Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KEMASYARAKATAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

MATA KULIAH : TATA RUANG ISLAMI

Oleh:

Nama : Aditama Bagaskara


Nim : 60800118036
Kelas : Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota (A)

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala Tuhan
seluruh alam yang maha rahman dan rahim karena atas berkat rahmat dan kasih sayang-Nya
makalah yang berjudul Pembangunan Sosial dan Kemasyarakatan dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik
dan saran untuk menyempurnakan makalah ini dengan senang hati penulis terima. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.

Gowa, 30 November 2021

Aditama Bagaskara

2
A. Pendahuluan
Dalam perkembangan wacana pembangunan, urgensi pengembangan sumber daya
manusia ini agaknya juga semakin memperoleh perhatian. Di kalangan pemikir dan
pengamat pembangunan sosial, khususnya di Negara-negara berkembang, juga dijumpai
adanya pendapat yang mengatakan bahwa maksimalisasi pertumbuhan ekonomi tidak lagi
menjadi tujuan tunggal pembangunan nasional. Hal yang justru mendesak adalah
penciptaan lapangan kerja, mendorong perkembangan sosial dan penyebaran distribusi
pendapatan dan kesejahteraan yang lebih merata. Apabila digunakan skala prioritas, maka
focus perhatian bagi usaha pengembangan sumber daya manusia dan pemerataan
pendapatan tersebut selayaknya diberikan kepada lapisan yang hidupnya masih berada
dibawah standar pemenuhan kebutuhan minimal sesuai harkat dan martabat sebagai
manusia. Dalam perkembangan berbagai konsep dan teori tentang pembangunan nasional,
konsep kebutuhan dasar dinilai sebagai konsep yang sudah lebih maju disbanding konsep
distribusi pendapatan (sjahrir,1986:36). Sjahrir menunjuk ada beberapa argument
moralistic yang kuat bagi digunakannya konsep ini sebagai referensi kebijakan
pembangunan nasional disamping konsep dan teori pembangunan yang lain. Upaya
pemenuhan kebutuhan dasar bagi kaum miskin tidak harus menunggu tetesan dari buah
pertumbuhan ekonomi yang belum jelas kapan datangnya, seperti yang banyak dijanjikan
oleh para ahli ekonomi neo-klasik.
B. Pengertian Pembangunan Sosial
Kata sosial diartikan sebagai lawan dari pengertian benda. Apabila dikaitkan
dengan pembangunan maka yang dimaksudkan bukan pembangunan yang menghasilkan
objek fisik yang bersifat kebendaan, tetapi lebih berat pada aspek manusianya. Kata social
diartikan sebagai lawan kata ekonomi. Dalam pengertian ini sosial dilihat sebagai salah
satu aspek pembangunan ekonomi, yang dicirikan sebagai hal – hal yang tidak langsung
mempengaruhi produktivitas dan memberikan manfaat ekonomi. Conyers mencoba
membuat rumusan pengertian sosial tersebut dikaitkan dengan perencanaan, karena
pembahasan tentang pengertian sosial yang dilakukannya adalah dalam konteks tulisannya
tentang perencanaan sosial. Apabila pengertian tersebut diikuti dan mengganti kata
perencanaan dengan kata pembangunan, pembangunan sosial diberi makna dalam
pengertian yang lebih umum sebagai pembangunan yang dilakukan dari dan oleh

3
masyarakat.dalam pengertian yang lebih khusus pembangunan sosial dapat diartikan
sebagai pembangunan yang menyangkut aspek non ekonomi dan dalam rangka tercapainya
hak asasi atau kehidupan warga masyarakat sesuai harkat martabatnya sebagai manusia.
Sumarno Nugroho (1984:89) menggunakan pengertian pembangunan sosial yang
diambil dari rumusan Pre-Conference Working Party dari Internasional Conference of
Social Welfare. Pembangunan sosial diartikan sebagai aspek keseluruhan pembangunan
yang berhubungan dengan relasi – relasi sosial, system – system sosial dan nilai-nilai yang
berhubungan dengan hal itu. Pembangunan sosial member perhatian kepada keseimbangan
kehidupan manusia dalam memperbaiki atau menyempurnakan kondisi-kondisi sosial
mereka. Sementara itu, konsep pembangunan sosial juga dapat dilihat kaitannya dalam
rangka upaya mewujudkan cita-cita Negara Kesejahteraan (Welfare State). Dalam
(Welfare State), Negara tidak lagi hanya bertugas memelihara ketertiban dan menegakkan
hokum, tetapi terutama adalah meningkatkan kesejahteraan warganya (Ndraha, 1987:41).
Negara dituntut untuk berperan aktif dalam mengusahakan kesejahteraan rakyatnya, yang
didorong oleh pengakuan atau kesadaran bahwa rakyat berhak memperoleh kesejahteraan
sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Prioritas utama dalam pembangunan sosial semestinya diberikan kepada kelompok
masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sebagai
jenjang yang terendah dari kebutuhan manusia. Pembangunan sosial ditempatkan sebagai
salah satu strategi dalam mengatasi masalah kemiskinan yang merupakan masalah yang
dihadapi kelompo masyarakat yang tidak atau belum mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya.
C. Pembangunan Sosial dan Kemasyarakatan dalam Perspektif Islam
Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai
transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi
menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat
dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan
jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar. Pembangunan
adalah seluruh aktivitas yang berjala simultan, meliputi perencanaan,pelaksanaan dan
evaluasi guna mencapai tujuan kea rah kesejahteraan masyrakat ang lebih baik.

4
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat
dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan
terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya
pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan/per¬luasan
(expansion) atau peningkatan (improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu
komunitas masyarakat.
Menjelaskan adab-adab (pekerti) yang harus berlaku diantara sesama mukmin, dan
juga menjelaskan beberapa fakta yang menambah kukuhnya persatuan umat Islam, yaitu:
a. Menjauhkan diri dari berburuk sangka kepada yang lain.
b. Menahan diri dari memata-matai keaiban orang lain.
c. Menahan diri dari mencela dan menggunjing orang lain.
Dan dalam ayat ini juga, Allah menerangkan bahwa semua manusia dari satu
keturunan, maka kita tidak selayaknya menghina saudaranya sendiri. Dan Allah juga
menjelaskan bahwa dengan Allah menjadikan kita berbangsa-bangsa, bersuku-suku dan
bergolong-golong tidak lain adalah agar kita saling kenal dan saling menolong sesamanya.
Karena ketaqwaan, kesalehan dan kesempurnaan jiwa itulah bahan-bahan kelebihan
seseorang atas yang lain.
Kita tidak boleh saling menghina diantara sesamanya. Ayat ini akan dijadikan oleh
Allah sebagai peringatan dan nasehat agar kita bersopan santun dalam pergaulan hidup
kaum yang beriman. Dengan hal ini berarti Allah melarang kita untuk mengolok-olok dan
menghina orang lain, baik dengan cara membeberkan keaiban, dengan mengejek ataupun
menghina dengan ucapan / isyarat, karena hal ini dapat menimbulkan kesalah-pahaman
diantara kita.
Allah melarang kita menghina sesamanya karena boleh jadi orang yang dihina itu
lebih baik dan lebih mulia disisi Allah kedudukannya dari pada yang menghina
D. Wujud Pembangunan Sosial dalam Lingkup Wilayah
Wujud pembangunan sosial dapat dilihat pada pelaksanaan zakat, infak dan
sedekah yang dilakukan oleh berbagai wilayah. Atau bisa dikatakan zakat, infak, dan
sedekah adalah modal suatu pembangunan sosial karena ketika melakukan hal tersebut
akan melakukan sebuah hubungan sosial yaitu hubungan dengan manusia lainnya,

5
membantu masyarakat yang membutuhkan. Tujuan dari pembangunan sosial sendiri adalah
mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Zakat sebagai instrument pembangunan perekonomian dan pengetasan kemiskinan
umat di daerah, memiliki banyak keunggulan dibandingkan intrumen fiscal konvensional
yang kini telah ada (lihat Mustafa Edwin Nasution dalam Zakat Sebagai Instrumen
Pembangunan Ekonomi Umat di Daerah).
Pertama, penggunaan zakat sudah ditentukan secara jelas dalam syariat (QS. At Taubah
[9]: 60) di mana zakat hanya diperuntukkan bagi 8 golongan saja (ashnaf) yaitu : orang-
orang fakir, miskin, amil. Mu’allaf, budak, orang-orang yang berhutang, jihad fi sabilillah,
dan ibnu sabil. Jumhur fuqaha sepalat bahwa selain 8 golongan ini, tidak halal menerima
zakat. Dan tidak ada satu pihak pun yang berhak mengganti atau merubah ketentuan ini.
Karakteristik ini membuat zakat secara inheren bersifat pro-poor. Tak ada satupun
instrument fiskal konvensional yang memiliki karakteristik unik seperti ini. Karena itu
zakat akan lebih efektif mengentaskan kemiskinan karena alokasi dana yang sudah pasti
dan diyakini akan lebih tepat sasaran. Instrumen yang langsung berkaitan dengan
kebutuhan bagi fakir-miskin hanyalah zakat.
E. Kesimpulan
Pembangunan sosial member perhatian kepada keseimbangan kehidupan manusia dalam
memperbaiki atau menyempurnakan kondisi-kondisi sosial mereka. Pembangunan masyarakat
merupakan suatu aspek yang amat penting di dalam sebuah negara. Oleh itu, membina sebuah
negara atau tamadun yang utuh, aspek pembangunan masyarakat adalah perlu dititikberatkan.
F. Saran
Penulis mengharapkan kepada seluruh pembaca dapat mengambil saya sebagai penulis
menyadari bahwa banyak kekurangan dalam makalah ini dan jauh dari kata
kesempurnaan. Tentunya penulis akan selalu berusaha memperbaiki kesalahan yang dapat
dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran tentang pembahasaan di atas.

6
DAFTAR PUSTAKA

Baz,Grezic, 2011 Pembangunan Ekonomi Umat Berbasis Zakat diakses tanggal 30 November
2021

Ilkomid, 2020 Makalah Perubahan Sosial Dalam Pandangan Islam diakses tanggal 30 November
2021

Anda mungkin juga menyukai