Anda di halaman 1dari 2

Pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap Kejadian PTSD

Muhamad Yusuf Junaedi1, Cecep Sugeng K2


1
Residen Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa FK-KMK Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
2
Staf Pengajar Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa FK-KMK Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Pendahuluan
Post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah kondisi kesehatan mental berat yang
disebabkan oleh peristiwa mengerikan di luar batas normal pengalaman manusia biasa.
Situasi epidemi yang luar biasa juga mempromosikan PTSD di masa lalu. SARS pada tahun
2003 sangat menimbulkan trauma bagi populasi, terutama karena pemahaman yang buruk
tentang virus dan mekanisme penyebarannya. Oleh karena mempertimbangkan bahwa
manusia sedang mengalami pandemi yang paling parah sejak Spanish Influenza21, pandemi
terbaru COVID-19 sangat mungkin juga mempromosikan terjadinya PTSD.
Metode
Metode penelurusan literatur melalui website www.pubmed.gov
Hasil dan Pembahasan
Prevalensi dari gejala PTSD pada pasien COVID-19 dilakukan di Wuhan, Provinsi Hubei,
Tiongkok. Dari 730 pasien yang direkrut untuk penelitian ini, sebanyak 714 pasien yang
memenuhi kriteria inklusi. Prevalensi pasien yang cukup signifikan mengalami gejala PTSD
sebanyak 96,2%39. Sampel populasi umum yang berasal dari kota Wuhan dan kota-kota di
sekitarnya di Provinsi Hubei. Sebanyak 285 partisipan memenuhi kriteria inklusi. Partisipan
yang menunjukkan gejala PTSD sebanyak 20 orang atau sekitar 7%40. Penelitian lain dengan
sampel populasi umum juga dilakukan di kota Shanghai Tiongkok secara online untuk
mengamati prevalensi gejala PTSD. Sebanyak 2091 partisipan direkrut dan memenuhi
kriteria inklusi untuk penelitian ini. Partisipan yang secara signifikan menunjukkan gejala
PTSD dilaporkan sebanyak 96 orang atau sekitar 4,6%. Prevalensi yang mengalami gejala
PTSD dari petugas kesehatan secara keseluruan sebanyak 899 partisipan atau sekitar 71,5%
mengalami gejala PTSD. Penelitian dengan partisipan petugas kesehatan juga dilakukan di
Tiongkok. Dari 1257 partisipan yang mengikuti penelitian, sebanyak 497 adalah dokter dan
764 adalah perawat. Prevalensi yang mengalami gejala PTSD dari petugas kesehatan secara
keseluruan sebanyak 899 partisipan atau sekitar 71,5% mengalami gejala PTSD 44. Penelitian
berikutnya dengan partisipan petugas kesehatan yang juga dilakukan di Tiongkok setelah 1
bulan ditetapkannya epidemik. Penelitian dilakukan secara online dengan total partisipan
sebanyak 371 orang. Petugas kesehatan yang dilaporkan mengalami gejala PTSD sebanyak
44,5%45.
Kesimpulan
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 dapat berpengaruh signifikan
terhadap kejadian PTSD, terutama pada populasi tertentu. Populasi yang paling rentan
mengalami PTSD adalah pasien positif COVID-19 dan para petugas kesehatan. Hasil-hasil
ini menyoroti perlunya diambil langkah yang tepat oleh pemerintah dan pemangku kebijakan
terkait untuk melakukan intervensi kesehatan mental terhadap kelompok rentan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai