Oleh:
Milda Apriliana
60800120003
Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota (A)
i
KATA PENGANTAR
Dan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen pengampuh mata kuliah Tata
Ruang Islami Yakni Bapak H. Juhanis, S.Sos, M.M dan Bapak Nursyam Aksa, S.T.,
M.Si. yang telah mengarahkan dan membimbing pembuatan makalah yang baik dan
benar.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik bagi pembaca.
Oleh karena itu, kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini dengan senang
hati penulis terima. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.
Milda Apriliana
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ......................................................................... 15
B. Saran.................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Selatan meliputi wilayah dataran rendah dengan ketinggian 0 sampai dengan 150 meter
atas permukaan laut. Bagian barat dan utara pada umumnya merupakan pegunungan, dan
bagian selatan sebagian besar merupakan dataran rendah. Tingkat kemiringan rata-rata
pada wilayah bagian barat dan utara 40°, dengan rata-rata curah hujan lebih tinggi bila
dibanding dengan bagian wilayah lainnya. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, wilayah
Kabupaten Jeneponto beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu
musim penghujan dan musim kemarau. Musim kemarau di wilayah Kabupaten Jeneponto
berlangsung pada periode Mei hingga Oktober dengan rata-rata curah hujan bulanan
kurang dari 100 mm per bulan dan bulan terkering adalah bulan Agustus dan September.
Sementara itu, musim hujan di wilayah Kabupaten Jeneponto berlangsung pada periode
November hingga April dengan rata-rata curah hujan bulanan lebih dari 120 mm per bulan
dan bulan terbasah adalah bulan Januari dengan curah hujan bulanan lebih dari 250 mm
per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Jeneponto berkisar antara 1.000–
2.500 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 60–150 hari hujan per tahun.
Suhu udara di wilayah Kabupaten Jeneponto berkisar antara 21°–34 °C dengan tingkat
kelembapan nisbi ±76%.
Lingkungan Boyong merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Tamalatea di
Kabupaten Jeneponto wilayah karunrung merupakan wilayah yang padat pemukiman
sehingga sangat rawan dengan bencana banjir. Tercatat hampir setiap musim penghujan
dengan intensitas rendah sekalipun maka wilayah ini tetap 3 mengalami bencana banjir.
Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain kondisi sistem drainase yang
kurang memadai. Sistem drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai serangkaian
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan /atau membuang kelebihan air (banjir)
dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal, dengan
demikian sistem drainase adalah rekayasa infrastruktur di suatu kawasan untuk
menanggulangi adanya genangan banjir (Suripin, 2004)
Sistem jaringan drainase di Kelurahan Karunrung, sudah semestinya dirancang
untuk menanampung debit aliran yang normal, terutama pada saat musim hujan.
Artinya kapasitas saluran drainase sudah diperhitungkan untuk dapat menampung debit
air yang terjadi sehingga kawasan yang dimaksud tidak mengalami genangan atau
2
banjir. sehingga mengakibatkan banjir Lingkungan Boyong merupakan salah satu wilayah
di Kecamatan Tamalatea.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Permasalahan Pembangunan Lingkungan?
2. Apa saja keterkaitan banjir dengan Islam?
3. Apa saja Penyebab Banjir di Boyong Kabupaten Jeneponto?
4. Apa saja Solusi permasalahan Banjir di Boyong Kabupaten Jeneponto
C. Tujuan
1. Mengetahui Permasalahan Pembangunan Lingkungan?
2. Mengetahui Keterkaitan Banjir dengan Islam
3. Mengetahui Penyebab Banjir di Boyong Kabupaten Jeneponto
4. Mengetahui Solusi permasalahan Banjir di Boyong Kabupaten Jeneponto
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
lingkungan sebagaimana sersebut di atas diantaranya dengan Membangun kesadaran
masyarakat akan arti pentingnya lingkungan, memanfaatkan sumber daya alam dan
lingkungan sesuai dengan daya dukungnya, menciptakan instrumen peraturan perundang-
undangan yang mendukung kelestarian lingkungan dan melaksanakannya dengan prinsip
penegakan hukum, menciptakan sistem perencanaan untuk pencegahan dan
penanggulangan kerusakan lingkungan, menciptakan pola dan mekanisme pendanaan,
Menciptakan dan mengupayakan berbagai upaya dan mekanisme untuk pemulihan
kerusakan lingkungan seperti : restorasi, rehabiltasi dan reklamasi dan pengelolan limbah.
Ada dua hal yang paling menggoncangkan keseimbangan lingkungan, yaitu
perkembangan ilmu dan teknologi serta ledakan penduduk (Salim, 1981).
Perkembangan IPTEK telah mengubah keadaan lingkungan tempat hidup sehingga
menimbulkan gangguan. Ledakan penduduk yang terjadi telah memicu percepatan
perubahan lingkungan agar kebutuhan manusia dapat terpenuhi. Ledakan penduduk
telah mendorong keharusan untuk melancarkan pembangunan sekaligus dengan
pengembangan lingkungan.
Untuk dapat memulihkan keseimbangan lingkungan yang rusak adalah penting
untuk menciptakan keragaman dalam sistem lingkungan. Semakin beragam isi
lingkungan maka makin stabil sistem tersebut. Beragamnya isi lingkungan akan
memperbesar daya dukung lingkungan untuk menampung gangguan-gangguan.
Pembangunan pada hakekatnya menimbulkan keragaman dan diversifikasi dalam
kegiatan ekonomi (Salim, 1981). Semakin beragam kegiatan ekonomi semakin besar
kemampuan ekonomi negara itu untuk tumbuh cepat dan stabil. Namun demikian,
keragaman dalam kegiatan ekonomi harus sejalan dengan usaha meragamkan sistem
lingkungan. Hal ini hanya mungkin apabila dalam proses pembangunan sudah
diperhitungkan segi lingkungan hidup dan diusahakan keselarasan antara pengembangan
keragaman kegiatan ekonomi dengan pengembangan keragaman sistem lingkungan.
5
Sedangkan fluktuasi luapan sungai atau volume danau musiman, yang biasanya disebabkan
oleh variasi hujan atau pencairan salju, biasanya bukanlah banjir yang membahayakan
kecuali luapan air tersebut membahayakan atau merusak lahan, permukiman, atau ladang-
ladang pertanian yang dipakai manusia.
"Lalu Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah, dan Kami
jadikan bumi menyemburkan mata-mata air maka bertemulah (air-air) itu sehingga
(meluap menimbulkan) keadaan (bencana) yang telah ditetapkan. Dan Kami angkut dia
(Nuh) ke atas (kapal) yang terbuat dari papan dan pasak. (al-Qamar ayat 11-13).
Allah memerintahkan kepada Nabi Nuh untuk menaikkan ke atas perahu pasangan-
pasangan dari setiap spesies, jantan dan betina, serta keluarganya. Seluruh manusia di
daratan tersebut ditenggelamkan ke dalam air, termasuk anak lakilaki Nabi Nuh yang
semula berpikir bahwa dia bisa selamat dengan mengungsi ke sebuah gunung yang dekat.
Dia (anaknya) menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat
menghindarkan aku dari air bah!” (Nuh) berkata, “Tidak ada yang melindungi dari siksaan
6
Allah pada hari ini selain Allah yang Maha Penyayang.” Dan gelombang menjadi
penghalang antara keduanya; maka dia (anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan.
(Surah Hud ayat 43).
Semuanya tenggelam kecuali yang dimuat di dalam perahu bersama Nabi Nuh.
Ketika air surut di akhir banjir tersebut, dan kejadian telah berakhir, perahu terdampar di
Judi, yaitu sebuah tempat yang tinggi, sebagaimana yang diinformasikan oleh Al-Qur’an
kepada kita. Banjir lainnya yang diceritakan di dalam Al-Qur’an adalah banjir bandang
yang menimpa kaum Saba'. Banjir terjadi karena bobolnya bendungan yang pada awalnya
dipakai sebagai sumber air dan sarana irigasi pertanian kaum tersebut. Salah seorang Ratu
kaum Saba', Ratu Bilqis, beriman kepada Allah melalui Nabi Sulaiman dan menjadi istri
Nabi Sulaiman. Bangsa ini memiliki kebudayaan yang cukup tinggi pada masanya dan
memiliki angkatan perang yang kuat. Selepas masa Ratu Bilqis, kaum Saba' kembali ingkar
kepada Allah sehingga Allah menghukum mereka dengan mendatangkan banjir. Lahan-
lahan pertanian kaum Saba' yang tadinya subur, hancur tersapu banjir. Setelah kejadian
banjir tersebut lahan-lahan pertanian tidak dapat lagi ditumbuhi tanaman, kecuali
tumbuhan liar yang tidak berguna
Salah satu wilayah yang paling merasakan efek banjir adalah lingkungan yang
tidak menjaga dengan baik keasrian dari lingkungan itu sendiri, sebaliknya 28
lingkungan yang mampu memaksimalkan dan mejaga dengan baik kondisi fisik alam
adalah linkungan yang sangat sukar untuk mengalami gejala alam banjir.
Bencana yang ada sangkut-pautnya dengan ulah manusia. Di sini ada hubungan
kausalitas antara tingkah laku manusia dengan bencana yang terjadi. Bencana yang
ada hubungannya dengan tingkah laku manusia itu bisa berupa bencana sosial,
misalnya; perang, konflik, kerusuhan, dan sebagainya. Serta ada pula yang berupa
bencana alam, misalnya adalah banjir, tanah longsor, dan sebagainya. Allah SWT
berfirman dalam Q.S. Asy-Syuura/42: 30:
Ayat di atas menyebutkan bahwa bencana atau musibah yang terjadi adalah
karena ulah tangan manusia sendiri. Nah tingkah laku manusia itu ada beberapa jenis:
1. Ulah manusia secara fisik. Firman Allah SWT dalam Q.S Ar-Ruum/30:41
7
Ayat di atas menyebutkan bahwa timbulnya kerusakan di darat dan di laut adalah
karena ulah tangan manusia. Contoh yang lazim kita ketahui adalah kerusakan
hutan yang mengakibatkan banyak bencana lain timbul, seperti tanah longsor,
banjir dan lain-lain.
2. Tingkah laku manusia yang melampui batas norma agama dan norma
kemanusiaan. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Isra’/17: 16
8
rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Sistem saluran
drainase umumnya dibagi atas 2 (dua) bagian, yaitu: system drainase mikro dan makro
Penyebab banjir yang terjadi di Boyong karena air kiriman dari beberapa desa. Dan
disebabkan juga oleh sungai yang meluap, serta disebabkan kekurangan drainase dan sudah
rusak.berikut gambar menujukkan banjir 2019.
9
kerugian harta benda,kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas
umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2001), definisi bencana adalah peristiwa
atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian
kehidupan manusia, serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang
bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar.
Penyebab banjir dan lamanya genangan bukan hanya disebabkan oleh meluapnya
air sungai, melainkan oleh kelebihan curah hujan dan fluktuasi mukaair laut khususnya
dataran aluvial pantai, unit-unit geomorfologi seperti daerahrawa, rawa belakang, dataran
banjir, pertemuan sungai dengan dataran aluvial merupakan tempat-tempat rentan banjir
(Dibyosaputro, S., Suharko, Darmanto, D., 2009)
Pengendalian banjir secara umum merupakan kegiatan perencanaan, pelaksanaan
pekerjaan pengendalian banjir, eksploitasi dan pemeliharaan, yang pada dasarnya untuk
mengendalikan banjir, pengaturan penggunaan daerah dataran banjir dan mengurangi
atau mencegah adanya bahaya/ kerugian akibat banjir. Menurut Undang-undang No.
7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dimensi pengelolaan sumber daya air
meliputi konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak air. Selain itu,
diamanatkan pula bahwa dalam proses pengelolaan sumber daya air harus melibatkan
peran masyarakat serta para pemangku kepentingan lainnya.
Pemerintah seharusnya telah melakukan evaluasi mengenai banjir yang terjadi di
Boyong, namun hingga saat ini belum terlihat aktivitas pemerintah membantu masyarakat
dalam menanggulangi banjir, juga peran masyarakat yang kurang dalam hal memperlebar
drainase. Sehingga, masyarakat tetap akan terus merasakan risau saat musim penghujan
karena akan terus terjadi banjir, yang minimnya dapat membuat rumah warga terkena
dampaknya. Meskipun sekarang masih minim penyebab kematian karena banjir di boyong
namun tetap saja pemerintah harus mengambil langkah awal untuk meminimalisir hal
tersebut.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk
lain hidup, melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya. Struktur ruang
adalah susunan pusatpusat permukiman, sistem jaringan serta sistem prasarana maupun
sarana. Semua hal itu berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial-ekonomi yang secara
hirarki berhubungan fungsional.
Potensi yang ada di Kabupaten Jeneponto sangat banyak namun kurang
diperhatikan pemerintah sehingga banyaknya pariwisata yang terbengkalai, padahal,
pengembangan pariwisata di Kabupaten Jeneponto dapat berpotensi meningkatkan
perekonomian, serta dapat membantu masyarakat sekitar untuk mendapatkan
pekerjaaan,Namun, hal tersebut tidak pernah di realiskan oleh pemerintah sehingga
Kabupaten Jeneponto hamper dikatakan tertinggal disbanding daerah lain.
B. Saran
Penulis mengharapkan kepada seluruh pembaca dapat mengambil saya sebagai
penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam makalah ini dan jauh dari kata
kesempurnaan. Tentunya penulis akan selalu berusaha memperbaiki kesalahan yang
dapat dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran tentang pembahasaan di atas.
11
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim
Nursyam AS, 2013 Struktur Tata Ruang Wilayah Dan Kota. Alauddin University Press,
Makassar. http://repositori.uin-alauddin.ac.id/id/eprint/364 (Diakses pada tanggal 7 November
2021)
Kholifah, Anisa Dwi, Risiko Bencana Banjir di Perumahan Sawangan Asri Kelurahan
Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok, Skripsi Ilmu Pengetahuan Sosial,
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015
12