Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

STRUKTUR BETON BERTULANG III


“Perbandingan Beton Prategang dengan Beton
Bertulang “

Dosen Pengampu :
Eka Purnamasari, ST, MT

Nama : Saldy Anwar Muhammad


NPM : 17640122
Kelas : Non Reguler (BJM)

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN


MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI
TEKNIK SIPIL
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap
mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya
dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan
fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan
di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan
aspal alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun
bangunan kuno yang dijumpai di Pulau Buton.
Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi beton sejak zaman dahulu. Sebelum
mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan
hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman
Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas
dinamai pozzuolana. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan
(tahun 1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.
Material itu sendiri adalah benda yang dengan sifat-sifatnya yang khas dimanfaatkan
dalam bangunan, mesin, peralatan atau produk. Dan Sains material yaitu suatu cabang ilmu
yan meliputi pengembangan dan penerapan  pengetahuan yang mengkaitkan komposisi,
struktur dan pemrosesan material dengan sifat-sifat kegunaannya. Semen termasuk
material yang sangat akrab dalam kehidupan kita sehari-hari.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa itu beton prategang ?
b. Bagaimana perbedaan beton prategang dan beton bertulang ?

1.3 Tujuan
Makalah ini di buat bertujuan untuk mengetahui informasi tentang beton prategang
baik dari pengertian, perbedaan maupun prinsipnya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Beton


Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan
atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Dalam pengertian
umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral
kemudian diikat semen bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan
air, maupun perbandingan pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada
penggunaan yang khas, perlu dipilih bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat.
Kelebihan dan kekurangan beton dibanding dengan bahan bangunan lain yaitu :
A. Kelebihan
- Harganya relatif murah karena menggunakan bahan lokal.
- Mempunyai kekuatan tekan yang tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap
pengkaratan atau pembusukan oleh kondisi lingkungan.
- Adukan beton mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk dan ukuran sesuai
keinginan.
- Kuat tekan beton jika dikombinasikan dengan baja akan mampu memikul beban
yang berat.
- Adukan beton dapat disemprotkan di permukaan beton lama yang retak maupun
diisikan ke dalam retakan beton dalam proses perbaikan. Selain itu dapat pula
dipompakan ke tempat yang posisinya sulit.
- Biaya perawatan yang cukup rendah karena termasuk tahan aus dan tahan
kebakaran.

B. Kekurangan
- Beton memiliki kuat tarik yang rendah sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu
diberi baja tulangan, atau tulangan kasa (meshes).
- Adukan beton menyusut saat pengeringan sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion
joint) untuk stuktur yang panjang untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan
pengembangan beton.

2
- Beton keras (beton) mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu,
sehingga perlu dibuat dilatasi untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat
perubahan suhu.
- Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air,
dan air yang membawa kandungan garam dapat merusak beton.
- Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan di detail secara
seksama agar setelah dikomposisikan dengan baja tulangan menjadi bersifat
daktail, terutama pada struktur tahan gempa.

2.1.1 Pengertian Beton Bertulang


Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak
kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan direncakan
berdasarkan asumsi bahwa kedua bahan bekerja sama dalam memikul gaya-gaya.

2.1.2 Pengertian Beton Prategang


Beton prategang adalah beton yang mengalami tegangan internal dengan besar dan
distribusi sedemikian rupa sehingga dapat mengimbangi sampai batas tertentu tegangan
yang terjadi akibat beban eksternal. Dalam definisi lain, beton prategang merupakan beton
bertulang yang telah diberikan tegangan tekan dalam untuk mengurangi tegangan tarik
potensial dalam akibat beban kerja. (SNI 03-2847-2002).
Beton prategang juga dapat didefinisikan sebagai beton dimana tegangan tariknya pada
kondisi pembebanan tertentu dihilangkan atau dikurangi sampai batas aman dengan 
pemberian  gaya  tekan  permanen,  dan  baja  prategang  yang  digunakan untuk keperluan
ini ditarik sebelum beton mengeras (pratarik) atau setelah beton mengeras (pascatarik).

Beton prategang merupakan beton hasil pabrikan (precast) yang didesain sedemikan rupa
yang fungsinya sebagai komponen structural yang langsung menerima beban-beban lalu
lintas setelah slab yang kemudian menyalurkan beban ke kolom dan diteruskan ke pondasi.
Dengan menggunakan konsruksi beton prategang, girder dapat didesain dengan efektif dan
efisien juga ekonomis namun mampu menanggung beban konstruksi yang telah
direncanakan, sedangkan penggunaan beton bertulang biasa akan menyebabkan dimensi
beton dan baja tulangan untuk girder sangat besar yang mengakibatkan konstruksi tidak

3
lagi efektif, efisien dan ekonomis. Pada balok girder biasa dilakukan proses penegangan
yang sering disebut dengan stressing.

Stressing balok girder merupakan proses penarikan kabel tendon yang ada didalam girder
untuk menjadikan girder sebagai beton prategang. Pemberian tegangan pada kabel tendon
(stressing) dapat dilakukan dengan dua sistem, yaitu : Pre-tensioning dan Post-tensioning.

Pre-tensioning, merupkan prinsip penegangan yang dilakukan sebelum tendon dicor atau
sebelum beton mengaras diberi gaya prategang.

Pos-tensioning, merupakan pinsip penegangan yang dilakukan dengan kondisi beton


terlebih dahulu dicor dan dibiarkan mengeras sebelum diberi gaya prategang.

Berikut spesifikasi tiap-tiap tendon:


a. Tendon 1, terdiri dari 7 strand, Ø 12,7 mm
b. Tendon 2, terdiri dari 20 strand, Ø 12,7 mm
c. Tendon 3, terdiri dari 20 strand, Ø 12,7 mm
d. Tendon 4, terdiri dari 20 strand, Ø 12,7 mm

Tahap 1 = stressing tendon 2 sampai dengan 100 % JF (Jacking Force)


Tahap 2 = stressing tendon 3 sampai dengan 25 % JF (Jacking Force)
Tahap 3 = stressing tendon 4 sampai dengan 50 % JF (Jacking Force)
Tahap 4 = stressing tendon 3 sampai dengan 75 % JF (Jacking Force)
Tahap 5 = stressing tendon 4 sampai dengan 100 % JF (Jacking Force)
Tahap 6 = stressing tendon 3 sampai dengan 100 % JF (Jacking Force)
Tahap 7 = stressing tendon 1 sampai dengan 100 % JF (Jacking Force)

4
2.2 Diagram Alir
Diagram alir dalam penulisan makalah ini adalah :

Pengertian
Beton

Kelebihan dan Kekurangan Beton

Beton Beton
Prategang Bertulang

Perbedaan Beton
Prategang dengan
Beton Betulang

Kesimpulan

5
2.3 Perbedaan Beton Bertulang dengan Beton Prategang
Beton Bertulang Konvensional Beton Prategang
Beton dan tulangan baja normal Beton dan baja mutu tinggi
Penampang tidak efektif Penampang efektif bekerja
Mengalami retak Tanpa retak
Sengkang tidak menentukan > dapat dipikul
Gaya geser yang besar > sengkang
oleh kelengkungan kabel
Penampang gemuk / lebar > berat Penampang ramping > ringan
Struktur lebih berat Berat menjadi lebih ekonomis
Beton mutu tinggi & baja mutu tinggi
Penggunaan beton mutu tinggi >
menghasilkan struktur yang ekonomis akibat
menghasilkan tulangan yang banyak
berat yg berkurang
Gaya prategang memberikan kontribusi
Tulangan tidak memberikan kontribusi
terhadap perlawanan lendutan akibat beban
terhadap lendutan
mati dan hidup
Korosi terjadi akibat retak beton Tanpa retak >> tidak terjadi korosi
Beban repetisi tidak mempengaruhi Beban repetisi mempengaruhi tulangan
tulangan pada umur struktur prategang dan umur struktur
Proses produksi >> metoda khusus / rumit,
Proses produksi >> konvensional, lebih
lebih mahal, penggunaan alat dan skill pekerja
murah, penggunaan alat serta pekerja lebih
khusus dan supervisi yang ketat, tingkat
sedikit dan supervisi yang konvensional
ketelitian yang tinggi
Keruntuhan struktur sebelum batas runtuh
Keruntuhan struktur tanpa peringatan
dapat terdeteksi

BAB III

6
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau
tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan penyusun beton
tersebut pun memiliki banyak banyak klasifikasi yang berdasarkan kegunaan, bentuk, dan
ukuran yang mana telah diuraikan pada bagian pembahasan. Beton prategang cukup
banyak digunakan dalam konstruksi di Indonesia karena penggunaan struktur beton
prategang dinilai mempunyai banyak keuntungan antara lain :
1. Strukur lebih ringan, langsing dan kaku.
2. Gaya prategang dapan mencegah atau mengurangi retak yang selanjutnya dapat
mencegah terjadinya korosi pada baja sehingga struktur lebih tahan terhadap
lingkungan yang korosif.
3. Lintasan tendon dapat diatur agar berkontribusi dalam menahan gaya lintang.
4. Penghematan maksimum dapat dicapai pada struktur bentang panjang yang akan
lebih ekonomis bila dibandingkan dengan struktur beton bertulang biasa dan struktur
baja.
5. Dapat digunakan untuk struktur pracetak yang dapat memberikan jaminan kualitas
yang lebih baik kemudian dan kecepatan dalam pelaksanaan konstruksi serta biaya
awal yang lebih rendah.

Anda mungkin juga menyukai