Anda di halaman 1dari 13

MAKALA

STUDI KAWASAN ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam


Dosen Pengampu: Ischak Suryo Nugroho, M.S.I.
Oleh:
Dondi Hermawan ( 214110101177 )
Dzikrah Maulida (214110101051)
Sefti sofiatu dihni ( 214110101249 )

1-BKI E BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI PROF. KH.SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2021
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Studi kawasan islam ialah kajian yang menjelaskan tentang situasi yang terjadi di
berbagai area mengenai kawasan islam di dunia dan ruang lingkup yang ada di dalamnya,
mulai daro pertumbuhan, perkembangan serta ciri ciri karakteristik sosial budaya yang ada di
dalam nya.

Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Studi Kawasan Islam?


2. Bagaimana Sejarah Studi Kawasan Islam?
3. Dimana Kawasan Mana saja studi Kawasa Islam?
4. Apa itu Orientalisme : Melihat Islam Kritis
5. Apa itu Oksidentalisme : Menjawab Islam Sejati
6. Bagaimana dunia islam sebagai objek Antara Timur Dan barat?
7. Apa problem dan Prospek Pendekatan Studi Kawasan?

Tujuan

1. Untuk mengetahui arti studi kawasan islam


2. Untuk mengetahui sejarah studi kawasan islam
3. Untuk mengetahui kawasan mana saja studi kawasan islam
4. Untuk mengetahui pengertian dari orientalisme
5. Untuk mengetahui pengertian dari oksidentalisme
6. Untuk mengetahui bagaimana dunia islam sebagai objek studi antara timur dan
barat
7. Untuk mengetahui probroblem dan prospek pedekatan studi kawasan
PEMBAHASAN

Pengertian studi Kawasan Islam

Studi Islam secara etimologi merupakan dari Bahasa arab Dirasah Islamiyyah.

Dalam kajian Islam dibarat ,studi Islam disebut Islamic Studies,yang secara harfiah adalah
kajian yang berkaitan secara sistematis dan terpadu untuk mengetahui,menggunakan,dan
menganalisis secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam,Sejarah Islam
maupun realitas pelaksanaannya dalam kehidupan.

Studies adalah bentuk jamak dari studi,menunjukkan bahwa kajian yang dilakukan
terhadap sebuah wilayah tidak hanya terbatas pada satu bidang kajian,tetapi terbagi kepada
berbagai macam bidang.Secara terminologis studi wilayah adalah kajian yang digunakan
untuk menjelaskan hasil penelitian tentang suatu masalah berdasarkan wilayah masalah itu
terjadi.

Studi Kawasan Islam adalah kajian yang tampaknya dapat menjelaskan situasi saat ini
karena focus kajiannya tentang berbagai area mengenai Kawasan dunia Isla dan lingkup
pranata yang ada didalamnya.Mulai dari pertumbuhan,perkembangan,serta ciri-ciri
karakteristik pertumbuhan sosial budaya yang ada didalamnya,termasuk juga berbagai faktor-
faktor pendukung yang mendukung tumbuhnya berbagai ciri dan karakter serta pertumbuhan
kebudayaan bagi setiap Kawasan Islam.Dengan demikian,secara formal,objek studinya harus
meliputi aspek geografis,demografis,historis,Bahasa,serta berbagai perkembangan sosial
budaya yang merupakan ciri-ciri umum dari keseluruhan perkembangan bagi setiap kawasan
budaya.

Studi wilayah (area studies) terdiri atas dua kata yaitu area dan studi.Area
mengandung arti “region of the earth’s surfaces”artinya daerah permukaan bumi.Area juga
bermakan luas-daerah Kawasan setempat,dan bidang.Sementara studi mengandung
pengertian “devoution of time and though of getting knowledge” artinya pemanfaatan wakt
dan pikiran untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.

Studi juga mengandung pengertian “something that attracts to investigation” yaitu sesuatu
yang perlu untuk dikaji.

1. Sejarah studi Kawasan Islam


Persoalan hubungan antar batas-batas wilayah sebuah negara sebenarnyasudah menjadi
perhatian para ahli kenegaraan sejak zaman Yunani sekitar tahun450-an SM. Ptolemy,
Thucydidas, Hecataeus, dan Herodotus merupakansejarawan Yunani yang cukup
intens dengan kajian-kajian wilayah yangdikenalnya, baik melalui cerita orang maupun
dari hasil pengamatan terhadapwilayah-wilayah yang ia kunjungi. Selain sejarawan, mereka
juga pengelana.Seribu tiga ratus (1.300) tahun kemudian, Kaum Muslimin
memilikikemampuan yang luar biasa dalam mengembangkan studi kawasan ini
denganberbagai corak ragam yang lebih dinamis lagi. Karya-karya mereka
telahmelampaui sejarawan Yunani, di mana pembahasannya bukan lagi berbicaratentang
realitas sejarah, tetapi lebih maju lagi, yaitu cara-cara menanganinya.Munculnya berbagai
karya sejarah dengan tema-tema kajian wilayah dimulai dariawal penciptaan sampai mulai
dihuni umat manusia, merupakan kajian-kajianyang sangat populer dan hampir dapat
ditemukan dalam karya-karya sejarahklasik Islam. Sekalipun kajian geografi sebagai disiplin
ilmu agak berbeda dengansejarah, di kalangan sejarawan muslim hal ini tidak bisa dipisahkan
begitu saja,karena objek pembahasan antara keduanya saling melengkapi karena
kajiansejarah sangat membutuhkan kajian tentang ruang dan waktu sebagai
aktivitaspelakunya. Oleh karena itu, karya-karya tentang geografi dan sejarah telahmenjadi
bagian penting dan tidak terpisahkan dari perkembangan historiografiIslam secara
umum.Sebenarnya banyak sekali studi yang telah dilakukan oleh para sarjna muslimklasik
dan pertengahan dalam melihat berbagai kawasan dan kantong-kantongkaum muslim di
berbagai wilayahnya. Perhatian mereka terhadap potensi-potensiwilayah, baik desa, kota
maupun berbagai kegiatan kependudukannya jelasmembuktikan bahwa studi kawasan Islam
sepanjang sejarahnya selalu menarikperhatian. Sejarah wilayah seperti Halb, Mesir, dan
sebagainya yang menjadiobjek studi, telah ditulis Bughyat Ath-Thalib fi Tarikh Al-Halab.

Karya Al-Baladzuri, Futuh al-Buldan wa Ahkamuha merupakan kajiansejarah yang


sangat mementingkan tinjauan wilayah. Karya monumental inimerekam seluruh proses
penaklukan dan penanganan terhadap wilayah-wilayahbaru kaum Muslim, seperti Syam, Irak,
Mesir, Maroko, Armenia, serta wilayahPersia lainnya. Secara metodologis Baladzuri tidak
hanya mengandalkan faktatulis atau riwayat pengalaman pelaku, tetapi ia juga berhasil
melihat dimanawilayah-wilayah hampir seluruhnya telah ia kunjungi. Baladzuri wafat tahun
892M. Semasa hidupnya ia menjadi penasihat para Khalifah Abbasiyah, Al-
Mutawakkil ‘Alallah dan Al-Musta’in Billah, bahkan ia mendidik Al-Mu’taz.Al-Ya’qubi
sebagai pegawai di kekhalifahan Abbasiah dan diperkirakanmeninggal tahun 292 H,
telah menulis karya al-Buldan (jama’ dari balad; negara-negara) membicarakan bukan hanya
cara-cara penaklukkan dan penangananwilayah-wilayah Islam, melainkan juga berbagai
potensi sumber daya alam danekonomi tiap-tiap wilayah ia gambarkan secara jelas. Sebagai
penulis ia telahmengunjungi semananjung India, Arab, Syam, Palestina, Libya, Aljazair,
danSebagainya. Ia mencari sumber-sumber otoritatif dalam aspek-aspek geografiwilayah-
wilayah Islam. Sebagai seorang pengelana dan Sejarawan, ia telahmengunjungi dan
mengamati lebih dari 70 kota dan wilayah Islam baik di AfrikaUtara, Asia maupun
Spanyol.Al-mas’udy, penulis Maruj ad-Dzahab, mengawali pengetahuaan tentanggeografi
dan sejarah dari hasil pengembaraannya ke berbagai wilayah, baikwilayah muslim maupun
wilayah non-muslim. Ia sering menerima berbagaiinformasi sehingga penjelasannya tentang
keberadaan dan sejarah wilayah sangatkaya. Ia sangat menguasai adat istiadat dan
pembangunan, pola kehidupan setiapmasyarakat yang dikunjunginya, termasuk bahasa dan
iapun memiliki keakrabandengan tokoh lokal. Karya ini ditulis tahun 947 M, ia meninggal
tahun 956 M diFusthath.Al-Birruny, penulis kitab Al-Hind merupakan sejarawan yang ahli
dalamkajian wilayah India. Ia bukan hanya sebagai sejarawan, melainkan juga ahlidalam
penelitian dan observasi dalam ilmu lainnya. Sebagai seorang penasihatdinasti Ghaznawy,
Sultan Mahmud Ghazna bekerja tidak hanya untukkepentingan pemerintahan, tetapi
juga menjelaskan secara objektif keberadaan wilayah, keagamaan, mentalitas penduduk,
pemikiran India dan upaya-upaya yangharus ditangani oleh para penguasa muslim. Kitab Al-
Hind ini ditulis tahun 1017M.Begitu banyak orang mengkaji wilayah dengan berbagai
variasinya, dansetiap periode menunjukkan trend yang berbeda-beda. Akan tetapi,
dalamperkembangan sejarahnya, istilah geopolitik baru lahir sebagai istilah baru abadke-19,
sebagai bagian dari konsep “geo-strategy” bangsa Jerman yangdikembangkan oleh
Otto van Bismarck, dengan “unification of the GermanStates”. Teori ini pada akhirnya
menjadi suatu bagian yang lebih luas dari kajiangeografi secara umum.Pada tahun 1890
Alferd Thayer menulis tentang“The Influence of Sea PowerUpon History” Rudolf Kjellen
ahli geografi politik Swedia kemudianmemunculkan istilah kekuatan wilayah (the power
of area) pada akhir abad ke-19.Tulisan ini kemudian mengilhami Friedrich Ratzel seorang
ahli ilmu alam, untukmerumuskan teori “geopolitik” secara utuh dalam bukunya “politische
Georaphie”tahun 1879. Dalam teorinya ia menyatakan bahwa setiap negara
selalumengupayakan wilayah kesatuannya dan membentenginya terhadap upaya-upayanegara
lain untuk merebut tanah wilayah kekuasaannya. Oleh karena itu, semuanegara
(nasionalisme) ingin hidup dalam wadah wilayah kesatuan bagikehidupannya.
2. Kawasan Afrika
Afrika menjadi perhatian para peneliti tentang keislaman karena ada sebagian dari
benua ini yang warganya beragama islam. Bahkan, dari benua ini pula lahir pemikir islam
besar sejak zaman klasik hingga modern. Ibnu khaldun, Bapak Sosiologi Islam pertama,
adalah intelektual muslim yang pernah hidup di maroko.

3. Kawasan Eropa dan Amerika Serikat

Di Eropa kajian masalah timur terpisah menjadi suatu kedisiplinan abad ke 19. Di
Prancis dan Inggris, motivasi kajian timur tengah merupakan kepentingan politik karena
wilayahnya iu merupakan incaran sebagai daerah jajahan. Islam di amaerika berkembang
dengan pesat dn mjslimah menjadi pemeluk agama kedua terbesar setelah kritiani.

Di belanda, menurut salah satu ilmuan di sana, studi islam di belanda sampai setelah
perang dunia II, masib merupakan refleksi dari akar anggapan seperti islam bermusuhan
dengan kristen, dan pandangan islam sebagai agama yang tidak patut dianut. Saat ini, ada
sifat yang lebih objektif seperti yang tertulis dalam berbagai brosur, studi studi islam belanda
lebih menekankan kepada kajian islam di indonesia tertentu, kurang menekankan pada aspek
sejarah islam.

4. Islam Di Asia Tenggara

Istilah Asia Tenggara yang dimaksud dalam tulisan tulisan de graaf, roof, dan benda
adalah wilayah wilayah islam di indonesia, malaysia (semenanjung dan kalimantan utara),
patani (thailand), dan mindanau (fliphina selatan).

Adapun mengenai kedatangan islam ke asua tenggara terdapat tiga pendapat. Pertama
pendapat, yang menyatakan bahwa islam datang ke asia tenggara langsung dari arab, atau
tempat nya hadramaut. Crawfurd menyakan bahwa islam yang datang ke asia tenggara
berasal dari arab. Keyzer ber pendapat islam yang datang ke asia tenggara berasal dari mesir
yang bermazhab imam syafii sedangkan Nieman dan de Holloder berpendapat bahwa islam
yang datang ke asia tenggara berasal dari hadramaut karena keamaan mazhab yang di anut
yaitu imam syafii, di samping itu veth berpendapat bahwa islam di bawah oleh “ orang orang
arab “ tanpa menyebut daerah asalnya.

Ketiga, pendapat yang mengatakan bahwa islam yang datang ke asia tenggara beralsa
dari banggali ( kini bangladesh ). Sambil mengutip pendapat Tome Pires, Azra
mengungkapkan bahwa kebanyakan orang porang termuka di pasal adalah orang orang
banggali dan keturunannya.

Orientalisme : Melihat Islam Kritis

`` Orientalisme`` berasal dari kata-kata Perancis `` Orient`` yang berarti `` timur``.


Kata ``orientalisme` berarti ilmu-ilmu yang berhubungan dengan dunia timur. Orang-orang
yang mempelajari atau mendalami ilmu-ilmu tersebut disebut `` orientalis `` atau ahli
ketimuran. Menurut Joesoef Sou`yb, orientalisme berarti suatau paham atau aliran, yang
berkeinginan menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan bangsa-bangsa di Timur beserta
lingkungannya. Orientalis ialah segolongan sarjana-sarjana Barat yang mendalami bahasa –
bahasa dunia timur dan kesusasteraannya, dan mereka juga menaruh perhatian besar terhadap
agama-agama dunia timur, sejarahnya, adat istiadatnya dan ilmuilmunya. Sejarah
orientalisme pada masa-masa pertama adalah pertarungan antara dunia barat Nasrani abad
pertengahan dengan dunia timur Islam, baik dalam keagamaan maupun ideologi. Bagi dunia
barat Nasrani, Islam merupakan problema masa depan secara keseluruhan di Eropa. Dalam
perkembangannya, orientalisme menjadi cabang ilmu pengetahuan yang subyektif, karena
intervensi kolonial serta kecenderungan-kecenderungan emosional. Akibatnya, orientalisme
tidak lebih dari alat kekuasaan kolonial atau ekspressi emosional belaka. Para orientalis
dengan dukungan penjajah telah berhasil memalsukan dan memutarbalikkan ajaran-ajaran
Islam. Dengan kata lain orientalisme merupakan sebuah bentuk eksplorasi dunia timur yang
dilakukan oleh Barat. Tidak hanya pada karya ilmiah, melainkan kepada beragam corak seni,
sastra, maupun hasil tulisan –tulisan penelitian yang dilakukan oleh orang barat. Sedangkan
orientalis merujuk pada subyek orang Barat peneliti. Edward Said sendiri menyatakan bahwa
orientalisme sebagai bentuk penggambaran tentang tradisi timur, baik dilakukan oleh para
akademisi maupun oleh para seniman. Dalam hal ini, Said menyatakan “Anyone who
teaches, writes about, or researches the Orient – and this applies wheter the person is an
anthropologist, sociologist, historian, or philologist eithe in its specisfic or its general aspects,
is an Orientalist, and what he or she says does is Orientalism” (setiap orang yang mengajar,
menulis atau sebagai peneliti tentang ketimuran , hal ini berlaku pada setiap orang baik
sebagai seorang antropolog, sosiolog, sejarawan atau pengkaji masalah filologi dari aspek
umum atau sepesifik merupakan seorang orientalis, dan siapapun orangnya, apa yang
dilakukan oleh pria maupun wanita tersebut dinamakan sebagai orientalis). Sehingga cakupan
orientalisme sangat luas, tetapi yang perlu dipahami ada beberapa istilah kunci adalah
bagaimana Barat menjelaskan The Others. Menurut Said, studi ini banyak sekali dihinggapi
oleh suatu bentuk pre-judice dari seorang penafsir dari luar terhadap kajian budaya timur.
Dalam melakukan kajian terhadap dunia timur, kajian para orientalis cenderung dihinggapi
subyektivitas, yaitu tidak terlepas dari fanatik agama atau fanatik rasial. Sehingga emosional
dan latar belakang sangat menentukan kajian yang telah dilakukan. Baik itu dalam bentuk
penelitian, sastra ataupun sejarah . Oleh karena itu pembahasan –pembahasan mereka penuh
kekeliruan dan bahkan kebohongan-kebohongan yang disengaja, dimana para pembacanya
harus berhatihati.Bahkan banyak persoalan-persoalan bahasa dan kesusasteraan serta sejarah
yang disalahgunakan dari kebenaran. Dalam pembahasan-pembahasan di Encyclopedia of
Islam 4 kesalahan-kesalahan mereka lebih menonjol lagi, terutama dalam hal-hal yang
berhubungan dengan soal-soal keagamaan murni. Kecenderungan subyektif ini dapat dilihat
dari pemikiran Habermas. Berbeda dengan A’zhami atau Said, bagi Habermas ilmu
pengetahuan tidak dapat lepas dari kepentingannya. Menurut Habermas, kepentingan adalah
keadaan alami yang dimiliki oleh tiap manusia dalam melakukan aktivitas kehidupannya,
termasuk dalam aktivitas keilmuan. Selain itu, para peneliti juga memiliki “innerworld”
(dunia internal) atau cara panadanganya, Cara pandang ini tidak dapat dilepaskan begitu saja
ketika melakukan aktivitas penelitian. Kecenderungan sikap seperti ini yang dikritik oleh
A’zhami sebagai sikap unnaturally, yaitu suatu sikap tidak alami dan dengan hasil penelitian
yang sama dengan prejudice. Penelitian merupakan salah satu usaha dalam menyingkapkan
makna. Penyingkapan makna dari realitas, berbeda dengan realitas itu sendiri. Realitas
bersifat netral, sedangkan penyingkapannya tergantung pada subyek atau sang penafsir
(interpreut), termasuk dalam hal pengetahuan yang dimiliki sang penafsir. Sebagaimana yang
dikatakan Inden bahwa pengetahuan turut mengkonstruksi realitas dan tidak bersifat alamiah
( dalam pengertian ada dengan sendirinya dan diberi ) , tetapi dalam banyak hal ,dikonstruksi.
Penyingkapan makna dari realitas dinyatakan bahwa penafsiran tidaklah lepas dari dunia sang
penafsir (interpreut). Sang penafsir pun tidak dapat membersihkan diri dari kecenderungan
berfikir, emosi, atau perasaan tertentu untuk melihat teks. Semua realitas adalah obyek
penafsiran, termasuk dunia ketimuran. Sebagaimana bisa kita lihat dalam beberapa contoh
kajian orientalis yang diliputi kecenderungan subyektifitas emosional yang tinggi ketika
mengkaji Islam. Diantaranya perkataan Yoseph Schot (murid Goldzehir seorang orientalist
berkebangsaan Hongaria) yang menandaskan bahwa syariat Islam itu tidak berbeda dengan
tradisi jahiliah.Ini jelas tuduhan batil yang telah mempengaruhi banyak penulis lain.

Oksidentalisme : Menjawab Islam Sejati


Oksidentalisme dijelaskan dalam “The World University Encyclopedia”berasal dari
kata occident secara etimologi berarti barat, dan secara geografis adalah belahan bumi bagian
Barat. Kata occident diambil dari bahasa Latin,occidere, sebuah kata kerja yang artinya turun
(to go down). Sedang dalam bahasaArab, istilah yang sepadan maknanya dengan
oksidentalisme adala “al-istighrab”yang diambil dari kata “al Gharb” yang berarti barat.Dari
makna etimologi diatas, oksidentalisme yang terdiri dari kata “occident”(barat) dan “ism”
(paham atau aliran) merujuk pada suatu pengertian faham ataualiran yang berkaitan dengan
segala sesuatu yang berhubungan dengan duniaBarat: baik budaya, ilmu, dan aspek-aspek
lainnya.Pada abad 17 sampai dengan 18, adalah masa kemunduran bagi dunia
Islam.Hilangnya rasionalisme dan mengentalnya sufinisme dalam kehidupan
masyarakatmerupakan fenomena yang menggenjala dan sekaligus pertanda bagi
kemunduranIslam. Sebaliknya, dunia Barat mencapai prestasi di bidang sains dan
teknologi.Sebagai upaya untuk mengejar ketertinggalan dan melepaskan cengkramankoloni
Barat, dunia Islam terutam Mesir dan Turki mempelajari kemajuan-kemajuan Barat. Untuk
itu beberapa delegasi dikirim ke Barat untukmempelajarinnya. Sekitar 2 abad berguru
kepada Barat dalam berbagai hal, belumbisa mengantarkan dunia Islam kepada kemajuan
yang diharapkan. Sementarastudi tentang pemikiran atau filsafat Barat masih
premature dan belummenemukan esensi dari kajian tersebut. Ketidakpuasan dari kajian
tersebut dapatdilihat dari dua faktor, yaitu: kajian yang masih sarat dengan bias
dansubjektifitas Kajian yang ada tidak lebih dari sekedar promosi peradaban oranglan yang
kering dar kritisisme.Dalam perspektif ini, oksidentalisme menemukan
kelahirannya.Oksidentalisme merupakan ilmu masa depan yang berusaha merubah
diskursusArab-Islam Kontemporer dalam mempelajarai Barat. Oksidentalisme
dibangunbukan untuk menguasai tetapi hanyaningin bebas kemudian bisa duduk dalamlevel
yang sama antara Barat dan Timur.Dengan semangat oksidentalime diharapkan dapat
menjembatani kebuntuantersebut. Terpenting, motif di balik kajian oksidentalisme
adalah untukmempelajari akar kemajuan bangsa-bangsa barat, memfilternya
danmenerapkannya di dunia timur hingga timur keluar dari keterbelakangannya Selain itu
oksidentalisme diharapkan mampu menghilangkan kecurigaan yang takmendasar terhadap
barat yang terus mengendap dipikiran orang timur.

Dunia Islam Sebagai Objek Studi Antara Timur dan Barat

Terdapat sejumlah alasan yang mendasari perlunya mempelajari


perkembangan Islam di Barat dan di Timur, sebagai berikut:
1. Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW, sebagai agama samawiterakhir lahir di
Timur Tengah, tepatnya di Mekkah dan Madinah, yangselanjutnya menyebar tidak
hanya di kawasan Timur Tengah melainkanjuga ke berbagai kawasan di dunia,
termasuk Asia, Afrika, Eropa, dan Barat. Karena karakter kajian Islam di Barat
dan Timur memilikiperbedaan, maka hal ini perlu dikaji secara saksama.
2. Di kalangan pemikir Islam di Indonesia terdapat pro kontra tentangbelajar Islam di
Barat. Sebagian ada yang menerima dan menganjurkan,dan sebagian ada yang
menolak atau melarangnya; dan ada pula yang tidakmelarang dan tidak pula
menganjurkannya.
3. Di kalangan pemikir Islam di Indonesia terdapat pro kontra tentangbelajar Islam di
Barat. Sebagian ada yang menerima dan menganjurkan,dan sebagian ada yang
menolak atau melarangnya; dan ada pula yang tidakmelarang dan tidak pula
menganjurkannya.

Studi Islam di Barat ditinjau dari perspektif sejarah, studi yang dilakukan olehorang
indonesia di Barat berlangsung cukup lama. Sekalipun demikian, fokusstudi yang dilakukan
belum menyentuh secara langsung dengan bidang kajianIslam. Adapun Studi Islam di Timur
hampir sama yang terjadi di Barat, studiIslam di negeri-negeri Timur Tengah juga bervariasi.
Antara satu negara dengannegara lainnya terdapat perbedaan. Hal ini wajar karena
karakteristik studi Islamdipengaruhi oleh berbagai faktor antaranya faktor kebijakan politik,
dinamikasosial budaya, latar belakang pemegang kebijakan pendidikan
perkembanganEkonomi, dan berbagai faktor lainnya.

Problem dan Prospek Pendekatan Studi Kawasan

Pendekatan studi area merupakan pendekatan yang meliputi bidangpersejarahan,


linguistik, dan semua cabang ilmu serta pengetahuan yang berkaitandengan pertumbuhan dan
perkembangan peradaban dan kebudayaan terhadapkeadaan masyarakat di suatu wilayah atau
kawasan. Problematika yang dihadapipada penelitian dengan menggunakan penelitian studi
area dalam studi Islam dan komunitas Muslim berbanding lurus besarnya dengan objek dan
luas wilayahyang akan di selidiki.Semakin kompleks objek yang menjadi
sasaranpenyelidikan dan semakin luas wilayah yang dijangkaunya semakin
besarpersiapan yang dilakukan untuk menerapkan studi area.10Prospek pendekatan studi area
dapat dikatakan sangat baik hal ini mengingatperlunya dibangun saling pengertian dan
kerjasama antara komunitas Muslimdunia yang meliputi luas wilayah mencapai 31,8 juta km
atau sebanding dengan25% dari seluruh wilayah dunia, memanjang dari Indonesia di sebelah
timurhingga senegal di sebelah barat, serta dari utara Turkistan hingga ke selatanMozambik,
dengan jumlah populasi umat Islam mencapai 1.334.000.000 jiwa ,mayoritas hidup di dunia
Islam (+/- miliar) dan selebihnya hidup sebagaiminoritas Muslim (+/- 334.000.000) Minoritas
Muslim tersebut yang terbanyakberada di India dan Cina.
KESIMPULAN

Islam berkembang melalui proses perjalanan sejarah yang panjang dan kulturyang
berbeda melihat dimana Islam itu berkembang. Perbedaan latar belakangsejarah dan budaya
mempunyai ukuran yang sama tentang ke-Islaman. Pandanganagama dapat berubah dan
dibenarkan berbeda karena perbedaan waktu, zaman,lingkungan, stuasi dan sasaran serta
tradisi yang sesuai dengan suatu kaidah.Maka studi keislaman di wilayah-wilayah secara
objektif akan berhasilkanpandangan dan aplikasi Islam yang benar dan tidak harus sama
dengan apa yangdilakukan dan diterapkan di wilayah lainnya. Oleh karena itu, sangat
didambakanuntuk munculnya pusat-pusat studi Islam untuk dapat menyahuti persoalan
yangterus berkembang di masa mendatang.
DAFTAR PURTAKA

Anda mungkin juga menyukai