Anda di halaman 1dari 10

SHALAT

Cara Urutan, Bacaan Dan Gerakan Sholat


Berikut Urutan, Bacaan dan Gerakan Sholat dengan panduan urutan Berdasarkan urutan 13
Rukun Sholat dan Hal-Hal Sunah yang menyertainya,
1. Niat
Rasulullah SAW bersabda,
ِ ‫ال ِِبلنِيم‬
‫ات‬ ُ ‫إِ مَّنَا األَ ْع َم‬
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya.”
Ada beberapa tata cara dalam berniat.
 Mazhab Imam Abu Hanifah, Melafadzkan niat sunnah hukumnya untuk membantu
kesempurnaan niat di dalam hati.
 Mazhab Imam Malik bin Anas (Maliki), Niat shalat adalah syarat sah di dalam
shalat, sebaiknya niat tidak dilafadzkan kecuali ragu.
 Mazhab Syafi'i, Sunnah melafadzkan niat menjelang takbiratul ihram dan wajib
menentukan jenis shalat yang dilakukan.
 Mazhab Hanbali, Sunnah melafadzkan niat dengan lisan.
Lafaz niat sebelum takbiratul ikhram (jika dibaca) menurut para ulama hanya untuk
membantu mengkuatkan kesempurnaan niat (menuntun dan menghadirkan hati) tetapi belum
masuk kepada niat yang menjadi syarat sah dan rukun sholat, karena sholat itu diawali
dengan takbir dan diakhiri sengan salam.
Niat yang menjadi syarat sah dan rukun sholat ditetapkan dalam hati sebelum
takbir yaitu dengan menetapkan point-point : saya berniat sholat, jenis kewajiban sholat
(fardhu atau sunah) dan nama jenis sholat (Maghrib, Isya, Dhuha, Tahajud dsb).
2. Berdiri (bagi yang mampu) Menghadap Kiblat
Rasulullah SAW bersabda,
ِ ‫ فَِإ ْن ََل تَست ِطع فَ َق‬، ‫ص ِل قَائِما‬
‫ فَِإ ْن ََلْ تَ ْستَ ِط ْع فَ َعلَى َج ْنب‬، ‫اع ًدا‬ ْ َْ ْ ً َ
“Shalatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu, kerjakanlah dalam keadaan duduk.
Jika tidak mampu lagi, maka kerjakanlah dengan tidur menyamping.

Posisi wajah menghadap kiblat dan pandangan mata (jangan memejamkan mata) menuju
tempat sujud. Posisi badan berdiri tegak dan lurus menghadap kiblat. Posisi kedua tangan
masing-masing lurus (tidak kaku) berada disamping badan hingga paha dengan jari terlepas
(tidak mengepal). Posisi kaki seimbang dengan lebar bahu (tidak terlalu rapat atau lebar) dan
(saat berjamaah) ujung tumit semua makmum sejajar sehingga shaf menjadi lurus dan posisi
sisi luar kaki dan bahu dirapatkan dengan jemaah yang berada disamping.
3. Takbiratul ikhram

‫هللا أكرب‬
"Allah Maha Besar"

Mengangkat kedua tangan dengan ujung jari agak setinggi dan didepan posisi telinga
dengan kedua telapak tangan menghadap kiblat. Sebagian pendapat lainnya mengangkat
tangan dengan ujung jari agak setinggi dan didepan bahu dengan kedua telapak
tangan menghadap kiblat.
Boleh mengangkat tangan secara bersamaan mengucapkan Takbir, boleh mengangkat
tangan terlebih dahulu baru kemudian mengucapkan takbir, boleh pula mengucapkan takbir
terlebih dahulu baru kemudian mengangkat tangan.
Posisi rentang siku kedua tangan terbuka (untuk laki-laki) tidak terlalu sangat lebar dan
tidak terlalu rapat, untuk sholat berjamaah disesuaikan dengan menjaga rentang siku agar
tidak mengganggu jemaah disebelahnya, khusus wanita posisi rentang siku lebih merapat.
Posisi antar jari saling merapat ada juga yang berpendapat tidak terlalu rapat dan tidak terlalu
renggang.
Kemudian posisi tangan dalam keadaan bersidekap, yaitu telapak tangan kanan (selalu
berada diatas) memegang pergelangan atau setelah pergelangan tangan kiri. Ada juga yang
berpendapat sekedar berada diatasnya (tanpa memegang).
Posisi kedua tangan yang bersidekap berada diantara dada dan perut. Sebagian ulama
berpendapat berada di awal dada.
Kemudian Membaca Doa Iftitah,
ALLAHU AKBAR KABIIRA WALHAMDU LILLAHI KATSIRAN WA SUBHAANALLAHI
BUKRATAN WA ASHIILA. INNI WAJJAHTU WAJHIYA LILLADZI
FATHARASSAMAAWATI WAL ARDHA HANIIFAN WA MAA ANA MIN AL-MUSYRIKIN.
INNA SHALAATI WA NUSUKII WA MAHYAAYA WA MAMAATI LILLAHI RABBI AL-
‘AALAMIN. LAA SYARIIKA LAHU WA BIDZAALIKA UMIRTU WA ANAA MIN AL-
MUSLIMIIN.
Allah yang Maha Besar Sebesar-besarnya, dan segala puji yang banyak hanya kepada Allah,
dan maha Suci Allah baik di waktu pagi maupun petang. Sesungguhnya aku hadapkan diriku
kepada yang menciptakan seluruh langit dan bumi, dengan lurus mengikuti ajaran agama
(millah) yang dibawa oleh Nabi Ibrahim As. dan aku bukanlah termasuk kelompok orang-
orang yang menyekutukan Allah. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku,
hanyalah untuk Allah (semata), Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan
keyakinan itulah aku diperintahkan, dan saya termasuk kedalam kelompok orang-orang yang
berserah diri (muslimin). (salah satu bacaan do’a iftitah)
4. Membaca Al-fatihah
Rasulullah SAW bersabda,

ِ ‫صالَة َ ِل َم ْن لَ ْم يَ ْق َرأْ ِبفَا ِت َح ِة ْال ِكتَا‬


‫ب‬ َ َ‫ال‬
“Tidak ada shalat (artinya tidak sah) orang yang tidak membaca Al Fatihah".

Dilakukan dalam keadaan berdiri setelah takbiratul Ikhram dengan tangan bersidekap.
‫حَ ِن ال مرِح ِيم‬ ِ‫بِس ِم م‬
َٰ ْ ‫اَّلل ال مر‬ ْ
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang"
ِ‫ا ْْلم ُد ِم‬
َ ‫ب ال َْعالَ ِم‬
‫ي‬ ِ ‫َّلل َر‬ َْ
"Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam"
‫حَ ِن ال مرِحيم‬
َٰ ْ ‫ال مر‬
"Maha Pengasih lagi Maha Penyayang"
ِ ‫ك ي وِم‬
‫الدي ِن‬ ِِ
ْ َ ‫َمال‬
"Yang menguasai di Hari Pembalasan"
ِ
ُ ‫إِ مَّي َك نَ ْعبُ ُد َوإِ مَّي َك نَ ْستَع‬
‫ي‬
"Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan"
‫يم‬ ِ ِ ‫ْاه ِد ََن‬
َ ‫ط ال ُْم ْستَق‬
َ ‫الص َرا‬
"Tunjukilah kami jalan yang lurus"
ِ ِ ‫ض‬ ِ ‫صرا َ م‬ِ
َ ‫وب َعلَْي ِه ْم َوََل الضمال‬
‫ي‬ ُ ْ‫ت َعلَْي ِه ْم غَ ِْْي ال َْمغ‬
َ ‫ين أَنْ َع ْم‬
َ ‫ط الذ‬ َ
"(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat"

Setelahnya membaca surah Al-Qur'an lainnya.


Khusus saat shalat berjamaah

 Saat imam membaca Surat Alfatihah, makmum mendengarkan bacaan tersebut (bukan
membacanya juga pada saat bersamaan), barulah saat imam melafazkan "Aamiin",
makmum melafazkan "Aamiin" secara bersamaan. Kemudian saat Imam
membaca surah Al-Qur'an lainnya, barulah makmum membaca Surat Alfatihah.
 Semua bacaan (kecuali lafaz "Aamiin") dalam shalat berjamaah, makmum melafazkan
dengan pelan, yaitu bukan hanya didalam hati, tetapi dibaca dengan sangat pelan yang
cukup terdengar oleh telinga masing-masing pembacanya.
 Makmum dilarang mendahului gerakan imam.

5. Ruku’ dengan tuma’ninah

Rasulullah SAW bersabda,


‫ُثُم ْارَك ْع َح مَّت تَط َْمئِ من َراكِ ًعا‬
“Kemudian ruku’lah dan thuma’ninahlah ketika ruku’.

Dilakukan setelah berdiri dan disunahkan mengucapkan takbir sambil mengangkat


kedua tangan sebelum ruku', lalu memulai ruku' dengan posisi membungkukkan badan secara
lurus seolah membentuk huruf "L Terbalik" dengan meletakkan telapak tangan memegang
persendian lutut dan disunahkan pula membaca,
‫ُس ْب َحا َن َرِ َّب ال َْع ِظ ْي ِم َوِِبَ ْم ِد ِه‬
Subhaana rabbiyal ‘adziimi wa bihamdih. (dibaca 3 kali)
"Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung Dan Dengan Memuji-Nya."

Thumna'ninah adalah kondisi memberikan waktu jeda agar sholat dilakukan secara
tenang(tidak terburu-buru)

6. I’tidal dengan tuma’ninah

Rasulullah SAW bersabda,


‫ُثُم ْارفَ ْع َح مَّت تَ ْعتَ ِد َل قَائِ ًما‬
“Kemudian tegakkanlah badan (i’tidal) dan thuma’ninalah.
Dilakukan setelah ruku' dengan posisi kembali berdiri dengan posisi tangan lurus
kebawah, adapula yang melakukan sidekap (agar tangan tidak bergerak-gerak)
Disunahkan untuk mengangkat kedua tangan sambil mengucapkan,
َِ ‫ََِسع هللا لِمن‬
ُ‫ح َده‬ َْ ُ َ
Sami'allaahu liman hamidah
"Allah mendengar orang yang memuji-Nya"
Juga disunahkan setelahnya (masih dalam posisi i'tidal) membaca,

‫ت ِم ْن َش ْيئ بَ ْع ُد‬ ِ ‫ض وِملءم‬


َ ‫اش ْئ‬ ِ ِ ‫س‬
َ ُ ْ َ ِ ‫موات َوم ْلءُ اَْلَ ْر‬
ِ
َ ‫ك ا ْْلَ ْم ُد م ْلءُ ال م‬
َ َ‫َربمنَا ل‬
Rabbanaa lakal hamdu mil’us samaawati wa mil'ul ardhi wa mil 'umaasyi'ta min syai'in
ba'du.
"Wahai Tuhan Kami ! Hanya Untuk-Mu lah Segala Puji, Sepenuh Langit Dan Bumi Dan
Sepenuh Barang Yang Kau Kehendaki Sesudahnya".
(Doa i'tidal ada beberapa macam, bacaan diatas adalah salah satu yang sering dipakai)
7. Sujud dengan tuma’ninah

Rasulullah SAW bersabda,


ِ ‫اسج ْد ح مَّت تَطْمئِ من س‬
‫اج ًدا‬ َ َ َ ُ ْ ‫ُثُم‬
“Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika sujud".

Dilakukan setelah i'tidal (untuk sujud pertama) dengan posisi sujud dimana ada 7
bagian anggota badan yang menempel pada alas sholat, yaitu (1) Muka (Dahi dan Hidung),
(2,3) Kedua telapak tangan, (4,5) Kedua lutut kaki, (6,7) Kedua Ujung kaki (sekitar jari
menempel pada alas sholat dan telapak kaki menghadap kebelakang).
Jangan sampai ada benda yang menempel pada kita (rambut, peci, sorban dan
sebagainya) yang menghalangi anggota badan yang wajib menempel pada alas sholat,).
Rasulullah SAW bersabda,
“Aku diperintahkan bersujud dengan tujuh bagian anggota badan: [1] Dahi (termasuk
juga hidung, beliau mengisyaratkan dengan tangannya), [2,3] telapak tangan kanan dan
kiri, [4,5] lutut kanan dan kiri, dan [6,7] ujung kaki kanan dan kiri. ”

Disunahkan mengucapkan takbir sebelum sujud, lalu saat sujud membaca,


‫ُس ْب َحا َن َرِ َّب ْاألَ ْعلَى‬
Subhaana rabbiyal a’laa (3 kali)
“Maha Suci Tuhan Yang Maha Tinggi serta memujilah aku kepada-Nya”

Posisi rentang siku kedua tangan terbuka (untuk laki-laki) tidak terlalu sangat lebar dan
tidak terlalu rapat, untuk sholat berjamaah disesuaikan dengan menjaga rentang siku agar
tidak mengganggu jemaah disebelahnya, khusus wanita posisi rentang siku lebih
merapat.Posisi antar jari saling merapat ada juga yang berpendapat tidak terlalu rapat dan
tidak terlalu renggang.

8. Duduk diantara dua sujud dengan tuma’ninah

Rasulullah SAW bersabda,


“Kemudian sujudlah dan thuma’ninalah ketika sujud. Lalu bangkitlah dari sujud dan
thuma’ninalah ketika duduk. Kemudian sujudlah kembali dan thuma’ninalah ketika sujud.
Dilakukan setelah sujud pertama setiap raka'at dengan posisi duduk dimana badan
menduduki kedua kaki yang tertekuk kebelakang dan menempel pada alas sholat. Posisi
ujung kaki kiri terduduki oleh badan dan posisi ujung kaki kanan masih seperti posisi saat
sujud ,dimana bagian sekitar jari kaki kanan menempel pada alas sholat dan telapak kaki
kanan menghadap ke belakang.
Posisi telapak tangan ada diatas paha.
Disunahkan mengucapkan takbir sebelum "duduk diantara dua sujud", lalu membaca,
ROBBIGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WARFA'NII WARZUQNII WAHGDINII
WA'AAFINII WA'FU 'ANNII
"Ya Allah,ampunilah dosaku,belas kasihinilah aku dan cukuplah segala kekuranganku
dan angkatlah derajatku dan berilah rezeki kepadaku,dan berilah aku petunjuk dan
berilah kesehatan padaku dan berilah ampunan kepadaku."
(Doa duduk diantara dua sujud ada beberapa macam)
Kemudian diwajibkan melakukan sujud kedua dengan tata cara seperti sujud pertama.
Setelah sujud kedua, berdiri kembali (disunahkan duduk sebentar sebelum berdiri dan
membaca takbir saat berdiri).
Mengulangi kembali tahapan-tahapan mulai dari membaca Surat Alfatihah sampai
sujud kedua sesuai jumlah raka'at.
Khusus shalat berjamaah, imam tidak lagi mengencangkan suara bacaan Surat
Alfatihah setelah rakaat pertama dan kedua)

9. Duduk tasyahud (tahiyat) akhir

Rasulullah SAW bersabda,


ِ‫ات ِم‬ ِ ‫صالَةِ فَ لْي ُق ِل الت‬
...‫َّلل‬ ُ ‫محيم‬ َ َ ‫فَِإ َذا قَ َع َد أ‬
‫َح ُد ُك ْم ِِف ال م‬
“Jika salah seorang antara kalian duduk (tasyahud) dalam shalat, maka ucapkanlah
“attahiyatu lillah …”

Dilakukan setelah sujud terakhir dengan posisi duduk dimana ujung kaki kiri
diselipkan dibawah ujung kaki kanan yang masih dalam posisi seperti posisi kaki kanan saat
sujud dan "duduk diantara dua sujud".
Badan agak condong kearah kanan dan telunjuk tangan kanan akan dalam posisi
menunjuk kedepan. (Ada beberapa pendapat mengenai kapan waktu menunjuk dan 'posisi
atau gerakan' jari tersebut)
Mazhab Syafi'i, telunjuk kanan akan dalam posisi menunjuk pada saat syahadat dimana
jari hanya menunjuk tanpa ada pergerakan lain. Disunahkan mengucapkan takbir sebelum
duduk tasyahud.
Khusus untuk sholat yang lebih dari 2 raka'at lakukan duduk tasyahud (tahiyat) awal
terlebih dahulu pada raka'at kedua, dengan tata cara :
 Posisi duduk sama seperti posisi duduk diantara dua sujud ditambah gerakan jari
kanan menunjuk
 Membaca bacaan seperti saat duduk tasyahut akhir.
 Kemudian berdiri kembali melanjutkan raka'at.
10. Membaca tasyahud akhir pada saat duduk tasyahud akhir
Bacaan tasyahud akhir (juga dibaca jika ada tasyahud awal),
ATTAHIYYAATUL MUBAAROKAATUSH SHOLAWAATUT TOYYIBAATULILLAAH
ASSALAAMU'ALAIKA AYYUHAN NABIYYU WAROHMATULLOOHI WABAROKAATUHU
ASSALAAMU'ALAINAA WA 'ALAA 'IBAADIL-LAAHISH- SHOOLIHIINA. ASYHADU
ANLAA ILAAHA IL-LALLOOH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR ROSUULULLaah.
Segala penghormatan yang berkat solat yang baik adalah untuk Allah. Sejahtera atas
engkau wahai Nabi dan rahmat Allah serta keberkatannya. Sejahtera ke atas kami dan
atas hamba-hamba Allah yang soleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah
dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad itu adalah utusan Allah.
11. Membaca shalawat Nabi pada saat duduk tasyahud akhir
Bacaan shalawat Nabi (hanya untuk tasyahud akhir),
ALLOOHUMMA SHOLLI 'ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA 'ALAA AALI
SAYYIDINAA MUHAMMADIN. KAMAA SHOL-LAITA 'ALAA SAYYIDINAA IBROOHIIMA
WA 'ALAA AALI SAYYIDINAA IBROOHIIMA WABAARIK 'ALAA SAYYIDINAA
MUHAMMADIN WA 'ALAA AALI SAYYIDINAA MUHAMMADIN KAMAA BAAROKTA
'ALAA SAYYIDINAA IBROOHIIMA WA 'ALAA AALI SAYYIDINAA IBROOHIIMA FIL
'AALAMIINA INNAKA HAMIIDUN MAJIID
Ya Tuhan kami, selawatkanlah ke atas Nabi Muhammad dan ke atas keluarganya.
Sebagaimana Engkau selawatkan ke atas Ibrahim dan atas keluarga Ibrahim.
Berkatilah ke atas Muhammad dan atas keluarganya sebagaimana Engkau berkati ke
atas Ibrahim dan atas keluarga Ibrahim di dalam alam ini. Sesungguhnya Engkau
Maha Terpuji lagi Maha Agung.
12. Mengucapkan Salam yang pertama.

Rasulullah SAW bersabda,


“Pembuka shalat adalah thoharoh (bersuci). Yang mengharamkan dari hal-hal di luar
shalat adalah ucapan takbir. Sedangkan yang menghalalkannya kembali adalah ucapan
salam.
Dilakukan saat masih dalam posisi duduk tasyahud akhir setelah membaca shalawat
Nabi, wajah menoleh kearah kanan sambil mengucapkan,
ِ
ُ‫سالَ ُم َعلَْي ُك ْم َوَر ْحَةُ هللا َوبَ َرَكاتُه‬
‫اَل م‬
ASSALAAMU 'ALAIKUM WAROHMATULLOOHI (WABAROKAATUH)
Semoga keselamatan, rohmat dan berkah ALLAH selalu tercurah untuk kamu sekalian.
Disunahkan untuk mengulangi hal yang sama ke arah sebelah kiri.
13. Tertib (melakukan rukun secara berurutan)

Anda mungkin juga menyukai