Anda di halaman 1dari 67

PEMBELAJARAN DARING MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR

PADA SISWA SMP KELAS VIII DENGAN MENGGUNAKAN


PENDEKATAN PROBLEM SOLVING BERBANTUAN SOFTWARE
GEOGEBRA

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Matematika

FANI YULIANTI
NIM 17510179
S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN SAINS


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) SILIWANGI
CIMAHI
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini Indonesia sedang menghadapi era revolusi industri 4.0.

Pendidikan dalam era ini menjadi salah satu hal yang sangat penting bagi

kehidupan manusia. Hal ini menuntut Indonesia untuk lebih maju dalam

perkembangan ilmu dan teknologi agar dapat bersaing dengan negara lain dalam

segala bidang. Untuk menghadapi hal tersebut, diperlukan perbaikan sumber

daya manusia. Perbaikan tersebut dapat terlaksana dengan memperbaiki sistem

pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang

Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 adalah mengembangkan

potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan (Melianingsih & Sugiman, 2015). Diharapkan melalui pendidikan

dapat menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi, untuk itu

pemerintah melakukan upaya perombakan dan pembaharuan kurikulum yang ada

pada dunia pendidikan.

Saat ini sistem pendidikan di Indonesia menerapkan kurikulum 2013,

dimana tujuan dikembangkannya kurikulum 2013 yaitu untuk meningkatkan

kemampuan berpikir siswa. Menurut Rochaminah (Hidayat et al., 2018), berpikir


merupakan aktivitas mental manusia dalam rangka memperoleh pengetahuan.

Namun pada kenyataannya, saat ini di dunia termasuk Indonesia sedang

menghadapi kesulitan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan karena

mewabahnya Coronavirus Diseases (Covid-19) yang merupakan penyakit jenis

baru yang belum pernah diidentifikasi manusia dan belum ditemukan obat untuk

mengatasinya. Untuk menekan mata rantai penyebaran Corona (Covid-19) maka

pemerintah telah berupaya untuk membuat kebijakan yang mengharuskan setiap

warganya untuk menjauhi kerumunan, menjaga jarak sosial (social distancing),

dan juga jarak fisik (physical distancing). Kebijakan tersebut telah membawa

dampak besar dalam penurunan kualitas belajar siswa (Sahu, 2020), sehingga

pada saat masa pandemi ini mengharuskan pembelajaran baik tingkat formal

maupun informal di semua jenjang yang biasanya dilakukan dengan tatap muka

harus berubah menjadi pembelajaran jarak jauh menggunakan sistem daring

(dalam jaringan).

Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dalam interaksinya itu

memerlukan koneksi internet (Moore et al., 2011). Sistem pembelajaran daring

dapat dilakukan melalui kelas virtual menggunakan layanan Google Classroom,

Edmodo, Schoology, Zoom Meeting dan aplikasi pesan instan seperti WhatsApp

(So, 2016). Pembelajaran daring dapat memberikan manfaat untuk membantu

mengatasi hambatan secara fisik untuk belajar dalam ruang lingkup kelas

(Ahmed, 2018). Semua mata pelajaran yang wajib dipelajari siswa pada setiap
jenjang pendidikan harus diajarkan secara daring termasuk mata pelajaran

matematika.

Matematika menjadi ilmu dasar yang memiliki peranan penting dalam

pendidikan sebab dapat melatih keaktifan dan kemandirian siswa, sehingga

menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk bangsa dan negara,

matematika juga sebagai penyedia jasa layanan untuk pengembangan ilmu-ilmu

yang lain. Oleh sebab itu, menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menyatakan

bahwa pendidikan matematika harus disampaikan sejak dini dengan tujuan agar

siswa mampu berfikir kritis, logis, sistematis, cermat, efektif, dan efisien dalam

memecahkan masalah. Ilmu matematika erat hubungannya dengan kehidupan

manusia dan disiplin ilmu lainnya. Sehingga banyak konsep matematika yang

digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti

dalam bidang sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain (Permendiknas, 2006).

Materi matematika yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan sehari-hari

yaitu bangun ruang sisi datar. Materi bangun ruang sisi datar ini dapat

meningkatkan kemampuan berfikir siswa dalam memahami konsep penyelesaian

permasalahan matematika di kehidupan sehari-hari, sehingga berdasarkan

kurikulum nasional bangun ruang sisi datar menjadi materi matematika yang

wajib dipelajari pada siswa kelas VIII. Berdasarkan data yang peroleh dari

Kemendikbud (2020) pada tahun 2020/2021 di semester genap, jumlah anak yang

terdaftar pada SMP di kecamatan Cipongkor berjumlah 2254 siswa. Sesuai


dengan kurikulum nasional, semua siswa tersebut wajib mempelajari materi

bangun ruang sisi datar di kelas VIII pada mata pelajaran matematika.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), hasil belajar yang

dinilai dalam mata pelajaran matematika ada tiga aspek yakni pemahaman

konsep, komunikasi dan penalaran, serta pemecahan masalah. Namun dalam

praktik di lapangan, mempelajari konsep bangun ruang sisi datar masih dianggap

sebagai bagian yang paling sulit di pahami oleh siswa (Fajriah & Sari, 2016).

Nurhikmayati (Maisyarah & Prahmana, 2020) menyatakan bahwa salah satu

materi yang mempunyai tingkat kesulitan dan keabstarakan yang tinggi adalah

materi dimensi tiga (bangun ruang). Sejalan dengan hal tersebut, menurut

(Priatina, 2018), kemampuan penguasaan siswa dalam memahami materi

berbeda-beda dan pada kenyataannya masih banyak siswa yang dirasa kurang

dalam pemahaman materi bangun ruang sisi datar sehingga berpengaruh kepada

hasil belajar yang belum memenuhi standar tertentu. Berdasarkan hasil penelitian

terdahulu pada siswa kelas VIII, siswa itu tidak memahami secara benar

bagaimana menentukan luas permukaan kubus, balok, prisma, dan limas, serta

siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal terkait volume limas, bidang diagonal,

dan diagonal ruang (Hasibuan, 2018). Dari hasil penelitian tersebut diperoleh

bahwa rendahnya penguasaan materi bangun ruang sisi datar pada siswa di

pengaruhi oleh kesulitan siswa dalam memahami konsep luas permukaan,


volume, diagonal bidang, dan diagonal ruang, sehingga menyebabkan rendahkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan persoalan materi bangun ruang sisi datar.

Hasil riset Trends in International Mathematics and Science Study

(TIMSS) menunjukkan bahwa kemampuan matematik siswa Indonesia amat

rendah, berada pada rangking di bawah rata-rata skor internasional (Shodiq et al.,

2015). Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan peningkatan standar pendidikan,

dimana salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh tenaga pendidik adalah

menerapkan pembelajaran daring menggunakan pendekatan yang tepat sehingga

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam mempelajari materi bangun ruang

sisi datar dibutuhkan suatu pendekatan pembelajaran yang tepat agar siswa dapat

aktif, kritis, dan kreatif dalam proses pembelajaran. Pemilihan pendekatan

pembelajaran sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Melalui

pendekatan pembelajaran yang tepat, maka tujuan dari pembelajaran akan

tersampaikan kepada siswa. Salah satu pendekatan yang dianggap sesuai untuk

menstimulus siswa agar lebih aktif dalam mempelajari materi bangun ruang sisi

datar yaitu pendekatan problem solving. Pendekatan problem solving dapat

melatih kemampuan berfikir siswa dalam memecahkan masalah terkait dengan

penerapan konsep-konsep materi bangun ruang sisi datar dalam kehidupan sehari-

hari. Sehingga melalui langkah-langkah pendekatan problem solving siswa akan

belajar dan terbiasa berpikir bagaimana menyelesaikan masalah yang ada.


Pernyataan (Wilson, 1993) mengenai pentingnya pemecahan matematika

dalam National Council of Teachers Mathematics (NCTM) yang menyebutkan

bahwa ”Poblem solving has a special importence in study of mathematics. A

primary goal of mathematics teaching and learning is development the ability to

solve a wide variety of complex mathematics problems”. Pembelajaran

matematika bertujuan untuk mengembangkan kemampuan menyelesaikan suatu

permasalahan. (Jonassen, 2010) menyatakan bahwa belajar menyelesaikan

masalah merupakan hal penting dalam pembelajaran. Sesuai dengan salah satu

dari langkah-langkah pendekatan pembelajaran problem solving yaitu

menyelesaikan masalah, maka diharapkan pendekatan ini dapat membuat siswa

lebih kritis, aktif, kreatif, dan logis dalam menyelesaikan persoalan kehidupan

sehari-hari materi bangun ruang sisi datar.

Implementasi pendekatan pembelajaran problem solving dalam

pembelajaran daring dapat dilakukan melalui obrolan yang dipandu oleh guru

menggunakan aplikasi zoom meeting, classroom atau whatsapp group sehingga

diharapkan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai melalui adanya interaksi atau

diskusi dalam kelas daring antara guru dan siswa sesuai dengan langkah-langkah

pembelajaran yang ada pada pendekatan problem solving.

Kemajuan teknologi yang semakin berkembang membantu sekali pada

situasi pembelajaran daring. Namun pada kenyataannya pembelajaran daring

banyak dikeluhkan oleh peserta didik seperti tidak mempunyai data kuota,
keterbatasan jaringan di wilayah tertentu, dan juga sering sekali menimbulkan

kebosanan dalam belajar siswa sehingga dampaknya menyebabkan penurunan

tingkat produktivitas belajar siswa dalam mempelajari materi bangun ruang sisi

datar. Sehingga sebagai tenaga pendidik harus berfikir kreatif bagaimana cara

mengatasi permasalahan tersebut agar dapat menciptakan suasana pembelajaran

daring yang menyenangkan tanpa membebani peserta didik. Salah satu upaya

yang dapat dilakukan oleh tenaga pendidik dalam mengatasi masalah tersebut

dengan memanfaatkan media pembelajaran berbasis teknologi yang ada, untuk

kebermanfaatan mempermudah peserta didik dalam mempresentasikan

permasalahan matematika yaitu menggunakan software Geogebra.

Menurut (Hohenwarter & Fuchs, 2005), Geogebra merupakan software

matematis dengan beragam aktivitas seperti demonstrasi, visualisasi, dan alat

bantu kontruksi. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, pembelajaran berbantuan

software Geogebra membuat siswa aktif saat pembelajaran berlangsung karena

mereka dilibatkan langsung dan mencoba sendiri, sehingga dapat mempermudah

siswa memahami materi konsep bangun ruang sisi datar (Safitri et al., 2020).

Dalam situasi pembelajaran daring saat ini, tenaga pendidik dapat menyampaikan

materi bangun ruang sisi datar dengan berbantuan software Geogebra melalui

zoom meeting kepada siswa. Pendidik juga menyarankan kepada siswa untuk

mengunduh software Geogebra di handphone ataupun komputernya agar dapat

mempermudah dalam mempelajari materi bangun ruang sisi datar. Penggunaan


software Geogebra tanpa memerlukan jaringan seluler (offline) tidak akan

membebankan peserta didik dan memberikan keuntungan dalam menghemat data

kuota serta mengatasi permasalahan pembelajaran daring di daerah tertentu

karena hambatan jaringan.

Pembelajaran daring menggunakan pendekatan Problem Solving

berbantuan Software Geogebra diharapkan dapat memicu rasa semangat belajar

yang tinggi bagi peserta didik dalam mempelajari materi bangun ruang sisi datar,

sehingga dapat meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu penelitian yang

mengkaji tentang “Pembelajaran Daring Materi Bangun Ruang Sisi Datar Pada

Siswa SMP Kelas VIII dengan Menggunakan Pendekatan Problem Solving

Berbantuan Software Geogebra”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana skenario dan implementasi pembelajaran daring materi Bangun

Ruang Sisi Datar pada siswa SMP kelas VIII dengan menggunakan

pendekatan Problem Solving berbantuan Software Geogebra?

2. Bagaimana respon guru dan siswa kelas VIII terhadap pembelajaran daring

materi Bangun Ruang Sisi Datar dengan menggunakan pendekatan Problem

Solving berbantuan Software Geogebra?


3. Kesulitan-kesulitan apa yang dialami siswa SMP kelas VIII dalam

menyelesaikan tugas-tugas pada materi Bangun Ruang Sisi Datar ?

4. Kendala-kendala apa yang dihadapi guru pada saat melaksanakan

pembelajaran daring?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menelaah:

1. Skenario dan implementasi pembelajaran daring materi Bangun Ruang Sisi

Datar dengan menggunakan pendekatan Problem Solving berbantuan

Software Geogebra.

2. Respon guru dan siswa SMP kelas VIII terhadap pembelajaran daring materi

Bangun Ruang Sisi Datar dengan menggunakan pendekatan Problem Solving

berbantuan Software Geogebra.

3. Kesulitan-kesulitan yang dialami siswa SMP kelas VIII dalam menyelesaikan

tugas-tugas pada materi Bangun Ruang Sisi Datar.

4. Kendala-kendala yang dihadapi guru pada saat melaksanakan pembelajaran

daring.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan :

1. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi dalam

meningkatkan mutu pendidikan, membantu memperbaiki hubungan interaksi

dan komunikasi guru dengan siswa dalam proses pembelajaran daring

Bangun Ruang Sisi Datar, juga untuk meningkatkan keterampilan mengajar


materi Bangun Ruang Sisi Datar berbantuan software geogebra sehingga

tujuan pembelajarannya dapat tercapai.

2. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan daya fikir

konseptual siswa dalam mempelajari materi Bangun Ruang Sisi Datar

sehingga dapat mengembangkan pengetahuannya, melatih keterampilan

berfikir tingkat tinggi Higher Order Thinking Skill (HOTS) siswa dalam

menyelesaikan permasalahan bentuk soal cerita Bangun Ruang Sisi Datar

kehidupan sehari-hari berbantuan software geogebra, dan memudahkan siswa

dalam mempelajari konsep materi selanjutnya karena telah menguasai materi

prasyaratnya.

3. Bagi Pembelajaran Matematika pada Umumnya, penelitian ini diharapkan

dapat menjadi sarana dalam pengembangan ilmu matematika yang menjadi

disiplin ilmu-ilmu lainnya, memiliki sikap menghargai kegunaan materi

Bangun Ruang Sisi Datar dalam kehidupan sehari-hari, dan juga

menghilangkan stigma sulitnya mempelajari materi Bangun Ruang Sisi

Datar.

E. Definisi Oprasional

1. Bangun ruang sisi datar adalah bangun ruang yang sisinya berbentuk datar

(tidak lengkung). Sebuah bangun ruang sebanyak apapun sisinya jika

semuanya berbentuk datar maka ia disebut dengan bangun ruang sisi datar,

indikator yang diambil untuk soal pada materi Bangun Ruang Sisi Datar ini

adalah sebagai berikut:


a. Membuat jaring-jaring kubus dan balok

b. Menemukan turunan rumus luas permukaan balok dan kubus

c. Memahami proses dalam menemukan rumus volume prisma dan limas

d. Menghitung volume kubus dan balok

e. Menghitung volume prisma dan limas

f. Menghitung volume bangun ruang sisi datar gabungan

2. Pendekatan Problem Solving adalah suatu langkah dalam menyajikan

pembelajaran dengan mendorong peserta didik agar dapat memecahkan suatu

masalah/persoalan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran, dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memahami Masalah (understand the problem)

b. Membuat Rencana Pemecahan Masalah (make a plan)

c. Melaksanakan Rencana (carry out our plan)

d. Memeriksa Kembali Jawaban (look back at the completed solution)

3. Software Geogebra adalah software matematika dinamis yang dapat

digunakan sebagai alat bantu dalam pembelajaran matematika.

4. Pembelajaran daring merupakan sistem pembelajaran jarak jauh dengan

sekumpulan metoda pengajaran menggunakan bantuan media teknologi

seperti google classroom, whatsapp group, edmodo, schoology, zoom, google

meet, google form, dan sebagainya.


BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Kajian Teoritis

1. Bangun Ruang Sisi Datar

a. Definisi Bangun Ruang Sisi Datar

Menurut (Sari, 2017) bangun ruang sisi datar adalah bangun ruang

yang sisinya berbentuk datar (tidak lengkung). Sebuah bangun ruang

sebanyak apapun sisinya jika semuanya berbentuk datar maka disebut dengan

bangun ruang sisi datar. Ada banyak sekali bangun ruang sisi datar mulai yang

paling sederhana seperti kubus, balok, limas, prisma sampai yang sangat

kompleks seperti limas segi banyak atau bangun yang menyerupai kristal.

Namun yang akan di bahas spesifik tentang bangun ruang sisi datar hanya

kubus, balok, limas, dan prisma.

Macam-macam bangun ruang sisi datar beserta unsur-unsur dan sifat-

sifatnya yaitu :
1) Kubus

Kubus adalah bangun ruang yang sisi-sisinya berbentuk persegi. Kubus

adalah bangun yang memiliki 6 sisi berbentuk persegi yang kongruen.

H G
Bidang/sisi
E F
Rusuk

D C

A B

Titik sudut
Diagonal bidang
Diagonal ruang
Gambar 2.1 Kubus ABCD.EFGH

Unsur-unsur kubus:

1. Bidang atau sisi

Bidang adalah daerah yang membatasi bagian luar dengan bagian

dalam dari suatu bangun ruang. Bidang-bidang pada gambar 2.1 adalah

bidang ABCD sebagai alas, bidang EFGH atas/tutup, bidang ADHE

sebagai bidang kiri, bidang BCGF sebagai bidang kanan, bidang ABFE

sebagai bidang depan, dan DCGH sebagai bidang belakang. Jadi dapat
disimpulkan bahwa kubus mempunyai 6 bidang yang semuanya

berbentuk persegi.

2. Rusuk

Rusuk kubus adalah garis potong antara dua sisi bidang kubus dan

terlihat seperti kerangka yang menyusun kubus. Pada gambar 2.1

rusuknya yaitu AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG dan

DH.

3. Titik sudut

Titik sudut kubus adalah titik potong antara dua rusuk. Pada gambar 2.1

kubus ABCD.EFGH memiliki 8 titik sudut, yaitu titik A, B, C, D, E, F,

G, dan H.

4. Diagonal bidang

Pada gambar 2.1 jika titik A dan titik H dihubungkan, maka akan

diperoleh ruas garis AH. Begitupun jika titik E dan titik G dihubungkan

akan diperoleh ruas garis EG. Ruas garis seperti AH dan EG inilah

yang dinamakan diagonal bidang.

5. Diagonal ruang

Pada gambar 2.1 jika titik E dan titik C dihubungkan kita akan

memperoleh ruas garis EC. Ruas garis EC inilah yang dinamakan

dengan diagonal ruang. Pada bidang ABCD, terdapat diagonal bidang

BD dengan panjang diagonal bidang adalah a √ 2. Dengan teorema


phytagoras, dapat ditentukan pula panjang diagonal ruang misalkan

yang akan dicari adalah diagonal ruang BH. Panjang rusuk adalah a

dan diagonal bidang adalah a √ 2. Panjang diagonal ruang BH adalah:

BH2 = DB2 + DH2

BH2 = (a √ 2)2 + 𝑎2

BH2 = 2𝑎2 + 𝑎2

BH2 = 3𝑎2

BH = √ 3 a2

BH = 𝑎√ 3

Karena semua bidang dalam kubus berbentuk persegi, maka panjang

diagonal ruang setiap bidang kubus nilainya sama. Sehingga apabila 𝑎

merupakan panjang rusuk kubus, dengan a √ 2 panjang diagonal bidang

maka panjang diagonal ruang kubus adalah 𝑎√ 3.

6. Bidang diagonal

Perhatikan gambar 2.1 terlihat dua buah diagonal bidang pada kubus

ABCD.EFGH yaitu AC dan EG. Diagonal bidang AC dan EG beserta

dua rusuk kubus yang sejajar yaitu AE dan CG membentuk suatu

bidang di dalam ruang kubus ABCD yaitu bidang ACGE. Bidang

ACGE disebut sebagai bidang diagonal. Bidang diagonal adalah daerah

yang dibatasi oleh dua buah diagonal bidang dan dua buah rusuk yang
saling berhadapan dan sejajar yang membagi bangun ruang kubus

menjadi dua bagian.

Sifat-sifat kubus :

1. Kubus memiliki 6 sisi (bidang) berbentuk persegi yang saling

kongruen. Sisi (bidang) pada gambar 2.1 tersebut adalah bidang

ABCD, ABFE, ECGF, CDHG, ADHE, dan AFGH.

2. Kubus memiliki 12 buah rusuk yang sama panjang. Rusuk kubus pada

gambar 2.1 yaitu AB, BF, FE, AE, BC, AD, DC, HG, CG, DH, FG dan

EH. Rusuk-rusuk AB, BC, CD, dan AD disebut rusuk alas, sedangkan

rusuk AE, BF, CG, dan DH disebut rusuk tegak. Rusuk-rusuk yang

sejajar diantaranya AB//DC//EF//HG, AD//BC//EH//FG, dan

AE//BF//CG//DH.

Rusuk-rusuk yang saling berpotongan diantaranya AB dengan AE, BC

dengan CG, dan EH dengan HD. Rusuk-rusuk yang saling bersilangan

diantaranya AB dengan CG, AD dengan BF, dan BC dengan DH.

3. Kubus pada gambar 2.1 memiliki 8 titik sudut, yaitu A,B,C,D,E,F,G,

dan H.

4. Kubus pada gambar 2.1 memiliki 12 diagonal bidang yang sama

panjang, diantaranya adalah AC, BD, AF, BE, BG, CF, AH, DE, DG,

CH, EG, dan FH.

5. Kubus pada gambar 2.1 memiliki 4 diagonal ruang yang sama panjang

dan berpotongan di satu titik, yaitu AG, BH, CE dan DF.


6. Kubus pada gambar 2.1 memiliki 6 bidang diagonal persegi panjang

yang saling kongruen, diantaranya bidang ACGE, BGHA, AFGD,

BEHC, ABGH, dan DCGH.

Jaring-jaring kubus

Jaring-jaring kubus adalah model atau pola dari sebuah bangun ruang

kubus yang berbentuk bangun datar. Sisi-sisi pola ini tersambung dengan

sisi-sisi lainnya.

Jaring-jaring kubus terdiri dari enam bangun datar persegi atau bujur

sangkar.

s
Gambar 2.2 Jaring-jaring Kubus

Luas Permukaan Kubus

Misalkan panjang rusuk kubus adalah s maka dapat dilihat pada gambar

2.2 bahwa luas 1 sisi kubus adalah s × s=s 2. Karena kubus memiliki 6

buah sisi maka luas permukaan kubusnya adalah:

Luas Permukaan Kubus ¿ 6 x s2 = 6 s2

Volume Kubus
Kubus memiliki enam sisi persegi yang panjang semua rusuknya sama dan

bertemu pada sudut siku-siku. Menemukan volume kubus dengan

menghitung panjang x lebar x tinggikubus. Karena panjang rusuk kubus

semuanya sama yaitu s, maka untuk menghitung volumenya adalah s3 .

Volume kubus ¿ s x s x s=s 3

2) Balok

Balok adalah bangun ruang yang memiliki tiga pasang sisi berhadapan,

memiliki bentuk dan ukuran yang sama dimana setiap sisinya berbentuk

persegi panjang.

H G
E F
Bidang/ sisi
D C
A B
Titik sudut

Rusuk
Gambar 2.3 Balok ABCD.EFGH

Unsur-unsur Balok:

1. Bidang

Bidang adalah daerah yang membatasi bagian luar dengan bagian

dalam dari balok. Bidang-bidang pada gambar 2.3 adalah bidang

ABCD sebagai alas, bidang EFGH sebagai bidang atas/tutup, bidang


ADHE sebagai bidang kiri, bidang BCGF sebagai bidang kanan, bidang

ABFE sebagai bidang depan, dan bidang DCGH sebagai bidang

belakang.

2. Rusuk

Perhatikan gambar 2.3 bahwa CG merupakan rusuk. Rusuk balok

adalah garis potong antara dua sisi/bidang balok dan terlihat seperti

kerangka yang menyusun balok. Pada balok ABCD.EFGH memiliki 12

buah rusuk, yaitu AB, BC, CD, DA, EF, FG, GH, HE, AE, BF, CG,

dan DH.

3. Titik sudut

Perhatikan gambar 2.3 balok ABCD.EFGH, ditunjukkan bahwa titik

sudut balok ABCD.EFGH yaitu titik A, B, C, D, E, F, G, dan H.

4. Diagonal bidang

Diagonal bidang adalah garis yang menghubungkan dua buah titik

sudut yang saling berhadapan dalam satu bidang. Dari gambar 2.3 dapat

diketahui bahwa panjang balok adalah AB, DC, EF, dan HG; lebar

balok adalah AD, BC, EH dan FG; dan tinggi balok adalah AE, BF, CG

dan DH. Jika gambar tersebut digambar secara terpisah, maka akan

menjadi sebuah persegi panjang seperti gambar berikut ini.

E F F G H G
l t l
A p B B l C
E p F
(i) (ii) (iii
)
Gambar 2.4 Diagonal Bidang Balok ABCD.EFGH

Terliha pada gambar 2.4 bahwa ruas garis EB, AF, FC, BG, HF dan

EG merupakan diagonal bidang balok ABCD.EFGH.

5. Diagonal ruang
H G
E F
t

D C
l
A pB
Gambar 2.5 Ruas Garis EC pada Balok ABCD.EFGH

Pada gambar 2.5 jika titik E dan titik C dihubungkan kita akan

memperoleh ruas garis EC, begitu juga dengan jika titik H dihubungkan

dengan titik B maka akan diperoleh ruas garis HB. Ruas garis EC dan

HB inilah yang disebut dengan diagonal ruang. Jadi diagonal ruang

pada balok adalah ruas garis yang menghubungkan dua buah titik sudut

yang saling berhadapan tak sebidang pada balok. Pada bidang ABCD,

terdapat diagonal bidang AC dengan panjang diagonal bidang adalah

√ p 2+ l2.
Misalkan yang akan dicari adalah diagonal ruang EC. Bidang diagonal

AC adalah √ p 2+ l 2. Panjang diagonal ruang EC adalah:

EC2 = AC2 + AE2

EC2 = 𝑝2 + 𝑙2 + 𝑡2

EC = √ p 2+ l 2+t 2

Diagonal bidang pada balok tidak sama panjang, akan tetapi diagonal

ruang pada balok sama panjang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

panjang diagonal ruang pada balok adalah √ p 2+ l 2+t 2.

6. Bidang diagonal

H G H F
E F
t
D C D B
A B (ii)
(i)
Gambar 2.6 Bidang Diagonal DBFH pada Balok ABCD.EFGH

Pada gambar 2.6 terdapat dua buah diagonal bidang yaitu DB dan HF.

Diagonal bidang DB dan HF beserta dua rusuk balok yang sejajar yaitu

DH dan BF membentuk suatu bidang di dalam ruang balok

ABCD.EFGH, bidang DBFH disebut bidang diagonal. Bidang diagonal

adalah daerah yang saling berhadapan dan sejajar yang membagi

bangun ruang menjadi dua bagian.


Bidang DBFH membentuk sebuah persegi panjang, dengan panjang 𝐷𝐵

¿ √ p 2+ l 2 (sebagai diagonal ruang) dan DH ¿ t. Sehingga :

𝐿D𝐵𝐹𝐻 ¿ 𝐷𝐵 × 𝐷𝐻

¿ √ p 2+ l2 x t

¿ t √ p2 +l 2

Sifat-sifat balok :

1. Balok memiliki 6 sisi berbentuk persegi panjang yang tiap pasangnya

kongruen. Pada gambar 2.3 balok memiliki 3 pasang bidang persegi

panjang yang kongruen, yaitu ABFE = DCGH, ADHE = BCGF, dan

ABCD = EFGH.

2. Balok memiliki 12 rusuk, dengan kelompok rusuk yang sama panjang.

Rusuk-rusuk pada gambar 2.3 yaitu:

Rusuk AB = DC = EF = HG

Rusuk AE = DH = BF = CG

Rusuk AD = BC = EH = FG

3. Balok memiliki 8 titik sudut. Titik sudut pada gambar 2.3 yaitu titik A,

B, C, D, E, F, G, dan H.

4. Balok memiliki 12 diagonal bidang. Diagonal bidang pada gambar 4.

diantaranya AC, BD, BG, CF, DG, HC, EG, FH, AH, ED, AF, dan EB.
5. Balok memiliki 4 diagonal ruang yang sama panjang dan berpotongan

di satu titik. Diagonal ruang pada gambar 2.5 yaitu AG, BH, CE, dan

DF.

6. Balok memiliki 6 bidang diagonal persegi panjang dan tiap

pasangannya saling kongruen. Bidang diagonal pada gambar 2.6 di

antaranya bidang ACGE, BGHA, AFGD, DBFH ,EDCF dan BEHC.

Luas Permukaan Balok

Untuk mencari luas permukaan balok, lihat terlebih dahulu jaring-jaring

berikut.

(i (ii)
)
Gambar 2.7 Jaring-jaring balok

Perhatikan gambar 2.7. Misalkan 𝑝 = panjang balok, 𝑙 = lebar balok, dan 𝑡

= tinggi balok maka :

Luas 2 sisi merah = 2 × 𝑝 × 𝑡 = 2𝑝𝑡

Luas 2 sisi hijau = 2 × 𝑝 × 𝑙 = 2𝑝𝑙


Luas 2 sisi kuning = 2 × 𝑙 × = 2𝑙𝑡

Sehingga :

Luas Permukaan Balok = 2 × 𝑝𝑡 × 𝑝𝑙 × 𝑙𝑡 = 2(𝑝𝑡 + 𝑝𝑙 + 𝑙𝑡)

Volume balok

Gambar 2.8 Balok

Balok adalah bangun ruang tiga dimensi yang tersusun oleh 3 pasang segi

empat (persegi atau persegi panjang) dan paling sedikit mempunyai 1

pasangan sisi segi empat yang mempunyai bentuk yang berbeda. Untuk

menemukan rumus volume balok dengan menghitung

panjang x lebar x tinggi balok, misalkan p = panjang balok,l = lebar balok,

dan t = tinggi balok maka:

Volume Balok = p x l x t

3) Prisma

Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar. Dua

bidang sejajar itu dinamakan bidang alas dan bidang atas.


Gambar 2.9 Macam-macam Prisma

Bangun-bangun ruang pada gambar 2.9 mempunyai bidang alas dan

bidang atas yang sejajar dan kongruen. Sisi lainnya berupa sisi tegak

berbentuk jajargenjang atau persegi panjang yang tegak lurus ataupun

tidak tegak lurus terhadap bidang alas dan bidang atasnya. Bangun seperti

itu dinamakan prisma. Berdasarkan bentuk alasnya, terdapat prisma

segitiga, prisma segi empat, prisma segi lima, dan seterusnya. Jika alasnya

berupa segi n beraturan maka disebut prisma segi n beraturan.

Unsur-unsur Prisma:

Tinggi prisma sama dengan panjang


rusuk tegak

F
D
Tinggi
E
Sisi atap

C
A
Sisi alas
B
Gambar 2.10 Unsur-unsur prisma segitiga ABC.DEF

Perhatikan gambar 2.10 prisma tegak segitiga ABC.DEF didapat:

1. Titik A, B, C, D, E, dan F adalah titik sudut prisma.

2. ABC adalah bidang alas prisma.

3. DEF adalah bidang atap prisma.


4. Bidang ACFD, BCFE, dan ABED adalah sisi tegak prisma.

5. Memiliki 9 rusuk AD, BE, AB,AC, BC, DE, EF, DF, dan CF.

6. Ada 6 diagonal bidang yaitu AF, CD, BF, CE, AE, dan BD.

Sifat-sifat prisma

1. Prisma memiliki bentuk alas dan atap yang kongruen.

2. Setiap sisi bagian samping prisma berbentuk persegi panjang.

3. Prisma memiliki rusuk tegak. Dalam kondisi lain, ada juga prisma yang

rusuknya tidak tegak, prisma tersebut disebut prisma sisi miring.

4. Setiap diagonal bidang pada sisi yang sama memiliki ukuran yang

sama.

Jaring-jaring prisma

Berikut ini merupakan jaring-jaring prisma segitiga.

Gambar 2.11 Jaring-jaring prisma segitiga

Luas Permukaan Prisma


Sama seperti kubus dan balok luas permukaan prisma dapat dihitung

menggunakan jaring-jaring prisma yaitu dengan menjumlahkan semua

luas bangun datar pada jaring-jaring prisma. Perhatikan gambar 2.10

terlihat bahwa prisma segitiga ABC.DEF memiliki sepasang segitiga yang

identik dan tiga buah persegipanjang sebagai sisi tegak. Dengan demikian,

luas permukaan prisma segitiga tersebut adalah:

Luas Permukaan Prisma ¿ (luas ΔABC +¿ luas ΔDEF) +¿ (luas EDAB

+¿ luas DFCA +¿ luas FEBC)

¿ (2 x luas Δ) +¿ (luas EDAB +¿ luas DFCA +¿

luas FEBC)

¿ (2 x luas alas) +¿ (jumlah luas bidang tegak)

Jadi, luas permukaan prisma dapat dinyatakan dengan rumus sebagai

berikut:

Luas Permukaan Prisma ¿ (2 x luas alas) +¿ (jumlah luas bidang tegak)

Atau

Luas Permukaan Prisma = ¿luas alas) +¿ (keliling alas x tinggi)

Volume prisma

Coba perhatikan balok pada gambar 2.12 yang diiris menjadi dua prisma

segitiga tegak. Prisma-prisma segitiga tegak (ii) dan (iii) sama bentuk dan

ukurannya, sehingga jumlah volume kedua prisma segitiga tegak itu sama

dengan volume balok.


(i) (ii) (iii)

Gambar 2.12 balok dan prisma segitiga

Volume balok = volume prisma segitiga tegak (ii) +¿ volume prisma

segitiga tegak (iii)

Volume balok = 2 xvolume prisma segitiga tegak

1
Volume prisma segitiga tegak = x volume balok
2

1
= x ( p x l x t)
2

1
= x ( p x l) x t
2

1
Periksalah x ( p x l) adalah luas alas prisma yang berbentuk segitiga.
2

1
Bila luas sisi alas dinamakan A, maka A= ( p x l ), sehingga volume
2

prisma segitiga tegak sebagai berikut :

Volume Prisma¿ A x t

4) Limas

Limas adalah bangun ruang yang alasnya berbentuk segi banyak (segitiga,

segi empat, atau segi lima) dan bidang sisi tegaknya berbentuk segitiga
yang berpotongan pada satu titik. Berikut ini adalah gambar macam-

macam prisma segi-n.

Gambar 2.13 Macam-macam Limas

Seperti halnya prisma, pada limas juga diberi nama berdasarkan bentuk

bidang alasnya. Jika alasnya berbentuk segitiga maka limas tersebut

dinamakan limas segitiga. Jika alas suatu limas berbentuk segi lima

beraturan maka limas tersebut dinamakan limas segi lima beraturan.

Unsur-unsur limas

Tinggi limas adalah jarak dari


puncak limas ke sisi (bidang) alas

Tinggi
sisi Tinggi
tegak limas
limas

Tinggi sisi tegak limas adalah


jarak dari titik puncak limas ke
salah satu rusuk sisi alas.
Gambar 2.14 Unsur-unsur limas F.ABCD

1. Sisi/Bidang

Setiap limas memiliki sisi samping yang berbentuk segitiga. Pada gambar

2.14 sisi-sisi yang terbentuk adalah ABCD (sisi alas), ABE (sisi belakang),

DCF (sisi depan), BCF (sisi samping kanan), dan ACF (sisi samping kiri).

2. Rusuk
Perhatikan gambar 2.14 Limas F.ABCD tersebut memiliki 4 rusuk alas dan

4 rusuk tegak. Rusuk alasnya adalah AC, CD,BD, dan AB. Adapun rusuk

tegaknya adalah AF, CF, DF, dan BF.

3. Titik Sudut

Jumlah titik sudut suatu limas sangat bergantung pada bentuk alasnya.

Setiap limas memiliki titik puncak (titik yang letaknya atas). Limas

segitiga memiliki 4 titik sudut, limas segiempat memiliki 5 titik sudut,

limas segilima memiliki 6 titik sudut, dan limas segienam memiliki 7 titik

sudut.

Jaring-jaring limas

Jaring-jaring limas segiempat:

Gambar 2.15 Jaring-jaring

Luas permukaan limas

Perhatikan Gambar 2.14 menunjukkan limas segi empat F.ABCD dengan

alas berbentuk persegi panjang. Seperti menentukan luas permukaan


prisma, dalam menentukan luas permukaan limas dapat dilakukan dengan

mencari luas jaring-jaring limas tersebut.

Luas Permukaan Limas ¿Luas persegi ABCD+¿Luas∆ FAB +¿Luas

∆ FBD +¿Luas∆ FAC +¿Luas∆ FCD ¿

¿Luas alas+¿Jumlah luas seluruh sisi tegak

Jadi, Luas Permukaan Limas ¿ Luas alas+¿Jumlah luas seluruh sisi tegak

Volume limas

Perhatikan Gambar berikut ini:

(i) (ii)
Gambar 2.16 Kubus dan limas

Pada gambar 2.16 (i) tersebut menunjukkan kubus yang panjang rusuknya

2 a dengan keempat diagonal ruangnya berpotongan di satu titik yaitu titik

T, sehingga terbentuk enam buah limas yang kongruen seperti gambar

2.16 (ii). Jika volume limas masing-masing adalah:

1
Volume limas ¿ x volume kubus
6

1
¿ x 2a x 2 a x 2 a
6
1
¿ x (2 a)2 x 2 a
6

1 2
¿ x (2 a ) x a
3

1
¿ x luas alasxtinggi
3

1
Jadi dapat disimpulkan volume limas ¿ x luas alasxtinggi
3

b. Indikator Pencapaian Kompetensi pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar

1) Membuat jaring-jaring kubus dan balok

2) Menemukan turunan rumus luas permukaan balok dan kubus

3) Menghitung luas permukaan kubus dan balok

4) Mengetahui jarring-jaring prisma sehingga dapat menemukan turunan

rumus luas permukaanya

5) Menemukan syarat-syarat tertentu yang harus diketahui pada suatu soal agar

luas permukaan limas bisa ditentukan

6) Menemukan pola tertentu untuk mengetahui turunan rumus volume kubus

dan balok

7) Menghitung volume kubus dan balok

8) Memahami proses dalam menemukan rumus volume prisma dan limas

9) Menghitung volume prisma dan limas

10) Menemukan hubungan antara diagonal ruang, diagonal bidang, dan bidang

diagonal dalam bangun ruang sisi datar


11) Menemukan panjang diagonal ruang, diagonal bidang, dan bidang diagonal

12) Menghitung luas permukaan bangun ruang sisi datar gabungan

13) Menghitung volume bangun ruang sisi datar gabungan

Berdasarkan Indikator Pencapaian Kompetensi materi Bangun Ruang

Sisi Datar, maka saya dalam penelitian ini memakai Indikator Pencapaian

Kompetensi untuk butir soal tes sebagai berikut :

1) Membuat jaring-jaring kubus dan balok

2) Menghitung luas permukaan kubus dan balok

3) Memahami proses dalam menemukan rumus volume prisma dan limas

4) Menghitung volume kubus dan balok

5) Menghitung volume prisma dan limas

6) Menghitung volume dan luas bangun ruang sisi datar gabungan

2. Pendekatan Problem Solving

a. Pengertian Pendekatan Problem Solving

Problem solving berasal dari kata bahasa Inggris yang terdiri dari dua

kata yaitu problem dan solving. Mengartikan problem sebagai persoalan,

sedangkan solving berasal dari kata solve yang artinya memecahkan (Echols,

1990). Dapat disimpulkan bahwa problem solving diartikan sebagai

memecahkan masalah atau pemecahan masalah. (Polya, 1981) menyatakan

bahwa “solving a problem means finding wau out a difficulty” (pemecahan

suatu masalah merupakan usaha dalam mencari solusi dari suatu kesulitan).
Sedangkan menurut (Jacobsen et al., 2009) mendefinisikan bahwa pendekatan

problem solving sebagai salah suatu pendekatan yang menuntut guru untuk

membantu siswa dalam belajar memecahkan masalah melalui pengalaman

pembelajaran hands on.

b. Langkah-langkah Pendekatan Problem Solving

1) (Polya, 1973) menyatakan langkah-langkah problem solving, yaitu: (a)

understand the problem, (b) make a plan, (c) carry out our plan, dan (d)

look back at the completed solution.

2) Hayes dalam (Nasution, 2019) menyatakan langkah-langkah problem

solving , yaitu: (a) identifying the problem (mengidentifikasi masalah), (b)

representation of the problem (representasi masalah), (c) planning the

solution (merencanakan penyelesaian), (d) execute the plan (merealisasi

rencana), (e) evaluate the plan (mengevaluasi rencana), dan (f) evaluate the

solution (mengevaluasi penyelesaian).

3) (Ruseffendi, 1980) memberikan lima langkah problem solving , yaitu: (a)

merumuskan permasalahan dengan jelas, (b) menyatakan kembali suatu

persoalan dalam bentuk yang dapat diselesaikan, (c) menyusun hipotesis

(sementara) dan startegi pemecahannya, (d) melaksanakan prosedur

pemecahan, dan (e) melakukan evaluasi terhadap penyelesaian.


4) Eggen dan Kauchak (1996: 50) memberikan lima langkah dalam problem

solving yaitu: (a) identifikasi masalah, (b) merumuskan masalah, (c)

pemilihan strategi, (d) pelaksanaan strategi, dan (e) evaluasi hasil.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang langkah-langkah Pendekatan

Problem Solving di atas, maka dalam penelitian ini saya memilih langkah

pembelajaran (Polya, 1973) sebagai acuan pembelajaran dalam mempelajari

materi SPLDV, yaitu sebagai berikut :

1) Memahami masalah (understand the problem)

Pada tahap ini masalah harus diyakini benar, dengan cara dibaca

berulang-ulang, dan dapat ditanyakan sendiri beberapa hal, seperti apa

yang diketahui, apa yang tidak diketahui, bagaimana hubungan antara

yang diketahui dan apa yang tidak diketahui, dan lain-lain, untuk

meyakinkan diri, bahwa masalah sudah dipahami dengan baik.

2) Membuat rencana pemecahan masalah (make a plan)

Menghubungkan informasi yang diberikan dengan yang tidak

diketahui, dan memungkinkan untuk dihitung variabel yang tidak

diketahui tersebut. Sehingga dapat berguna untuk membuat pertanyaan,

bagaimana hal yang diketahui akan saling dihubungkan untuk

mendapatkan hal yang tidak diketahui.

3) Melaksanakan rencana (carry out our plan)


Dalam melaksanakan rencana harus diperiksa terlebih dahulu

setiap langkah yang ada pada langkah kedua dan kemudian menuliskannya

dengan lengkap untuk memastikan bahwa langkahnya sudah benar.

4) Memeriksa kembali jawaban (look back at the completed solution)

Pada langkah ini, setiap jawaban ditinjau kembali, apakah sudah

diyakini kebenarannya, dan ditinjau ulang apakah solusi yang digunakan

dievaluasi terhadap kelemahankelemahannya.

c. Tujuan pendekatan problem solving

Tujuan dari pendekatan problem solving menurut (Hudoyo, 2003) yaitu :

1) Siswa terampil dalam menganalisis informasi dari suatu persoalan

2) Meningkatkan intelektual siswa

3) Siswa belajar bagaimana proses penemuan

d. Kelebihan dan Kekurangan pendekatan problem solving

Kelebihan pembelajaran problem solving menurut Sukoriyanto dalam (Anwar

& Asriani, 2013) yaitu:

1) Dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis siswa

2) Siswa semakin terampil mencari berbagai jalan keluar dari permasalahan

yang dihadapi

3) Dapat memudahkan siswa dalam menganalisis suatu permasalahan

4) Dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa dalam mempelajari ilmu

matematika
Sedangkan kelemahan pembelajaran problem solving yaitu :

1) Memerlukan waktu yang cukup banyak

2) Dalam diskusi kelompok siswa yang pandai lebih mendominasi sedangkan

siswa yang kurang pandai akan cenderung pasif.

3. Software GeoGebra

a. Pengertian Software Geogebra

Geogebra merupakan salah satu software penunjang pembelajaran

matematika. Geogebra diciptakan untuk membantu siswa dalam mempelajari

materi matematika, digunakan sebagai alat media pembelajaran, alat bantu

membuat bahan ajar, menyelesaikan soal matematika terutama bangun ruang

sisi datar, dan juga siswa dapat membuat kontruksi masalah matematika dan

memecahkannya sendiri (Hohenwarter & Fuchs, 2005). Geogebra dapat di

instal dengan bebas dan penggunaannya itu dapat dilakukan secara offline

maupun online. Bagi guru Geogebra memberikan kesempatan yang efektif

dalam lingkungan belajar online interaktif yang memungkinkan siswa

mengeksplorasi berbagai konsep-konsep matematika (Hohenwarter & Fuchs,

2005).

Geogebra dapat digunakan sebagai pembelajaran dan sebagai alat

pengajaran sehingga dapat membuat pembelajaran matematika menjadi lebih

interaktif dan menarik. Melalui software Geogebra siswa dapat


mengembangkan kreativitasnya dalam memecahkan suatu permasalahan

matematik sehingga dapat menciptakan suatu temuan baru.

b. Tools dalam Software Geogebra

Menurut (Ekawati, 2016) secara umum ada tiga bagian utama dari

tampilan software Geogebra yaitu:

1) Input bar

Input bar berfungsi untuk membuat objek, persamaan, dan fungsi baru yang

akan ditampilkan.

2) Tampilan aljabar

Tampilan aljabar berfungsi menampilkan mengedit semua objek dan fungsi

yang dibuat.

3) Tampilan grafik

Tampilan grafik berfungsi menampilkan dan mengedit objek dan grafik

dari suatu fungsi.


Gambar 2.17 Tiga Bagian Utama dari Tampilan Software Geogebra

Menu utama pada Geogebra yaitu terdiri dari :

a) File yang berfungsi untuk membuka, menutup, menyimpan, membagi,

mengekspor file, dan memprint.

b) Edit yang berfungsi untuk mengedit gambar.

c) View yang berfungsi untuk mengedit tampilan.

d) Options yang berfungsi untuk mengatur fitur tampilan.

e) Windows untuk membuka jendela baru.

f) Help berfungsi untuk membatu jika kesulitan dalam menjalankan Geogebra.

Berikut tampilan Geogebra 3D Graphics :


Gambar 2.18 Tampilan Geogebra 3D Graphics

Pada tampilan Geogebra 3D Graphics terdapat alat kontruksi yang berguna

untuk membuat gambar bangun ruang, menentukan volume dan luas bangun

ruang yang akan kita buat, berikut alat kontruksi pada Geogebra :

Gambar 2.19 Tools pada Geogebra 3D Graphics

c. Penggunaan Software Geogebra pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar

Contoh Soal :

Diketahui limas persegi dengan keliling alas 32 cm dan tinggi 3 cm.

tentukanlah volume limas tersebut !

Langkah-langkah Penyelesaian :

1) Menentukan sisi persegi

Keliling alas=keliling persegi

4 s=32 cm
32 cm
s=
4

s=8 cm

2) Menggambar alas limas

Masuk ke software Geogebra dengan tampilan seperti gambar berikut ini.

Gambar

2.20 Tampilan geogebra

Menggambar alas limas pada software geogebra dengan menginput titik

(0,0), (8,0), (0,8), dan (8,8). Kemudian satukan keempat titik tersebut

sehingga membentuk bangun datar persegi dengan mengklik tools polygon

seperti gambar 2.21 berikut ini.

polygon
Gambar 2.21 Alas limas persegi pada software Geogebra

3) Menggambar limas persegi

Masuk ke menu 3D graphics dan klik tools extrude to pyramid, lalu klik

alas limas dan masukan tinggi limasnya 8 cm sehingga tampilannya menjadi

seperti gambar 2.22 (ii) berikut.

(i)
(ii)

Gambar 2.22 Limas persegi pada software Geogebra

4) Menentukan volume limas persegi

Klik tools volume, kemudian klik bangun ruang limas perseginya sehingga

otomatis akan muncul nilai volume limas tersebut seperti gambar 2.23

berikut ini.
Gambar 2.23 Volume limas persegi pada software Geogebra

4. Pembelajaran Daring

a. Pengertian pembelajaran daring

Menurut (Mustofa et al., 2019) pembelajaran daring merupakan

sebuah inovasi pendidikan yang melibatkan unsur teknologi informasi dalam

pembelajaran. Pembelajaran daring merupakan sistem pendidikan jarak jauh

dengan sekumpulan metoda pengajaran dimana terdapat aktivitas pengajaran

yang dilaksanakan dengan terpisah dari kegiatan belajar. Menurut

(Alessandro, 2018) bahwa pembelajaran daring dilakukan melalui jejaring

internet dan web 2.0, sehingga pembelajaran daring dilakukan meggunakan

teknologi sebagai sarana dan jaringan internet sebagai sistem.

b. Platform yang digunakan

1) Zoom Meeting

Zoom meeting merupakan media pembelajaran menggunakan video.

Aplikasi ini didirikan oleh Eric Yuan yang diresmikan tahun 2011 dengan

kantor pusatnya berada di San Jose, California (Haqien & Rahman, 2020).

Melalui aplikasi zoom meeting dapat mempermudah penggunanya untuk

melakukan komunikasi secara virtual menggunakan video tanpa harus

bertatap muka langsung sehingga aplikasi ini sangat membantu dalam

pembelajaran daring saat ini karena semua orang dapat menggunakannya


dengan batas waktu 40 menit dan apabila memilki akun berbayar maka

tidak ada batasan waktu penggunaannya.

2) WhatsApp Group

WhatsApp merupakan media alat bantu untuk berinteraksi dalam

dunia maya dengan seseorang. Menurut (Yulianto et al., 2020) WhatsApp

group berfungsi untuk berbagi infromasi dan obrolan. Menurut Kusuma,

Wijaya & Hamidah dalam (Yulianto et al., 2020) WhatsApp group dapat

memberikan manfaat bagi guru dalam pembelajaran daring karena hemat

kuota dan dikenal dengan baik juga oleh siswa.

3) Google Classroom

Google Classroom diciptakan pada tahun 2014 melalui Google Apps

untuk pendidikan. Menurut (Azhar & Iqbal, 2018) bahwa “ The Google

Classroom application has advantages, including free to use, easy to use

for both teachers and students because of the appearance and use of social

media (Facebook, Twitter), and integreted with other Google applications,

such as google form, google drive, google doc, google slide, Youtube, and

others. Berdasarkan pendapat tersebut Google Classroom memiliki banyak

kelebihan yang dapat mempermudah sistem pembelajaran daring untuk

siswa dan guru.

4) Google Form
Google Form adalah suatu aplikasi berupa template formulir atau

lembar kerja yang pemanfaatannya bertujuan untuk mendapatkan informasi

pengguna (Mardiana & Purwanto, 2017). Google Form bekerja di dalam

penyimpanan awan seperti google sheet, google docs, dan lain-lain.

BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN


A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

menggambarkan upaya yang dilakukan oleh guru dalam memperbaiki kualitas

pembelajaran daring pada materi bangun ruang sisi datar dengan menggunakan

pendekatan problem solving berbantuan software Geogebra. Prosedur penelitian

yang saya lakukan adalah :

1. Tahap Persiapan

a. Studi pendahuluan

b. Menyusun instrumen

c. Menyusun perangkat pembelajaran RPP

d. Mengurus perizinan

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melakukan pembelajaran daring materi bangun ruang sisi datar melalui

zoom meeting, whatsapp group, google classroom , dan google form

sebanyak delapan kali pertemuan dengan menggunakan pendekatan

problem solving berbantuan software Geogebra.

b. Memberikan soal dan tes angket kepada siswa diakhir pertemuan melalui

google classroom dan google form.

3. Tahap Evaluasi

a. Mengumpulkan data

b. Mereduksi data

c. Analisis data
d. Penyusunan skripsi

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP kelas VIII di SMP 02

Cipongkor yang berjumlah 20 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa

perempuan. Penelitian ini dilaksanakan secara daring pada tanggal 6 Maret

sampai dengan 30 April 2021 melalui aplikasi zoom meeting,whatsapp, dan

classroom pada siswa SMP Negeri 02 Cipongkor yang berlokasi di Jl. Desa

Neglasari No.2, RT.002/RW.004, Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat.

Gambar 3.1 SMP Negeri 2 Cipongkor Gambar 3.2 subjek penelitian

Berdasarkan study pendahuluan yang saya lakukan, siswa-siswa memiliki

karakteristik sebagai berikut :

1. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran daring

2. Siswa cepat merasa bosan dan jenuh dalam belajar matematika melalui belajar

daring

3. Siswa belajar masih ketergantungan kepada guru

4. Siswa tidak mampu menyimpulkan informasi dari suatu konsep yang diberikan
5. Siswa tidak terlalu familiar dengan software geogebra

C. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini berupa :

a. Tes tertulis untuk mengukur pengetahuan siswa pada materi bangun ruang sisi

datar

b. Angket/Skala sikap untuk mengukur respon guru dan siswa (terbuka dan

tertutup)

c. Lembar observasi guru dan siswa

Berdasarkan fungsinya instrumen dalam penelitian ini digolongkan

menjadi dua kelompok, yaitu instrumen tes dan non tes. Adapun penjelasan dari

masing-masing instrumen tersebut, sebagai berikut :

a. Instrumen Tes

Instrumen tes dalam penelitian ini adalah soal uraian yang terdiri dari 7

butir soal. Soal tes diberikan setelah proses pembelajaran daring materi bangun

ruang sisi datar menggunakan pendekatan problem solving berbantuan

software geogebra selesai dilakukan. Tes ini bertujuan untuk mengukur

kemampuan pengetahuan siswa terhadap materi bangun ruang sisi datar setelah

melakukan pembelajaran daring menggunakan pendekatan problem solving

berbantuan software geogebra.

Penyusunan instrumen diawali dengan pembuatan kisi-kisi soal

disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi materi bangun ruang sisi


datar, kemudian menyusun soal dengan kunci jawabannya serta memberi

aturan penskoran. Kriteria pedoman penskoran dapat dilihat pada lampiran.

Instrumen tersebut kemudian dikonsultasikan dengan dosen

pembimbing agar memiliki validitas isi. sedangkan agar memiliki validitas

empiris maka instrumen tersebut diujicobakan untuk mengetahui validitas,

reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukarannya, yang dihitung melalui

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Validitas

Menurut (Hendriana & Soemarmo, 2014) validitas suatu butir tes

melukiskan derajat kesahihan atau korelasi (r ) skor siswa pada butir yang

bersangkutan dibandingkan dengan skor siswa pada seluruh butir. Untuk

menghitung validitas butir tes soal uraian, peneliti menggunakan rumus

korelasi product moment (Siyoto & Sodik, 2015) sebagai berikut :

N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy = 2 2
√ N ∑ X −( ∑ X ) . √ N ∑ Y − ( ∑ Y )
2 2

Keterangan :

r xy : koefisien koleasi

N : jumlah sampel

X : skor siswa pada suatu butir

Y : skor siswa pada seluruh butir


Adapun interpretasi untuk validasi instrumen disajikan dalam tabel

berikut.

Tabel 3.1
Interpretasi Validitas Soal
Besarnyar Tingkat Validitas
0,00¿ r xy ≤ 0,20 Sangat rendah
0,20¿ r xy ≤ 0,40 Rendah
0,40¿ r xy ≤ 0,60 Cukup
0,60¿ r xy ≤ 0,80 Tinggi
r
0,80 xy 1,00
¿ ≤ Tinggi

Dari hasil uji coba instrumen terhadap 28 siswa diperoleh validitas untuk

setiap butir soal sebagai berikut.

Tabel 3.2
Analisis Validasi Tiap Butir Soal
No. Soal r xy Interpretasi Validitas
1 0,42 Sedang
2 0,58 Sedang
3 0,46 Sedang
4 0,72 Tinggi
5 0,56 Sedang
6 0,78 Tinggi
7 0,63 Tinggi

Berdasarkan tabel 3.2 didapat bahwa instrumen tes soal nomor 1, 2, 3,

dan 5 memiliki interpretasi validasi sedang dan nomor soal 4, 6, dan 7

memiliki interpretasi validasi tinggi.

2. Reliabilitas

Menurut (Hendriana & Soemarmo, 2014) reliabilitas instrumen

adalah ketetapan instrumen dalam mengukur atau ketetapan siswa dalam


menjawab instrumen tersebut. Suatu alat ukur memiliki reliabilitas yang

memadai jika alat ukur tersebut diuji cobakan pada waktu yang berbeda,

pada sekelompok orang berbeda, oleh orang yang berbeda akan

memberikan hasil pengukuran yang sama. Dengan kata lain reliabilitas

soal berkaitan dengan suatu perangkat soal apabila diujikan kepada subjek

yang sama secara berulang kali menunjukkan keajegan atau kestabilan

hasil (Rahayu & Djazari, 2016). Untuk mengetahui reliabilitas tes tipe

uraian digunakan rumus Cronbach Alpha sebagai berikut.

k S t 2 − ∑ Si 2
r 11 = ×
k−1 St 2

Keterangan:

r 11 : koefisien reliabilitas

k : banyaknya butir soal

St : simpangan baku seluruh butir tes

Si : simpangan baku butir tes ke-1

Adapun kriteria interpretasi untuk reliabilitas soal disajikan dalam tabel

berikut.

Tabel 3.3
Interpretasi Reliabilitas Soal

Besar realibilitas Kriteria Reliabilitas


0,00<r 11 ≤ 0,20 Sangat rendah
0,20<r 11 ≤ 0,40 Rendah
0,40<r 11 ≤ 0,60 Cukup
0,60<r 11 ≤ 0,80 Tinggi
0,80<r 11 ≤ 1,00 Sangat tinggi atau Sempurna

Dari hasil uji coba instrumen diperoleh hasil perhitungan reliabilitas

instrumen soal sebagai berikut.

Tabel 3.4
Analisis Reliabilitas Instrumen Soal
No. Soal r 11 Interpretasi Reliabilitas
1
2
3
4 0,89 Sangat Tinggi
5
6
7

Berdasarkan tabel 3.4 diperoleh bahwa reliabilitas instrumen soal

memiliki interpretasi reliabilitas yang sangat tinggi.

3. Daya Pembeda

Menurut arikunto dalam (Wijayanto et al., 2016) daya pembeda

soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang

pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang bodoh

(berkemampuan rendah) . Untuk menghitung daya pembeda menggunakan

rumus (Hendriana & Soemarmo, 2014) sebagai berikut :

JB A−JB B
DP=
JS A . SMI

Keterangan :
DP : daya beda

JB A : jumlah skor kelompok atas suatu butir

JBB : jumlah skor kelompok bawah suatu butir

JS A : jumlah siswa kelompok atas/bawah (27 % dari jumlah seluruh

peserta tes)

SMI : skor maksimal ideal

Adapun kriteria interpretasi untuk daya pembeda disajikan dalam tabel

berikut.

Tabel 3.5
Klasifikasi Daya Pembeda

Besarnya DP Klasifikasi
0,00 ≤ DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 ≤ DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 ≤ DP ≤ 0,70 Baik
0,70 ≤ DP ≤ 1,00 Baik sekali

Dari hasil uji coba instrumen diperoleh daya pembeda untuk tiap butir

soal sebagai berikut.

Tabel 3.6
Analisis Daya Pembeda Tiap Butir Soal
No. Soal JB A JBB JS A SMI DP Klasifikasi
1 153 124 8 20 0,18 Jelek
2 148 73 8 30 0,31 Cukup
3 141 65 8 25 0,38 Cukup
4 117 15 8 15 0,85 Baik Sekali
5 96 52 8 25 0,22 Cukup
6 59 0 8 15 0,49 Baik
7 29 0 8 10 0,36 Cukup
Berdasarkan tabel 3.6 didapat bahwa soal nomor 1, memiliki kriteria daya

pembeda dengan klasifikasi jelek, soal nomor 2, 3, 5, dan 7 memiliki

kriteria daya pembeda dengan klasifikasi cukup, soal nomor 6 memiliki

kriteria daya pembeda dengan klasifikasi baik, dan soal nomor 4 memiliki

kriteria daya pembeda dengan klasifikasi baik sekali.

4. Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran (IK) suatu butir tes melukiskan perhitungan

proporsi jumlah skor jawaban benar pada butir tes yang bersangkutan

terhadap jumlah skor idealnya (Hendriana & Soemarmo, 2014). Sehingga

indeks kesukaran digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat

kesukaran dari suatu instrumen mulai dari mudah, sedang, dan sulit

(Wijayanto et al., 2016) . Rumus yang digunakan untuk menghitung

indeks kesukaran (Arikunto, 2009) yaitu sebagai berikut :

J A+ J B
IK =
2 JS A . SM I

Keterangan:

IK : indeks kesukaran

JB A : jumlah skor kelompok atas suatu butir

JBB : jumlah skor kelompok bawah suatu butir

JS A : jumlah siswa kelompok atas/bawah (27% dari jumlah seluruh

peserta tes)

SMI : skor maksimal ideal


Adapun kriteria interpretasi untuk daya pembeda disajikan dalam tabel

berikut.

Tabel 3.7
Klasifikasi Indeks kesukaran
Besarnya IK Keterangan
IK = 0,00 Terlalu Sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang
0,70 < IK < 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu Mudah

Dari hasil uji coba instrumen diperoleh indeks kesukaran tiap butir soal

sebagai berikut.

Tabel 3.8
Hasil perhitungan Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal
No. Soal IK Keterangan
1 0,87 Mudah
2 0,46 Sedang
3 0,52 Sedang
4 0,55 Sedang
5 0,37 Sedang
6 0,25 Sukar
7 0,18 Sukar

Dari tabel 3.8 diperoleh bahwa soal nomor 1 memiliki kriteria indeks

kesukaran dengan interpretasi mudah, soal nomor 2, 3, 4, dan 5 memiliki

kriteria indeks kesukaran dengan interpretasi sedang, sedangkan soal no 6

dan 7 memiliki kriteria indeks kesukaran dengan interpretasi sukar.


Berdasarkan hasil perhitungan validitas pada tabel 3.2, reliabilitas pada

tabel 3.4, daya pembeda pada tabel 3.6, dan indeks kesukaran pada tabel

3.8 maka diperoleh hasil rekapitulasi uji coba instrumen sebagai berikut.

Tabel 3.9
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes
No. Daya Indeks Kesimpulan
Validitas Reliabilitas
Soal Pembeda Kesukaran
1 Sedang Jelek Mudah Soal dipakai
2 Sedang Jelek Sedang Soal dipakai
3 Sedang Cukup Sedang Soal dipakai
4 Tinggi Baik Sedang Soal dipakai
Sangat
5 Sedang Jelek Sedang Soal dipakai
Tinggi
6 Tinggi Cukup Sukar Soal dipakai
7 Tinggi Cukup Sukar Soal dipakai

Berdasarkan tabel 3.9 tersebut maka dengan melihat interpretasi validitas,

reliabilitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran diperoleh kesimpulan

bahwa soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 digunakan dalam penelitian ini.

b. Instrumen Non Tes

1. Angket

Menurut (Riany et al., 2016) angket adalah salah satu alat evaluasi

berisi daftar sejumlah pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk

memberikan penilaian atau balikan terhadap suatu objek atau suatu

kegiatan dengan tujuan tertentu. Angket yang digunakan dalam penelitian

ini adalah angket tertutup bentuk check list berskala Likert. Dalam angket
tertutup responden menjawab pertanyaan dengan memilih jawaban yang

telah disediakan (Kusumaningrum et al., 2019). Angket diberikan kepada

siswa yang terdiri dari 34 pertanyaan positif dan negatif dan angket untuk

guru yang terdiri dari 34 pernyataan positif dan negatif. Angket diberikan

kepada siswa dan guru ketika seluruh kegiatan pembelajaran daring

menggunakan pendekatan problem solving berbantuan software geogebra

selesai diterapkan, agar diperoleh data respon siswa dan guru terhadap

pembelajaran yang telah dilakukan.

Pengolahan angket ini menggunakan skala Likert (Sunaryo, 2017)

yang disusun dengan menyajikan empat pilihan jawaban yaitu SS (Sangat

Setuju), S (Setuju), TS (Tidak setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).

Dibawah ini disajikan tabel rubrik penskoran skala Likert sebagai berikut.

Tabel 3.10
Rubrik Penskoran Angket Skala Likert

Alternatif Jawaban Bobot Penilaian


Positif (+) Negatif (-)
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

2. Lembar Observasi

Lembar observasi merupakan metode pengumpulan data yang

bertujuan untuk mengidentifikasi dan memahami semua peristiwa yang

terjadi berkaitan dengan sikap siswa dan guru selama kegiatan


pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut, menurut (Suryani et al., 2015)

lembar observasi digunakan untuk menuntut jawaban dalam bentuk

perilaku, tindakan, dan perbuatan. Lembar observasi bertujuan untuk

mengetahui keterlaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan racangan

perangkat pembelajaran (Roliza et al., 2018). Pada penelitian ini observasi

dilakukan terhadap siswa dan guru. Observasi terhadap siswa dilakukan,

untuk mengetahui sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran yang

diberikan guru sesuai langkah-langkah pembelajaran menggunakan

pendekatan problem solving berbantuan software geogebra. Observasi

terhadap guru dilakukan, untuk mengetahui karakteristik guru dalam

mengajar dengan kesesuaian guru terhadap pembelajaran menggunakan

pendekatan problem solving berbantuan software geogebra.

D. Prosedur Pengolahan Data

Seluruh data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan Microsoft

excel untuk mengetahui deskripsi sejauh mana pemahaman materi Bangun Ruang

Sisi Datar pada siswa kelas VIII-C SMP Negeri 02 Cipongkor, deskripsi

implementasi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Problem Solving

berbantuan Software Geogebra, serta deskripsi kendala-kendala yang dihadapi

guru pada saat melaksanakan pembelajaran daring.

1. Tes
Tes yang diberikan kepada siswa dalam bentuk soal uraian kemudian

diperiksa untuk dilakukan penskoran, dan dicari persentase rata-rata dengan

rumus sebagai berikut:

Jumlah nilai seluruh siswa


x= x 100 %
Jumlah siswa

Keterangan

x : Persentase rata-rata tiap butir soal

Siswa dikatakan tuntas jika nilainya ≥ nilai KKM. Adapun nilai KKM

yang ditetapkan disekolah tersebut saat dilakukan penelitian adalah 70. Jadi,

siswa dikatakan memenuhi kriteria ketuntasan minimal, jika nilai yang

diperoleh ≥70. Adapun presentasi siswa yang mencapai KKM dapat dihitung

menggunakan rumus berikut :

banyak siswalulus KKM


Persentase siswa mencapai KKM ¿ x 100 %
banyak siswa seluruhnya

Persentase tesebut kemudian dikonversikan ke dalam data kualitatif.

Adapun cara untuk mengkonversi skor presentase menjadi data

kualitatif yaitu dengan menentukan skor interval melalui persamaan berikut

(Widoyoko, 2009)

t−r
Ji=
Jk
Keterangan:
Ji = Jarak interval

t = Skor tertinggi (100%)

r = Skor terendah (0%)


Jk = Jumlah kelas interval

Berdasarkan persamaan diatas, maka diperoleh pedoman konversi

interval dengan kriteria sebagai berikut.

Tabel 3.11
Pedoman Konversi Interval Persentase Menjadi Kategori
No Persentase Kategori
(%)
1 80 ¿ X ¿100 Sangat Baik
2 60 ¿ X≤ 80 Baik
3 40 ¿ X ≤ 60 Cukup
4 20 ¿ X ≤ 40 Kurang
5 0 ¿ X ≤ 20 Sangkat Kurang

Berdasarkan kriteria pada tabel 3.11 maka persentase siswa mencapai

KKM minimal memenuhi kriteria baik yaitu paling sedikit ada 60% dari total

yang memenuhi nilai KKM yang telah ditetapkan yaitu 70.

2. Angket

Data yang didapat dari hasil angket guru dan siswa dioleh

menggunakan rumus berikut:

x=
∑X
n

Nilai rata-rata total skor yang diperoleh dari setiap pernyataan angket,

kemudian dikonversikan dalam bentuk kriteria, sehingga harus disusun tabel

klasifikasi kriteria penilaian dari angket respon guru dan siswa. Klasifikasi

penilaian angket respon guru dan siswa disajikan dalam tabel berikut

(Widoyoko, 2009).
Tabel 3.12
Klasifikasi Penilaian Angket Respon Guru dan Siswa
No Rentang Skor Kriteria
1 X ≥ X 1+1,5 sbi Sangat Baik
2 X 1+0,5 sbi< X ≤ X 1+1,5 sbi Baik
3 X 1−0,5 sbi< X ≤ X 1+ 0,5 sbi Cukup Baik
4 X 1−1,5 sbi< X ≤ X 1−0,5 sbi Kurang Baik

Keterangan :

X 1 = Mean ideal

1
= (skor maksimal ideal + skor minimal ideal )
2

sbi = Simpangan baku ideal

1
= (skor maksimal ideal - skor minimal ideal )
6

X = Skor empiris

Berdasarkan format angket guru dan siswa yang digunakan, skor

maksimal ideal adalah 4 dan skor minimal ideal adalah 1. Maka berdasarkan

tabel 3.12 diperoleh tabel klasifikasi penilaian angket respon guru dan siswa

sebagai berikut.

Tabel 3.13
Kriteria Penilaian Angket Respon Guru dan Siswa
No Rentang Skor Kriteria
1 X >3,25 Sangat Baik
2 2,75< X ≤ 3,25 Baik
3 2,25< X ≤ 2,75 Cukup Baik
4 1,75< X ≤ 2,25 Kurang Baik

3. Lembar Observasi

Penilaian observasi aktivitas guru diperoleh dalam bentuk kategori

yang terdiri dari empat pilihan tanggapan yaitu sangat baik (4), baik (3),

cukup baik (2), dan kurang baik (1). Data yang didapat dari hasil observasi

aktivitas guru kemudian diolah dengan menghitung rata-rata skor total dari

setiap pertemuan dengan menggunakan rumus :

x=
∑X
n

Nilai rata-rata total skor yang diperoleh dari setiap aspek yang

diobservasi kemudian dikonversikan dalam bentuk kriteria, sehingga harus

disusun tabel klasifikasi kriteria penilaian dari hasil observasi guru tersebut.

tabel kriteria penilaian observasi aktivitas guru menggunakan rumus seperti

pada tabel 3.12.

Sehingga diperoleh tabel klasifikasi penilaian observasi aktivitas guru

sebagai berikut.

Tabel 3.14
Kriteria Penilaian Observasi Aktivitas Guru
No Rentang Skor Kriteria
1 X >3,25 Sangat Baik
2 2,75< X ≤ 3,25 Baik
3 2,25< X ≤ 2,75 Cukup Baik
4 1,75< X ≤ 2,25 Kurang Baik

Sedangkan untuk penilaian lembar observasi aktivitas siswa, setiap

indikator penilaiannya dihitung dengan rumus persentase sebagai berikut

(Sugandi, 2001).

Q
P= x 100 %
R

Keterangan :

P = Persentase kompenen yang diobservasi

Q = Nilai komponen yang diobservasi

R = Jumlah seluruh komponen yang diobservasi

Hasil persentase tersebut kemudian dikonversikan ke dalam data

kualitatif dengan cara yang sama seperti sebelumnya, yaitu dengan

menentukan skor interval menggunakan persamaan berikut.

t−r
Ji=
Jk

Keterangan:

Ji = Jarak interval

t = Skor tertinggi (100%)

r = Skor terendah (0%)

Jk = Jumlah kelas interval

Berikut tabel kriteria penilaian observasi aktivitas siswa.


Tabel 3.15
Pedoman Konversi Interval Persentase Menjadi Kategori
No Persentase Kategori
(%)
1 80 ¿ X ¿100 Sangat Baik
2 60 ¿ X≤ 80 Baik
3 40 ¿ X ≤ 60 Cukup
4 20 ¿ X ≤ 40 Kurang
5 0 ¿ X ≤ 20 Sangkat Kurang

Hasil yang diperoleh pada setiap pertemuan kemudian dibandingan, apakah

ada peningkatan atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai