Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP

PERMASALAHAN BANJIR DI KABUPATEN JENEPONTO

Mata Kuliah: Tata Ruang Islami

Oleh:

Milda Apriliana
60800120003
Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota (A)

JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa


Ta’ala Tuhan seluruh alam yang maha rahman dan rahim karena atas berkat rahmat
dan kasih sayang-Nya makalah yang berjudul Struktur dan Pola Ruang di Kabupaten
Jeneponto dapat terselesaikan.

Dan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen pengampuh mata kuliah Tata
Ruang Islami Yakni Bapak H. Juhanis, S.Sos, M.M dan Bapak Nursyam Aksa, S.T.,
M.Si. yang telah mengarahkan dan membimbing pembuatan makalah yang baik dan
benar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik bagi pembaca.
Oleh karena itu, kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini dengan senang
hati penulis terima. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Aamiin.

Gowa, 10 November 2021

Milda Apriliana

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................... i

KATA PENGANTAR ..........................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................ iii

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat ................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 4

A. Permasalahan Pembangunan Lingkungan.................................. 4


B. Pengertian Banjir........................................................................ 5
C. Penyebab Banjir di Boyong Kabupaten Jeneponto ................... 6
D. Solusi permasalahan Banjir di Boyong Kabupaten Jeneponto . 10
BAB III PENUTUP ............................................................................. 15

A. Kesimpulan ......................................................................... 15
B. Saran.................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bencana banjir merupakan salah satu potensi kerusakan terbesar dari bencana alam
di seluruh dunia serta menimbulkan korban dan kerugian dalam jumlah besar. Secara
global, bahwa jumlah orang yang terkena dampak dan kerusakan ekonomi akibat
banjir sedang meningkat pada tingkat yang mengkhawatirkan. Peristiwa banjir yang
ekstrim tidak hanya terjadi pada negara-negara yang paling terbelakang, tetapi juga dapat
terjadi bahkan menghancurkan negara-negara maju dan negara industri yang
mempunyai segi ekonomi yang tinggi.
Menurut BAKORNAS-PB tahun 2007, bencana banjir merupakan salah satu
peristiwa yang dapat mengancam bahkan mengganggu kehidupan masyarakat yang
mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian ekonomi, dan
bisa berdampak pada psikologis.
Air sering kita jumpai membawa masalah bahkan bencana seperti banjir. Ada
beberapa faktor yang mnyebabkan hal itu terjadi, antara lain mekanisme pada alam yang
tidak dipahami atau diantisipasi dengan baik oleh manusia, namun pada umumnya terjadi
karena ulah manusia sendiri. Bencana banjir yang sering terjadi di berbagai wilayah, baik
di perkotaan, perkampungan, maupun di pedesaan, antara lain karena penebangan hutan di
sekitar hulu sungai, penutupan permukaan tanah dengan beton-beton sehingga air tak
mampu meresap ke dalam tanah, kebiasaan buruk membuang sampah-sampah plastik dan
sejenisnya di sembarang tempat, dan sebagainya. Alquran juga menceritakan tentang
bencana yang menimpa umat-umat terdahulu akibat kesombongan dan keingkaran mereka.
Hampir seluruh cerita mengenai bencana yang diceritakan Alquran menyangkut azab
terhadap umat-umat yang sombong dan ingkar atau karena melakukan perbuatan buruk
yang melampaui batas.
Topografi Kabupaten Jeneponto pada bagian Utara terdiri dari dataran tinggi
dengan ketinggian 500 sampai dengan 1400 meter diatas permukaan laut, bagian tengah
dengan ketinggian 100 sampai dengan 500 meter dari permukaan laut, dan pada bagian

1
Selatan meliputi wilayah dataran rendah dengan ketinggian 0 sampai dengan 150 meter
atas permukaan laut. Bagian barat dan utara pada umumnya merupakan pegunungan, dan
bagian selatan sebagian besar merupakan dataran rendah. Tingkat kemiringan rata-rata
pada wilayah bagian barat dan utara 40°, dengan rata-rata curah hujan lebih tinggi bila
dibanding dengan bagian wilayah lainnya. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, wilayah
Kabupaten Jeneponto beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu
musim penghujan dan musim kemarau. Musim kemarau di wilayah Kabupaten Jeneponto
berlangsung pada periode Mei hingga Oktober dengan rata-rata curah hujan bulanan
kurang dari 100 mm per bulan dan bulan terkering adalah bulan Agustus dan September.
Sementara itu, musim hujan di wilayah Kabupaten Jeneponto berlangsung pada periode
November hingga April dengan rata-rata curah hujan bulanan lebih dari 120 mm per bulan
dan bulan terbasah adalah bulan Januari dengan curah hujan bulanan lebih dari 250 mm
per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Jeneponto berkisar antara 1.000–
2.500 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 60–150 hari hujan per tahun.
Suhu udara di wilayah Kabupaten Jeneponto berkisar antara 21°–34 °C dengan tingkat
kelembapan nisbi ±76%.
Lingkungan Boyong merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Tamalatea di
Kabupaten Jeneponto wilayah karunrung merupakan wilayah yang padat pemukiman
sehingga sangat rawan dengan bencana banjir. Tercatat hampir setiap musim penghujan
dengan intensitas rendah sekalipun maka wilayah ini tetap 3 mengalami bencana banjir.
Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai hal antara lain kondisi sistem drainase yang
kurang memadai. Sistem drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai serangkaian
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan /atau membuang kelebihan air (banjir)
dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal, dengan
demikian sistem drainase adalah rekayasa infrastruktur di suatu kawasan untuk
menanggulangi adanya genangan banjir (Suripin, 2004)
Sistem jaringan drainase di Kelurahan Karunrung, sudah semestinya dirancang
untuk menanampung debit aliran yang normal, terutama pada saat musim hujan.
Artinya kapasitas saluran drainase sudah diperhitungkan untuk dapat menampung debit
air yang terjadi sehingga kawasan yang dimaksud tidak mengalami genangan atau

2
banjir. sehingga mengakibatkan banjir Lingkungan Boyong merupakan salah satu wilayah
di Kecamatan Tamalatea.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Permasalahan Pembangunan Lingkungan?
2. Apa saja keterkaitan banjir dengan Islam?
3. Apa saja Penyebab Banjir di Boyong Kabupaten Jeneponto?
4. Apa saja Solusi permasalahan Banjir di Boyong Kabupaten Jeneponto
C. Tujuan
1. Mengetahui Permasalahan Pembangunan Lingkungan?
2. Mengetahui Keterkaitan Banjir dengan Islam
3. Mengetahui Penyebab Banjir di Boyong Kabupaten Jeneponto
4. Mengetahui Solusi permasalahan Banjir di Boyong Kabupaten Jeneponto

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Permasalahan Pembangunan Lingkungan


Persoalan lingkungan dalam pelaksanaan pembangunan merupakan hal lazim
terjadi dalam ssebuah perencanaan dapat dipahami bahwa pembangunan diperlukan oleh
suatu negara untuk mendobrak tingkat keterbelakangan ekonomi dan meletakkan landasan
bagi penghalauan kemiskinan. Semua negara yang sedang membangun selalu
memanfaatkan potensi sumber daya alam / lingkungan hidup sebagai sumber untuk
menaikan tingkat ekonomi. Dengan kata lain, pembangunan selalu identik dengan
pembangunan ekonomi dan pembangunan ekonomi selalu mengejar pertumbuhan ekonomi
sebagai patokan keberhasilan pembangunan. Maka yang terjadi adalah Laju kerusakan
akibat pembangunan lebih cepat daripada kemampuan lingkungan itu sendiri untuk
melakukan pemulihan (recovery) ditambah lagi dengan semakin meningkatnya populasi
jumlah penduduk yang akan semakin memperbesar tekanan kepada lingkungan.
Untuk meniadakan atau meminimalisir persoalan lingkungan adalah dengan
merubah paradigma pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan dan kemajuan
ekonomi, yang diganti dengan sebuah pendekatan yang lebih holistik dan integratif dengan
memberi perhatian serius, mensinkronkan dan memberi bobot yang sama kepada
pembangunan sosial budaya dan pembangunan lingkungan hidup. Pembangunan ekonomi,
sosial budaya dan lingkungan hidup harus dipandang sebagai terkait erat satu sama lain,
sehingga unsur-unsur dari kesatuan yang saling terkait tersebut tidak boleh dipisahkan atau
dipertentangkan satu dengan yang lainnya.
Adapun permasalahan lingkungan global diantaranya adalah terjadinya pemanasan
global, meningkatnya jumlah penduduk, menurunnya kwalitas lingkungan dan terjadinya
kerusakan lingkungan serta semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan (udara, air
dan tanah). Secara umum yang bisa dilakukan oleh kita selaku individu maupun
kelembagaan adalah memainkan peran secara aktif sebagai: membuat mampu (enabling),
memperlancar (faciliting), konsultasi (consulting), bekerja sama (collaborating),
membimbing (mentoring), mendukung (supporting) dalam rangka dan sebagai upaya untuk
mencegah kerusakan lingkungan, menanggulangi kerusakan lingkungan, dan pemulihan
kerusakan lingkungan. Berbagai bentuk pencegahan/penanggulangan kerusakan

4
lingkungan sebagaimana sersebut di atas diantaranya dengan Membangun kesadaran
masyarakat akan arti pentingnya lingkungan, memanfaatkan sumber daya alam dan
lingkungan sesuai dengan daya dukungnya, menciptakan instrumen peraturan perundang-
undangan yang mendukung kelestarian lingkungan dan melaksanakannya dengan prinsip
penegakan hukum, menciptakan sistem perencanaan untuk pencegahan dan
penanggulangan kerusakan lingkungan, menciptakan pola dan mekanisme pendanaan,
Menciptakan dan mengupayakan berbagai upaya dan mekanisme untuk pemulihan
kerusakan lingkungan seperti : restorasi, rehabiltasi dan reklamasi dan pengelolan limbah.
Ada dua hal yang paling menggoncangkan keseimbangan lingkungan, yaitu
perkembangan ilmu dan teknologi serta ledakan penduduk (Salim, 1981).
Perkembangan IPTEK telah mengubah keadaan lingkungan tempat hidup sehingga
menimbulkan gangguan. Ledakan penduduk yang terjadi telah memicu percepatan
perubahan lingkungan agar kebutuhan manusia dapat terpenuhi. Ledakan penduduk
telah mendorong keharusan untuk melancarkan pembangunan sekaligus dengan
pengembangan lingkungan.
Untuk dapat memulihkan keseimbangan lingkungan yang rusak adalah penting
untuk menciptakan keragaman dalam sistem lingkungan. Semakin beragam isi
lingkungan maka makin stabil sistem tersebut. Beragamnya isi lingkungan akan
memperbesar daya dukung lingkungan untuk menampung gangguan-gangguan.
Pembangunan pada hakekatnya menimbulkan keragaman dan diversifikasi dalam
kegiatan ekonomi (Salim, 1981). Semakin beragam kegiatan ekonomi semakin besar
kemampuan ekonomi negara itu untuk tumbuh cepat dan stabil. Namun demikian,
keragaman dalam kegiatan ekonomi harus sejalan dengan usaha meragamkan sistem
lingkungan. Hal ini hanya mungkin apabila dalam proses pembangunan sudah
diperhitungkan segi lingkungan hidup dan diusahakan keselarasan antara pengembangan
keragaman kegiatan ekonomi dengan pengembangan keragaman sistem lingkungan.

B. Keterkaitan Banjir dengan Islam


Banjir adalah genangan atau aliran air di atas daratan yang tidak biasanya tergenang
air. Banjir umumnya disebabkan oleh meluapnya air melalui tepian suatu badan air seperti
sungai atau danau sehingga menggenangi atau mengalir di luar batas-batas biasanya.

5
Sedangkan fluktuasi luapan sungai atau volume danau musiman, yang biasanya disebabkan
oleh variasi hujan atau pencairan salju, biasanya bukanlah banjir yang membahayakan
kecuali luapan air tersebut membahayakan atau merusak lahan, permukiman, atau ladang-
ladang pertanian yang dipakai manusia.

Banjir seringkali menyebabkan kerusakan atau kerugian yang besar apabila


menerjang daerah permukiman yang terletak di dataran rendah yang berpeluang banjir.
Sebenarnya kerugian akibat banjir bisa dihindari apabila dataran banjir tersebut
ditinggalkan atau tidak dihuni. Hanya saja, sejak dahulu manusia memang senang tinggal
di dekat perairan karena mudah mendapatkan air, menggunakannya untuk sarana irigasi
dan transportasi, bahkan untuk tempat berdagang. Pada saat ini lebih disadari bahwa
tinggal terlalu dekat dengan badan air, apalagi yang memiliki fluktuasi luah yang besar,
sangat berbahaya mengingat adanya ancaman banjir sewaktu-waktu. Alquran
menceritakan banjir terbesar sepanjang sejarah manusia yang terjadi pada zaman Nabi
Nuh. Banjir tersebut menenggelamkan dan menghapus semua peradaban manusia saat itu.
Besarnya banjir Nabi Nuh dilukiskan dengan tergenangnya permukaan bumi dan
tenggelamnya gunung-gunung yang berlangsung dalam waktu yang lama, dengan air yang
jatuh dari langit maupun yang memancar dari dalam bumi.

"Lalu Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah, dan Kami
jadikan bumi menyemburkan mata-mata air maka bertemulah (air-air) itu sehingga
(meluap menimbulkan) keadaan (bencana) yang telah ditetapkan. Dan Kami angkut dia
(Nuh) ke atas (kapal) yang terbuat dari papan dan pasak. (al-Qamar ayat 11-13).

Allah memerintahkan kepada Nabi Nuh untuk menaikkan ke atas perahu pasangan-
pasangan dari setiap spesies, jantan dan betina, serta keluarganya. Seluruh manusia di
daratan tersebut ditenggelamkan ke dalam air, termasuk anak lakilaki Nabi Nuh yang
semula berpikir bahwa dia bisa selamat dengan mengungsi ke sebuah gunung yang dekat.

Dia (anaknya) menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat
menghindarkan aku dari air bah!” (Nuh) berkata, “Tidak ada yang melindungi dari siksaan

6
Allah pada hari ini selain Allah yang Maha Penyayang.” Dan gelombang menjadi
penghalang antara keduanya; maka dia (anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan.
(Surah Hud ayat 43).

Semuanya tenggelam kecuali yang dimuat di dalam perahu bersama Nabi Nuh.
Ketika air surut di akhir banjir tersebut, dan kejadian telah berakhir, perahu terdampar di
Judi, yaitu sebuah tempat yang tinggi, sebagaimana yang diinformasikan oleh Al-Qur’an
kepada kita. Banjir lainnya yang diceritakan di dalam Al-Qur’an adalah banjir bandang
yang menimpa kaum Saba'. Banjir terjadi karena bobolnya bendungan yang pada awalnya
dipakai sebagai sumber air dan sarana irigasi pertanian kaum tersebut. Salah seorang Ratu
kaum Saba', Ratu Bilqis, beriman kepada Allah melalui Nabi Sulaiman dan menjadi istri
Nabi Sulaiman. Bangsa ini memiliki kebudayaan yang cukup tinggi pada masanya dan
memiliki angkatan perang yang kuat. Selepas masa Ratu Bilqis, kaum Saba' kembali ingkar
kepada Allah sehingga Allah menghukum mereka dengan mendatangkan banjir. Lahan-
lahan pertanian kaum Saba' yang tadinya subur, hancur tersapu banjir. Setelah kejadian
banjir tersebut lahan-lahan pertanian tidak dapat lagi ditumbuhi tanaman, kecuali
tumbuhan liar yang tidak berguna
Salah satu wilayah yang paling merasakan efek banjir adalah lingkungan yang
tidak menjaga dengan baik keasrian dari lingkungan itu sendiri, sebaliknya 28
lingkungan yang mampu memaksimalkan dan mejaga dengan baik kondisi fisik alam
adalah linkungan yang sangat sukar untuk mengalami gejala alam banjir.
Bencana yang ada sangkut-pautnya dengan ulah manusia. Di sini ada hubungan
kausalitas antara tingkah laku manusia dengan bencana yang terjadi. Bencana yang
ada hubungannya dengan tingkah laku manusia itu bisa berupa bencana sosial,
misalnya; perang, konflik, kerusuhan, dan sebagainya. Serta ada pula yang berupa
bencana alam, misalnya adalah banjir, tanah longsor, dan sebagainya. Allah SWT
berfirman dalam Q.S. Asy-Syuura/42: 30:

Ayat di atas menyebutkan bahwa bencana atau musibah yang terjadi adalah
karena ulah tangan manusia sendiri. Nah tingkah laku manusia itu ada beberapa jenis:
1. Ulah manusia secara fisik. Firman Allah SWT dalam Q.S Ar-Ruum/30:41

7
Ayat di atas menyebutkan bahwa timbulnya kerusakan di darat dan di laut adalah
karena ulah tangan manusia. Contoh yang lazim kita ketahui adalah kerusakan
hutan yang mengakibatkan banyak bencana lain timbul, seperti tanah longsor,
banjir dan lain-lain.

2. Tingkah laku manusia yang melampui batas norma agama dan norma
kemanusiaan. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Isra’/17: 16

Ayat di atas menyebutkan bahwa kalau Allah SWT menghendaki rusaknya


sebuah negeri, maka dimulai dari perilaku penduduk negeri itu yang melampui
batas. Mereka meminta kebebasan, tapi melampui batas; minta enak, melampui
batas; minta makanan, melampui batas; minta kekuasaan, melampui batas; dan
semacamnya

C. Penyebab Banjir di Boyong Kabupaten Jeneponto


Lingkungan Boyong tercatat hamper setiap musim hujan selalu mengalami banjir
yang tidak dapat diminimalisir, yang banjirnya tidak main main karena sering
menenggelamkan rumah warga, beberapa permasalahan yang terjadi mengharuskan
aktivitas warga terhambat, hingga pengguna jalan pun harus merasakan hal tersebut,\.
Permasalahan Drainase merupakan permasalahan hal yang sangat dominan di
Kabupaten Jeneponto, Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang
sebagai komponen penting dalam perencanaan kota khususnya perencanaan infrastruktur.
Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian buangan air yang berfungsi
untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari suatu lahan sehingga lahan
dapat difungsikan secara optimal. Namun, terlihat bahwa kabupaten jeneponto sangat
minim drainase, sehingga mengharuskan adanya permasalahan banjir.
Menurut Suripin (2004:7), drainase mempunyai arti mengalirkan menguras,
membuang, atau mengalihkan air. Drainase juga diartikan sebagi suatu cara pembuangan
kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah serta cara penanggulangan akibat
yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. Saluran drainase berfungsi untuk
mengeringkan daerah becek dan genangan air yang menyebabkan terjadinya banjir.
Selain itu saluran drainase juga berfungsi mencegah terjadinya erosi tanah, kerusakan jalan,
dan lain-laian. Oleh karena itu, saluran drainase sangat dibutuhkan masyarakat kota dalam

8
rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Sistem saluran
drainase umumnya dibagi atas 2 (dua) bagian, yaitu: system drainase mikro dan makro
Penyebab banjir yang terjadi di Boyong karena air kiriman dari beberapa desa. Dan
disebabkan juga oleh sungai yang meluap, serta disebabkan kekurangan drainase dan sudah
rusak.berikut gambar menujukkan banjir 2019.

Sumber : Tribun Timur (Ikbal Nurkarim)


Kekurangan drainase menjadi hal yang sangat di sayangkan di Kabupaten
Jeneponto sehingga memudahkan terendam banjir hingga atap rumah warga, hal tersebut
juga memicu jalannya arus lalu lintas karena boyong terletak di jalan poros, meskipun
tingginya air sudah sangat rentan terjadi namun masyarakat dan pemerintah tetap saja abai
dalam hal tersebut
Penyebab banjir di Boyong juga diakibatkan dari terbukanya bendungan kareloe,
dan kiriman banjir dari desa desa sehingga tertampung di boyong.
D. Solusi Penanganan Banjir di Kabupaten Jeneponto
Bencana dapat didefinisikan dalam berbagai arti baik secara normatif maupun
pendapat para ahli. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Pengertian bencana dalam Kepmen Nomor 17/kep/Menko/Kesra/x/95 adalah
sebagai berikut : Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
alam, manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia,

9
kerugian harta benda,kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana dan fasilitas
umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Menurut Departemen Kesehatan RI (2001), definisi bencana adalah peristiwa
atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian
kehidupan manusia, serta memburuknya kesehatan dan pelayanan kesehatan yang
bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar.
Penyebab banjir dan lamanya genangan bukan hanya disebabkan oleh meluapnya
air sungai, melainkan oleh kelebihan curah hujan dan fluktuasi mukaair laut khususnya
dataran aluvial pantai, unit-unit geomorfologi seperti daerahrawa, rawa belakang, dataran
banjir, pertemuan sungai dengan dataran aluvial merupakan tempat-tempat rentan banjir
(Dibyosaputro, S., Suharko, Darmanto, D., 2009)
Pengendalian banjir secara umum merupakan kegiatan perencanaan, pelaksanaan
pekerjaan pengendalian banjir, eksploitasi dan pemeliharaan, yang pada dasarnya untuk
mengendalikan banjir, pengaturan penggunaan daerah dataran banjir dan mengurangi
atau mencegah adanya bahaya/ kerugian akibat banjir. Menurut Undang-undang No.
7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dimensi pengelolaan sumber daya air
meliputi konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak air. Selain itu,
diamanatkan pula bahwa dalam proses pengelolaan sumber daya air harus melibatkan
peran masyarakat serta para pemangku kepentingan lainnya.
Pemerintah seharusnya telah melakukan evaluasi mengenai banjir yang terjadi di
Boyong, namun hingga saat ini belum terlihat aktivitas pemerintah membantu masyarakat
dalam menanggulangi banjir, juga peran masyarakat yang kurang dalam hal memperlebar
drainase. Sehingga, masyarakat tetap akan terus merasakan risau saat musim penghujan
karena akan terus terjadi banjir, yang minimnya dapat membuat rumah warga terkena
dampaknya. Meskipun sekarang masih minim penyebab kematian karena banjir di boyong
namun tetap saja pemerintah harus mengambil langkah awal untuk meminimalisir hal
tersebut.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk
lain hidup, melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya. Struktur ruang
adalah susunan pusatpusat permukiman, sistem jaringan serta sistem prasarana maupun
sarana. Semua hal itu berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial-ekonomi yang secara
hirarki berhubungan fungsional.
Potensi yang ada di Kabupaten Jeneponto sangat banyak namun kurang
diperhatikan pemerintah sehingga banyaknya pariwisata yang terbengkalai, padahal,
pengembangan pariwisata di Kabupaten Jeneponto dapat berpotensi meningkatkan
perekonomian, serta dapat membantu masyarakat sekitar untuk mendapatkan
pekerjaaan,Namun, hal tersebut tidak pernah di realiskan oleh pemerintah sehingga
Kabupaten Jeneponto hamper dikatakan tertinggal disbanding daerah lain.
B. Saran
Penulis mengharapkan kepada seluruh pembaca dapat mengambil saya sebagai
penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam makalah ini dan jauh dari kata
kesempurnaan. Tentunya penulis akan selalu berusaha memperbaiki kesalahan yang
dapat dipertanggung jawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran tentang pembahasaan di atas.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim

Kepmen Nomor 17/kep/Menko/Kesra/x/95

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Penataan Ruang

Nursyam AS, 2013 Struktur Tata Ruang Wilayah Dan Kota. Alauddin University Press,
Makassar. http://repositori.uin-alauddin.ac.id/id/eprint/364 (Diakses pada tanggal 7 November
2021)

Yusuf Hilmi Adisendjaja, ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP LINGKUNGAN


(Suatu tinjauan ekologis), skripsi pendidikan Biologi, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Pendidikan Indonesia 2003

Kholifah, Anisa Dwi, Risiko Bencana Banjir di Perumahan Sawangan Asri Kelurahan
Sawangan Baru Kecamatan Sawangan Kota Depok, Skripsi Ilmu Pengetahuan Sosial,
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015

Ligal Sebastian. PENDEKATAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BANJIR Flood


Prevention and Control Approach. Teknik Sipil, 2008

12

Anda mungkin juga menyukai