Munakahat Kelompok10
Munakahat Kelompok10
KELOMPOK 10
ILHAM RIDHO PRATAMA (21416255201130)
b) Syarat nikah
Perkawinan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan
ini yaitu dengan aqad nikah (melalui jenjang perkawinan), bukan dengan cara yang amat
kotor menjijikan seperti cara-cara orang sekarang ini dengan berpacaran, kumpul kebo,
melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan
oleh Islam.
Sasaran utama dari disyari'atkannya perkawinan dalam Islam di antaranya ialah untuk
membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang telah menurunkan
manusia yang luhur. Islam memandang perkawinan dan pembentukan keluarga sebagai
sarana efefktif untuk memelihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi
masyarakat dari kekacauan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“ Wahai para pemuda, Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka
nikahlah, karena nikah itu lebih menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji
(kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena
shaum itu dapat membentengi dirinya".
Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami istri melaksanakan syari’at
islam dalam rumah tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syari’at
Islam adalah wajib.
Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah dan berbuat
baik kepada sesama manusia. Dari sudut pandang ini, rumah tangga adalah salah satu lahan
subur bagi peribadatan dan amal shalih di samping ibadat dan amal-amal shalih yang lain,
sampai sampai menyetubuhi istri-pun termasuk ibadah (sedekah).
Dan yang terpenting lagi dalam perkawinan bukan hanya sekedar memperoleh anak,
tetapi berusaha mencari dan membentuk generasi yang berkualitas, yaitu membentuk anak
yang shalih dan bertaqwa kepada Allah.Tentunya keturunan yang shalih tidak akan diperoleh
melainkan dengan pendidikan Islam yang benar.
C. Hukum Perkawinan
Pada dasarnya isam sangat menganjurkan kepada umatnya yang sudah mampu untuk
menikah. Namun karena adanya beberapa kondisi yang bermacam-macam, maka
hukum nikah ini dapat dibagi menjadi lima macam.
1) Sunnah, bagi orang ysng berkehendak dan baginya yang mempunya biaya
sehingga dapat memberikan nafkah kepada istri dan keperluan-keperluan lain
yang mesti dipenuhi.
2) Wajib, bagi yang mampu melaksanakan pernikahan dan kalau tidak menikah ia
akan terjerumus dalam perzinahan.
3) Makruh, orang yang tidak mampu melaksanakan pernikahan karena tidak mampu
menafkahi istrinya atau kemungkinan lemah syahwat.
4) Haram, bagi orang yang ingin menikahi dengan niat untuk menyakiti istrinya atau
menyia-nyiakannya. Hukum haram ini juga terkena bagi orang yang tidak mampu
menafkahi istrinya.
5) Mubah, bagi orang-orang yang tidak terdesak oleh hal-hal yang mengharuskan
segera nikah atau yang mengharamkannya.
D. Nikah Siri
Nikah siri lebih dikenal dengan definisi pernikahan yang sah menurut agama,
namun tidak sah menurut Undang-Undang.
Ada dua pemahaman tentang makna nikah siri di kalangan masyarkat Indonesia,
yaitu:
1) Nikah sirih dipahami sebagai sebuah akad nikah yang tidak tercatat di pegawai
nikah, namun syarat dan rukunnya sudah sesuai dengan hukum islam.
2) Nikah sirih didefinisikan sebagai pernikahan yang dilakukan tanpa wali nikah
yang sah dari pihak perempuan.
2. Peminangan menurut islam
Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI), peminangan adalah kegiatan upaya ke arah
terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dengan seorang wanita.
ada perbedaan mendasar antara fuqaha dan Kompilasi Hukum Islam di dalam
mendefinisikan khitbah. Definisi Kompilasi Hukum Islam lebih umum mencakup pihak pria
dan wanita. Artinya, yang mengajukan peminangan tidak melulu dari pihak pria, tapi pihak
wanita pun berhak mengajukan peminangan terlebih dahulu–seperti tradisi di Minangkabau.
Berbeda dengan definisi para fuqaha yang berindikasi hanya pihak pria yang berhak
melakukan peminangan terlebih dahulu.
Pada realitanya, dalam Islam sendiri tidak ada larangan perempuan yang mengajukan
pinangan terlebih dahulu. Bahkan, bisa jadi sangat dianjurkan bila pria yang hendak dipinang
adalah orang yang saleh, seperti dalam Surah al-Qasas: 27 yang menceritakan seorang ayah
yang meminang Nabi Musa as. untuk menikahi salah satu putrinya. Yang galib di masyarakat
adalah pihak pria yang meminang terlebih dahulu bukan wanita.
2) Hukum Peminangan
2. Haram (dilarang)
a. Yaitu apabila perempuan itu dalam status perkawinan (bersuami)
b. Apabila perempuan itu telah dipinang lebih dahulu oleh laki-laki lain.
c. Apabila perempuan itu dalam masa ‘iddah baik dalam ‘iddah thalak raj’j, thalak
bain maupun ‘iddah karena ditinggal mati oleh suaminya.
3) Syarat-syarat khitbah
Khitbah tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, begitu pula dengan yang
dikhitbah.
A. Pengertian Mahar
Mahar adalah pemberian wajib berupa uang atau barang dari mempelai laki-
laki kepada mempelai perempuan, ketika dilangsungkan akad nikah. Mahar secara
etimologi artinya mas kawin baik berupa benda maupun jasa. Mahar juga
merupakan salah satu unsur terpenting dalam proses pernikahan.
hukum memberikan mahar dalam Islam adalah wajib. Meski hukumnya wajib,
mahar tidak harus dalam bentuk harta dengan nominal mahal.
JK َّم ِر ۤ ْئـًٔاJKص ُد ٰقتِ ِه َّن نِحْ لَةً ۗ فَا ِ ْن ِط ْبنَ لَ ُك ْم ع َْن َش ْي ٍء ِّم ْنهُ نَ ْفسًا فَ ُكلُوْ هُ هَنِ ۤ ْئـًٔا
َ َو ٰاتُوا النِّ َس ۤا َء
Artinya: “Dan berikanlah maskawin (mahar) kepada perempuan (yang kamu
nikahi) sebagai pemberian yang penuh kerelaan. Kemudian, jika mereka
menyerahkan kepada kamu sebagian dari (maskawin) itu dengan senang hati,
maka terimalah dan nikmatilah pemberian itu dengan senang hati.”
C. Syarat-Syarat Mahar
a. Harta/bendanya berharga
b. Barangnya suci dan bisa diambil manfaat.
c. Barangnya bukan barang gasab
Gasab artinya mengambil barang milik orang lain tanpa seizinnya.
d. Bukan barang yang tidak jelas keadaanya
D. Macam-Macam Mahar
Ulama fiqih sepakat bahwa mahar itu ada dua macam, yaitu:
1. Mahar Musamma
Mahar musamma yaitu mahar yang sudah disebut atau dijanjikan kadar
dan besarnya ketika akad nikah, atau mahar yang dinyatakan kadarnya pada
waktu nikah.
Kalangan ulama sepakat secara bulat, Bahwa tidak ada batasan tertinggi
mahar yang diberikan mempelai pria kepada istrinya. Agama tidak menetapkan
jumlah minimum dan begitu pula jumlah maksimum dari maskawin. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan tingkatan kemampuan manusia dalam memberikan-
nya.
4. Talak
1) Pengertian Talak
Talak atau dalam bahasa Arab disebut thalaq adalah memutuskan hubungan
antara suami istri dari ikatan pernikahan yang sah menurut syariat agama. Menurut
bahasa talak berarti melepaskan ikatan. Menurut istilah talak ialah lepasnya ikatan
pernikahan dengan lafal talak.
2) Hukum Talak
3) Jenis-jenis Talak
1. Dilihat dari sighat (ucapan) talak
Ini adalah talak yang diucapkan oleh suami kepada istrinya dengan lafadz
atau ucapan yang jelas. Meski diucapkan tanpa ada niat atau saksi, akan tetapi
suami tetap dianggap menjatuhkan cerai.
Ini adalah talak yang diucapkan oleh suami kepada istrinya dengan
menggunakan kata-kata yang di dalamnya mengandung makna perceraian, meski
tidak secara langsung. Suami yang menjatuhkan talak dengan lafadz talak kinayah
dan tidak ada niat untuk menceraikan istrinya, dianggap tidak jatuh talak.
Ini merupakan jenis perceraian atau talak yang paling umum terjadi, di
mana suami menjatuhkan talak kepada istrinya. Begitu suami yang
mengucapkan lafadz talak kepada istri, maka talak atau cerai tersebut telah
dianggap jatuh.
Talak Raj’i
Talak Bain
ini adalah proses perceraian saat suami mengucapkan atau
melafadzkan talak tiga kepada istrinya. Dalam kasus ini, suami
tidak boleh rujuk dengan istrinya, kecuali istri telah menikah
kembali dengan orang lain lalu istri diceraikan oleh suami barunya
dan telah habis masa iddahnya.
Talak Sunni
Talak Bid’i
Talak Taklik
Ada dua istilah terkait gugat cerai yang dilakukan oleh istri atas suaminya, yakni:
Fasakh
Khulu’
Khulu' merupakan proses perceraian atas permintaan dari
pihak istri dan suami setuju dengan hal tersebut dengan syarat
sang istri memberikan imbalan kepada sang suami