Anda di halaman 1dari 58

Makalah

PERENCANAAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI

Di Susun Oleh ;
Zulkriansyah
(451420031)
Kelas B (Pendidikan Geografi)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikumwr.wb
Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha esa
karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis diberi kemudahan dalam menyusun
makalah Perencanaan Pembelajaran Geografi
Tidak lupa juga shalawat serta salam atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad
Saw. Serta kepada keluarga, saudara, sahabat dan kerabatnya. Selain sebagai
tugas, penulis membuat makalah ini untuk memberikan pengetahuan tambahan
kepada pembaca tentang materi Perencanaan Pembelajaran Geografi. Dalam
penyusunan makalah ini kami selaku penulis banyak mendapatkan bantuan,
dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan kali
ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak


kesalahan yang dilakukan. Oleh karenaitu, penulis meminta saran dan kritik
yang membangun sehingga kedepannya penulis akan lebih baik lagi. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan pembaca dan kita
semua.
Wasalamualaikumwr.wb

Gorontalo, Februari 2022

Disusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................
1.1. Latar Belakang..............................................................................................................
1.2.Rumusan Masalah..........................................................................................................
1.3. Tujuan...........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................
2.1. Kurikulum KTSP, Kurikulum 2013 dan 2013 Revisi....................................................
2.2. Perencanaan Konsep Dasar Pembelajaran Geografi......................................................
2.3. Desani Kompetensi Dan Tujuan Pembelajaran.............................................................
2.4. Desain Materi Pembelajaran..........................................................................................
2.5. Desain Lembar Kegiatan Peserta Didik Mata Pelajaran Geografi.................................
2.6. Desain Strategi Pembelajaran .......................................................................................
2.7. Desani Evaluasi Pembelajaran.......................................................................................
2.8. Desain Program Tahunan .............................................................................................
2.9. Desain Program Semester..............................................................................................
2.10. Desain Silabus Pembelajaran.......................................................................................
2.11. Desain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran................................................................
2.12 .Desain Evaluasi Dan Remedial...................................................................................
2.13. Desain Program Pengayaan.........................................................................................
2.14. Inovasi Perencanaan Pembelajaran..............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan sektor yang amat penting dan strategis bagi siapa saja.
Pemerintah, keluarga dan individu dalam kapasitasnya masing-masing selalu memiliki
perhatian terhadap dunia pendidikan. Untuk itu perencanaan pendidikan harus betul-
betul menyerap dan mengakomodasikan aspirasi pendidikan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat yang mempunyai totalitas dari kelompok-kelompok
individu maupun keluarga. Sedangkan Pembelajaran merupakan jantung dari proses
pendidikan. Kualitas pendidikan bersifat kompleks dan dinamis, dapat dipandang dari
berbagai persepsi dan sudut pandang melintasi garis waktu.
Peran seorang guru sangat penting dalam proses pembelajaran. Seorang guru harus
mampu memotivasi siswa dengan sebaik-baiknya dalam proses pembelajaran, karena
inti suatu pembelajaran terletak pada interaksi guru dengan siswa. Dimana guru
melakukan kegiatan mengajar sedang siswa melakukan kegiatan belajar. Sehingga
interaksi guru dengan siswa disebut juga proses belajar mengajar. Oleh karena itu,
adalah Penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses
belajar murid, agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan
belajar yang tepat dan serasi bagi para siswa. Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi
banyak faktor, salah satu diantaranya adalah proses pelaksanaan. Pelaksanaan
pembelajaran yang baik, di pengaruhi oleh perencanaan yang baik pula.
Suatu perencanaan berkaitan dengan penentuan apa yang akan dilakukan. Dalam
perencanaan pembelajaran, guru harus menentukan skenario atau strategi atau biasa
disebut langkah-langkah pembelajaran dengan baik sehingga tercipta suasana belajar
yang menyenangkan bagi para siswa.
Agar pelaksanaan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien, maka
diperlukan suatu perencanaan yang tersusun secara sistematis. Agar terjadi keaktifan
peserta didik dalam pembelajaran diperlukan proses belajar mengajar yang lebih
bermakna dan dirancang dalam suatu skenario yang jelasdi antaranya meliputi Standar
Kompetensi (KD), Kompetensi Dasar (KD), Indikator, Tujuan Pembelajaran, 
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kurikulum KTSP, Kurikulum 2013 dan 2013 Revisi?
2. Bagaimana Perencanaan Konsep Dasar Pembelajaran Geografi?
3. Bagaimana Desani Kompetensi Dan Tujuan Pembelajaran?
4. Bagaimana Desain Materi Pembelajaran?
5. Bagaimana Desain Lembar Kegiatan Peserta Didik Mata Pelajaran Geografi?
6. Bagaimana Desain Strategi Pembelajaran?
7. Bagaimana Desani Evaluasi Pembelajaran?
8. Bagaimana Desain Program Tahunan?
9. Bagaimana Desain Program Semester?
10. Bagaimana Silabus Pembelajaran?
11. Bagaimana Desain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran?
12. Bagaimana Desain Evaluasi Dan Remedial?
13. Bagaimana Desain Program Pengayaan?
14. Bagaimana Inovasi Perencanaan Pembelajaran?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Kurikulum KTSP, Kurikulum 2013 dan 2013 Revisi
2. Untuk Mengetahui Perencanaan Konsep Dasar Pembelajaran Geografi
3. Untuk Mengetahui Desani Kompetensi Dan Tujuan Pembelajaran
4. Untuk Mengetahui Desain Materi Pembelajaran
5. Untuk Mengetahui Desain Lembar Kegiatan Peserta Didik Mata Pelajaran Geografi
6. Untuk Mengetahui Desain Strategi Pembelajaran
7. Untuk Mengetahui Desani Evaluasi Pembelajaran
8. Untuk Mengetahui Desain Program Tahunan
9. Untuk Mengetahui Desain Program Semester
10. Untuk Mengetahui Desain Silabus Pembelajaran
11. Untuk Mengetahui Desain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
12. Untuk Mengetahui Desain Evaluasi Dan Remedial
13. Untuk Mengetahui Desain Program Pengayaan
14. Untuk Mengetahui Inovasi Perencanaan Pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kurikulum KTSP, Kurikulum 2013 dan 2013 Revisi


a. Pengertian KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan yang memuat tujuan, struktur, muatan, kalender
pendidikan, silabus, RPP dan standard ketuntasan pada satuan pendidikan. KTSP
merupakan pengembangan dari kurikulum KBK dan kurikulum 2004, dan KTSP
ketiganya berorientasi pada competency based.
Adapun menurut peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan bab I pasal 1 ayat 15 kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) adalah “Kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan”. KTSP merefleksikan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang merujuk kepada konsep pendidikan yang
dikemukakan oleh Bloom, untuk dapat meningkatkan potensi peserta didik secara
optimal.
KTSP esensinya berupaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih
familiar dengan guru karena mereka banyak dilibatkan terutama dalam proses
pembelajaran. Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan
keharusan agar sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif
sebagaimana termaktub di Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas Pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar
nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam
rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum disusun sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pesera didik,
satuan pendidikan, daerah dengan mengacu kepada standar isi dan standar
kompetensi lulusan. Jika disusun sesuai dengan keadaan dan kebutuhan tentulah
kurikulum akan dapat memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu seperti
pelayanan yang optimal, adil, dan merata kepada semua peserta didik serta
mengubah belajar menjadi membelajarkan.
Dapat disimpulkan, KTSP merupakan penyempurnaan dari kurikulum
sebelumnya yakni Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sehingga pendidik
dituntut untuk menyampaikan materi pembelajaran secara menyeluruh.
Dalam KTSP hanya dideskripsikan standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Guru sendiri yang harus menentukan indikator dan materi pokok pelajaran,
disesuaikan dengan situasi daerah dan minat peserta didik. Hal yang paling
menonjol dan nampak yang membedakan Rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) KTSP dari Kurikulum 2013 dengan RPP Kurikulum 2013 hasil revisi tahun
2017 adalah di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh
tenaga pendidik menggunakan pendekatan EEK:
a) Eksplorasi, adalah upaya awal membangun pengetahuan melalui peningkatan
pemahaman atas suatu fenomena untuk membangun pengetahuan dasar siswa.
b) Elaborasi, adalah kegiatan inti pembelajaran.
c) Konfirmasi, adalah tahap akhir dari pembelajaran. Pada bagian ini guru
memberikan feedback terhadap peserta didik.
Oleh karena itu, dalam mengimplementasikan KTSP disekolah diberikan
otonomi yang lebih besar dalam pengembangan kurikulum dengan tetap
memerhatikan karakteristik KTSP karena tiap-tiap sekolah dipandang lebih
tahu tentang kondisi satuan pendidikannya.
b. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 (K-13) adalah kurikulum yang berlaku dalam Sistem Pendidikan
Indonesia. Kurikulum ini merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah
untuk menggantikan Kurikulum-2006 (yang sering disebut sebagai Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan) yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun.
Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaanya pada tahun 2013 dengan
menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah rintisan.
Pada tahun ajaran 2013/2014, tepatnya sekitar pertengahan tahun 2013,
Kurikulum 2013 diimpelementasikan secara terbatas pada sekolah perintis, yakni
pada kelas I dan IV untuk tingkat Sekolah Dasar, kelas VII untuk SMP, dan kelas
X untuk jenjang SMA/SMK, sedangkan pada tahun 2014, Kurikulum 2013 sudah
diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII dan VIII dan
SMA Kelas X dan XI. Jumlah sekolah yang menjadi sekolah perintis adalah
sebanyak 6.326 sekolah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
Kurikulum 2013 memiliki empat aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan,
aspek keterampilan, aspek sikap, dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013,
terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan
materi yang ditambahkan. Materi yang dirampingkan terlihat ada di materi
Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi
c. Revisin kurikulum 2013
Secara singkat terdapat empat poin perubahan yang dimiliki Kurikulum
2013 Revisi dibandingkan kurikulum asli. Empat poin tersebut terletak dalam:
1. Tanggung Jawab Penilaian Kompetensi Spiritual dan Sosial
Apabila di dalam Kurikulum 2013 setiap guru mata pelajaran wajib
melakukan tes dan menilai kompetensi spiritual dan sosial murid dalam
konteks mata pelajaran, maka dalam Kurtilas revisi tanggung jawab tes dan
penilaian hanya diampu oleh guru Agama (Kompetensi Spiritual) dan Budi
Pekerti (Kompetensi Sosial). Guru mata pelajaran cukup mencantumkan
laporan pendekatan belajar kompetensi tersebut di dalam mata pelajaran
terkait.
2. Koherensi Kompetensi Inti
Efek berantai dari poin satu adalah Kompetensi Inti menjadi lebih koheren
dengan Kompetensi Dasar mata pelajaran. Dengan kompetensi inti yang
lebih koheren, kembali guru mata pelajaran terkait dikurangi bebannya
sehingga dapat lebih fokus kepada penguasaan materi dan kompetensi yang
memang sesuai dan berbasis mata pelajaran, sembari tetap menyisipkan
karakter-karakter mulia di dalam praktik pengajaran.
3. Membuka Ruang Kreatif bagi Guru
Rantai efek selanjutnya dari poin satu dan poin dua adalah, guru menjadi
lebih fleksibel, lentur, dan leluasa merancang ragam pendekatan dan materi
ajar. Tumpang tindih antara KD Mata Pelajaran, KI Spiritual dan Sosial,
berikut pendekatan 5 M (mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
dan mencipta) kerap memaksa guru kembali menghamba kepada buku paket
Kurtilas. Diharapkan dengan revisi poin 1 dan poin 2 membuka keran
kreativitas guru dalam merancang pendekatan ajar.
4. Keluasan Taksonomi Kemampuan Peserta Didik
Pada Kurtilas edisi awal taksonomi, yang mengadopsi Bloom dibatasi per
jenjang, hanya sampai memahami untuk SD, menerapkan dan menelaah
untuk SMP, dan mencipta untuk SMA. Kini taksonomi tersebut secara utuh
diterapkan di seluruh jenjang. Jadi sangat dimungkinkan untuk seorang
peserta SD dengan potensi dan bimbingan yang tepat dapat saja mencapai
tataran penciptaan di dalam praktik belajar.
2.2 Perencanaan Dasar Pembelajaran Geografi
a. Defenisi Perencanaan Pembelajaran
Dalam dunia pembejaran banyak sekali dijumpai berbagai macam konsep
pembelajaran yang dipakai dalam pengembangan pembelajaran disekolah.
Berbagai definisi perencanaan pembelajaran banyak didapatkan dalam berbagai
macam teori yang berkembang saat ini. Sebelum kita membahas lebih jauh tentang
perencanaan pembelajaran alangkah baiknya kita perjelas dulu apa yang dimaksud
dengan perencanaan dan pembelajaran itu sendiri.
1.Cunningham, mengemukakan bahwa perencanaan ialah menyeleksi dan
menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi dan asumsi untuk masa yang akan
datang dengan tujuan memvisualiasi dan memformulasi hasil yang diinginkan,
urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat
diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian. Dari pengertian ini
menekankan pada usaha menyeleksi dan menggabungkan sesuatu dengan
kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mencapainya.
2 Menurut Steller bahwa perencanaan adalah hubungan antara apa yang ada
sekarang (what is) dengan bagaimana seharusnya ( what should be) yang
bertalian dengan kebutuhan, penentuan tujuan, prioritas, program dan alokasi
sumber. Pada teori ini perencanaan menekankan pada usaha mengisi kesenjangan
antara keadaan sekarang dengan keadaan yang akan datang disesuaikan dengan
apa yang dicita-citakan.
3. Pada definisi yang lain Robbins menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu
cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan. Dalam definisi ini
memiliki asumsi bahwa perubahan selalu terjadi.
Jika dilihat ketiga definisi diatas memperlihatkan rumusan dan tekanan yang
berbeda namun pada hakekatnya ketiganya bermakna sama, yaitu sama-sama
ingin mencari dan mencapai wujud yang akan datang. Jadi pada hakekatnya
perencanaan dapat kita rumuskan yakni suatu cara yang memuaskan untuk
membuat kegiatan dapat bejalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah
yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan
tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran berasal dari kata
belajar yang artinya berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; atau berubah
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan
pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan seseorang belajar.
Pengertian pembelajaran menurut beberapa ahlia sebagai berikut:
1.Menurut Hamzah B. Uno, pembelajaran memilliki hakikat perencanaan atau
perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Sehingga
dalam belajar siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru, tapi juga dengan
segala sumber belajar yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang diinginkan.
2. Menurut Wina Sanjaya, pembelajaran adalah proses kerjasama antara guru dan
siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada baik
potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri maupun potensi yang
ada di luar diri siswa sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
3. Menurut Gagne, ”instruction is a set of event that effect learner in such a way
that learning is facilitated”
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sebagai
suatu proses kerjasama, tidak hanya menitikberatkan pada kegiatan guru atau
kegiatan siswa saja, akan tetapi guru dan siswa secara bersama-sama berusaha
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Dari kedua pengertian perencanaan dan pembelajaran yang telah
diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan pengertian dari perencanaan
pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara
rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yaitu perubahan
tingkah laku serta rangkaian kegiatan yang hatus dilakukan sebagai upaya
pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber
belajar yang ada. Hasil dari proses pengambilan keputusan tersebut adalah
tersusunnya dokumen yang berisi tentang hal-hal dui atas, dan dokumen
tersebut dapat dijadikan acuan dan pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajaran.
b. Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
Standar Kempetensi atau yang di singkat dengan SK tidak dapat di ubah karena
harus menyesuaikan berdasarkan kurikulum yang di terapkan.
Armstrong (2004) menyatakan kompetensi adalah knowledge, skill dan
kualitas individu untuk melaksanakan tugas yang dihubungkan dengan
pekerjaannya. Finch dan Crunkilton dalam Mulyasa menyatakan kompetensi
sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Senada hal tersebut Willy Susilo
menyatakan kompetensi (individu) adalah kombinasi pengetahuan, kemampuan
atau keterampilan dan sikap yang dimiliki seorang karyawan sehingga mampu
melaksanakan pekerjaannya dengan baik untuk saat ini maupun masa yang akan
datang.
Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan
menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud
dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan maupun sikap profesional
dalam menjalankan fungsi sebagai guru.
Berdasarkan pengertian tersebut, standar kompetensi guru adalah suatu
pernyataan tentang kriteria yang dipersyaratkan, ditetapkan dan disepakati bersama
dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi seorang
tenaga kependidikan sehingga layak disebut kompeten.
c. kompetensi dasar
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan nilai dan
sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dalam hal ini
kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang
dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat
melakukan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Hal
ini menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, ketrampilan, sikap dan
apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-
tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu.
Dalam kurikulum kompetensi sebagai tujuan pembelajaran itu dideskripsikan
secara eksplisit, sehingga dijadikan standart dalam pencapaian tujuan kurikulum.
Baik guru maupun siswa perlu memahami kompetensi yang harus dicapai dalam
proses pembelajaran. Pemahaman ini diperlukan dalam merencanakan strategi dan
indicator keberhasilan. Ada beberapa aspek didalam kompetensi sebagai tujuan,
antara lain:
1. Pengetahuan (knowlegde) yaitu kemampuan dalam bidang kognitif
2. Pemahaman (understanding) yaitu kedalaman pengetahuan yang dimiliki setiap
individu.
3. Kemahiran (skill)
4. Nilai (value) yaitu norma-norma untuk melaksanakan secara praktik tentang
tugas yang dibebankan kepadanya
5. Sikap (attitude) yaitu pandangan individu terhadap sesuatu
6. Minat (interest) yaitu kecenderungan individu untuk melakukan suatu perbuatan
Sesuai aspek diatas maka tampak bahwa kompetensi sebagai tujuan dalam
kurikulum yang bersifat kompleks artinya kurikulum berdasarkan kompetensi
bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman kecakapan, nilai, sikap
dan minat siswa agar mereka dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran
disertai tanggung jawab.
Dengan demikian tujuan yang ingin dicapai dalam kompetensi ini bukanlah
hanya sekedar pemahaman akan materi pelajaran, akan tetapi bagaimana
pemahaman dan penguasaan materi itu dapat mempengaruhi cara bertindak dan
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga Kompetensi Dasar adalah
pengetahuan, ketrampilan dan sikap minimal yang harus dikuasai oleh peserta didik
dalam penguasaan materi pelajaran yang diberikan dalam kelas pada jenjang
pendidikan tertentu. Juga merupakan perincian atau penjabaran lebih lanjut dari
standar kompetensi.
d. Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan
perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran,
satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional
yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan:
a) Tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan
dalam Kompetensi Dasar (KD)
b) Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah; dan
c) Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah.
Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan
indikator, yaitu:
a) indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai indicator
b) indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis soal
yang di kenal sebagai indikator soal.
Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja
operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu
tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi.
e. Tujuan Pembelajaran
Kegiatan menyusun rencana pembelajaran merupakan salah satu tugas
penting guru dalam memproses pembelajaran siswa. Dalam perspektif kebijakan
pendidikan nasional yang dituangkan dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008
tentang Standar Proses disebutkan bahwa salah satu komponen dalam penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu adanya tujuan pembelajaran yang
di dalamnya menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
Magner (1962) mendefinisikan tujuan pembelajaran sebagai tujuan perilaku
yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh peserta didik
sesuaikompetensi. Sedangkan Dejnozka dan Kavel (1981) mendefinisikan tujuan
pembelajaran adalah suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan dalam bentuk
perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yangmenggambarkan hasil belajar
yang diharapkan.
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu,
baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata (2002) mengidentifikasi
4 (empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu:
•Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar
kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara lebih
mandiri
•Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar
•Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media
pembelajaran
•Memudahkan guru mengadakan penilaian.
Berbicara tentang perilaku siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli
pada umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran dari Bloom (Gulo, 2005)
sebagai tujuan pembelajaran. Bloom mengklasifikasikan perilaku individu ke
dalam tiga ranah atau kawasan, yaitu:
1) Kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau
berfikir/nalar, di dakamnya mencakup: pengetahuan (knowledge), pemahaman
(comprehension), penerapan (application), penguraian (analysis), memadukan
(synthesis), dan penilaian (evaluation)
2) Kawasan afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti
perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya
mencakup: penerimaan (receiving/attending), sambutan (responding), penilaian
(valuing), pengorganisasian (organization), dan karakterisasi (characterization)
3) Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot (neuronmuscular
system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari: kesiapan (set), peniruan
(imitation, membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaptation) dan menciptakan
(origination). Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru
untuk mengevaluasi mutu dan efektivitas pembelajarannya.
Dalam sebuah perencanaan pembelajaran tertulis (written plan/RPP), untuk
merumuskan tujuan pembelajaran tidak dapat dilakukan secara sembarangan, tetapi
harus memenuhi beberapa kaidah atau kriteria tertentu. W. James Popham dan Eva
L. Baker (2005) menyarankan dua kriteria yang harus dipenuhi dalam memilih
tujuan pembelajaran, yaitu:
1) Preferensi nilai guru yaitu cara pandang dan keyakinan guru mengenai apa yang
penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa serta bagaimana cara
membelajarkannya; dan
2) Analisis taksonomi perilaku sebagaimana dikemukakan oleh Bloom di atas.
Dengan menganalisis taksonomi perilaku ini, guru akan dapat menentukan dan
menitikberatkan bentuk dan jenis pembelajaran yang akan dikembangkan, apakah
seorang guru hendak menitikberatkan pada pembelajaran kognitif, afektif ataukah
psikomotor.
2.3 desain kompetensi dan tujuan pembelajaran
a. Desain kompetensi
Desain Pembelajaran adalah praktek penyusunan media tekhnologi komunikasi
dari isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara
guru dan peserta didik yang meliputi penentuan status awal dari pemahaman peserta
didik,perumusan tujuan pembelajaran dan merancangnya.
Menurut Reigeluth Desain Pembelajaran adalah proses untuk menentukan
metode pembelajaran apa yang paling baik dilaksanakan agar timbul perubahan
pengetahuan dan keterampilan pada diri pengajar kearah yang dikehendaki.
Sedangkan menurut Briggs Desain Pembelajaran adalah Rencana tindakan yang
terintegrasi yang meliputi komponen tujuan,metode dan penilaian untuk
memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan.
Kompetensi adalah kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu tugas atau
sebagai memiliki ketrampilan & kecakapan yang diisyaratkan. Sedangkan
kompetensi menurut Van Looy, Van Dierdonck, and Gemmel menyatakan
kompetensi adalah sebuah karakteristik manusia yang berhubungan dengan
efektifitas performa, karakteristik ini dapat dilihat seperti gaya bertindak,
berperilaku, dan berpikir.
Jadi biasa disimpulkan bahwa Kompetensi merupakan kemampuan siswa atau
mahasiswa untuk mengerjakan sesuatu dengan baik sebagai hasil dari proses
pembelajaran atau pendidikan yang diikutinya. Sehingga kompetensi merupakan
kemampuan yang harus dimiliki oleh individu dalam melaksanakan tugas-tugas
sesuai dengan uraian tugas yang dilakukannya.
Menurut Spencer and Spencer kompetensi terdiri dari 5 Karakteristik yaitu :
1. Motives, adalah sesuatu dimana sesorang secara konsisten berfikir sehingga ia
melakukan tindakan. Spencer menambahkan bahwa motives adalah “drive,
direct and select behavior toward certain actions or goals and away from others
“. Misalnya seseorang yang memiliki motivasi berprestasi secara konsisten
mengembangkan tujuan – tujuan yang memberi suatu tantangan pada dirinya
sendiri dan bertanggung jawab penuh untuk mencapai tujuan tersebut serta
mengharapkan semacam “ feedback “ untuk memperbaiki dirinya.
2. Traits, adalah watak yang membuat orang untuk berperilaku atau bagaimana
seseorang merespon sesuatu dengan cara tertentu. Sebagai contoh seperti
percaya diri, kontrol diri, ketabahan atau daya tahan.
3. Self Concept, adalah sikap dan nilai - nilai yang dimiliki seseorang. Sikap dan
nilai diukur melalui tes kepada responden untuk mengetahui nilai yang dimiliki
seseorang dan apa yang menarik bagi seseorang untuk melakukan sesuatu.
4. Knowledge, adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu.
Pengetahuan merupakan kompetensi yang kompleks. Tes pengetahuan
mengukur kemampuan peserta untuk memilih jawaban yang paling benar tetapi
tidak bisa melihat apakah sesorang dapat melakukan pekerjaan berdasarkan
pengetahuan yang dimilikinya.
5. Skills, adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu baik secara
fisik maupun mental.
b. Tujuan pembelajaran
Upaya merumuskan tujuan pembelajaran dapat memberikan manfaat tertentu,
baik bagi guru maupun siswa. Nana Syaodih Sukmadinata mengidentifikasi 4
(empat) manfaat dari tujuan pembelajaran, yaitu:
1. Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud kegiatan belajar mengajar
kepada siswa, sehingga siswa dapat melakukan perbuatan belajarnya secara  lebih
mandiri;
2. Memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar;
3. Membantu memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan media
pembelajaran;
4. Memudahkan guru mengadakan penilaian.
Dalam Permendiknas RI No. 52 Tahun 2008 tentang Standar Proses disebutkan
bahwa tujuan pembelajaran memberikan petunjuk untuk memilih isi mata
pelajaran, menata urutan topik-topik, mengalokasikan waktu, petunjuk dalam
memilih alat-alat bantu pengajaran dan prosedur pengajaran, serta menyediakan
ukuran (standar) untuk mengukur prestasi belajar siswa.
Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi
semuanya menunjuk pada esensi yang sama, bahwa :
1. Tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi
pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran
2. Tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik. Yang
menarik untuk digaris bawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan David E. Kapel
bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis.
Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya
dibuat secara tertulis (written plan).
2.4 Desain Materi Pembelajaran
a. Pengertian Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran (instructional materials) adalah segala bentuk bahan,
informasi, alat dan teks yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan tersebut bisa berupa bahan yang
tertulis maupun tidak tertulis.
Materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi
dan kompetensi dasar. Sedangkan secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran
terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap
atau nilai.
b. Kriteria Pemilihan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran berada dalam ruang lingkup isi kurikulum. Karena itu,
pemilihan materi pelajaran tentu saja harus sejalan dengan ukuran-ukuran (kriteria)
yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi bersangkutan.Secara
garis besar, Kriteria pemilihan materi pembelajaran:
1) Kriteria Tujuan Pembelajaran Suatu materi pelajaran yang terpilih dimaksudkan
untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus atau tujuan-tujuan tingkah laku.
Karena itu, materi tersebut supaya sejalan dengan tujuan-tujuan yang telah
dirumuskan.
2) Materi Pelajaran Supaya Terjabar Perincian materi pelajaran berdasarkan pada
tuntutan. Ini berarti terdapat keterkaiatan yang erat antara spesifikasi tujuan dan
spesifikasi materi pelajaran.
3) Relevan Dengan Kebutuhan Siswa Kebutuhan siswa yang pokok adalah bahwa
mereka ingin berkembang berdasarkan potensi yang dimilikinya. Karena setiap
materi pelajaran yang akan disajikan hendaknya sesuai dengan usaha untuk
mengembangkan pribadi siswa secara bulat dan utuh. Beberapa aspek
diantaranya adalah pengetahuan sikap, nilai dan keterampilan.
4) Kesesuaian Dengan Kondisi Masyarakat Siswa dipersiapkan untuk menjadi
warga masyarakat yang berguna dan mampu hidup mandiri. Dalam hal ini,
materi pelajaran yang dipilih hendaknya turut membantu mereka memberikan
pengalaman edukatif yang bermakna bagi perkembangan mereka menjadi
manusia yang mudah menyesuaikan diri.
5) Materi Pelajaran Mengandung Segi-Segi Etik Materi pelajaran yang akan
dipilih hendaknya mempertimbangkan segi perkembangan moral siswa kelak.
Pengetahuan dan keterampilan yang bakal mereka peroleh dari materi pelajaran
yang telah mereka terima diarahkan untuk mengembangkan dirinya sebagai
manusia yang etik sesuai dengan sistem nilai dan norma-norma yang berlaku
dimasyarakatnya.
6) Materi Pelajaran Tersusun Dalam Ruang Lingkup dan Urutan Yang Sistematik
dan logis.Setiap materi pelajaran disusun secara bulat dan menyeluruh, terbatas
ruang lingkupnya dan terpusat pada satu topik
masalah tertentu. Materi disusun secara berurutan dengan mempertimbangkn
faktor perkembangan psikologis siswa. Dengan cara ini diharapkan isi materi
tersebut akan lebih mudah diserap oleh siswa dan dapat segera dilihat
keberhasilannya.
7) Materi Pelajaran Bersumber Dari Buku Yang Baku, Pribadi Guru Yang Ahli,
dan Masyarakat.Ketiga faktor ini perlu diperhatikan dalam memilih materi
pelajaran. Buku sumber yang baku umumnya disusun oleh para ahli dalam
bidangnya dan disusun berdasarkan GBPP yang berlaku, kendatipun belum
tentu lengkap sebagaimana yang diharapkan. Guru yang ahli penting, oleh
sebab sumber yang diharapkan. Guru yang ahli penting, oleh sebab sumber
utama memang guru itu sendiri. Guru dapat menyimak semua hal yang
dianggapnya perlu untuk disajikan kepada para siswa berdasarkan ukuran
pribadinya. Masyarakat juga merupakan sumber yang luas, bahkan dapat
dikatakan sebagai materi belajar yang paling besar.
c. Mendesain Materi Pembelajaran
Dalam mendesain materi pembelajaran ada beberapa hal penting yang
harus dilakukan oleh seorang guru atau seorang dosen, hal ini pula yang akan
menentukan sempurna atau tidaknya desain materi pembelajaran, yaitu:
1) Pengumpulan Informasi
Sebelum seorang guru memulai pelajarannya di minggu pertama hari sekolah
atau di dalam kelas, tentu ia melakukan persiapan-persiapan dalam beberapa
aspek desain mata kuliah atau mata pelajaran. Persiapan ini dapat dikatakan
sebagai satu usaha pembuktian akuntabilitas profesionalisme pembelajaran
seorang dosen kepada mahasiswanya yang telah memberikan kepercayaan
kepada perguruan tinggi. Paling tidak ada empat elemen yang harus
dipersiapkan seorang dosen dalam mendesain satu matakuliah, yaitu:
a) Elemen materi-materi perkuliahan,
b) Elemen kompetensi atau tujuan pembelajaran atau hasil belajar,
c) Elemen strategi pembelajaran atau metode pembelajaran, dan
d) Elemen evaluasi pembelajaran
Keempat elemen itu memiliki karakter yang bersifat holistik, serasi, sekata,
senada. Meskipun wujudnya masing-masing elemen berbeda, tetapi
hakekatnya adalah sama.
Untuk mendesain materi, langkah pertama sebelum seorang dosen
memulai mendesain materi-materi perkuliahan dalam bentuk apapun, ia
seharusnya mulai mengumpulkan sebanyak mungkin informasi-informasi yang
berkaitan langsung atau tidak langsung dengan matakuliah yang akan diampu.
Informasi-informasi itu mungkin didapatkan dalam bentuk hard copy, soft
copy melalui perpustakaan, internet dan atau konsultasi dari beberapa sumber:
1) Referensi baik yang utama atau sekunder
2) Jurnal-jurnal ilmiah
3) Hasil penelitian terbaru
4) Out-line matakuliah yang ada sebelumnya
5) Satuan acara perkuliahan yang ada sebelumnya
6) Silabus, kurikulum
7) Konsultasi dengan dosen senior bagi mereka asisten dosen
8) Konsorsium keilmuan
Di samping itu, sangat perlu sebelum memulai mengorganisasikan
atau mendesain bahan ajar mempertimbangkan butir-butir berikut: semua
informasi itu belum lengkap kalau materi matakuliah itu belum
dikomunikasikan dengan visi, misi dan program studi atau jurusan yang
mengembangkan matakuliah itu. Langkah kedua, setelah informasi materi
dianggap memadai, maka ada beberapa alternatif yang mungkin dilakukan
oleh seorang dosen atau guru untuk mendesain materi perkuliahan atau
pembelajaran yang relatif siap disajikan atau di-share kepada mahasiswa.
2) Peta Konsep
Peta konsep adalah merupakan diagram yang menunjukan hubungan
antara konsep-konsep yang mewakili pembelajaran. Peta konsep juga diartikan
tampilan dari sebuah gambar atau bagan tentang konsep-konsep materi yang
tersusun sesuai dengan tabiat ilmu pengetahuan itu sendiri tanpa mengindahkan
urutan atau skuensi topik bahasan yang diinginkan
d. Manfaat dan Peranan Penyusunan Materi Pembelajaran
Manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru jika mengembangkan bahan
ajar sendiri, yakni antara lain: Pertama, diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan
kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.Kedua, tidak lagi
tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh.Ketiga, bahan
ajar menjadi labih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai
referensi. Keempat, menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru
dalam menulis bahan ajar. Kelima, bahan ajar akan mampu membangun
komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa karena siswa
akan merasa lebih percaya kepada gurunya.Adapun peranan bahan ajar adalah:

1) Mencerminkan suatu sudut pandang yang tajam dan inovatif mengenai


pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan ajar yang
disajikan.
2) Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan
bervariasi, sesuai dengan minat dan kebutuhan para peserta didik.
3) Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap.
4) Menyajikan metode-metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi
peserta didik.
5) Menjadi penunjang bagi latihan- latihan dan tugas- tugas praktis.
6) Menyajikan bahan/ sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna.
d. Prinsip-Prinsip Pengembangan Materi Pembelajaran
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau
materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi
prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan Prinsip relevansi artinya keterkaitan.
Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau ada hubungannya
dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi
artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam,
maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip
kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam
membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh
terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak.
e. Langkah-Langkah Pengembangan Materi Pembelajaran
1. Identifikas istandar kompetensi dan kompetensi dasar
 Sebelum mengembangkan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu di
identifikasi aspek-aspek keutuhan kompetensi yang harus dipelajari atau
dikuasai peserta didik. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap standar
kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda
dalam kegiatan pembelajaran. Harus ditentukan apakah standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik termasuk ranah kognitif,
psikomotor ataukah afektif.
a) Ranah Kognitif jika kompetensi yang ditetapkan  meliputi pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian.
b) Ranah Psikomotor jika kompetensi yang ditetapkan meliputi gerak awal,
semirutin, dan rutin.
c) Ranah Afektif jika kompetensi yang ditetapkan meliputi pemberian respons,
apresiasi, penilaian, dan internalisasi.
2). Identifikasi Jenis-jenis Materi Pembelajaran
Identifikasi dilakukan berkaitan dengan kesesuaian materi
pembelajaran dengan tingkatan aktivitas /ranah pembelajarannya. Materi yang
sesuai untuk ranah kognitif ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan
aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
Dengan demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah kognitif adalah fakta,
konsep, prinsip dan prosedur. Materi pembelajaran yang sesuai untuk ranah
afektif ditentukan berdasarkan perilaku yang menekankan aspek perasaan dan
emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. Dengan
demikian, jenis materi yang sesuai untuk ranah afektif meliputi rasa dan
penghayatan, seperti pemberian respon, penerimaan, internalisasi, dan penilaian.
2.5 Desain Lembar Kegiatan Peserta Didik Mata Pelajaran Geografi
Desain Lembar Kerja Peserta Didik berbasis Problem Based Learning untuk
meningkatkan self efficacy peserta didik pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan
yang valid berdasarkan validitas ahli materi, ahli media, praktikalitas guru dan respon
peserta didik. LKPD ini didesain oleh penulis agar dapat menjadi bahan ajar yang
dapat membantu guru dalam proses pembelajaran dan sebagai salah satu sumber
belajar bagi peserta didik baik di kelas maupun di rumah Lembar Kerja Peserta Didik
berbasis Problem Based Learning untuk meningkatkan self efficacy peserta didik
dikembangkan dengan menggunakan prosedur pengembangan menurut Borg and Gall
yang disederhanakan sesuai kebutuhan penelitian menjadi lima tahap. Tahap awal
dalam proses pengembangan Borg and Gall adalah penelitian dan pengumpulan data
yaitu melakukan survey lapangan untuk mengetahui kebutuhan peserta didik dan studi
pustaka untuk mengkaji literatur dan jurnal sehingga didapatkan alasan perlunya
pengembangan LKPD berbasis PBL untuk meningkatkan self efficacy peserta didik.
LKPD menjadi salah satu bagian penting dalam proses pembelajaran. Hal ini
karena LKPD dapat mengaktifkan peserta didik untuk belajar secara mandiri. Dengan
adanya LKPD diharapkan peserta didik mampu memahami konsep yang ada sebelum
pembelajaran dimulai, sehingga ketika proses pembelajaran peserta didik tidak lagi
bergantung pada penjelasan guru. Selain itu dengan adanya LKPD diharapkan peserta
didik akan terlatih untuk mengerjakan setiap latihan yang ada. Dengan demikian
pembelajaran yang student centered dapat terwujud. LKPD perlu dikembangkan oleh
guru mata pelajaran. Hal ini agar LKPD yang digunakan sesuai dengan karakteristik
peserta didik dan sesuai dengan keadaan lingkungan sekolah. Berdasarkan jurnal
penelitian yang ditulis oleh Evendy mengatakan bahwa bahan ajar perlu
dikembangkan dalam pembelajaran. Hal ini karena bahan ajar yang digunakan harus
sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku, karakteristik peserta didik, dan
tuntutan dalam pemecahan masalah. Berdasarkan analisis kebutuhan bahan ajar,
diketahui bahwa LKPD merupakan salah satu bahan ajar yang sering dipakai dan
dibutuhkan dalam pembelajaran. Lembar Kerja Peserta Didik merupakan suatu bahan
ajar cetak berupa lembaran yang berisi materi dan tugas yang ada petunjuk
pembelajaran dan langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas. LKPD dapat berupa
panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk
pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen dan
demonstrasi (Evendy dkk., 2018).
Penggunaan LKPD dalam proses pembelajaran memiliki keuntungan tersendiri
untuk mencapai tujuan pembelajaran. LKPD dapat mengarahkan peserta didik untuk
belajar mandiri dan mengarahkan peserta didik dalam kegiatan-kegiatan yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Ismail yang menyatakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran, LKPD mempunyai
beberapa kelebihan, yaitu:
(1) menimbulkan semangat belajar peserta didik;
(2) melatih dan mengembangkan cara belajar peserta didik yang mandiri;
(3) sebagai sarana belajar yang efektif bagi peserta didik karena berisi langkah-
langkah kegiatan yang diuraikan secara sistematis dan praktis.
Sementara itu, menurut Depdiknas Lembar Kegiatan Peserta didik memberikan
keuntungan bagi guru dan peserta didik. Guru memiliki bahan ajar yang siap
digunakan dan memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sedangkan
peserta didik akan mendapatkan pengalaman belajar secara mandiri serta belajar
memahami dan menjalankan tugas tertulis yang ada di dalam LKS (Depdiknas, 2008).
LKPD yang didesain oleh penulis menggunakan model pembelajaran problem
based learning. PBL merupakan suatu model pembelajaran yang melatih peserta didik
untuk mengerjakan permasalahan yang autentik yang akan terpusat pada peserta didik
dengan maksud agar peserta didik mampu menyusun sendiri pengetahuanya,
mengembangkan keterampilan berpikir dan pemecahan masalah, serta
mengembangkan kemandirian dan sikap percaya diri. Pada PBL peserta didik dituntut
untuk dapat memecahkan masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi
sebanyak-banyaknya kemudian dianalisis dan dicari penyelesaiannya (Aji dkk., 2017).
Problem Based Learning mendorong peserta didik untuk menemukan
pemecahan atas masalah yang diberikan sehingga dapat membantu untuk
meningkatkan kemampuan diri peserta didik. Penerapan Problem Based Learning
merupakan suatu pendekatan pengajaran yang mempelajari masalah dunia nyata
sebagai konteks bagi peserta didik untuk memperoleh pengetahuan serta konsep yang
esensi dari mata pelajaran. Model Problem Based Learning adalah model
pembelajaran yang merangsang peserta didik untuk berpikir menyelesaikan
permasalahan kontekstual. Melalui model Problem Based Learning, peserta didik
menyusun pengetahuan dengan membangun penalaran sehingga diharapkan dapat
memecahkan masalah dengan beragam alternatif solusi serta mengidentifikasi
permasalahan yang ada (Hardiyanti dkk., 2017).
2.6 Desain strategi pembelajaran
Desain pembelajaran dapat didefinisikan dari berbagai sudut pandang,
misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses.
Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori
tentang strategi serta proses pengembengan pembelajaran dan pelaksanaannya.
Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan
spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi
yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan
mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas.
Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem
pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk
meningkatkan mutu belajar.Desain pembelajaran sebagai proses. merupakan
pengembangan sistematis tentang spesifikasi pembelajaran dengan
menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar untuk menjamin mutu
pembelajaran.
Strategi pembelajaran adalah pendekatan pembelajaran sebagai suatu cara
yang sistematik dalam mengkomunikasikan materi pelajaran kepada peserta didik
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan perpaduan
dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan peserta didik,
metode dan teknik pembelajaran, dan media pembelajaran, serta waktu yang
digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditentukan.
Mintzberg mendefinisikan strategi dengan 5P, yaitu:
1) strategi sebagai perspektif, karena dalam membentuk misimenggambarkan
perspektif kepada semuaaktifitas,
2) strategi sebagai posisi karena mencari pilihan untuk bersaing,
3) strategi sebagai perencanaan, karena dalam strategi menentukan tujuan
performansi perusahaan,
4) strategi sebagai pola, karena dalam strategi dibentuk suatu pola untuk umpan
balik dan penyesuaian, dan
5) strategi sebagai penipuan (ploy) yaitu muslihat rahasia
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua
bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual
learning (Rowntree dalam Wina Senjaya). Ditinjau dari cara penyajian dan cara
pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi
pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran
sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan
berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a
plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in
achieving something”(Sanjaya, 2008: 27).
Jadi pengertian desain strategi pembelajaran adalah kerangka atau
rencana pendekatan pembelajaran sebagai suatu cara yang sistematik dalam
mengkomunikasikan materi pelajaran kepada peserta didik untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
a. Strategi Pembelajaran Quantum
Konsep belajar quantum mengungkapkan bahwa setiap manusia mempunyai
potensi otak yang relative sama, tinggal bagaimana mereka mengolahnya. Bila
seseorang mengenali tipe belajarnya dan melakukan pembelajaran yang sesuai,
maka belajar akan terasa sangat menyenangkan dan akan memberikan hasil
yang optimal. Quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik
percepatan belajar, dan program neuro linguistik (NLP) dengan teori,
kenyakinan, dan metode yang spesifik. Termasuk di antaranya konsep-konsep
kunci dari berbagai teori dan strategi belajar lainya, seperti teori otak kanan dan
otak kiri, teori otak triune, pilihan modalitas, pendidikan holistic, belajar
dengan simbol, dan simulasi. Konsep belajar quantum merancang proses
pembelajaran secara harmonis dengan menggabungkan unsure keterampilan
akademis, dan prestosi fisik
b. Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi Pembelajaran ini menekankan kepada proses pembelajaran bertutur-
kata, siswa menyimak pelajaran yang disampaikan guru. Aliran psikologi
belajar yang mempengaruhi strategi pembelajaran ekspositori adalah aliran
belajar behavioristik yang menekankan kepada pemahaman bahwa perilaku
manusia pada dasarnya berkaitan antara stimulus dan respons, oleh karena itu
peran guru sebagai pemberi stimulus merupakan faktor yang sangat penting
untuk melahirkan respon dari peserta didik. Ada beberapa karakteristik strategi
pembelajaran ekspositori diantaranya
1) strategi pembelajaran ekspositori dilakukan dengan menyampaikan materi
secara verbal,artinya bertutur kata secara lisan (ceramah) merupakan alat
utama dalam melakukan strategi ini, dan
2) materi pelajaran yang akan disampaikan sudah berupa barang jadi seperti
data dan fakta atau konsep-konsep tertentu yang harus dihafal yang tidak
menuntut berfikir ulang,
3) tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pembelajaran itu
sendiri.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan pendekatan yang
berorientasi kepada guru (teacher centered approach), karena peran guru sangat
dominan. Strategi pembelajaran dianggap baik dan efektif, apabila dalam
menggunakannya dapat mengantarkan pada pencapaian tujuan. Oleh karenanya
pertimbangan pertama dalam penggunaan strategi pembelajaran adalah tujuan
apa yang harus dicapai. Kemudian dalam menggunakan suatu strategi
memperhatikan prinsipprinsipnya. Dan psinsip-prinsip strategi pembelajaran
ekspositori antara lain:
1) Berorientasi pada tujuan.
2) Prinsip komunikasi.
3) Prinsip persiapan.
4) Prinsip berkelanjutan
c. Strategi Pembelajaran Inkuir
Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawabannya dari suatu masalah yang ditanyakan. Strategi
Pembelajaran Inkuiri banyak dipengarui aliran belajar kognitif. Menurut aliran ini,
belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan berfikir dengan memanfaatkan
segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal. Teori lain yang
mendasarai SPI teori belajar konstruktivistik, teori yang dikembangkan oleh Piaget.
Menurut Piaget pengetahuan akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri
oleh siswa. Sejak kecil setiap individu berusaha dan mampu mengembangkan
pengetahuannya sendiri melalui skema yang ada dalam struktur kognitifnya. Ada
beberapa hal yang menjadi konsep dasar strategi pembelajaran inquiri:
1. Menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya strategi inquiry menempatkan siswa sebagai objek belajar.
2. Bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk atau konsep yang sudah jadi,
akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.
3. Proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu.
4. Strategi ini untuk sekelompok siswam yang memiliki rata-rata kemauan dan
kemampuan berpikir, strategi ini akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa
yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir.
5. Jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.
6. Guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat
pada siswa.
c. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah adalah penggunaan berbagai macam kemampuan
dan kecerdasan yang diperlukan untuk menghadapi dan mnyelesaikan terhadap
tantangan nyata dan menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleks.
Dilihat dari psikologi belajar, starategi pembelajaran berbasis masalah bersandar
pada psikologi kognitif yang bertolak dari asumsi bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku dari adanya pengalaman. Dengan proses ini sedikit demi
sedikit siswa akan berkembang secara utuh, artinya perkembangan siswa mencakup
perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena untuk
mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat. Maka strategi
pembelajaran berbasis masalah merupakan strategi yang harus dikembangkan untuk
membantu anak didik dalam menghadapi, memahami dan menyelesaikan masalah
maslah dalam hidup dan kehidupan. Dilihat dari konteks perbaikan kualitas
pendidikan, maka strategi pembelajaran berbasis maslah merupakan salah satu
strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki system
pembelajaran
2.7 Desani Evaluasi Pembelajaran
Dalam perencanaan dan desain system pembelajaran rancangan evaluasi
merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan
melalui evaluasi yang tepat, dapat menentukan efektivitas program dan
keberhasilan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga informasi
kegiatan evaluasi seorang desainer pembelajaran dapat mengambil keputusan
apakah program pembelajaran yang dirancangnya perlu diperbaiki atau tidak,
bagian-bagian yang mana yang dianggap memiliki kelemahan sehingga perlu
perbaikan. Evaluasi merupakan salah satu komponen system pembelajaran pada
khususnya, dan system pendidikan pada umumnya.
Istilah evaluasi bukan lagi merupakan sesuatu hal yang baru dalam kehiduapan
masa sekarang. Apalagi bagi orang yang terlibat dalam dunia pendidikan. Istilah
evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Evaluation yang artinya penilaian.
Evaluasi memiliki banyak arti yang berbeda, menurut Wang dan Brown dalam buku
yang berjudul Essentials of Educational Evaluation , dikatakan bahwa “Evaluation
refer to the act or process to determining the value of something”, artinya “evaluasi
adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai daripada sesuatu”.
Dari konsep tersebut ada dua hal yang menjadi karakteristik evaluasi yaitu :
1. Evaluasi merupakan suatu proses, artinya dalam suatu pelaksanaan evaluasi
mestinya terdiri dari berbagai macam tindakan yang harus dilakukan, dengan
demikian evaluasi bukanlah hasil atau produksi, akan tetapi rangkaian kegiatan.
2.  Evaluasi berhubungan dengan pemberian nilai atau arti, berdasarkan hasil
pertimbangan evaluasi apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak.

a. Fungsi Evaluasi Pembelajaran


Evaluasi sering dianggap sebagai salah satu hal yang menakutkan bagi siswa,
karena memang melalui kegiatan ini dapat ditentukan nasih siswa dalam
pembelajaran selanjutnya, anggapan seperti ini harus diluruskan, evaluasi mestinya
dipandang sebagai suatu yang wajar, yakni sebagaisesuatu bagi integral dari suatu
proses pembelajaran. Ada beberapa fungsi evaluasi pembelajaran adalah sebagai
berikut :
1. Alat yang penting sebagai umpan balik bagi siswa.
2. Alat yang penting untuk mengetahui bagaimana ketercapaian siswa dalam
menguasai tujuan yang telah ditentukan, siswa akan mengetahui bagaian mana
yang perlu dan tidak perlu dipelajari.
3. Memberikan informasi untuk mengembangkan program kurikulum.
4.  Memberikan keputusan untuk mengambil keputusan khususnya untuk
menentukan masa depan.
5. Berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam menentukan
kejelasan tujuan yang ingin dicapai.
6. Berfungsi sebagai umpan balik untuk semua yang berkepentingan dengan
pendidikan di sekolah.
Tindak lanjut dari kegiatan evaluasi adalah merupakan fungsi evaluasi yang masing-
masing dapat dilakukan melalui pengadaaan tes berikut :
1.    Evaluasi penempatan
Evaluasi jenis ini sebaiknya dilaksanakan sebelum siswa mengikuti
program pembelajaran yang permulaan atau siswa tersebut baru akan
mengikuti pendidikan disuatu tingkat tertentu, hal ini untuk mengetahui
keadaan siswa dan mengukur kesiapan siswa serta tingkat pengetahuan yang
telah dicapai sehubungan dengan pelajaran yang akan diikutinya sehingga ia
dapat ditempatkan pada posisi yang tepat berdasarkan bakat, minat,
kesanggupan, dan keadaan lainnya agar tidak mengalami hambatan dalam
mengikuti setiap program atau bahan yang disajikan.
2.    Evaluasi formatif
Evaluasi ini dilakukan ditengah-tengah program pembelajaran, yang
bermaksud untuk memantau dan memonitor kemajuan belajar siswa guna
memberkan memberikan umpan balik, baik kepada siswa maupun kepada
pendidik. Siswa dapat mengetahui bagian mana dari bahan pelajaran yang
belum dikuasainya agar dapat mengupayakan perbaikan, sementara pendidik
mengetahui bagian mana yang umumnya belum dikuasai oleh peserta didik.
3. Evaluasi diagnostic
Evaluasi jenis ini berfungsi untuk mengetahui masalah-masalah apa yang
dialami siswa ketika ia mengalami kesulitan dalam belajar, pendidik akan
mengetahui kelemahan siswa dan factor-faktor penyebab terjadinya hal
tersebut, dengan demikian pendidik dapat membantu mengatasi kesulitan dan
hambatan yang dialami oleh siswa ketika mengikuti kegiatan pembelajaran
pada suatu bidang studi.
4.    Evaluasi sumatif
Evaluasi ini biasa dibartikan pada akhir tahun pelajaran atau akhir suatu
jenjang pendidikan yang dimaksudkan untuk mengetahi sejauh mana suatu
program berhasil diterapkan dan hal ini tentunya tergantung dari berbagai
factor, yaitu factor pendidik, siswa, kurikulum, metode mengajar dan
sebagainya.
b. Tujuan dan Makna Evaluasi Pembelajaran
Mengenai tujuan dari evaluasi pembelajaran dikategorikan kepada dua jenis
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum tujuan evaluasi pembelajaran
adalah sebagai berikut :
1.    Mengumpulkan data yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf
perkembangan atau kemajuan yang dialami siswa dalam mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
2.    Memungkinkan para pendidik dalam menilai aktivitas atau pengalaman
mengajar yang telah dilaksanakan.
3.     Mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode mengajar yang telah
dipergunakan.
Semenatara itu yang menjadi tujuan khusus dari kegiatan evaluasi adalah
sebagai berikut:
1.      Merangsang kegiatan siswa dalam menempuh program pendidikan, artinya
tanpa adanya evaluasi maka tidak akan menimbulkan kegairahan pada diri
siswa untuk meningkatkan dan memperbaiki.
2.      Mencari dan menentukan factor-faktor penyebab keberhasilan atau kegagalan
siswa dalam mengikuti program pendidikan.
3.      Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan dan
bakat siswa yang bersangkutan.
4.      Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan
oleh orang tua dan lembaga.
5.      Memperbaiki mutu proses pembelajaran.
c. Prinsip-prinsip Evalusi Pembelajaran
Dalam mendesain dan melakukan proses atau kegiatan evaluasi seorang guru
hendaknya mempertimbangkan prinsip-prinsip berikut:
1.      Prinsip berkesinambungan (continuity)
Maksud Prinsip ini adalah kegiatan evaluasi dilaksanakan secara terus-
menerus. Evaluasi tidak hanya dilakukan sekali setahun atau persemester,
tetapi dilakukan secara berkelanjutan mulai dari proses pembelajaran dengan
memperhatikan peserta didik hingga ia tamat dari institusi tersebut.
2.      prinsip menyeluruh (comprehensive)
Prinsip ini maksudnya adalah dalam melakukan evaluasi haruslah
melihat keseluruhan dari aspek berfikir (domain kognitif),aspek nilai atau
sikap (domain afektif), maupun aspek keterampilan ( domain psikomotor)
yang ada pada masing-masing peserta didik.
3.      Prinsip objektivitas (objektivity)
Maksud dari prinsip ini adalah bahwa Objektivitas artinya mengevaluasi
berdasarkan keadaan yang sesungguhnya, tidak dipengaruhi oleh hal-hal
lain yang bersifat emosional dan irasional.
4.      Prinsip valididitas (validity)
Validitas artinya keshahihan yaitu bahwa evaluasi yang digunakan
benar-benar mampu mengukur apa yang hendak diukur atau yang
diinginkan. Validitas juga selalu disamakan dengan ketepatan, misalnya
untuk mengukur partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran bukan
dievaluasi dengan melihat nilai ketika ulangan tetapi dilihat juga mulai dari
kehadiran, keaktifan dan sebagainya.
5.      Prinsip penggunaan criteria Pada saat memasuki tingkat pengukuran,baik
pengukuran dengan standar mutlak maupun dengan relative, misalnya apabila
angka 70 menunjukkan siswa telah menguasai materi, maka siswa
dinyatakan berhasil apabila mendapat nilai tersebut.
6.      Prinsip kegunaan Dengan maksud bahwa evaluasi yang dilakukan merupakan
sesuatu yang bermanfaat bagi siswa maupun bagi pendidik.
7.      Prinsip Praktikabilitias Evaluasi harus bersifat praktis mudah dilaksanakan
dan mudah diadministrasinya.
d. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran
Secara garis besar ruang lingkup evaluasi pembejaran terdiri dari beberapa hal:
1.  Dalam perspektif domain hasil belajar tediri dari: kognitif, afektif dan
psikomotor
2.  Dalam perspektif sistem pembelajran terdiri dari:
a.   Program pembelajaran (tujuan, materi, metode, media dll)
b.   Pelaksanaan pembelajran (kegitan, guru ,dan peserta didik)
c.   Hasil belajar (jangka pendek,menengah dan jangka panjang)
3.   Dalam perspektif penilaian berbasis kelas
a.   Penilaian kompetensi dasar mata pelajran
b.   Penilaian kompetensi rumpun pelajaran
c.   Penilaian kompetensi lintas kurikulum
d.   Penilaian kompetensi tamatan
e.   Penilaian kompetensi life skill
e. Jenis dan Bentuk Evaluasi Pembelajaran
Dilihat dari pengertian, tujuan, fungsi, ruang lingkup, dan sistem
pembelajaran, maka pada hakikatnya pembelajaran adalah suatu program.
Artinya, evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran adalah evaluasi program,
bukan penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar hanya merupakan bagian
dari evaluasi pembelajaran. Sebagai suatu program, evaluasi pembelajaran
dibagi menjadi lima jenis yaitu:
1.      Evaluasi perencanaan dan pengembangan yaitu hasil evaluasi ini sangat
diperlukan untuk mendesain program pembelajaran. Sasaran utamanya
adalah memberikan bantuan tahap awal dalam penyususnan program
pembelajaran.
2.      Evaluasi monitoring yaitu evaluasi ini untuk memeriksa apakah program
pembelajaran mencapai sasran secara efektif dan program pembelajran
terlaksanan sebagaimana mestinya yang hasilnya untuk mengetahui
kemungkinan pemborosan sumber-sumber dan waktu pelaksanaan
pembelajaran.
3.      Evaluasi dampak yaitu evaluasi ini untuk mengetahui dampak yang
ditimbulkan oleh suatu program pembelajaran yang dapat diukur
berdasarkan kriteria keberhasilan sebagai indikator tercapainya tujuan
pembelajaran.
4.      Evaluasi efisiensi ekonomis yaitu evaluasin ini untuk menilai tingkat
efisiensi pelaksanaan program pembelajaran sehingga perbandingan
antara jumlah biaya tenaga dan waktu yang diperlukan dalam program
pembelajaran dengan prpgram laiannya memiliki tujuan yang sama.
5.      Evaluasi program komprehensif yaitu evaluasi ini untuk menilai program
pembelajaran secara menyeluruh seperti perencanaan program,
pelaksanaan program, monitoring pelaksanaan, dampak program, tingkat
keefektifan dan efisiensi.
Adapun bentuk-bentuk evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut yaitu :
1.       Evaluasi Formatif
Evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok
bahasan/topic, dan di maksudkan untuk mengetahui sejauh manakah proses
pembelajaran telah berjalan sebagaimna yang direncanakan.
2.       Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu
satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat
berpindah dari satu unit ke unit yang berikutnya.
3.       Evaluasi Diagnostic
Evaluasi diagnostic adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui
kelebihan-kelebihan dan kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat di
berikan perlakuan yang tepat.
2.8 Desain program tahunan
a. Pengertian program tahunan
Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap
kelas, yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan. Program ini
perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran, karena
merupakan pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya, seperti
program semester, program mingguan, dan program harian atau program
pembelajaran setiap pokok bahasan, yang dalam KBK dikenal modul.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menegmbangkan program tahunan
adalah :
 Menelaah kalender pendidikan, dan ciri khas sekolah/madrasah berdasarkan
kebutuhan tingkat satuan pendidikan.
 Menandai hari-hari libur, permulaan tahun pelajaran, minggu efektif,belajar,
waktu pembelajaran efektif (per minggu). Hari-hari libur meliputi jeda tengah
semester, Jeda antar semester, Libur akhir tahun pelajaran, Hari libur keagaman,
Hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, Hari libur khusus.
 Menghitung jumlah minggu efektif setiap bulan dan semester dalam satu tahun
dan memasukkan dalam format matrik yang tersedia.
 Medistribusikan olokasi waktu yang disediakan untuk suatu mata pelajaran, pada
setiap KD dan topik bahasannya pada minggu efektif, sesuai ruang lingkup
cakupan maeri, tingkat kesulitan dan pentingnya materi tersebut, serta
mempertimbangkan waktu untuk ulangan serta review materi.

LAMPIRAN LAMPIRAN
PROGRAM TAHUNAN

Satuan Pendidikan                  : SD inpres 49 lempang


Mata Pelajaran                        : Pendidikan Agama Islam
Jumlah Minggu Efektif           : …………………………………
Jumlah Jam / Minggu              : …………………………………
Kelas / Semester                      : I / 1 & 2
Tahun Pelajaran                       : 2017/2018

No Alokasi Jumlah
Smt Standar Kompetensi K Kompetensi Dasar Waktu Pertem
D (jam) uan
I1.       Menghafal Melafalkan QS Al-Fatihah dengan
1.1
alqur’an surat pende lancer
k pilihan Menghafal QS Al-Fatihah dengan
1.2
lancer
Uji Kompetensi
Menunjukkan ciptaan Allah SWT
2.1
melalui ciptaan-Nya
2.       Mengenal Rukun
2.2 Menyebutkan enam Rukun Iman
Iman
2.3 Menghafal enam Rukun Iman
Uji Kompetensi
3.1 Membiasakan perilaku jujur
Membiasakan perilaku
3.2
bertanggung jawab
3.       Membiasakan
Membiasakan perilaku hidup
perilaku terpuji 3.3
bersih
3.4 Membiasakan perilaku disiplin
Uji Kompetensi
4.1 Menyebutkan pengertian bersuci
4.       Mengenal tata cara
4.2 Mencontoh tata cara bersuci
bersuci (taharah)
Uji Kompetensi
5.1 Menirukan ucapan Rukun Islam
5.       Mengenal Rukun
5.2 Menghafal Rukun Islam
Islam
Uji Kompetensi
JUMLAH
II Menghafal QS Al Kausar dengan
6.1
lancer
6.       Menghafal Menghafal QS An-Nasr dengan
6.2
alqur’an surat-surat lancer
pendek pilihan Menghafal QS Al-‘Asr dengan
6.3
lancer
Uji Kompetensi
7.       Mengenal dua Melafalkan syahadat tauhid dan
7.1
kalimat syahadat syahadat rasul
7.2 Menghafal dua kalimat syahadat
7.3 Mengartikan dua kalimat syahadat
Uji Kompetensi
8.1 Menampilkan perilaku rajin
Menampilkan perilaku tolong-
8.2
menolong
Menampilkan perilaku hormat
8.       Membiasakan 8.3
terhadap orang tua
perilaku terpuji
Menampilkan adab makan dan
8.4
minum
8.5 Menampilkan adab belajar
Uji Kompetensi
9.1 Menyebutkan tata cara berwudu
9.       Membiasakan
9.2 Mempraktekkan tata cara berwudu
bersuci (taharah)
Uji Kompetensi
JUMLAH

Mengetahui Kukusan ,
Kepala Sd inpres 49 lempang …………………… Guru
pendidikan Agama Islam

    Andi muh saleh


    NIP. Mawar

2.9. Desain Program Semester


a. Pengertian Program Semesteran
Dalam program pendidikan semester dipakai satuan waktu terkecil, yaitu
satuan semester untuk menyatakan lamanya satu program pendidikan.Masing-
masing program semester sifatnya lengkap dan merupakan satu kebulatan dan
berdiri sendiri. Pada setiap akhir semester segenap bahan kegiatan program
semester yang disajikan harus sudah selesai dilaksanakan dan mahasiswa yang
mengambil program tersebut sudah dapat ditentukan lulus atau tidak. Program
semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan
dan dicapai dalam semester tersebut. Program semester ini merupakan penjabaran
dari program tahunan. Kalau program tahunan disusun untuk menentukan jumlah
jam yang diperlukan untuk mencapai kompetensi dasar, maka dalam program
semester diarahkan untuk menjawab minggu keberapa atau kapan pembelajaran
untuk mencapai kompetensi dasar itu dilakukan.[13] Pada umumnya program
semester ini berisikan tentang bulan, pokok bahasan yang hendak disampaikan,
waktu yang direncanakan, dan keterangan-keterangan.
Langkah-langkah perancangan program semester  adalah:
a.       Menghitung jumlah Hari Belajar Efektif (HBE) dan Jam Belajar Efektif
(JBE) setiap bulan dan semester dalam satu tahun.
b.      Mendistribusikan alokasi waktu yang disediakan untuk suatu KD serta
mempertimbangkan waktu untuk ulangan serta review materi.
Sedangkan Target yang harus dicapai pada pemahaman KD:
1)   Materi pokok yang sesuai dengan kompetensi dasar yang bersesuaian
2)   Tingkat kedalaman materi yang dibahas pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang bersesuaian
3)   Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk membuat siswa kompeten
terhadap kompetensi dasar yang bersangkutan
c.       Guru selanjutnya menentukan alokasi waktu dari setiap Kompetensi
Dasar (KD), yakni:
1)   Alokasi waktu dirinci untuk setiap Kompetensi Dasar.
2)   Alokasi waktu pembelajaran untuk setiap KD tergantung pada
Kompleksitas KD, Keluasan KD, Strategi/metode pembelajaran, dan
Alat, bahan, dan sumber belajar yang tersedia.

PROGRAM SEMESTER
Kelas/Semester : .....................................................................
Satuan Pendidikan : .....................................................................
Mata Pelajaran : .....................................................................
No SK K Indik Materi Pengala Mekanism T Wa Baha Ket
D ator Standar man Peniaian u ktu n
Belajar g media
a &
s sumb
er

Mengetahui
Kepala sekolah Guru Penjas

....................... ....................
NIP. NIP.
b.Langkah-langkah Penyusunan Program Semester
Adapun langkah-langkah penyusunan program semester yakni:
1) Memasukkan KD, topik dan sub topik bahasan dalam format Program Semester.
2) Menentukan jumlah jam pada setiap kolom minggu dan jumlah tatap muka per
minggu untuk mata pelajaran.
3) Mengalokasikan waktu sesuai kebutuhan bahasan topik dan sub topik pada
kolom minggu dan bulan.
a) Hitung alokasi waktu dalam setahun berdasarkan kalender pendidikan yang
diterbitkan oleh satuan pendidikan.. Hal – hal yang diperhatikan adalah :
1) Banyaknya pekan dalam setiap bulan
2) Jumlah pekan efektif per bulan (pekan dimana terjadi KBM)
3) Jumlah pekan tidak efektif (pekan dimana tidak terjadi KBM misal HUT
Sekolah, Hari libur umum dan lain-lain)
4) total pekan, pekan efektif, pekan tidak efektif per tahun.
b) Hitung alokasi waktu per semester
c) Menentukan jumlah jam efektif per semester.
Hal-hal yang diperhatikan adalah :
1) Banyaknya pekan efektif pada perhitungan alokasi waktu per semester dikurangi
pekan tidak efektifnya. Contoh : Pekan dalam semester ini 26 pekan, yang tidak
efektif 9 pekan maka pekan efektif adalah 26-9=17 Pekan.
2) Jam efektif semester adalah hasil perkalian pekan efektif dengan jumlah jam
pelajaran per minggu.
d) Distribusi alokasi waktu.
Hal-hal yang diperhatikan adalah :
1) Hitung banyaknya kompetensi dasar dalam semester berjalan.
2)  Tentukan kedalaman dan keluasan materi pada Kompetensi Dasar tersebut.
3) Sebarkan jam efektif yang telah dihitung pada setiap Kompetensi Kasar
berdasarkan keluasan dan kedalamannya.
4)  Jabarkan hasil penyebaran tersebut pada matriks yang telah dilengkapi dengan
bulan dan minggu selama 1 semester dengan memperhatikan juga minggu / hari
tidak efektif.
c. Manfaat Program Semester
Adapun manfaat program semester yakni:
1) Mempermudah seorang guru dalam proses pembelajaran selama satu semester.
2) Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
dilakukan
3) Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang
terlibat dalam kegiatan pembelajaran
4) Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik guru maupun murid
5) Sebagai alat ukur keefektifan suatu proses pembelajaran sehingga setiap saat
dapat diketahui ketepatan dan kelambanan kerja
6) Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja
7) Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya
d. Fungsi Perencanaan Pembelajaran
Adapun fungsi perencanaan pembelajaran yakni:
1) Dapat berfungsi sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan belajar
mengajar agar lebih terarah dan berjalan efisien dan efektif.
2) Berfungsi sebagai peganggan seorang guru dalam pembelajaran.
3) Dapat berfungsi untuk  mengukur setiap waktu yang diperlukan dalam
menyampaikan bahan pelajaran tertentu, dan menghitung jam pelajaran efektif.
4) Berfungsi sebagai pencapaian tujuan dalam menyampaikan materi. Melalui
perencanaan yang baik, maka proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara
seimbang.

2.10. Desain Silabus Pembelajaran


a. Pengertian desain silabus
Silabus adalah ancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata
pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil dari seleksi,
pengelompokkan, pengurutan, dan penyajian materi kurikulum, yang
dipertimbangkan berdasarkan cirri dan kebutuhan daerah setempat.
Menurut pendapat beberapa ahli tentang apa itu desain silabus: yang pertama
menurut Abdul Majid, silabus adalah ancangan pembelajaran yang berisi rencana
bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil dari
seleksi, pengelompokkan, pengurutan, dan penyajian materi kurikulum, yang
dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat.
Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan
pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis memuat komponen-
komponen yang saling berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan
tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pembelajaraan, indicator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
Dari beberapa definisi silabus di atas dapat disimpilkan bahwa silabus adalah
seperangkat rencana yang berisi garis besar atau pokok-pokok pembelajaran yang
mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaraan, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan
pendidika.
1. Manfaat silabus
Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran, seperti
pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan
pengembangan sistem penilaian. Silabus merupakan sumber pokok dalam
penyusunan perencanaan pembelajaran, baik rencana pembelajaran untuk standar
kompetensi maupun satu kompetensi dasar. Silabus juga bermanfaat sebagai
pedoman untuk merencanakan pengelolaan kegiatan belajar secara klasikal,
kelompok kecil, atau pembelajaran secara individual. Demikain pula silabus sangat
bermanfaat untuk mengembangkan sistem penilaian, yang dalam pelaksanaan
pembelajaran berbasis kompetensi sistem penilaian mengacu pada standar
kompetensi dasar, dan pembelajaran yang terdapat dalam silabus.
2. Isi silabus
Hubungan dengan kurikulum dan pengajaran dalam bentuk lain ialah dokumen
kurikulum yang biasanya di sebut silabus yang sifatnya lebih terbatas dari pada
pedoman kurikulum, sebagaimana kemukakan oleh mulyani sumantri yang di kutip
oleh Abdul Majid, bahwa dalam silabi hanya tercakup bidang studi atau mata
pelajaran yang diajarkan selama waktu setahun atau satu semester. Pada umumnya
suatu silabus paling sedikit harus mencakup unsur-unsur:
a.    Tujuan mata pelajaran yang akan di ajarkan.
b.    Sasaran-sasaran mata pelajaran.
c.  Ketrampilan yang diperlukan agar dapat menguasai mata pelajaran tersebut
dengan baik.
d.    Urutan topik-topik yang di ajarkan.
e.     Aktifitas dan sumber-sumber pendukung keberhasilan pengajaran.
f.     Berbagai teknik evalluasi yang digunakan
b. Prinsip-prinsip pengembangan silabus
Silabus merupakan produk pengembangan kurikulumdan pembelajaran yang
berisikan garis-garis besar materi pembelajaran. Berikut beberapa prinsip yang
mendasari penyusunan silabus:
1. Ilmiah
Seluruh materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan
dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan.
2. Relevan
Cakupan, kedalaman tingkat keuskaran dan urutan penyajian materi dalam silabus
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa baik secara sosial, emosional, dan
spiritual.
3. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam
mencapai kompetensi.
4.  Konsisten
Adanya hubungan ang konsisten (ajeg, taat asa) anatara kompetensi dasar,
indicator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan
system penilaian.
5. Memadai
Cakupan idikator, materi pokok,/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber
belajar, dan system penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi
dasar.
6. Actual dan kontekstual
Semua komponen memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni
mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik,
pendidik, serta dinamika perubahan yang tterjadi disekolah dan tuntutan
masyarakat.
8. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan
psikomotor).
c. Langkah-langkah penyusunan silabus
1. Mengkaji dan Menentukan Kompetensi Inti
Dalam hal ini guru harus memperhatikan disiplin ilmu/ tingkat kesulitan
materi, keterkaitan antara kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam mata
pelajaran, dan keterkaitan kompetensi inti dan kompetensi dasar antarmata
pelajaran.
2. Mengkaji dan Menentukan Kompetensi Dasar
3. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pokok yaitu mempertimbangkan :
1)  Potensi peserta didik
2) Relevansi dengan karakteristik daerah
3)  Tingkat pengembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta
didik
4) Kebermanfaatan bagi peserta didik
5) Struktur keilmuan
6)  Aktualisasi, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran
7)  Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan
8) Alokasi waktu
4. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu meliputi memberikan bantuan guru agar
dapat melaksanakan proses pembelajaran secara professional, memuat rangkaian
kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara berurutan untuk mencapai
kompetensi dasar, penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan
konsep materi pembelajaran.
5. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Prinsip pengembangan indikator adalah sesuai dengan kepentingan (urgensi),
kesinambungan (kontinuitas), kesesuaian (relevansi), dan konstektual.
6. Menentukan Jenis Penilaian
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan penilaian, diantaranya adalah
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan berdasarkan
indicator, menggunakan acuan kriteria, menggunakan sistem penilaian
berkelanjutan, hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut, sesuai
dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam kegiatan pembelajaran.
7. Menentukan Alokasi
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah per
minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan
mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat
kesulitan, dan tingkat kepentingan. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus
merupakan perkiraan waktu rata-rata untuk menguasai kompetensi dasar yang
dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
8. Menentukan sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek, dan/ bahan yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik,
narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber
belajar didasarkan pada kompetensi inti dan kompetensi dasar serta materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
d.Format silabus
 Unsur-unsur yang ada dalam silabus meliputi unsur umum dan khusus .
dalam unsur umum  meliputi: 1) mata pelajaran; 2) kelas; dan 3) semester.
Sedangkan pada unsur khusus meliputi:  standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, materi pokok, kegiatan waktu,  pembelajaran,  penilaian, alokasi waktu
dan sumber belajar.
2.11. Desain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pembelajaran merupakan program yang bersifat aplikatif yang akan
diterapkan guru di kelas yang mencakup kompetensi dasar yang harus dicapai dalam
satu kali pertemuan tersebut. Berikut ini uraian tentang komponen desain Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dihasilkan.
1) Identitas
Identitas meliputi judul, satuan pendidikan, nama sekolah, kelas, semester,
matapelajaran, pertemuan ke, nama guru.
2) Standar Kompetensi
Standar Kompetensi atau SK yaitu kelayakan kemampuan minimum pelajar
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan kemahiran yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata
pelajaran. Dalam penelitian ini SK yang digunakan adalah SK 1, yaitu
Menunjukkan sikap positif terbatasap norma-norma yang berlaku dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3) Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar atau KD adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai
siswa dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator
kompetensi dalam suatu pelajaran.
4) Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang boleh diukur
dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian KD tertentu yang menjadi
acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan
dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur,
yang merangkumi pengetahuan, sikap, dan kemahiran. Dalam penelitian ini
indikator pencapaian kompetensi, peneliti uraikan berdasarkan SK dan KD, yang
di dalamnya mengandung kompetensi yang berdasarkan kepada taksonomi
bloom (kognitif, afektif), akan tetapi meningat nilai-nilai Pancasila yang akan
diintegrasikan, maka yang lebih dominan adalah indikator pada domain afektif.
5) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yaitu menunjukkan proses dan hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh siswa sesuai dengan indikator, KD dan SK yang
bersangkutan. Tujuan pembelajaran yang dimuat di dalamnya lebih dominan
kepada tujuan afektif.
6) Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah bahan ajar mengandung fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran. Materi
pembelajaran menyangkut apa yang akan diajarkan atau apa yang akan dipelajari
dalam rangka mencapai tujuan. Ia merupakan bahan ajaran yang dapat berupa
subjek sama ada topik yang mengandung idea-idea pokok yang relevan dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Hakikatnya bahan mengandung ilmu pengetahuan,
proses dan nilai-nilai. Dalam penelitian ini peneliti memilih bahan pembelajaran
berdasarkan kepada tujuan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, KD
dan SK, dan lebih memfokuskan kepada nilai-nilai Pancasila yang akan
7) Model dan Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar pelajar mencapai tujuan yang diharapkan.
Di samping itu, pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan materi ajar,
situasi dan keadaan pelajar, serta ciri-ciri dari setiap indikator dan kompetensi
yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Dalam penelitian ini peneliti
menetapkan model pembelajaran Values Clarification Techniques (VCT),
dengan dengan metode analisis nilai (values analysis approach) yaitu melalui
analisis kasus yang memuat nilai-nilai, analisis gambar yang memuat nilai-nilai,
yurisprudensi inkuiri, dan reportase/liputan.
8) Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam
pengarahan oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran tertentu bagi
mewujudkan suasana belajar agar pelajar mencapai tujuan pembelajaran. Dalam
penelitian ini, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model dan
metode pembelajaran VCT dengan metode analisis nilai, yurisprudensi inkuiri
dan reportase/liputan. Aktivitas pembelajaran dalam hal ini dibagi kepada tiga
bagian, yaitu aktivitas pendahuluan, inti dan aktivitas akhir yang diperuntukkan
bagi masa 2x40 menit untuk satu kali pertemuan. Dari masa 80 menit tersebut,
masa yang paling lama adalah pada aktivitas inti, sedangkan pada kegiatan
pendahuluan dan penutup lebih sedikit daripada masa pada aktivitas ini, yaitu
untuk kegaiatan pendahuluan antara 5-10 menit, sedangkan untuk kegiatan akhir
selama 10-15 menit.
9) Media dan Sumber Pembelajaran
Penentuan media dan sumber pembelajaran berdasarkan indikator dana tujuan
pembelajaran, KD, SK serta bahan-bahan ajar, aktivitas pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi. Semuanya disesuaikan tujuan, KD/SK, materi
dan pertemuan pada waktu itu. Untuk visual berupa media gambar dan film
dokumenter yang diperoleh dari browsing di internet, audio yang relevan dengan
materi ajar.
10) Penilaian
Penilaian dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan
apakah sudah tercapai oleh siswa atau belum. Penilaian hal ini adalah penilaian
hasil dan proses belajar. Komponen penilaian dalam RPP yaitu instrumen
penilaian, kunci jawaban dan teknik penskoran. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan instrumen penilaian tes dan non tes. Tes digunakan untuk
mengukur kemampuan kognitif yaitu dengan bentuk pilihan berganda atau MCQ
(multiple choice question), sedangkan non tes yaitu dengan skala likert yang
dilakukan untuk menilai kemampuan afektif. Untuk penilaian afektif digunakan
skala Likert dan lembar observasi.
11) Tanda tangan Guru dan Kepala Sekolah
Tanda tangan Guru dan Kepala Sekolah adalah bagian akhir daripada RPP yaitu
tanda tangan dari guru yang mengajar di kelas yang bersangkutan dan disahkan
dan oleh kepala sekolah berikut cap sekolah.
2.12 .Desain Evaluasi Dan Remedial
a. Desain Evaluasi
Pengertian desain evaluasi adalah suatu kondisi dan prosedur yang
diciptakan oleh evaluator untuk mengumpulkan data. Kebanyakan pendidik ketika
mendengar istilah “evaluasi” akan langsung mengarah kepada desain penelitian
yang sudah umum seperti desain pretest dan desain posttest. Padahal istilah
evaluasi harusnya dimaknai dalam konteks yang lebih besar.
Evaluator pendidikan biasanya mendasarkan pekerjaan mereka terhadap
bukti, bukan sekedar intuisi belaka. Bukti-bukti yang digunakan dalam evaluasi
sangat bervariasi, contohnya: kinerja murid, tes, pengamatan pada tingkah laku
murid,dll.
Kerangka kerja yang digunakan evaluator sangat beragam, namun
meskipun kerangka kerja tersebut sangat berguna bagi evaluator dalam mengambil
keputusan, namun tetap dibutuhkan suatu desain evaluasi untuk membantu
evaluator bagaimana caranya pengambilan keputusan yang tepat.
b.Remedial
Pembelajaran remedial adalah kegiatan yang ditunjukkan untuk membantu
siswa yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi pembelajaran.
Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada
sisiwa untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria
ketuntasan yang ditetapkan. Pembelajaran remedial adalah pembelajaran yang
diberikan kepada peserta didik yang belum mencapai ketuntasan KD tertentu,
menggunakan berbagai metode yang diakhiri oleh penilaian untuk mengukur
kembali tinggat ketuntasan peserta didik.
Pada hakikatnya semua peserta didik akan dapat mencapai standar
konpetensi yang ditentukan, hanya waktu pencapaiannya yang berbeda. Oleh
karenanya perlu adanya program pembelajaran remedial (perbaikan). Metode yang
digunakan dapat bervariasi sesuai dengan sifat,jenis, latar belakang kesulitan
belajar yang dialami peserta didik dan tujuan pembelajarannya pun dirumuskan
sesui dengan kesulitan yang dialami peserta didik. Pada pembelajaran remedial,
media belajar harus betul-betul disiapkan guru agar dapat mempermudah peserta
didik dalam memahami pelajaran yang dirasa sulit. Alat evaluasi yang digunakan
dalam pembelajaran remedial pun perlu disesuaikan dengan kesulitan belajar yang
dialami peserta didik.
1. Hakikat Pembelajaran Remedial
Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas,
dimulai dari penilaian kemampuan awal peserta didik terhadap kompetensi atau
materi yang akan dipelajari. Kemudian dilaksanakan pembelajaran menggunakan
berbagai metode seperti ceramah, demonstrasi, pembelajaran
kolaboratif/kooperatif, inkuiri, diskoveri, dsb. Melengkapi metode pembelajaran
digunakan juga berbagai media seperti media audio, video, dan audiovisual
dalam berbagai format, mulai dari kaset audio, slide, video, komputer,
multimedia, dsb. Di tengah pelaksanaan pembelajaran atau pada saat kegiatan
pembelajaran sedang berlangsung, diadakan penilaian proses menggunakan
berbagai teknik dan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar
serta seberapa jauh penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah atau
sedang dipelajari. Pada akhir program pembelajaran, diadakan penilaian yang
lebih formal berupa ulangan harian. Ulangan harian dimaksudkan untuk
menentukan tingkat pencapaian belajar peserta didik, apakah seorang peserta
didik gagal atau berhasil mencapai tingkat penguasaan tertentu yang telah
dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan.
Dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi peserta didik yang belum
mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu
lebih lama daripada mereka yang telah mencapai tingkat penguasaan. Mereka
juga perlu menempuh penilaian kembali setelah mendapatkan program
pembelajaran remedial.
2. Pentingnya Pembelajaran Remedial
Setiap guru berharap peserta didiknya dapat mencapai penguasaan kompetensi
yang telah ditentukan. Berdasarkan permendikbud No.65 tentang Standar
Proses,No.66 thn 2013 tentang standar penilaian, setiap pendidik hendaknya
memperhatikan prinsip perbedaan individu (kemampuan awal, kecerdasan,
kepribadian, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, gaya belajar), maka program
pembelajaran remedial dilakukan untuk memenuhi kebutuhan/hak anak. Dalam
program pembelajaran remedial guru akan membantu peserta didik, untuk
memahami kesulitan belajar yang dihadapinya, mengatasi kesulitannya tersebut
dengan memperbaiki cara belajar dan sikap belajar yang dapat mendorong
tercapainya hasil belajar yang optimal.
3. Tujuan Pembelajaran Remedial
Tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu siswa yang
mengalami kesulitan menguasai kompetensi yang telah ditentukan agar mencapai
hasil belajar yang lebih baik. Secara umum tujuan kegiatan remedial adalah sama
dengan pembelajaran pada umumnya yakni memperbaiki miskonsepsi siswa
sehingga siswa dapat mencapai kompetensi yang telah ditetapkan berdasarkan
kurikulum yang berlaku. Secara khusus kegiatan remedial bertujuan membantu
siswa yang belum tuntas menguasai kompetensi yang ditetapkan melalui kegiatan
pembelajaran tambahan. Melalui kegiatan remedial, siswa dibantu untuk
mengatasi kesulitan belajar yang dihadapinya. 
4. Prinsip Pembelajaran Remedia
Pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap siswa
yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan yang terjadi
dapat berupa kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau lambat
dalam mecapai kompetensi. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus adalah
sebagai berikut:
a) Adaptif
b) Setiap siswa memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena itu, program
pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan siswa untuk belajar sesuai
dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata
lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual siswa.
c)  Interaktif
d) Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan siswa untuk secara intensif
berinteraksi dengan guru dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini didasarkan
atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar siswa yang bersifat perbaikan perlu
selalu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan
belajarnya. Jika dijumpai ada siswa yang mengalami kesulitan maka guru harus
segera memberikan bantuan.
e)  Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian
f) Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar siswa yang berbeda-beda,
maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode mengajar
dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik siswa.
g)  Pemberian Umpan Balik
h) Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada siswa mengenai kemajuan
belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik dapat bersifat korektif
maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat
dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami siswa.
i) Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan
j) Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu
kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus
berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat siswa dapat
mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.
2.13. Desain Program Pengayaan
Istilah pengayaan ini sudah menyiratkan “kecukupan”, artinya bahwa siswa
yang hendak diberikan pengayaan itu sudah memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai materi yang diajarkan. Program pengayaan ini merupakan suatu
program belajar yang disusun dengan menggunakan materi “di atas program
standar” untuk para siswa yang dinilai memiliki kemampuan belajar yang lebih
tinggi daripada yang dituntut oleh program belajar yang standar ( Mukhtar dan
Rusmini, 2008: 6).
Menurut Tynan (2005:46) pengayaan bertumpang tindih dengan akselerasi
karena keduanya merupakan kesempatan mengembangkan bakat anak diluar jalur
sekolah yang normal. Tapi program pengayaan tidak sama dengan akselerasi
belajar. Lebih tepatnya program pengayaan membantu anak anda menjelajahi
masalah dengan lebih dalam dan luas dibandingkan yang biasa mereka dapatkan
di sekolah.Biasanya sekolah mengadakan program pengayaan didalam
kurikulumnya, tapi anda tidak mengenalnya sebagai program pengayaan.
Mungkin anda mendengar istilah perjalanan belajar (study tour) ke teater dan
tempat tempat  wisata bersejarah atau program pertukaran pelajar. Semua itu
adalah bentuk program pengayaan.
1. Konsep Pengayaan
Menurut Nurhayati (2010:2) dalam  Antari (2017: 3) Mengingat
kecepatan tiap-tiap peserta didik dalam pencapaian KD tidak sama, dalam
pembelajaran terjadi perbedaan kecepatan belajar antara peserta didik yang
sangat pandai dengan yang kurang pandai dalam pencapaian kompetensi.
Sementara, pembelajaran berbasis kompetensi mengharuskan pencapaian
ketuntasan dalam pencapaian kompetensi untuk seluruh kompetensi dasar
secara perorangan. Implikasi dari prinsip tersebut mengharuskan
dilaksanakannya pengajaran pengayaan sebagai bagian tidak terpisahkan dari
penerapan sistem pembelajaran tuntas
Peserta didik yang sudah melampaui ketuntasan belajar maka perlu
diberikan tambahan pengetahuan dan atau pengalaman pembelajaran yang
lebih dibanding mereka yang belum mencapai ketuntasan minimal yang
ditetapkan. Dalam hal ini, guru mesti menyiapkan program pembelajaran
pengayaan yang mendukung perkembangan peserta didik ke arah yang lebih
baik. Agar pembelajaran pengayaan dapat bermakna bagi siswa maka perlu
diperhatikan beberapa prinsip, sebagaimana dipaparkan oleh Khatena
(1992), yakni inovasi, kegiatan yang memperkaya, memperkenalkan
metodologi yang luas dan lebih kaya.
Guru dituntut untuk berinovasi dengan tetap memperhatikan kekhasan
peserta didik, karakteristik kelas serta lingkungan hidup dan budaya peserta
didik. Pembelajaran pengayaan antara satu peserta didik dengan peserta
didik lain bisa jadi berbeda, tergantung minat dan karakteristik peserta didik
tersebut. Pembelajaran pengayaan juga mesti ditujukan dalam rangka
memperkaya pengetahuan, pengalaman, dan wawasan peserta didik.
Pembelajaran pengayaan bersifat menyenangkan, membangkitkan minat,
mengajak berpikir kritis, dan meningkatkan daya imajinasi. Apa yang
disebutkan terakhir, yakni meningkatkan imajinasi,memang jarang disebut,
meski sebenarnya sangat penting dalam mengembangkan ilmu-ilmu sains
yang telah dikuasai(Nugroho,2018:62-63).
2. Fungsi Dan Tujuan Pengayaan
Menurut Masbur (2012 : 352) Fungsi pengayaan yaitu dapat
memperkaya proses belajar mengajar. Pengayaan dapat melalui atau terletak
dalam segi metode yang dipergunakan dalam pengajaran remedial sehingga
hasil yang diperoleh lebih banyak, lebih dalam atau dengan singkat prestasi
belajarnya lebih kaya. Adanya daya dukung fasilitas teknis, serta sarana
penunjang yang diperlukan. Sasaran pokok fungsi ini ialah agar hasil
remedial itu lebih sempurna dengan diadakannya pengayaan.
Menurut (Usman: 1993) dalam Antari (2017:3) Secara umum tujuan
program pengayaan untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan terhadap
materi yang sedang atau telah dipelajarinya serta agar siswa dapat belajar
secara optimal baik dalam hal pendayagunaan kemampuannya maupun
perolehan dari hasil belajar
2.14. Inovasi Perencanaan Pembelajaran
Inovasi menurut Suherli Kusmana (2010:2), Inovasi adalah suatu hasil penciptaan
sesuatu yang dianggap baru yang dimaksudkan untuk mengatasi masalah, baik
berupa ide, barang, kejadian, metode dan sebagainya yang dilakukan oleh
seseorang atau kelompok.Inovatif (innovative) yang berarti new ideas or
techniques, merupakan kata sifat dari inovasi (innovation) yang berarti
pembaharuan.
Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi sama dengan
teknologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam
rangka mengurangi ketidakteraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai
suatu tujuan tertentu. Jadi, inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk
mencapai tujuan tertentu.
Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru,
praktek-praktek baru, atau objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang
baru oleh individu atau masyarakat sasaran.
Sehingga dapat disimpulkan inovasi dapat dimaknai sebagai suatu ide,
produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, atau praktek-
praktek baru yang belum banyak diketahui, dan digunakan atau diterapkan oleh
sebagian besar warga masyarakat yang dapat mendorong terjadinya perubahan
yang lebih baik.
Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student
centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa
untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi
oleh teman sebaya (peer mediated instruction). Pembelajaran inovatif mendasarkan
diri pada paradigma konstruktivistik.
Model pembelajaran inovatif memiliki karakteristik yang khas, di antaranya
guru memiliki keinginan untuk melakukan perubahan, pemahaman dan
keterampilan untuk mencapai tujuan, memahami benar mengenai faktor-faktor
penunjang yang harus digunakan, menggunakan strategi atau metode melaksanakan
perubahan, dan mengevaluasi ketercapain tujuan yang ditetapkan dalam
perencanaan, karakteristik tersebut meliputi:
1. Keunggulan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dapat memberikan manfaat atau
keuntungan, bagi penerimanya, yang dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya,
prestise sosial, kenyamanan, kepuasaan dan lainnya
2. Konfirmanilitas/Kompatibel (Compatibility), ialah tingkat kesesuaian inovasi
dengan nilai (value), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima.
3. Kompleksitas (complexity), ialah tingkat kesukaran atau kerumitan untuk
memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima.
4. Trialabilitas (Trialability), ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh
penerima.
Dapat diamati (Observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil
inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima
oleh masyarakat. Adapun beberapa kemampuan bidang yang dapat diamati,
diantaranya: manajemen pendidikan, metodologi pengajaran, media pembelajaran,
sumber belajar, pelatihan guru, implementasi kurikulum.

BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Perencanaan pembelajaran sebagai suatu proses kerjasama tidak hanya
menitikberatkan pada kegiatan guru atau kegiatan siswa saja, akan tetapi guru dan
siswa secara bersama-sama berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Tujuan akhir dari proses ini adalah perubahan perilaku siswa.
Perencanaan pembelajaran juga merupakan proses pengambilan keputusan hasil
berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yaitu
perubahan tingkah laku serta rangkaian kegiatan yang hatus dilakukan sebagai
upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber
belajar yang ada. Hasil dari proses pengambilan keputusan tersebut adalah
tersusunnya dokumen yang dapat dijadikan acuan dan pedoman dalam
melaksanakan proses pembelajaran.
Dalam melakukan perencanaan pembelajaran, harus juga memperhatian
prinsip-prinsip yang bisa menghantarkan pada sebuah tujuan. Dengan demikian,
hasil akhir dari proses pembelajaran akan menciptakan kualitas sumberdaya
manusia yang mumpuni.
Untuk menjadi guru yang oveltyonal sangat ditekankan untuk memahami
perencanaan pembelajaran seutuhnya, baik secara teoritis maupun praktis. Guru
sangat diharapkan tidak terkungkung dalam kondisi statusquo yang menganggap
puas dengan ilmu yang sudah ada, tetapi ia harus lebih aktif lagi dalam
mengembangkan kemampuan di bidangnya, baik dalam penyampaian maupun
dalam penguasaan materi. Dengan kata lain, guru harus menyukai ovelty dan
membuang jauh-jauh bersandar penuh pada pengalaman saja.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. Perencanaan Pembelajaran : Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. cet 7. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2011.
Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Cet 2. PT Raja Grafindo.
Jakarta. 1998.
Djamarah Syaiful Bahri, Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Djuharie, O. Setiawan. 2001. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung:
Yrama Widya
E. Mulayasa. Menjadi Kepala Sekolah Profesional : dalam Konteks Menyukseskan MBS dan
KBK.Cet-5. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. 2005
Fihris. 2013. Desain Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah
Ibtidaiyyah (MI) Semarang: Pustaka Zaman.
Faisal Muhammad,2014,Desain Strategi Pembelajaran, Bandung: Refika Aditama.
Rabu, 01 Oktober 2014
Hamzah B.Uno. 2010. Perencanaan Pembelajaran, Jakarta., Bumi Aksara
Hamzah.  Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2010.

Hidayat, Randi. dkk. 2016. Desain LKPD Berorientasi Pembelajaran Terpadu Tipe Jaring
Laba-Laba untuk Pembelajaran IPA Kelas VIII SMPN 1 Painan. PillarofPhysics
Education. 8 (15) : 113-120.

Mukhid, Abdul. Evaluasi Pembelajaran. Pamekasan: Sekolah Tinggi Agama Islam


Negeri. 2006
Munthe, Bermawy. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani 2009..
Majid, Abdul. 2011. Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Remaja Posdakarya.
Oemar, H. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Perencanaan Pengajaran
Berdasarkan Pendekatan Sistem
Prabowo, dkk. 2010. Perencanaan Pembelajaran, Malang: UIN Maliki press
Sanjaya, Wina. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenamedia Group. 2008..
Sanjaya, Wina. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenamedia Group. 2008.
Wahyuni, A. S dan Miterianifa.2019. Desain Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis
Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Self-Efficacy Peserta Didik.
Jurnal Tadris Kimiya vol 4, no 1 (Junir 2019): 78-90
Zaini, H. 2013. Karakteristik Kurikulum 2013 Dan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (Ktsp). Jurnal Idaroh, Vol. 1, No. 1, Juni, 15 - 31

Anda mungkin juga menyukai