Anda di halaman 1dari 8

Murdiyansah, S. et al., (2020).

Jurnal Biologi Tropis, 20 (3): 499 – 506 Jurnal Biologi Tropis


DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v20i3.1418

Original Research Paper

Centella asiatica Activities towards Staphylococcus aureus and Escherichia


coli Growth

Sandi Murdiyansah1, Dewa Ayu Citra Rasmi1*, I Gde Mertha1


1
Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP Universitas Mataram

Article History Abtract: Centella asiatica contains some secondary metabolic compounds,
Received : December 12th, 2019 e.g. tannin, alkaloid, flavonoid, saponin, and triterpenoid, known as
Revised : November 13th, 2020 medicinal plants as well, one of which is as a anti-bacterial. The present study
Accepted : November 20th, 2020 aimed at examining the activities of Centella asiatica extract towards the
Published : December 28th, 2020
growth of Staphylococcus aureus and Escherichia coli. The extraction of C.
*Corresponding Author: asiatica was done by using ethanol and ethyl acetate solvents and the activity
Dewa Ayu Citra Rasmi , test employed seaweed diffusion. The hindrance power of Centella asiatica
Program Studi Pendidikan extract was tested in 30%, 50%, and 95% and the data were analyzed
Biologi FKIP Universitas qualitatively with the standard issued by the Clinical and Laboratory
Mataram, Mataram, Indonesia; Standard Institute and quantitatively with ANOVA. It shows that Centella
Email: dewaayu@unram.ac.id asiatica extract in the ethyl acetate can hinder the growth of Staphylococcus
aureus in the acetate concentration of 50% and 70% at the sensitive level and
Escherichia coli at the intermediate level in the extract concentration of 50%
and 70%. However, Centella asiatica activities in the ethanol solvent hinders
the growth of either Centella asiatica or Escherichia coli with resistant
category in the extract concentration of 70%. The hindrance power of
Centella asiatica extract in ethyl acetate in the growth of Staphylococcus
aureus is significantly more effective than that of Centella asiatica extract in
the ethanol solvent

Keywords: Pegagan, Centella asiatica, Antibacterial Activity, Extract,


Ethanol, Ethyl Acetate, Zone Inhibiton.

Pendahuluan dapat dimanfaatkan sebagai obat. Keseluruhan spesies


tanaman obat yang dapat dimanfaatkan, hanya
Kekayaan tumbuhan di Indonesia sangat sebagian kecil yang baru diketahui manfaatnya oleh
beragam, mulai dari rerumputan hingga pepohonan masyarakat. Sisanya masih dianggap sebagai gulma
memiliki jumlah yang tidak sedikit. Berbagai macam bagi tanaman pokok lainnya (Sopiana, 2014).
tumbuhan bahkan sudah tumbuh berabad-abad, dan Penyakit dapat disebabkan oleh berbagai
sebagian jenis tumbuhan yang ada di Indonesia faktor, salah satunya adalah mikroba patogen.
bahkan tidak terdapat di negara lain (Asri, 2011). Mikroba patogen adalah mikroba yang menyebabkan
Hampir semua daerah di Indonesia mempunyai penyakit yang ada pada makhluk hidup. Lemahnya
tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat secara imunitas tubuh dapat memudahkan mikroba patogen
turun temurun. Saat ini masyarakat di Indonesia lebih dalam menginfeksi dan mengganggu fungsi organ
memilih menggunakan obat tradisional karena tertentu pada tubuh manusia (Sriwarthini, 2014).
dianggap relatif lebih murah, efisien dan dianggap Penyakit yang sering dijumpai dalam masyarakat
relatif lebih aman dibandingkan dengan obat sintetik. antara lain infeksi saluran pencernaan oleh
Apabila penggunaan herbal atau obat tradisional Escherichia coli, keracunan makanan oleh Bacillus
kurang tepat bukan tidak mungkin obat tradisional cereus dan infeksi kulit oleh Staphylococcus aureus.
tersebut akan memiliki efek samping yang merugikan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri biasanya
Ketepatan itu menyangkut tepat dosis, tepat cara dan diobati dengan pemberian antibiotik, tetapi perlu
tepat waktu penggunaan serta pemilihan bahan diketahui bahwa penggunaan antibiotik yang
ramuan yang sesuai dengan indikasi penggunaannya berlebihan dalam jangka waktu yang lama dapat
(Lusiana, 2013). menyebabkan terjadinya resistensi bakteri terhadap
Masyarakat Indonesia yang umumnya tidak antibiotik yang digunakan. Oleh karena itu dibutuhkan
berbeda dengan masyarakat global, dengan beragam penelitian lebih lanjut untuk menemukan komponen
latar belakang budaya dan etnik. Lazim menggunakan antibakteri baru yang dapat mengatasi masalah
obat tradisional yaitu jamu, dengan memanfaatkan tersebut (Badan POM RI, 2016).
kekayaan alam Indonesia. Dari 3.000 spesies Salah satu jenis tanaman obat yang
tumbuhan obat yang ada, sekitar 1.260 spesies sudah dimanfaatkan oleh masyarakat adalah pegagan
This article is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0
1 © 2020 The Author(s). This article is open access
International License.
Murdiyansah, S. et al., (2020). Jurnal Biologi Tropis, 20 (3): 499 – 506
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v20i3.1418

(Centella asiatica). Pegagan merupakan tanaman liar Nyurlembang, Kecamatan Narmada, Kabupaten
yang banyak tumbuh di kebun, ladang, tepi jalan, serta Lombok Barat, NTB. Sedangkan sampel dalam
pematang sawah. Tanaman ini berasal dari daerah penelitian ini adalah 500 g daun pegagan (Centella
Asia tropik, tersebar di Asia Tenggara, termasuk asiatica) segar dari lokasi yang sama. Penelitian ini
Indonesia, India, Republik Rakyat Cina, Jepang dan dilakukan di laboratorium mikrobiologi dan
Australia kemudian menyebar ke berbagai negara- laboratotium kimia FKIP Universitas Mataram. Daun
negara lain. Nama yang biasa dikenal untuk tanaman pegagan yang didapatkan kemudian dikering
ini adalah daun kaki kuda dan antanan. Tanaman ini anginkan yang selanjutnya di meserasi menggunakan
sudah banyak diketahui oleh masyarakat sebagai pelarut etanol dan etil asetat. Hasil meserasi
tanaman obat misalnya melancarkan peredaran darah, kemudian di evaporasi menggunakan rotary
peluruh kencing (diuretika), penurun panas evaporator untuk selanjutnya dilakukan uji aktivitas
(antipiretika), menghentikan pendarahan antibakteri.
(hemostatika), meningkatkan saraf memori, anti Bahan-bahan yang digunakan dalam
bakteri, tonik, antispasma, anti inflamasi, hipotensi, penelitian ini adalah Nutrient Agar (NA) Merck,
insektisida, anti alergi dan stimulan (Bayyinatul, Muller Hinton Agar (MHA) Oxoid, kertas label,
2011). sendok, lidi, kapas, karet gelang, kertas saring, etil
Salah satu senyawa kimia yang terkandung asetat, etanol, aquades, alkohol 950%, simplisia daun
dalam pegagan adalah fitosterol. Fitosterol merupakan pegagan, korek api, spritus, serta isolate bakteri
turunan senyawa sterol yang dahulu hanya ditemukan Staphylococcus aureus dan bakteri Escherichia coli
pada hewan dalam bentuk kolesterol sebagai bahan yang didapatkan dari Laboratorium RSUD Provinsi
baku pembentuk hormon seks. Senyawa-senyawa NTB.
fitosterol yang terdapat pada pegagan antara lain:
sitosterol, stimagsterol, dan kampesterol (Samsiar, Pembuatan Ekstrak Daun Pegagan:
2013). Selain itu pegagan juga mengandung zat kimia Sebanyak 40 g simplisia daun pegagan
lain yaitu asiaticoside, yang memiliki manfaat untuk direndam dalam 300 ml pelarut etil asetat dan dalam
penyembuhan luka dan antilepra. Manfaat lain dari wadah yang berbeda sebanyak 40 g simplisia daun
pegagan adalah untuk pengobatan diare, disentri, pegagan juga direndam dalam 300 ml pelarut etanol
epilepsi, peningkatan daya ingat, dan mempunyai 95% selama 24 jam dengan beberapa kali pengadukan
efek antibakteri. Kandungan pegagan yang berfungsi agar terjadi keseimbangan konsentrasi bahan
sebagai antibakteri, diantaranya adalah saponin. ekstraktif yang lebih cepat kedalam cairan penyari.
Derivat saponin yaitu asiaticoside bersifat lipofilik Hasil rendaman masing-masing pelarut kemudian
dan dapat membentuk senyawa kompleks dengan disaring dengan kertas saring dan ditempatkan pada
membran sel melalui ikatan hidrogen, lalu labu erlenmeyer. Hasil penyaringan (ekstrak)
menghancurkan permeabilitas dinding sel bakteri selanjutnya diuapkan dengan rotary evaporator untuk
(Ramadhan, 2015). Sebelum digunakan sebagai memisahkan pelarut dan bahan terlarut yang nantinya
antibakteri, tanaman harus diekstraksi terlebih dahulu akan digunakan untuk uji daya hambat pertumbuhan
untuk mengeluarkan zat-zat yang dapat dimanfaatkan bakteri isolat klinis.
sebagai zat antibakteri. Prinsip ekstraksi adalah
melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan Pembuatan Media
senyawa non polar dalam pelarut non polar. Sebanyak 20 gram media NA (Merck)
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dilarutkan dalam 1 L aquades dalam erlenmeyer.
aktivitas ekstrak daun pegagan (Centella asiatica) Kemudian dididihkan sambil diaduk sampai merata,
dalam pelarut etanol terhadap pertumbuhan bakteri lalu disteril. Media NA yang telah steril kemudian
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dan dituangkan kedalam cawan petri steril yang akan
mengetahui aktivitas ekstrak daun pegagan (Centella digunakan sebagai media untuk menumbuhkan
asiatica) dalam pelarut etil asetat terhadap bakteri uji. Sebanyak 34 g Muller Hinton Agar
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan dilarutkan dalam 1L aquades dalam labu erlenmeyer,
Escherichia coli. kemudian didihkan sampai larut dan selanjutnya
disteril. Setelah disterilkan, medium dalam
Bahan dan Metode erlenmeyer yang masih hangat kemudian dituang ke
dalam petri disk yang telah disterilkan dan selanjutnya
Waktu dan Tempat didinginkan. Semua alat dan media disterilisasi
Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan autoclave selama 15 menit pada suhu
eksperimental, yaitu dengan memberikan perlakuan 121OC pada tekanan 1 atm.
terhadap ekstrak daun pegagan (Centella aisatica)
dalam pelarut etanol dan etil asetat terhadap Pengujian Aktivitas Antibakteri
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun pegagan
Eschericia coli. dilakukan dengan metode difusi sumur agar yang
Objek dalam penelitian ini adalah tanaman dikembangkan oleh NCCL (National Committee for
pegagan yang berada di area persawahan di Desa Clinical Laboratory Standards) (2012). Bakteri

500
Murdiyansah, S. et al., (2020). Jurnal Biologi Tropis, 20 (3): 499 – 506
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v20i3.1418

Staphylococcus aureus dan Escherichia coli umur 24 oleh Sutrisno et al. (2014), ekstrak pegagan pada
jam dilarutkan dalam NaCl 0,9% dengan konsentrasi konsetrasi 200 ppm menunjukkan aktivitas sebagai
1,5.108 sel/ml (setara MacFarland no. 0,5 dan bakteriostatik terhadap Staphylococcus aureus dan
diinokulasi menggunakan kapas swab di medium pada 1000 ppm memiliki aktivitas sebagai bakterisidal
Muller Hinton Agar (MHA). Selanjutnya dimedia dengan diameter 11,47 mm. Dalam penelitian ini,
MHA yang sudah dikultur bakteri uji dibuat sumur ekstrak daun pegagan dalam pelarut etanol
dengan diameter 5 mm dimasukkan 20 µl ekstrak menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus
pegagan. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37OC dengan diameter zona hambat 11.3 mm dan
selama 24 jam dan diukur diameter zona hambat Escherichia coli dengan diameter zona hambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan mencapa 13.3 mm.
Eschericia coli yang terbentuk di sekitar sumur. Data Clinical and Laboratory Standars Institute
dianalisis secara kualitativ dengan standar menurut (CLSI) (2012) menetapkan jika diameter daya hambat
Clinical and Laboratory Standars Institute (CLSI) suatu bahan aktif terhadap pertumbuhan suatu
(2012) dan secara kuantitatif menggunakan ANOVA. mikroba kurang 16 mm dikatagorikan resisten Ini
artinya senyawa aktif pada daun pegagan yang
Hasil dan Pembahasan diekstrak menggunakan pelarut etanol kurang efektif
menghambat pertumbuhan atau memiliki aktivitas
Daun pegagan (Centella asiatica) mengandung anti bakteri yang lemah bagi kedua mikroba tersebut.
beberapa zat kimia. Berdasarkan hasil penelitian oleh Kandungan zat aktif dalam tanaman pegagan
Kristina et al (2009) pegagan lapang/liar diketahui dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Bermawie et
mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder al. (2008), jenis tanah atau tempat tumbuh
yaitu: tannin, alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, dan memengaruhi kandungan zat yang terbentuk dalam
triterpenoid, tetapi tidak ditemukan steroid, dan tanaman, sehingga perbedaan tempat hidup dapat
steroid hanya ditemukan pada tanaman pegagan yang mempengaruhi kandungannya. Disamping itu juga
ditumbuhkan scara in vitro. Dalam penelitian yang jenis mikroba yang digunakan sebagai bakteri uji juga
lain, pegagan juga diketahui mengandung senyawa mempengaruhi aktivitas suatu bahan kimia terhadap
saponin, tannin, alkaloid, flavonoid (Ramadhan, pertumbuhan mikroba tersbut. Misalnya dalam
2015), tri-terpenoid, glikosida (Perry, 1980), dan penelitian oleh Ramadhan et al (2015) diketahui
steroid (Azzahra, 2018). bahwa ekstrak daun pegagan tidak dapat menghambat
pertumbuhan kuman Vibrio cholera secara invitro.
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Namun tidak dijelaskan jenis pelarut tang digunakan.
Pegagan (Centella asiatica) Perbedaan jenis zat active antimikroba dapat
memiliki target kerja di bagian sel yang berbeda,
Penelitian tentang uji aktivitas ekstrak daun seperti menghambat sintesis asam nukleat,
pegagan terhadap pertumbuhan bakteri menghambat fungsi membran sel, menghambat
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli metabolisme energi (Rijayanti, 2014), dan
ditunjukkan pada tabel 1. Aktivitas antibakteri meningkatkan permeabilitas membran sel bakteri
ekstrak daun pegagan dalam pelarut etanol dapat sehingga dapat mengubah struktur dan fungsi
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli membran, menyebabkan denaturasi protein membran
maupun Staphylococcus aureus sampai konsentrasi sehingga membran sel akan rusak dan lisis
70% sampai katagori resisten. Ekstrak daun pegagan (Widiastuti, 2016). Tanin bekerja dengan cara
dalam pelarut etanol manghambat pertumbuhan menghambat enzim reverse transkriptase dan DNA
bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat
dengan diameter kurang dari 16 mm. Ekstrak daun terbentuk (Nuria et al., 2009). Flavonoid sebagai
pegagan dalam pelarut etanol mempunyai zat aktif antibakteri bekerja dengan cara membentuk senyawa
sebagai antibakteri. Menurut Sugianto et al., (2010) kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut
etanol dapat melarutkan senyawa flavonoid, saponin, sehingga dapat merusak membrane sel bakteri dan
polifenol, dan alkaloid pada ekstrak tanaman pegagan. diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler (Nuria
Sementara menurut Samsumaharto (2011) etanol et al., 2009). Menurut Cushnie dan Lamb (2005),
dapat melarutkan senyawa flavonoid, saponin, dan flavonoid juga berperan dalam menghambat
polifenol. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang metabolisme energi. Saponin dapat menurunkan
dilakukan Sujono (2014) yang menjelaskan bahwa tegangan permukaan sehingga mengakibatkan
etanol dapat menyari senyawa seperti flavonoid, naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan
saponin, tannin, dan terpenoid. Selain itu pelarut mengakibatkan senyawa intraseluler akan keluar
etanol juga dapat menarik senyawa kurkumin dan (Nuria et al. 2009). Dalam penelitian ini belum
minyak atsiri (Putra, 2015). diketahui senyawa kimia utama yang dapat diekstrak
Senyawa kimia pada daun pegagan (Centella dari daun pegagan dalam pelarut etanol. Namun
asiatica) seperti tannin, alkaloid, flavonoid, saponin, diketahui aktivitas ekstrak etanol pegagan terhadap
tanin, dan triterpenoid dan diantaranya hanya alkaloid pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
yang tidak larut dalam pelaut polar. Dalam penelitian

501
Murdiyansah, S. et al., (2020). Jurnal Biologi Tropis, 20 (3): 499 – 506
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v20i3.1418

Escherichia coli dalam kategori intermediet menurut pelarut etil asetat dapat menarik senyawa golongan
standar dari (CLSI) (2012). flavonoid, tannin, saponin, minyak atsiri dan glikosida
pada rimpang bangle (Zingiber purpureum Roxb). Etil
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etilasetatl Daun Asetat sebagai pelarut dapat menyari senyawa-
Pegagan (Centella asiatica) senyawa yang memberikan aktivitas antibakteri,
diantaranya flavonoid, polihidroksi, fenol (Wardhani,
Etil asetat merupakan pelarut yang bersifat 2012), tannin, alkaloid, steroid (Hayati, 2012), kuinon
semi polar sehingga dapat menarik senyawa yang dan kumarin (Adfa, 2008). Sementara itu penelitian
bersifat polar maupun nonpolar, memiliki toksisitas yang dilakukan (Septiana, 2012) menunjukkan bahwa
rendah, dan mudah diuapkan sering digunakan untuk etil asetat dapat melarutkan senyawa flavonoid,
ekstraksi bahan-bahan alam. Aktivitas ekstrak daun tannin, saponin, dan terpenoid dari ekstrak rumpul laut
pegagan dalam pelarut etil asetat terhadap Sargassum duplicatum. Ekstrak dalam pelarut etil
pertumbuhan bakteri dan Escherichia coli data asetat juga memiliki kadar total fenol tertinggi
dilihat pada table 1. Dengan menggunakan standar dibandingkan ekstrak dalam pelarut etanol, heksan,
oleh CLSI (2012) dilakukan analisa aktivitas ekstrak methanol dan air.
daun pegagan dalam pelarut etil asetat. Terhadap Ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dalam
pertumbuhan Escherichia coli, ekstrak ini mampu pelarut etil asetat dalam penelitian Kursia (2016)
menghambat meskipun dalam katagori intermediet dapat menghambat pertumbuhan bakteri
atau sedang pada konsentrasi ekstrak sampai 70% Staphylococcus epidermidis pada konsentrasi 3 dan
dengan rata-rata diameter zona hambat 17 - 19.7 mm 5%, yang memiliki aktivitas daya hambat sebesar 9.8
Sedangkan terhadap pertumbuhan Staphylococcus dan 15 mm termasuk dalam kategori sedang dan kuat.
aureus, ekstrak etil asetat daun pegagan mampu Hal ini sejalan dengan penelitian ini, bahwa ekstrak
menghambat sampai diameter 30 mm pada daun pegagan dalam pelarut etil asetat lebih efektif
konsentrasi ekstrak 70% pada media uji yang ditandai digunakan dibandingkan ekstrak dalam pelarut etanol.
dengan terbentuknya zona bening (clear zone). Hal ini kemungkinan dikarenakan zat yang tersarikan
Etil asetat merupakan pelarut yang bersifat oleh pelarut semi polar terdiri dari senyawa aktif polar
semi polar kemungkinana dapat menarik senyawa dan non polar, sedangkan pelarut etanol mensarikan
polar dan non polor. Seperti pada penelitian yang hanya senyawa yang bersifat polar.
dilakukan Artini et al, (2013) menunjukkan bahwa

Tabel 1. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica).

Diameter Zona Hambat Bakteri Uji (mm)


No Bakteri Uji Etanol Etil Asetat
30% 50% 70% 30% 50% 70%
Escherichia coli 9 12.7 13.3 17 17.7 19.7
1
Kategori R R R I I I
Staphylococcus aureus 9.3 10.7 11.3 16 23 30
2
Kategori R R R I S S
Keterangan:

R = Resisten (Diameter ≤14 mm)


I = Intermediet (Diameter1 15–19 mm)
S = Sensitif (Diameter > 20mm) (CLSI, 2012)

502
Murdiyansah, S. et al., (2020). Jurnal Biologi Tropis, 20 (3): 499 – 506
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v20i3.1418

35

Diameter Zona Hambat (mm)


30
25
20
15
10
5 Etanol
0 Etil Asetat
30% 50% 70% 30% 50% 70%
Escherichia coli Staphylococcus
aureus
Konsentrasi Ekstrak

Gambar 1: Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica).

Uji ANOVA berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri ekstrak


Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak daun daun pegagan (Centella asiatica). Sedangkan untuk
pegagan (Centella asiatica) dengan menggunakan uji faktor interaksi faktor pelarut dan konsentrasi ekstrak
ANOVA dua arah dengan interaksi, pada bakteri uji hanya terdapat interaksi pada bakteri Staphylococcus
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus diperoleh aureus.
data bahwa, faktor pelarut dan faktor konsentrasi

Tabel 2. Hasil uji anova dua arah dengan interaksi aktivitas antibakteri ekstrak daun pegagan (Centella
asiatica).
Sumber Jumlah Derajat Kuadrat
F
No Bakteri uji Keragaman Kuadrat Bebas Tengah F Tabel
Hitung
(SK) (JK) (DB) (KT)
Pelarut 186.89 1 186.89 55.15 4.75
Konsentrasi 37.44 2 18.72 5.52 3.89
1 Escherichia coli Interaksi 6.78 2 3.39 1 3.89
Galat 40.67 12 3.39
Total 271.78 5
Pelarut 709.39 1 709.39 106.41 4.75
Konsentrasi 192.11 2 96.06 14.41 3.89
Staphylococcus
2 Interaksi 108.11 2 54.06 8.11 3.89
aureus
Galat 80.00 12 6.67
Total 1089.61 5

Tabel 3. Uji BNT faktor pelarut aktivitas antibakteri ekstrak daun pegagan (Centella asiatica).

Bakteri uji Perlakuan Rata-rata Rata-rata + BNT Nilai BNT


a
Etanol 11.66 15.67
Escherichia coli 4.01
Etil Asetat 18.13 22.14b
Etanol 10.43 16.05a
Staphylococcus aureus 5.62
Etil Asetat 23 28.62b
*) Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda yaitu berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf
α=5%.

Hasil uji BNT faktor pelarut pada ekstrak daun antibakteri pada bakteri Escherichia coli dan
pegagan (Centella asiatica) terhadap aktivitas Staphylococcus aureus menunjukkan bahwa ekstrak

503
Murdiyansah, S. et al., (2020). Jurnal Biologi Tropis, 20 (3): 499 – 506
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v20i3.1418

daun pegagan dalam pelarut etanol berbeda nyata aktivitas antibakteri ekstrak daun pegagan dalam
dengan ekstrak daun pegagan dalam pelarut etil asetat. pelarut etanol. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak
Ekstrak daun pegagan dalam pelarut etil asetat daun pegagan dalam pelarut etil asetat lebih efektif
memiliki rata-rata aktivitas antibakteri lebih besar digunakan sebagai larutan penyari untuk mengekstrak
dengan nilai uji BNT 26,27 mm pada bakteri daun pegagan (Centella asiatica) pada kedua bakteri
Staphylococcus aureus dibandingkan dengan rata-rata uji

Tabel 4.4 Uji BNT faktor konsentrasi aktivitas antibakteri ekstrak daun pegagan (Centella asiatica)

Rata-rata Rata-rata + BNT


Bakteri Uji Perlakuan Nilai BNT
(mm) (mm)
30% 13 17.01a
Escherichia coli 50% 15.2 19.21b 4.01
b
70% 16.5 20.51
30% 12.65 18.27a
Staphylococcus aureus 50% 16.85 22.47b 5.62
c
70% 20.65 26.27
*) Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda yaitu berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf α=5%.

Faktor konsentrasi ekstrak daun pegagan berbeda nyata dengan aktivitas antibakteri ekstrak
(Centella asiatica) terhadap aktivitas antibakteri pada daun pegagan konsentrasi 50%, dan aktivitas
bakteri Escherichia coli memiliki hasil uji BNT, antibakteri ekstrak daun pegagan konsentrasi 50%
aktivitas antibakteri ekstrak daun pegagan berbeda nyata dengan aktivitas antibakteri ekstrak
konsentrasi 30% berbeda nyata dengan aktivitas daun pegagan konsentrasi 70%. Hasil uji BNT
antibakteri ekstrak daun pegagan konsentrasi 50 dan aktivitas antibakteri paling tinggi dengan nilai 26,27
70%, tetapi pada aktivitas antibakteri ekstrak daun mm pada aktivitas antibakteri ekstrak daun pegagan
pegagan konsentrasi 50% tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 70% dengan bakteri uji Staphylococcus
aktivitas antibakteri ekstrak daun pegagan aureus. Dari hasil uji BNT faktor pelarut dapat
konsentrasi 70%. Kemudian untuk bakteri uji disimpulkan bahwa aktivitas antibakteri ekstrak daun
Staphylococcus aureus memiliki hasil uji BNT pegagan konsentrasi 70% lebih efektif dibandingkan
berbeda nyata pada ketiga konsentrasi. Aktivitas dengan aktivitas antibakteri ekstrak daun pegagan
antibakteri ekstrak daun pegagan konsentrasi 30% konsentrasi 30 dan 50%.

Tabel 4.5 Uji BNT interaksi faktor pelarut dan konsentrasi aktivitas antibakteri ekstrak daun pegagan (Centella
asiatica).
Rerata faktor konsentrasi (%)
Bakteri uji Faktor pelarut Nilai BNT
30% 50% 70%
Etanol 9.3 10.7 11.3
a b
Rata-rata + BNT 14.92 16.32 16.92b
Staphylococcus aureus 5.62
Etil Asetat 16 23 30
Rata-rata + BNT 21.62a 28.62b 35.62c
*) Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda yaitu berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf α=5%.

Uji BNT interaksi faktor pelarut dan berbeda tidak nyata dengan aktivitas ekstrak daun
konsentrasi ekstrak daun pegagan (Centella asiatica) pegagan dalam pelarut etanol konsentrasi 70%.
menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara faktor Sedangkan untuk pelarut etil asetat hasil uji BNT
pelarut dengan faktor konsentrasi ekstrak pada bakteri menunjukkan aktivitas antibakteri berbeda nyata pada
Staphylococcus aureus. Hasil tersebut menunjukkan setiap konsentrasi. Hasil uji BNT tertinggi terdapat
bahwa pada bakteri Staphylococcus aureus aktivitas pada aktivitas ekstrak daun pegagan dalam pelarut
ekstrak daun pegagan dalam pelarut etanol etanol pelarut etanol konsentrasi 70% dengan nilai
konsentrasi 30% berbeda nyata dengan aktivitas 35,62 mm.
ekstrak daun pegagan dalam pelarut etanol Berdasar hasil uji BNT dapat diketahui bahwa
konsentrasi 50 dan 70%, dan aktivitas ekstrak daun pemilihan pelarut dan konsentrasi ekstrak
pegagan dalam pelarut etanol konsentrasi 50% berpengaruh nyata terhadap rata-rata aktivitas

504
Murdiyansah, S. et al., (2020). Jurnal Biologi Tropis, 20 (3): 499 – 506
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v20i3.1418

antibakteri bakteri uji. Penentuan konsentrasi ekstrak antibakteri, (Diakses 16 Agustus


juga dapat memberikan pengaruh yang signifikan 2016).
terhadap rata-rata aktivitas antibakteri terhadap
bakteri uji. Semakin tinggi konsentrasi yang Bayyinatul, M. (2011). Pengaruh Pemberian
digunakan maka semakin efektif aktivitas antibakteri Ekstrak Daun Pegagan (Centella
yang dihasilkan. asiatica, L. Urban) Terhadap Jumlah
Korpus Lut eum dan Kebuntingan
Kesimpulan Mencit (Mus musculus) Betina, diakses
pada
Ekstrak daun pegagan (Centella asiatica) http://www.berkalahayati.org/index.php/bph/a
dalam pelarut etanol menghambat pertumbuhan rticle/download/234/170
bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
dengan katagori resisten (lemah). Ekstrak daun Bermawie, N., S. Purwiyanti, & Mardiana (2008).
pegagan (Centella asiatica) dalam pelarut etil asetat Keragaan sifat morfologi, hasil, dan mutu
mampu menghambat pertumbuhan bakteri plasma nutfah pegagan (Centella asiatica (L.)
Escherichia coli pada kategori Intermediet, dan Urban). Bul. Penel. Tan. Rempah dan Obat
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dalam kategori kategori Sensitif. Ekstrak daun
CLSI (2012). Performance Standards for
pegagan (Centella asiatica) dalam pelarut etilasetat
Antimicrobial Disc Suspectibility Tests.
lebih efektif dibandingkan pelarut etanol.
Approved Standard—Eleventh Edition.
Ucapan Terima kasih https://www.google.com/search?safe=strict&r
lz=1C1GGRV_enID752ID752&q=pJanuary+
Terma kasih penulis sampaikan kepada 2012+M02-.5
pembimbing yang telah membimbing serta laboran
Cushnie, T.P.T., & A.J. Lamb. (2005). Antimicrobial
laboratorium biologi FKIP Universitas Mataram yang
Activity of Flavonoids. International Journal
telah memfasilitasi pelaksanaan penelitian ini.
of Antimicrobial Agents.
Terimakasih juga kami sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian Hayati, E. K., Akyunul, J., & Rachmawati, N. (2012).
ini. Identifikasi Senyawa dan Aktivitas
Antimalaria In Vivo Ekstrak Etil Asetat
Referensi Tanaman Anting-Anting (Acalypha indica
L.). Jurnal: UIN Maulana Malik Ibrahim
Adfa, M. (2008). Senyawa Antibakteri Dari Daun Malang Molekul, 7(1).
Pacar Air (Impatiens Balsamina
Linn.). Jurnal: Fakultas Matematika Dan Kristina, N.N., E. D. Kusumah & P. K. Lailani (2009).
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Analisis Fitokimia dan Penampilan Polapita
Bengkulu. Protein Tanaman Pegagan (Centella Asiatica)
Hasil Konservasi In Vitro. Bul. Littro. 20 (1),
Asri, M. J. (2011). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak 2009, 11 – 20.
Daun Kelor (Moringa oleifera http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.ph
Lamk.)Terhadap Pertumbuhan Bakteri p/bultro/article/view/1895
Isolat Klinis. Skripsi. Mataram: FKIP
Universitas Matarm. Kursia, S., Julianri, S. L., Burhanuddin, T., Asril,
B., Wa, O. R., Rahim & Nursamsiar (2016).
Artini, P. E. U. D., Astuti, K. W., & Warditiani, N. K. Uji Aktivitas Antibakteri
(2013). Uji Fitokimia Ekstrak Etil Asetat Ekstrak Etilasetat Daun Sirih Hijau
Rimpang Bangle (Zingiber purpureum (Piper betle L.) terhadap Bakteri
Roxb.). Jurnal: Jurusan Farmasi Fakultas Staphylococcus epidermidis. Jurnal: IJPST
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam 3(2).
Universitas Udayana. 2 (4).
Lusiana, Dhafir F. & Masrianih (2013). Pengeruh
Azzahra, F., & Hayati M. (2018). Uji Aktivitas Ekstrak Pemberian Ekstrak Daun Pegagan
Daun Pegagan (Centella asiatica (L). (Centella Asiatica) Terhadap Motilitas
Urb) Terhadap Pertumbuhan Spermatozoa Mencit (Mus Musculus)
Streptococcus mutans. Jurnal. Padang: Galur Ddy. Jurnal: FKIP Universitas
Universitas Baiturrahmah. Jurnal B-Dent, 5 Tadulako. ISSN : 2338-1795. 2: 24-29.
(1), Juni 2018 : 9 – 19
Nuria, M.C., A. Faizatun. & Sumantri (2009). Uji
Badan POM RI. (2016). Antibakteri, Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jarak
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/51- Pagar (Jatropha cuircas L) terhadap Bakteri

505
Murdiyansah, S. et al., (2020). Jurnal Biologi Tropis, 20 (3): 499 – 506
DOI: http://dx.doi.org/10.29303/jbt.v20i3.1418

Staphylococcus aureus ATCC 25923, Edition. New York: John Wiley dan Sons, Lnc.
Escherichia coli ATCC 25922, dan Salmonella Pp 722-723.
typhi ATCC 1408. Jurnal Ilmu – ilmu
Pertanian. Sriwarthini, N. L. P. N. (2014). Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Kulit Batang Kamboja
Perry, lL. M. (1980). Medicinal Plants of East and (Plumeria acuminata, Ait.) Terhadap Bakteri
South East Asia. USA: MIT Press. Isolat Klinis. Skripsi. Mataram: FKIP
Universitas Mataram.
Putra, A.M.P., Rustifah & Muhammad, A. (2015). Uji
Daya Hambat Ekstrak Etanol Rimpang Sugianto, I. S., Subandi, & Muntolib. (2013). Uji
Temu (Curcuma heyneana Val.) Terhadap fitokimia ekstrak pegagan (Centella
Pertumbuhan Escherichia coli Secara asiatica) dan buah sirsak (Annona muricata
in Vitro. Jurnal: Jurnal Ilmiah Manuntung, l.) serta potensinya sebagai inhibitor enzim
1(1). xantin oksidase. Jurnal : Universitas
Negeri Malang.
Rahmadani, ST. (2011). Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Daun Binahong (Anredea Rijayanti, P.R. (2014). Uji Aktivitas Antibakteri
cordofolia Ten. Steenis) terhadap Ekstrak Etanol Daun Mangga Bacang
Pertumbuhan Bakteri Isolat Klinis. Skripsi. (Maangifera foetidar) Terhadap
Mataram: Universitas Mataram. Staphylococcus aureus Secara In Vitro.
Naskah Publikasi. Pontianak: Fakultas
Ramadhan, N. S., Rasyid R. & Elmatris Sy. (2015). Kedokteran Universitas Tanjungpura.
Daya Hambat Ekstrak Daun Pegagan
(Centella asiatica) yang Diambil di Sujono, T.A., Ullya, N.W.H., & Saifullah, T.N.S.
Batusangkar terhadap Pertumbuhan Kuman (2014). Efek Gel Ekstrak Herba Pegagan
Vibrio cholerae secara In Vitro. Jurnal: (Centella asiatica l. urban) dengan Gelling
Fakultas Kedokteran Universitas Agent Hidroksipropil Methylcellulose
Andalas Padang. Terhadap Penyembuhan Luka Bakar pada
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/artic Kulit Punggung Kelinci. Jurnal: Biomedika,
le/download/222/216 6(2).

Samsiar, A., Ramadhan, & Tureni D. (2013). Sutrisno, E., Adnyana, I.K., Sukandar, E.Y., Fi
Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Drianny, I. & Lestari, t. (2014). Kajian
Pegagan (Centella asiatica) terhadap Aktivitas Penyembuhan Luka dan Antibakteri
Morfologi Spermatozoa Mencit (Mus Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) steenis,
musculus) Galur DDY. Jurnal: FKIP Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) Serta
Universitas Tadulako. ISSN : 2338-1795, 2: Kombinasinya Terhadap Bakteri
20-23. Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa dari Pasien Luka Kaki
Samsumaharto, R. A & Y. N. E. I Sari (2011). Uji Diabetes. Jurnal: Institut Teknologi Bandung.
Aktivitas Antibakteri Ekstrak n ISSN 1411 –0903. 16 (2), Juli 2014: 78 – 82.
heksana, Etil Asetat, dan Etanol 70%
Daun Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Wardhani, L. K., & Sulistyani N. (2012). Uji Aktivitas
terhadap Staphylococcus aureus ATCC Antibakteri Ekstrak Etil Asetat Daun
25923. Diakses dari Binahong (Anredera scandens (l.)
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/411136 moq.) Terhadap Shigella flexneri Beserta
42_1979-035X.pdf Profil Kromatografi Lapis Tipis. Jurnal:
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Jurnal
Septiana, A.T., & Ari, A. (2012). Kajian Sifat Ilmiah Kefarmasian, 2 (1): 1-16.
Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut Coklat
Sargassum duplicatum Menggunakan Widiastuti, R., Nurhaeni, F., Marfuah LD., & Wibowo
Berbagai Pelarut dan Metode Ekstraksi. SG. (2016). Potensi Antibakteri dan
Jurnal: Agrointek, 6(1). Anticandida Ekstrak Etanol Daun Pegagan
(Centella asiatica (L). Urb.). Jurnal.
Sopiana, E. (2014). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Yogyakarta: Farmasi Poltekkes Bhakti Setya
Tanaman Patikan Kebo (Euphorbia hirta Indonesia.
L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Isolat Klinik. Skripsi. Mataram: FKIP
Universitas Mataram.

Snyder, C. R., J.J. Kirkland., & J. L. Glajach (1997).


Practical HPLC Method Development Second

506

Anda mungkin juga menyukai