Anda di halaman 1dari 7

LATIHAN KASUS ASESMEN

KASUS 1

Tn Martono Sulaiman, datang ke klinik IPWL, karena merasa capek dengan


pemakaian narkobanya. Martono lahir pada tanggal 4-01-1987, belum menikah,
pasien pernah kuliah dua semester jurusan manajemen, namun akhirnya drop
out karena sering tidak masuk. Saat ini pasien tidak berkerja. Pasien berasal dari
Riau, bapak dan ibunya adalah orang Melayu.

Pasien memakai shabu sejak tahun 2001, awalnya coba-coba karena diberi
teman, biasanya memakai shabu bersama dua atau tiga orang temannya,
dengan dosis sekali pakai paket 200 ribu. Lima tahun terakhir pasien memakai
shabu setiap hari, dengan dosis minimal 0,5 gram / hari, pasien memakai shabu
sendiri, tidak bersama teman-teman yang lain. Memakai shabu dengan
menggunakan bong. Penggunaan shabu secara disuntikkan disangkal. Pasien
memakai shabu untuk meningkatkan rasa percaya dirinya, dan juga supaya
dapat berhubungan seksual lebih lama. Jika tidak memakai shabu, pasien
merasa gelisah, mudah marah, dan kasar kepada orang lain. Pemakaian terakhir
menurut pasien adalah 8 bulan yang lalu sebelum masuk penjara, namun hasil
tes urin saat dibawa ke klinik IPWL positif Methamphetamine.

Selain shabu, pasien juga memakai Inex sejak tahun 2010 namun jarang,
hanya ketika pasien pergi ke diskotek, biasanya pasien memakai Inex butir.
Sebulan terakhir pasien hanya dua kali memakai Inex. Pasien lebih suka
memakai shabu. Pasien juga pernah mencoba memakai heroin satu kali,
memakai dengan cara di drag, tidak dengan menggunakan jarum suntik. Karena
merasa tidak cocok, penggunaan heroin dihentikan.

Setelah pemakaian shabu, biasanya pasien melakukan aktivitas seksual. Seks


beresiko dilakukan dengan wanita pekerja seks, dan teman atau kenalan di
tempat diskotek. Jika tidak ada partner berhubungan seksual, pasien sering
melakukan onani, bahkan hampir tiap hari, menurut pasien jika hasrat
seksualnya tidak disalurkan pasien akan mengalami perasaan yang sama ketika
tidak memakai shabu, merasa sering marah marah, agresif, dan kasar kepada
orang lain. Pasien juga tidak senang terikat pada komitmen, meskipun pernah
pacaran dua kali. Pasien ketika pakai shabu menjadi kuat bergadang, tidak tidur-
tidur, sebaliknya ketika efek zat habis pasien tidur terus.
LATIHAN KASUS ASESMEN

Akibat pemakaiannya, pasien pernah ditangkap oleh polisi karena kasus


narkoba, dan dihukum penjara selama 8 bulan, pengakuan pasien selama di
penjara tidak memakai narkoba. Pasien juga pernah dirawat selama 3 minggu
karena mengalami infeksi paru. Pasien pernah dilakukan pemeriksaan HIV dan
Hepatitis B/C namun hasilnya negatif. Pasien ingin berhenti memakai shabu,
namun merasa susah untuk memberhentikannya, terutama karena teman-teman
mainnya dan tetangganya banyak yang memakai narkoba.

Support dari ibu masih baik, meskipun menurut pasien, dia sering
mengecewakan ibunya. Bapak dan ibunya telah bercerai, dan masing-masing
telah menikah lagi. Pasien anak pertama dari 4 bersaudara, mempunyai satu
adik dari bapak yang sama, dan dua adik dari bapak berbeda. Pasien tinggal
dengan mereka. Konflik dengan anggota keluarga disangkal, begitu juga dengan
orang lain atau saudara lain.

Pasien merasa susah untuk mengontrol perilaku kasarnya, dan


mengendalikan emosinya. Hal ini terutama terjadi sejak pasien menggunakan
shabu rutin setiap hari. Adanya halusinasi disangkal oleh pasien, pasien tidak
pernah terpikir untuk bunuh diri. Pasien juga merasa kadang-kadang susah untuk
mengingat, merasa menjadi lebih bodoh dibandingkan dulu

Pada pemeriksaan pasien laki-laki mengenakan kaos berwana putih, wajah


tampak lebih tua dari usia, sering tidak mau kontak mata. Tanda tanda vital :
Kesadaran compos mentis. Tekanan darah 140 / 90 mmHg, Nadi 84 x /menit,
pernafasan 20 x / menit, dan suhu 36,8 derajat celcius. Pada pemeriksaan fisik
pupil bulat isokor dengan diameter 3 mm pada kedua mata, konjungtiva tidak
anemia, sklera tidak ikterik. Faring tidak hiperemia, tonsil T1-T1 tenang, gigi :
caries dentis , kelenjar getah bening tidak ditemukan membesar. Cor dan Pulmo
tidak ditemukan kelainan, abdomen datar lemas, bising usus normal, hepar dan
lien tidak teraba membesar. Ekstrimitas : tidak ditemukan needle track, tidak
ada tremor.
LATIHAN KASUS ASESMEN

KASUS 2

Ny Nina Sri Kusuma, dibawa oleh penyidik BNN Provinsi ke Klinik IPWL 4
hari setelah terkena razia apartemen. Pasien berusia 34 tahun, dan telah
bercerai dengan suaminya. Pasien hanya sekolah sampai SLTP dan setelah itu
bekerja serabutan, tidak sekolah untuk membantu orang tuanya. Saat ini Pasien
bekerja pada malam hari sebagai pemandu karaoke, dan hanya libur pada hari
Minggu.

Pasien menggunakan shabu mulai tahun 2006 hingga 2007, kemudian


berhenti hingga 2010. Pada akhir tahun 2010 mulai slip beberapa kali dan sejak
Maret 2011 pasien mulai rutin memakai shabu sekitar 2-3x/minggu, hingga
terkena razia apartemen. 30 hari terakhir sebelum dibawa ke klinik, pasien
memakai shabu 3x/minggu, terakhir malam hari sebelum razia. Biasanya pakai
bersama-sama teman atau diberi oleh tamu karaoke, pasien tidak tahu dosisnya,
karena sudah disediakan, seringnya pasien memakai shabu 5-10 hisap setiap kali
pakai, pasien tidak pernah membeli sendiri shabunya. Pasien minum alkohol
sejak 2007, minum ketika menemani tamu, dan merasa tidak ada masalah ketika
minum alkohol. Pasien belum pernah menjalani perawatan akibat narkoba, juga
belum pernah mengalami mabuk yang berat atau overdosis. Baru kali ini pasien
terkena razia, pasien juga tidak pernah dilaporkan ke polisi karena kasus-kasus
yang lain.

Pasien menikah dua kali, dan kedua-duanya telah berakhir. Sekarang


Pasien tinggal dengan ketiga anaknya sejak bercerai dengan suami kedua, dua
tahun lalu, saat dibawa ke klinik pasien merasa sedih dan cemas dengan kondisi
ketiga anaknya, merasa anaknya tidak ada yang mengurus, dan anak yang
kedua sedang sakit flu. Setelah bercerai segala kebutuhan hidup dan rumah
tangga di usahakan sendiri oleh pasien, mantan suami tidak menafkahi lagi
LATIHAN KASUS ASESMEN

anak-anak pasien. Sewaktu dibawa oleh penyidik BNNP Provinsi, anak-anak


pasien dititipkan kepada tetangga. Konflik yang paling besar dengan mantan
suami kedua, dengan pihak-pihak lain tidak pernah. Sebulan terakhir tidak ada
konflik dengan siapapun. Dulu mantan suami juga pemakai narkoba, setelah
cerai, hanya pasien sendiri yang memakai narkoba. Pernikahan pertama bercerai
karena pasien mengalami KDRT, dan belum punya anak pada saat itu

Pasien belum pernah dirawat karena sebab apapun, saat ini pasien merasa
cukup sehat, hanya merasa disekitar jempol kakinya agak bengkak dan nyeri.
Pasien mengaku pernah dites HIV di tempat kerjanya, namun tidak tahu hasilnya.
Tes Hepatitis B dan C belum pernah. Pada pemeriksaan fisik dalam batas normal
kecuali disekitar ibu jari kaki kiri tampak bengkang dan nyeri.

Pemeriksaan penunjang urin narkoba negatif untuk semua parameter.


Darah rutin dalam batas normal, fungsi hati dan ginjal baik, kadar asam urat 9.2.
Tekanan darah 130 /80. Tidak ditemukan needle track.

Pasien pernah merasa putus asa, sedih yang mendalam ketika akan
bercerai dari suaminya, pernah terlintas ingin bunuh diri namun tidak dilakukan
karena ingat anak-anaknya. Pasien merasa masih bisa mengontrol perilaku dan
amarahnya, tidak merasa susah mengingat.
LATIHAN KASUS ASESMEN

KASUS 3

Nn Sri Rahmawati, merupakan pramugari di salah satu maskapai nasional,


saat ini berusia 20 tahun, bekerja sebagai pramugari sudah 4 tahun. Pasien
terkena razia di diskotek 5 hari yang lalu sebelum ke klinik IPWL. Pendidikan
terakhir SMA, lalu pasien mendaftar untuk menjadi siswa pramugari.

Pasien mengenal narkoba sejak SMA kelas 2, saat itu pasien merasa sedih
dan cemas, terkait kondisi di rumah yang tidak kondusif, orang tua pasien
berkonflik, sering terjadi pertengkaran, sebelum akhirnya bercerai. Oleh karena
itu pasien lebih sering berkumpul dan menginap di rumah teman-temannya. Saat
sedang bercerita mengenai masalahnya, pasien diberi tahu agar minum riclona,
agar beban pikiran pasien berkurang, akhirnya pasien menjadi sering minum
riclona, namun tidak banyak, hanya satu tablet setiap hari. Minum riclona
berhenti setelah kedua orang tuanya bercerai. Lalu pasien tinggal bersama
ibunya.

Pasien mengenal shabu dan Inex setahun terakhir dari pacarnya yang
dikenal di tempat diskotik. Biasanya pasien pakai bersama pacar, lebih sering
seminggu sekali, atau pada saat off tidak ada jadwal terbang. Biasanya pacar
beli paket shabu 400ribu, lalu dipakai berdua. Setelah itu pasien melakukan
hubungan seksual bersama pacar. Inex paling banyak pakai dua butir. Ganja
disangkal, heroin disangkal, narkoba lain disangkal.

Saat ini pasien tinggal bersama teman-temannya di apartemen milik


perusahaan, kadang-kadang jika off pasien pulang ke rumah ibunya. Ibunya telah
LATIHAN KASUS ASESMEN

menikah lagi dan mempunyai satu anak. Menurut pasien ayah tirinya baik dan
sayang kepada pasien. Sementara terhadap ayah kandung pasien merasa benci
hingga sekarang, meskipun dalam hati kecil pasien ingin bisa berkomunikasi
dengan ayah kandungnya. Teman-teman satu apartemen juga sering memakai
shabu dan Inex.

Pasien belum pernah bermasalah dengan hukum, baru kali ini pasien
tersandung masalah, dan menjadi pikiran pasien, pasien khawatir pekerjaannya
hilang akibat kasus ini. Pasien tidak merasa sering marah-marah atau tidak
dapat mengontrol perilakunya, dan merasa tidak ada kesulitan dalam berpikir.
Pasien tidak pernah mengalami ada halusinasi baik suara maupun melihat
sesuatu.

Pasien pernah di rawat di rumah sakit karena kecelakaan lalu lintas,


namun hanya semalam. Kecelakaan terjadi ketika pasien pulang dari diskotik
bersama pacar, dan pacar agak mabuk. Kejadian ini terjadi 4 bulan yang lalu.
Saat ini pasien telat menstruasi 4 minggu dan dari tes kehamilan didapatkan
hasil positif. Hal ini membuat pasien terpikir untuk menggugurkan kandungan,
namun masih ragu hingga akhirnya terkena razia. Menurut pasien pacar mau
untuk bertanggung jawab. Keluarga pasien belum tahu jika pasien sedang hamil.
Pasien belum pernah tes hiv, namun pernah melakukan tes hepatitis b dan
vaksinasi pada saat menjadi siswa pramugari, tes hepatitis c belum pernah. Jika
melakukan hubungan seksual dengan pacar, pasien jarang memakai kondom.

Pasien menyangkal ada konflik dengan orang lain saat ini. Meski kadang
bertengkar dengan ibu, namun setelah itu bisa berbaikan, tidak berkepanjangan.
Konflik yang terjadi justru dengan ayah kandung, pasien merasa ayahnya yang
menyebabkan perceraian terjadi, hingga pasien masih merasa benci hingga
sekarang.

Pemeriksaan fisik pasien dalam kondisi baik, tidak ditemukan kelainan.


Pemeriksaan urin penunjang negatif untuk semua parameter. Darah rutin, Hb :
12, Trombosit 304.000, leukosit 8000, eritrosit 3.2 juta. Fungsi hati dan ginjal
baik. HCG tes positif. Saat ini pasien hanya mengeluh masih sering mual.
LATIHAN KASUS ASESMEN

Anda mungkin juga menyukai