiratkan daya


dukung lahan. Kemampuan lahan adalah mutu lahan yang yang dinilai secara menyeluruh
dengan pengertian merupakan suatu pengenal majemuk lahan dan nilai kemampuan lahan
berbeda untuk penggunaan yang berbeda. Dalam kaitannya dalam pemenuhan kebutuhan
manusia, maka kemampuan lahan terjabarkan menjadi pengertian daya dukung lahan.

Imbangan tingkat pemanfaatan lahan dengan daya dukung lahan menjadi ukuran kelayakan
penggunaan lahan. Sebaliknya, jika pemakaian lahan telah melampaui kemapuan daya dukung
lahan, maka pemanfaatan lahan tidak dipakai secra efektif. Dari uraian tadi, maka secara jelas
dapat dikatakan bahwa daya dukung lahan adalah kemampuan bahan pada suatu satuan lahan
untuk mendukung kebutuhan-kebutuhan manusia dalam bentuk penggunaan lahan, yang pada
akhirnya tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia terutama bahan makanan.

Kabupaten Madiun merupakan salah satu dari 29 kabupaten di wilayah Provinsi Jawa
Timur. Hingga kini, pusat pemerintahan Kabupaten Madiun masih berada di Kota Madiun,
sekalipun kini perkembangan wilayah yang paling progresif berlangsung di Kecamatan Mejayan.
Secara geografis, Kabupaten Madiun terletak di sekitar 70° 12 ‘ sampai dengan 7 0 48 ‘ 30 ”
Lintang Selatan dan 111 0 25 ‘ 45 ” sampai dengan 111 0 51 ‘ Bujur Timur. Keseluruhan luas
wilayah 1.010,86 Km 2, terdiri dari 15 wilayah administrasi kecamatan dan 206 wilayah
administrasi desa/kelurahan.

Topografi Kabupaten Madiun membujur dari utara ke selatan dengan posisi terendah
terdapat di lembah-lembah Bengawan Madiun berdekatan dengan pusat Kota Madiun dengan
ketinggian antara 21 – 100 mdpl. Kemudian berturut-turut ke arah selatan semakin bertambah
tinggi hingga ketinggian hampir 2.000 mdpl. Tipe iklim Kabupaten Madiun berdasarkan Schmidt
dan Ferguson wilayah ini termasuk iklim dengan Tipe C yaitu iklim sedang yang merupakan
daerah tidak kering dan tidak basah. Kabupaten Madiun dipengaruhi oleh iklim laut dan iklim
pegunungan dengan temperatur berkisar antara 200 – 350 C. Curah hujan di Kabupaten Madiun
pada Tahun 2008 rata-rata mencapai 1.656 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 85 hari
hujan/tahun. Intensitas hujan di Kabupaten Madiun berkisar antara 18,50 – 19,48 mm/bulan.
Artinya intensitas hujan di Kabupaten Madiun dapat diklasifikasikan rendah.

Daya Dukung Lahan Pertanian

Tingginya daya dukung lahan pertanian yang ada di Kabupaten Madiun disebabkan karena
sebagian besar wilayah Kabupaten Madiun bertopografi datar dengan jenis tanah lempung
dimana pada jenis tanah ini sangat cocok digunakan untuk tanaman padi. Seluruh kecamatan
yang ada di Kabupaten Madiun berswasembada beras dimana selain bisa memenuhi kebutuhan
sendiri juga dapat di jual di luar daerah atau bahkan bisa diekspor ke luar negeri. Kecamatan
Balerejo memiliki nilai daya dukung lahan pertanian paling tinggi di Kabupaten Madiun dengan
nilai 9,57 atau sebesar 14% dari total daya dukung lahan pertanian yang ada di Kabupaten
Madiun, hal ini dikarenakan wilayahnya merupakan daerah dataran alluvial dan banyak dilewati
aliran sungai sehingga dapat ditanami padi tiga kali dalam setahun. Sedangkan Kecamatan
Dolopo menjadi wilayah yang daya dukung lahan pertaniannya paling rendah meskipun sudah
diatas rata-rata yaitu sebesar 2,29 atau sebesar 3% dari total daya dukung lahan pertanian yang
ada di Kabupaten Madiun hal ini disebabkan wilayahnya merupakan dataran tinggi atau berada
di lereng gunung Wilis dan Lawu sehingga lahannya sulit untuk diolah menjadi lahan pertanian
padi, selain itu wilayah ini sudah mulai berubah menjadi kawasan perkotaan akibatnya lahan
pertanian semakin tergusur dan berubah menjadi kawasan permukiman. Secara keseluruhan daya
dukung lahan pertanian yang ada di Kabupaten Madiun sudah sangat baik.
Resume Jurnal Nasional 3

“Daya Dukung Sumberdaya Air dan Indeks Kekritisan Air Sub DAS
Cisokan Hulu”

Sub DAS Cisokan Hulu merupakan ekosistem alami penyedia layanan sumberdaya air yang
dapat dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat di dalamnya. Laju
penduduk dan kebutuhan sektoral pada suatu wilayah Sub DAS diperkirakan mempengaruhi
kesetimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air. Nilai status daya dukung dan indeks
kekritisan air diketahui dari analisis neraca air. Ketersediaan air (Wn) diperoleh berdasarkan
analisis debit andalan Q80% Metode Weibull, pendugaan cadangan air tanah, mata air dan
sumur, serta suplai air baku melalui PDAM. Kebutuhan air (qp(t)) diduga berdasarkan jumlah
penduduk dalam wilayah sub DAS beserta proyeksinya pada tahun 2030, data sektor industri,
data luasan areal pertanian, data produksi ternak dan data luasan areal perikanan. Status daya
dukung sumberdaya air (Cw) Sub DAS Cisokan Hulu secara umum masih memadai (Tinggi),
namun pada puncak kemarau yaitu Juni hingga November status daya dukung air menunjukkan
nilai 1,84 (Kritis) hingga 0,24 (Defisit). Indeks kekritisan air secara umum masih aman (Belum
Kritis), namun pada periode kemarau khususnya bulan Juli, Agustus, dan November
menunjukkan nilai 125% hingga 421% (Sangat Kritis). Untuk mengantisipasi krisis air,
sebaiknya seluruh stakeholder mengalokasikan kebutuhan air secara efisien sesuai dengan
ketersediaannya. Sehingga ekosistem Sub DAS Cisokan Hulu mampu berkelanjutan memberikan
jasa ekosistem penyediaan sumberdaya air kepada masyarakat.

Sub DAS Cisokan Hulu dengan luasan sekitar 74.563 Ha ini menjadi kunci penyedia
sumberdaya air baik itu untuk domestik, industri dan pertanian di dalamnya. Eksploitasi akibat
peningkatan jumlah penduduk, industri dan pembangunan infrastruktur dikhawatirkan menjadi
ancaman yaitu terjadinya potensi krisis akibat in-efisiensi pemanfaatan sumberdaya air. Nilai
ketersediaan air suatu wilayah dapat diketahui melalui analisis neraca air. Sebagai upaya
mengetahui kondisi sumberdaya air, maka dilakukan penelitian terhadap status daya dukung
sumberdaya air serta nilai indeks kekritisan air berbasis neraca keseimbangan antara ketersediaan
dan kebutuhan air Sub DAS Cisokan Hulu. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
status daya dukung sumberdaya air dan indeks kekritisan air pada kondisi eksisting pada tahun
2020 dan prediksinya pada 10 tahun mendatang.

Ketersediaan total sumberdaya air (Wn) untuk tahun alokasi 2020 sebesar 104,81 m3/s.
Nilai tersebut disajikan secara rinci sesuai dengan kondisi ketersediaan pada tiap bulannya.
Berdasarkan debit andalan 80% analisis Weibull, ketersediaan air dari aliran Sungai Cisokan
sebesar 104,72 m3/s Sebagai catatan informasi penting, bulan Februari merupakan puncak debit
di musim penghujan sebesar 18,84 m3/s. Sedangkan debit terendah di 2020 tercatat pada bulan
Agustus senilai 0,84 m3/s. Ketersediaan sumberdaya air yang minim pada musim kemarau,
dikhawatirkan menjadi kendala dalam kesimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan.

Ketersediaan sumberdaya air alternatif selain debit sungai yaitu, nilai debit produksi air
baku dari PDAM Tirta Raharja IPA Cililin, merupakan debit yang diketahui produksi nya dalam
satu tahun yang dikonversikan ke satuan m3/s. Sehingga diasumsikan konsumsi air oleh
masyarakat Sub DAS ini dalam satu bulannya dalam kisaran maksimal yang sama yaitu 0,02
m3/s. Asumsi yang sama juga dilakukan pada sumber ketersediaan sumberdaya air melalui mata
air dan sumur-sumur warga sebesar masing-masing 0,06 dan 0,005 m3/s.

Konsumsi air total (qp(t)) tahun alokasi 2020 Sub DAS Cisokan Hulu menunjukkan bahwa
pada wilayah ini, pemakaian air dominan untuk irigasi pertanian yang mencakup 6233 ha areal
lahan padi dan palawija sebesar 21,33 m3/s. Pemakaian domestik masyarakat hanya sebesar 0,14
m3/s. Bahkan kebutuhan air industri dan perikanan menunjukkan nilai yang relatif sama besar,
0,02 m3/s. Kebutuhan air peternakan menjadi sektoral dengan konsumsi paling minim yaitu 0,01
m3/s. Berdasarkan fokus pada proyeksi laju pertumbuhan penduduk menunjukkan bahwa pada
wilayah ini, pemakaian air masih dominan untuk irigasi pertanian yang mencakup 6233 ha areal
lahan padi dan palawija yaitu sebanyak 21,33 m3/s. Pemakaian domestik masyarakat
diprediksikan hanya meningkat 0,02 m3/s dari 0,14 m3/s menjadi 0,16 m3/s. Bahkan kebutuhan
air industri dan perikanan menunjukkan nilai yang relatif sama besar, 0,02 m3/s. Kebutuhan air
peternakan menjadi sektoral dengan konsumsi paling minim, dengan nilai kebutuhan sebesar
0,01 m3/s.

Konsep siklus hidrologi bahwa jumlah air di suatu luasan tertentu di permukaan bumi
dipengaruhi oleh besarnya air yang masuk (input) dan keluar (output) pada jangka waktu
tertentu. Semakin cepat siklus hidrologi terjadi maka tingkat neraca air nya semakin dinamis.
Berdasarkan nilai ketersediaan dan kebutuhan air tahun 2020 maupun proyeksi 2030,
menampilkan output neraca keseimbangan sumberdaya air yang dominan surplus. Kedua data
output memberikan gambaran bahwa karakteristik hidrologi wilayah Sub DAS Cisokan Hulu ini
masih mampu memberikan support terhadap jasa ekosistem penyediaan sumberdaya air.

Analisis ketersediaan air permukaan dengan debit andalan metode Weibull menghasilkan
nilai ketersediaan tahunan sebesar 104,72 m3/s. Total ketersediaan air tahunan dari aliran sungai
Cisokan, PDAM, cadangan air tanah, mata air untuk tahun alokasi 2020 sebesar 104,81 m3/s.
Kebutuhan air total sektor domestik pada tahun alokasi 2020 sebesar 21,52 m3/s. Kebutuhan air
sektor domestik pada proyeksi tahun alokasi 2030 sebesar 0,16 m3/s, dengan asumsi kebutuhan
untuk sektor lainnya sama besar, sehingga kebutuhan air total pada 2030 diperkirakan
mengalami sedikit peningkatan menjadi 21,54 m3/s. Analisis neraca air untuk tahun 2020 dan
2030 menunjukkan bahwa Sub DAS Cisokan Hulu secara dominan masih memiliki ketersediaan
air yang cukup memadai (surplus), namun masih mengalami defisit pada bulan kering khususnya
bulan Juli, Agustus dan November. Status daya dukung sumberdaya air (Cw) Sub DAS Cisokan
Hulu secara umum masih memadai (Tinggi), namun pada puncak kemarau yaitu Juni hingga
November, status daya dukung air menunjukkan nilai 1,84 (Kritis) hingga 0,24 (Defisit). Indeks
kekritisan air secara umum masih aman (Belum Kritis), namun pada periode kemarau khususnya
bulan Juli, Agustus, dan November menunjukkan nilai 125% hingga 421% (Sangat Kritis),
sehingga dapat dipastikan menjadi permasalahan kelangkaan air, terutama bulan Juni dengan
penggunaan air yang cukup besar sebagai inisiasi dimulai nya musim tanam palawija.
Resume Jurnal Internasional 1

“Kajian Daya Dukung Air di Pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau”

Daya dukung air merupakan kemampuan sumberdaya air untuk memenuhi suatu kebutuhan
dengan meninjau besarnya ketersediaan air. Daya dukung air dihitung berdasarkan perhitungan
kebutuhan air dan ketersediaan air. Kedua variabel tersebut dibandingkan sehingga dapat
diketahui air yang tersedia dapat mencukupi untuk berbagai kebutuhan. Kajian daya dukung air
Pulau Bintan dilakukan guna mengetahui potensi kebutuhan dan ketersediaan air sehingga
dengan mengetahui hal tersebut kemudian dapat digunakan untuk analisis dan evaluasi terhadap
perencanaan wilayah dan tata ruang Pulau Bintan. Berdasarkan hasil kajian diketahui bahwa
kebutuhan air Pulau Bintan secara keseluruhan mencapai 67.726.595 m3/th di mana kebutuhan
terbesar dari sektor perikanan. Sedangkan ketersediaan air Pulau Bintan mencapai 2.431.819.623
m3/th dan setelah dibandingkan dengan luas pulau diperoleh ketersediaan air sebesar 11.704,55
m3/th/km2. Berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan airnya, maka Pulau Bintan mengalami
surplus sumberdaya air karena besarnya ketersediaan jauh lebih banyak daripada kebutuhan.

Kebutuhan air untuk industri merupakan volume air yang dibutuhkan selama proses
produksi dalam satu satuan waktu dengan persyaratan-persyaratan tertentu. Besar kecilnya
kebutuhan air untuk industri ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya jenis industri dan
jumlah industri. Pulau Bintan yang mencakup dua kabupaten yaitu Kabupaten Bintan dan
Kotamadya Tanjungpinang mempunyai jenis industri yang cukup beragam. Perkembangan
jumlah industri dan penyerapan tenaga kerja di Kota Tanjung pinang dari tahun ke tahun selalu
meningkat.

Hasil perhitungan kebutuhan air untuk peternakan di Pulau Bintan menunjukkan kebutuhan
air paling tinggi adalah Kecamatan Bintan Timur sebesar 157.644 m³/th dan paling rendah
adalah Kecamatan Tanjungpinang Barat. Jumlah ternak yang ada di Kecamatan Bintan Timur
lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan yang lainya sehingga kebutuhan airnya relatif
lebih tinggi. Meninjau kebutuhan air tiap jenis ternak, maka di Pulau Bintan yang paling tinggi
adalah kebutuhan air untuk unggas karena hewan ini mendominasi di semua daerah. Adapun
kebutuhan air untuk ternak sapi, kuda dan kerbau paling rendah di Pulau Bintan.
Kebutuhan air untuk penduduk perlu disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada. Hal ini
dikarenakan ketersediaan air di permukaan bumi tergantung pada berbagai faktor seperti kondisi
fisik dan sosial ekonomi (Tambunan, Rudi P. 2005). Ketersediaan air permukaan berasal dari
tiga sumber yaitu : 1) Air yang mengalir di permukaan berupa sungai, 2) Air yang tertampung
dalam kolam, waduk, danau, atau rawa dan 3) Air di dalam tanah berupa airtanah. Prediksi
ketersediaan air di suatu wilayah diperlukan untuk mengetahui apakah air yang tersedia masih
mampu mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau tidak agar tidak terjadi krisis air
di masa mendatang.

Ketersediaan air bagi penduduk menunjukkan indikator daya dukung air bagi lingkungan
hidup terutama bagi penduduk dan segala aktivitas kehidupannya. Daya dukung air tersebut
meliputi aspek pemenuhan kebutuhan air dan ketersediaannya. Adapun kebutuhan air Pulau
Bintan secara keseluruhan mencapai 67.726.595 m3 /th di mana kebutuhan terbesar dari sektor
perikanan.

Jumlah kebutuhan air ini kemudian dibandingkan dengan penduduk yang mendiami Pulau
Bintan sehingga diperoleh kebutuhan air tiap orang 221,75 m3 /th/kapita. Sedangkan
ketersediaan air Pulau Bintan mencapai 2.431.819.623 m3 /th dan setelah dibandingkan dengan
luas Pulau diperoleh ketersediaan air sebesar 11.704,55 m3 /th/km2 . Berdasarkan ketersediaan
dan kebutuhan airnya, maka Pulau Bintan mengalami surplus sumberdaya air karena besarnya
ketersediaan jauh lebih banyak daripada kebutuhan.

Resume Jurnal Internasional 2

“Daya Dukung Air untuk Daya Dukung Lingkungan di Kabupaten Semarang, Provinsi
Jawa Tengah”

Daya dukung air merupakan kemampuan air dalam memenuhi suatu kebutuhan dengan
melihat ketersediaan air (Santoso, 2015). Menurut (Muta’ali, 2015) daya dukung sumber daya air
adalah kemampuan lingkungan pada suatu wilayah dalam memenuhi kebutuhan air penduduk
serta kegiatan budidaya berdasarkan potensi ketersediaan air. Apabila kebutuhan air terus
meningkat dengan tidak diimbangi oleh ketersediaan air, maka daya dukung air pada wilayah
tersebut dikatakan defisit karena tidak dapat memenuhi kebutuhan airnya. Diketahui bahwa,
peningkatan kebutuhan air seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.

Peningkatan jumlah penduduk tidak hanya mempengaruhi peningkatan kebutuhan lahan


sehingga menyebabkan terjadinya perubahan tutupan lahan, akan tetapi juga mempengaruhi
peningkatan kebutuhan air. Diketahui bahwa peningkatan kebutuhan air seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk. Perubahan tutupan lahan akibat bertambahnya jumlah penduduk
dapat mempengaruhi kondisi hidrologi pada suatu wilayah, besar kecilnya perubahan kondisi
hidrologi tergantung kepada seberapa besar terjadinya perubahan tutupan lahan. Sehingga hal
tersebut akan mempengaruhi ketersediaan air pada suatu wilayah. Di Kabupaten Semarang
terjadi perubahan tutupan lahan banyak terjadi pada lahan vegetasi ke non vegetasi terutama
lahan pertanian ke non pertanian.

Hasil perhitungan ketersediaan air di Kabupaten Semarang pada tahun 2018 yaitu sebesar
1.104.853.486,32 m3/tahun. Jumlah ketersediaan air tersebut merupakan jumlah ketersediaan
total, dengan menambahkan potensi mata air dalam perhitungannya. Diketahui bahwa Kabupaten
Semarang memiliki 428 buah dengan ketersediaan air sebesar 467.442.675,36 m3 /tahun. Selain
itu pada setiap kecamatan memiliki jumlah ketersediaan air yang berbeda. Diketahui secara
administrasi kecamatan dengan ketersediaan air terbesar yaitu Kecamatan Banyubiru dengan
ketersediaan 179.297.860,85 m 3 /tahun. Kondisi tersebut dikarenakan Kecamatan Banyubiru
memiliki potensi mata air terbesar yaitu 152.728.848,00 m 3 /tahun. Sedangkan kecamatan
dengan ketersediaan air terkecil yaitu Kecamatan Kaliwungu. Hal tersebut dikarenakan
berdasarkan perhitungan ketersediaan air limpasan permukaan di Kecamatan Kaliwungu terkecil
jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Selain itu potensi mata air di Kecamatan
Kaliwungu juga memiliki ketersediaan yang kecil, sehingga meskipun dihitung secara total
dengan menambahkan ketersediaan air limpasan dan potensi mata air tetap mengahsilkan
ketersediaan yang kecil jika dibandingkan dengan kecamatan lain di Kabupaten Semarang.

Berdasarkan hasil prediksi tahun 2028, kebutuhan air di Kabupaten Semarang meningkat
sebesar 574.141.256 m3 /tahun. Sehingga pada tahun 2028 kebutuhan air di Kabupaten
Semarang yaitu sebesar 2.325.177.312 m3 /tahun. Hasil perhitungan menunjukkan setiap
kecamatan di Kabupaten Semarang mengalami peningkatan kebutuhan air. Diketahui bahwa
peningkatan kebutuhan air seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk pada suatu wilayah.
Peningkatan kebutuhan air terbesar secara administrasi yaitu terjadi di Kecamatan Bergas
sebesar 97.587.520,00 m 3 /tahun, sehingga kebutuhan air di Kecamatan Bergas pada tahun 2028
mencapai 237.761.920 m 3 /tahun. Kondisi tersebut disebabkan karena jumlah penduduk di
Kecamatan Bergas mengalami peningkatan terbesar jika dibandingkan dengan kecamatan
lainnya. Oleh sebab itu, pada tahun 2028 kebutuhan air terbesar tetap terdapat di Kecamatan
Bergas dengan jumlah penduduk hasil proyeksi sebesar 148.601 jiwa.

Aspek daya dukung air merliputi pemenuhan kebutuhan air berdasarakn ketersediaanya.
Adapun kebutuhan air di Kabupaten Semarang pada tahun 2018 secara keseluruhan yaitu sebesar
1.665.006.400 m 3 /tahun dimana kebutuhan terbesar terdapat di Kecamatan Bergas. Sedangkan
ketersediaan air di Kabupaten Semarang tahun 2018 yaitu sebesar 1.104.853.486,32 m 3 /tahun.
Sehingga jika dibandingkan antara ketersediaan dan kebutuhan yang ada maka terjadi defisit air.
Artinya, ketersediaan air yang ada tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Secara umum
Kabupaten Semarang terjadi defisit air sebesar 560.152.914 m 3 /tahun dengan nilai daya dukung
0,66. Tetapi, masih terdapat tiga kecamatan di Kabupaten Smearang yang mengalami surplus air
yaitu Kecamatan Bangubiru, Susukan dan Sumowono. Diketahui dari ketiga kecamatan tersebut
Kecamatan Banyubiru memiliki nilai daya dukung terbesar yaitu 2,58.

Kajian mengenai daya dukung air ini akan bermanfaat dalam pengambilan keputusan,
khususnya dalam tahap menentukan kebijakan, rencana dan program terutama hal pembangunan
dengan tetap mempertimbangkan lingkungan. Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan,
ditemukan bahwa daya dukung air di Kabupaten Semarang pada masa mendatang (tahun 2028)
mengalami defisit air dengan nilai daya dukung air yang menurun jika dibandingkan dengan
tahun 2018. Adanya penurunan nilai daya dukung air tersebut terjadi karena adanya peningkatan
kebutuhan air yang pesat namun tidak diimbangi oleh ketersediaan air yang ada. Hal tersebut
terjadi seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan juga adanya perubahan tutupan lahan di
Kabupaten Semarang. Maka dari itu, penelitian ini perlu dilakukan agar menjadi masukan bagi
perencanaan lingkungan yang mengintegrasikan pertimbangan lingkungan didalamnya.

Diketahui bahwa kajian daya dukung air merupakan salah satu komponen dalam mengakaji
daya dukung lingkungan. Sedangkan kajian daya dukung lingkungan merupakan salah satu
kajian yang dimuat dalam KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis). KLHS merupakan
instrumen perencanaan lingkungan yang mengintegrasikan pertimbangan lingkungan ke dalam
pengambilan keputusan pada tahap kebijakan, rencana dan program untuk menjamin
terlaksananya prinsip lingkungan berkelanjutan. KLHS menjadi tindakan strategis dalam
menuntun, mengarahkan dan menjamin tidak adanya efek negatif bagi lingkungan. Oleh sebab
itu, posisi KLHS berada pada tataran pengambilan keputusan (Brontowijono, 2016). Selain itu,
KLHS menjadi dasar penyusunan rencana tata ruang yang di atur dalam Undang-Undang No. 26
tahun 2007 tentang rencana tata ruang. Pasal 3 disebutkan, salah satu harapan dari adanya
penyelenggaraan tata ruang adalah terwuujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan
lingkungan buatan, terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Anda mungkin juga menyukai