MAKALAH K3 Edit

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

K3 PEKERJAAN KONSTRUKSI

PROYEK PEMBANGUNAN KAMPUS TERPADU UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

JALAN RINGROAD SELATAN YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :

YOGYAKARTA

2017
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN 
I.A Latar Belakang ............................................................................................................ 1
I.B Dasar Hukum .............................................................................................................. 1
I.C Ruang Lingkup ........................................................................................................... 2
I.D Metode Pengumpulan Data ........................................................................................ 2

BAB II MAKSUD DAN TUJUAN


II.A Maksud ...................................................................................................................... 4
II.B.Tujuan ........................................................................................................................ 4

BAB III PERMASALAHAN DI LAPANGAN


III.A. PEKERJAAN PONDASI .......................................................................................... 6
II.B. PEKERJAAN PEMBETONAN .................................................................................. 6
III.C. PEKERJAAN BAJA ................................................................................................ 6
III.D. PEKERJAAN ELEKTRIKAL ................................................................................... 6
IV.E.PEKERJAAN MEKANIKAL ..................................................................................... 6
V.F. PERALATAN KONTRUKSI ................................................................................... 7

BAB IV ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH


IV.A. ANALISA ................................................................................................................. 8
IV.A.1. PEKERJAAN PEMBETONAN .............................................................................. 8
IV.A.2. PEKERJAAN BAJA .............................................................................................. 10
IV.A.3. PEKERJAAN ELEKTRIKAL ................................................................................. 12
IV.A.4. PEKERJAAN MEKANIKAL .................................................................................. 13
IV.A.5. PERALATAN KONSTRUKSI ................................................................................ 13

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


V.A. KESIMPULAN .......................................................................................................... 15
V.B. SARAN ..................................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I.A. LATAR BELAKANG

Proyek Konstruksi melibatkan banyak tenaga lokal dan non lokal yang diantaranya
merupakan tenaga teknis dan non teknis, tetapi diantaranya kategori keduanya yang lebih
banyak adalah melibatkan tenaga non teknis. Hal ini mengakibatkan resiko perilaku dan
kondisi yang tidak aman dalam bekerja sangat tinggi.
Tahap pelaksanaan proyek konstruksi, ada beberapa hal yang harus dipenuhi,
antara lain pengetahuan konstruksi, pemahaman, perencanaan, persiapan dan koordinasi
kinerja yang baik dan ter integrasi. Koordinasi harus dilakukan selama pelaksanaan
proyek berlangsung dan setelah pelaksanaan selesai terkait dengan pemeliharaan
(maintenance). Oleh karena itu pekerjaan konstruksi merupakan pekerjaan yang sangat
kompleks dan penggabungan dari beberapa disiplin ilmu, baik secara teknis maupun non
teknis termasuk unsur sumber daya manusia.
Kegiatan konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan yang
menimbulkan berbagai dampak negatif yang tidak diinginkan menyangkut aspek
keselamatan kerja dan lingkungan. Kegiatan konstruksi tersebut harus dikelola dengan
memperhatikan standart dan ketentuan K3 yang berlaku.
Karakteristik kegiatan Proyek Konstruksi antara lain adalah :
• Memiliki masa kerja terbatas
• Melibatkan jumlah tenaga kerja yang banyak.
• Melibatkan tenaga kerja kasar yang berpendidikan rendah.
• Melibatkan intensitas kerja yang tinggi
• Bersifat multi disiplin dan multi craft
• Menggunakan peralatan kerja beragam, jenis, teknologi, kapacitas dan kondisinya.
• Memerlukan mobilitas yang tinggi ( peralatan, material dan tenaga kerja )

1.B. Dasar Hukum


• UU Keselamatan Kerja (UUKK) No. 1 tahun 1970. Undang-undang ini merupakan
undang-undang pokok yang memuat aturan-aturan dasar atau ketentuan-ketentuan
umum tentang keselamatan kerja di segala macam tempat kerja yang berada di
wilayah kekuasaan hukum NKRI.
• UU No. 13 tahun 2003 : tentang ketenaga kerjaan

1
• UU No. 18 tahun 1999 : tentang Jasa Konstruksi
• SKB Menaker No. 174 tahun 1986 dan Men PU No. 104 tahun 1986 : tentang K3
Konstruksi
• Permenaker No. 5 tahun 1996 : tentang SM K3
• Ins menaker No. 01 tahun 1992 : tentang Pemeriksaan Unit Organisasi K3.
• UUD 1945 pasal 27 (2) yang menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warganegara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Ini berarti setiap
warga negara berhak hidup layak dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak
menimbulkan kecelakaan/ penyakit.
• UU No. 14 tahun 1969 : yang menyebutkan bahwa tenaga kerja merupakan modal
utama serta pelaksana dari pembangunan.

I.C. Ruang Lingkup


Setiap Proyek memiliki karakteristik berbeda, misalnya proyek bangunan bertingkat,
bangunan bendungan, pabrik, jembatan dan sebagainya, sehingga perlu dilakukan
identifikasi potensi bahaya di dalam suatu kegiatan konstruksi yang akan
dilaksanakan. Identifikasi potensi bahaya menurut area atau bidang kegiatan
masing-masing. Di dalam pekerjaan proyek konstruksi terdapat beberapa bidang
pekerjaan yang meliputi :
• Pekerjaan Pondasi
• Pekerjaan Beton
• Pekerjaan Baja
• Pekerjaan Elektrikal
• Pekerjaan Mekanikal
• Peralatan Konstruksi

I.D. METODE PENGUMPULAN DATA
Pada pembuatan makalah ini terkait dengan pengumpulan data dilakukan dengan
beberapa cara antara lain :
• Metode Interview
Interview dilakukan terhadap tenaga kerja di lokasi pekerjaan dan pemilik
proyek yaitu safety officer
• Observasi Lapangan
Sebelum memulai suatu pekerjaan, harus dilakukan identifikasi bahaya guna
mengetahui potensi bahaya dalam setiap pekerjaan. Identifikasi bahaya
2
dilakukan bersama pengawas pekerjaan dan safety departemen. Identifikasi
bahaya menggunakan teknik yang sudah baku seperti Check List, what If,
hazops, dan sebagainya. Semua hasil idetifikasi bahaya harus
didokumentasikan dengan baik dan dijadikan sebagai pedoman dalam
melakukan setiap kegiatan. Identifikasi bahaya harus dilakukan pada setiap
tahapan proyek yang meliputi :
a. Design phase
b. Procurement
c. Konstruksi
d. Commisioning dan start-uap
e. Penyerahan kepada pemilik

3
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

II.A.Maksud
Sesuai perkembangan proyek dilakukan kajian K3 yang mencakup kehandalan
K3 dalam rancangan dan pelaksanaan pembangunannya. Seorang ahli K3 harus
mengerti tentang pemgelolaan keselamatan dan kesehataan kerja termasuk
didalamya perundang-undangan yang berlaku yaitu :
- UU Keselamatan Kerja (UUKK) No. 1 tahun 1970. Undang-undang ini merupakan
undang-undang pokok yang memuat aturan-aturan dasar atau ketentuan-ketentuan
umum tentang keselamatan kerja di segala macam tempat kerja yang berada di
wilayah kekuasaan hukum NKRI.
- UU No. 13 tahun 2003 : tentang ketenaga kerjaan
- UU No. 18 tahun 1999 : tentang Jasa Konstruksi
- SKB Menaker No. 174 tahun 1986 dan Men PU No. 104 tahun 1986 : tentang K3
Konstruksi
- Permenaker No. 5 tahun 1996 : tentang SM K3
- Ins menaker No. 01 tahun 1992 : tentang Pemeriksaan Unit Organisasi K3.
- UUD 1945 pasal 27 (2) yang menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warganegara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Ini berarti setiap
warga negara berhak hidup layak dengan pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak
menimbulkan kecelakaan/ penyakit.
- UU No. 14 tahun 1969 : yang menyebutkan bahwa tenaga kerja merupakan modal
utama serta pelaksana dari pembangunan.

II.B. Tujuan
1. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan sertifikat ahli muda K3, perlu adanya
kunjungan lapangan untuk mengetahui serta menemukan kondisi lapangan yang
sesungguhnya secara faktual terkait dengan pelaksanaan K3 di lokasi pekerjaan.
Adapun lokasi proyek yang dikunjungi pada saat ini adalah :
Proyek : PEMBANGUNAN KAMPUS TERPADU UNIVERSITAS
AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA
Kontraktor : PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN ( PP ), Tbk.
Alamat : Semarang

4
2. Dari sisi keproyekan diharapkan peserta pelatihan dapat mengetahui kondisi
lapangan yang ada antara lain:
• Kelangsungan proses konstruksi terutama dari segi K3
• Tujuan pembangunan proyek bisa tercapai secara sempurna baik aspek
ekonomi, aspek sosial,aspek lingkungan dan aspek kesehatan dan keselamatan.

5
BAB III
PERMASALAHAN DI LAPANGAN
III.A.PEKERJAAN PONDASI
Sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan pada hari Kamis tanggal 20 April
2017, tidak ada temuan yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja
tentang pekerjaan pondasi, sehingga tidak dapat diidentifikasi permasalahan di
lapangan.
III.B. PEKERJAAN PEMBETONAN
Pada tahap ini dari hasil pengamatan di lapangan terdapat beberapa pekerjaan
yang tidak sesuai dengan standar K3 :
- Pekerja pembetonan tidak memakai sarung tangan.
- Pekerjaan begesting ditemukan pekerja yang merokok
- Pada pekerjaan di ketinggian beberapa pekerja tidak memakai safety-belt.
- Pada pembetonan lokasi rencana Lift belum di beri pengaman
III. C. PEKERJAAN BAJA
Pada tahap ini dari hasil pengamatan di lapangan terdapat beberapa pekerjaan
yang tidak sesuai dengan standar K3 :
- Pekerjaan pengelasan di temukan tabung Oksigen dalam posisi tidur.
- Pekerja perakitan kolom banyak yang tidak menggunakan sarung tangan.
- Pekerja perakitan kolom banyak yang tidak menggunakan masker.
- Pada pekerjaan di ketinggian beberapa pekerja tidak memakai safety-belt.
III. D. PEKERJAAN ELEKTRIKAL
Pada tahap ini dari hasil pengamatan di lapangan terdapat beberapa pekerjaan
yang tidak sesuai dengan standar K3 :
- Alat perancah yang di gunakan untuk instalasi tidak sesuai dengan standar
- Banyak kabel yang bergelantungan
- Terdapat kabel listrik di genangan air
- Instalasi Kabel dalam proses penerangan sementara cenderung tidak rapi
IV. E. PEKERJAAN MEKANIKAL
Pada tahap ini dari hasil pengamatan di lapangan terdapat beberapa pekerjaan
yang tidak sesuai dengan standar K3 :
- Pembuangan limbah peralatan mekanikal yang masih sembarangan
- Pembuangan limbah sisa makanan dari pekerja operator alat berat

6
V. F. PERALATAN KONSTRUKSI
Pada tahap ini dari hasil pengamatan di lapangan terdapat beberapa pekerjaan
yang tidak sesuai dengan standar K3 :
- General set untuk Tower crame tidak terdapat pelindung yang memadai
seperti tali.
- Steger di gunakan untuk pengait kabel listrik
- Steger bahan bakunya bukan dari besi Galvanis
- Steger yang di gunakan di Cat sehingga tidak terlihat korosinya

7
BAB IV

ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

IV.A. ANALISA

IV.A.1. PEKERJAAN PEMBETONAN


Kondisi :
 Pekerja yang tidak menggunakan sarung
 pekerjaan begesting ditemukan pekerja yang merokok
 pekerja tidak memakai safety-belt
 sedangkan pada lokasi rencana Lift belum di beri pengaman
Dampak
 Pekerja tidak menggunakan Sarung tangan maka bila terkene besi atau kawat
bendrat akan terluka dan menghambat pekerjaan
 pekerjaan begesting ditemukan pekerja yang merokok sehingga akan
membahayakan lingkungan pekerjaan, kesehatan pekerja lain, kebersihan
lingkungan dan bahaya kebakaran.
 Sedangakan pekerja di ketinggian beberapa pekerja tidak memakai safety-belt
akan berakibat pekerja jatuh jika mengalami kehilangan keseimbangan maka
akan mengakibatkan pekerja dapat jatuh atau terperosok.
Pengendalian
 Pekerja wajib menggunakan APD diantara sarung tangan, safety-belt , dan
tidak melakukan tidakan yang dapat menimbulkan kebakaran, maupun
ledakan seperti merokok ditempat kerja seuai dengan UU no 1 tahun 1970
pasal 3 ayat (1) huruf a-r yaitu :
(1) Dengan peraturan perundangan-undangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk:
a. mencegah dan mengurangi kecela- kaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadam kan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;

8
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
physik maupun psychis,peracunan, infeksi dan penularan;
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m.memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proseskerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan
dan penyimpananbarang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyeseuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Selain itu dalam pengerjaan pembetonan perlu memperhatikan Permen No.


PER.01/MEN/1980 tentang K3 pada kontruksi bangunan yaitu Pembangunan
konstruksi beton harus direncanakan dan dihitung dengan teliti untuk menjamin
agar konstruksi dan penguatnya dapat memikul beban dan tekanan lainnya
sewaktu membangun tiap-tiap bagiannya (pasal 72).
Penggunaan APD adalah sesuai pasal 73 ayat (2) untuk melindungi pekerja dari:
a. kejatuhan benda-benda dan bahan-bahan yang diangkut dengan ember adukan
beton(concrete buckets);
b. sewaktu beton dipompa atau dicor pipa-pipa termasuk penghubung atau
sambungan dan penguat harus kuat;
c. sewaktu pembekuan adukan (setting concrete) harus terhindar dari goncangan
dan bahan kimia yang dapat mengurangi kekuatan;
d. sewaktu lempengan (panel) atau lembaran beton (slab) dipasang ke dalam
dudukannya harus digerakan dengan hati-hati.

9
e. terhadap melecutnya ujung besi beton yang mencuat sewaktu ditekan atau
diregang dan sewaktu diangkat atau diangkut; terhadap getaran sewaktu
menjalankan alat penggetar (vibrator)
IV.A.2. PEKERJAAN BAJA
Kondisi :
Pekerjaan dalam beberapa hal sudah memperhatikan K3 Konstruksi yaitu saat
penggunaan tower crane tidak memaksimalkan beban misalnya beban maksimal
yang dapat di angkat crane 2,3 Ton namun dalam pelaksanaannya mengangkat
beban maksimal 2,1 Ton. Dalam kondisi hujan krane tidak di operasionalkan untuk
menghindari kecelakaan kerja. Namun ada beberapa hal yang masih belum
memperhatikan K3 yaitu
 Pekerjaan pengelasan di temukan tabung karbit dalam posisi tidur.
 Pekerja perakitan kolom banyak yang tidak menggunakan sarung tangan.
 Pekerja perakitan kolom banyak yang tidak menggunakan masker.
 Pada pekerjaan di ketinggian beberapa pekerja tidak memakai safety-belt
Dampak
 Pekerjaan pengelasan yang meletakan tabung Karbit dalam posisi tidur
seharusnya dalam posisi berdiri karena jika terjadi ledakan tabung akan terlontar
 Pekerja tidak menggunakan Sarung tangan maka bila terkene besi atau kawat
bendrat akan terluka dan menghambat pekerjaan
 Pekerja tidak menggunakan masker yang akan berdampak pada kesehatan
dalam jangka pendek seperti batuk dan jangka panjang seperti kerusakan Paru-
paru
 pekerjaan begesting ditemukan pekerja yang merokok sehingga akan
membahayakan lingkungan pekerjaan, kesehatan pekerja lain, kebersihan
lingkungan dan bahaya kebakaran.
 Sedangakan pekerja di ketinggian beberapa pekerja tidak memakai safety-belt
akan berakibat pekerja jatuh jika mengalami kehilangan keseimbangan maka
akan mengakibatkan pekerja dapat jatuh atau terperosok.
Pengendalian
Berdasarkan pasal 8 ayat (3) PER.01/MEN/1980 maka posis tabung harus berada
pada posisi berdiri agar untuk melindungi keselematan dan kesehatan juru las.
Pekerja wajib menggunakan APD diantara sarung tangan, safety-belt , dan tidak
melakukan tidakan yang dapat menimbulkan kebakaran, maupun ledakan seperti

10
merokok ditempat kerja seuai dengan UU no 1 tahun 1970 pasal 3 ayat (1) huruf a-r
yaitu :
(1) Dengan peraturan perundangan-undangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk:
a. mencegah dan mengurangi kecela- kaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadam kan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik
maupun psychis,peracunan, infeksi dan penularan;
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proseskerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpananbarang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyeseuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

11
IV.A.3. PEKERJAAN ELEKTRIKAL
Sesuai dengan hasil observasi dapat dilakukan analisa sebagai berikut :
Kondisi :
 Alat perancah yang di gunakan untuk instalasi tidak sesuai dengan standar
 Banyak kabel yang bergelantungan
 Terdapat kabel listrik di genangan air
 Instalasi Kabel dalam proses penerangan sementara cenderung tidak rapi
Dampak
Alat perancah yang di gunakan untuk instalasi tidak sesuai dengan standar,
pekerjaan instalasi listrik di kerjakan dengan menggunakan alat perancah di atas 2
Meter harus menggunakan Safety-belt, sambungan alat perancah hanya
menggunkan kawat. Banyak kabel yang bergelantungan, kabel bertegangan
tersebut banyak bergelantungan di sekitar kawasan proyek dan terdapat kabel
listrik di genangan air yang membahayakan bagi pekerja.
Pengendalian
Perancah harus diberi lantai papan yang kuat dan rapat sehingga dapat menahan
dengan aman tenaga kerja, peralatan dan bahan yang dipergunakan dan lantai
perancah harus diberi pagar pengaman, apabila tingginya lebih dari 2 meter. Hal
ini sesuai dengan pasal 13 ayat (1) dan (2) PER.01/MEN/1980. Pemasangan
kabel untuk aliran listrik penerangan sementara juga sangat riskan untuk terjadi
kecelakaan kerja maka harus susun yang rapi.
Selain itu perlu diperhatikan dari sisi pengurus pekerjaan diwajibkan menunjukkan
dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa yang dapat timbul dalam tempat
kerjanya;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam semua
tempat kerjanya;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
Pemberi kerjapun dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah
ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di
atas
Hal ini sesuai UU no 21 tahun 1970 pasal 9 ayat (1) dan (2)

12
IV.A.4. PEKERJAAN MEKANIKAL
Kondisi :
 Pembuangan limbah peralatan mekanikal yang masih sembarangan
 Pembuangan limbah sisa makanan dari pekerja operator alat berat
Dampak
Pembuangan limbah peralatan mekanikal yang masih sembarangan menyebabkan
kurangnya kenyamanan kerja antara lain pembuangan limbah potongan besi, sisa
potongan bendrat berserakan seharusnya limbah tersebut di letakkan di tempat
yang sudah di tentukan. Pembuangan limbah sisa makanan dari pekerja operator
alat berat, dapat menyebabkan bau, mendatangkan lalat dan tikus, yang
semestinya harus di buang di tempat sampah yang sudah di sediakan.
Pengendalian
Kontraktor wajib memberikan sosialisasi mengenai Kebersihan dan kerapihan di
tempat kerja harus dijaga sehingga bahan-bahan yang berserakan, bahan-bahan
bangunan, peralatan dan alat-alat kerja tidak merintangi atau menimbulkan
kecelakaan sesuai pasal 6 PER.01/MEN/1980 dan UU no 21 tahun 1970 pasal 9
ayat (1) dan (2)
IV.A.5. PERALATAN KONSTRUKSI
Kondisi :
- General set untuk Tower crame tidak terdapat pelindung yang memadai seperti
tali.
- Steger di gunakan untuk pengait kabel listrik
- Steger bahan bakunya bukan dari besi Galvanis
- Steger yang di gunakan di Cat sehingga tidak terlihat korosinya
Dampak
Penempatan genset yang belum sesuai dengan standar kemanan akan
membahayakan pekerja disekitarnya sehingga sebaiknya genset ditempatkan pada
tempat khusus atau terlindung. Penggunaan kabel listrik untuk penerangan
sementara sebaiknya tidak dikaitkan pada steger yang merupakan penghantar
listrik, misalya dibuat penyangga khusus yang terbuat dari kayu. Bahan baku dari
steger yang berupa besi yang di cat sebaiknya diganti dengan bahan galvanis, hal
ini akan membuat steger tersebut tahan terhadap karat sehingga tidak
membahayakan bagi pekerja yang menggunakan steger tersebut.

13
Pengendalian

Sesuai UU no 1 tahun 1970 pasal 3 ayat (1) huruf q harus meletakkan genset pada
posisi aman agar mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya. Selain itu
kebersihan dan kerapihan di tempat kerja harus dijaga sehingga bahan-bahan yang
berserakan, bahan-bahan bangunan, peralatan dan alat-alat kerja tidak merintangi
atau menimbulkan kecelakaan. Selain itu Kontraktor wajib memberikan sosialisasi
mengenai Kebersihan dan kerapihan di tempat kerja harus dijaga sehingga bahan-
bahan yang berserakan, bahan-bahan bangunan, peralatan dan alat-alat kerja tidak
merintangi atau menimbulkan kecelakaan sesuai pasal 6 PER.01/MEN/1980 dan
UU no 21 tahun 1970 pasal 9 ayat (1) dan (2)

14
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.A. KESIMPULAN
Dari permasalah serta analisis di atas di dapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Penerapan K3 dalam pekerjaan konstruksi pembangunan gedung Kampus
terpadu UAD belum optimal.
2. Pemahaman K3 dari para pekerja konstruksi masih kurang
3. Kontraktor wajib memberikan sosialisasi mengenai Kebersihan dan kerapihan di
tempat kerja harus dijaga sehingga bahan-bahan yang berserakan, bahan-bahan
bangunan, peralatan dan alat-alat kerja tidak merintangi atau menimbulkan
kecelakaan sesuai pasal 6 PER.01/MEN/1980 dan UU no 21 tahun 1970 pasal 9
ayat (1) dan (2)
4. Pekerja wajib menggunakan APD diantara sarung tangan, safety-belt , dan tidak
melakukan tidakan yang dapat menimbulkan kebakaran, maupun ledakan seperti
merokok ditempat kerja seuai dengan UU no 1 tahun 1970 pasal 3 ayat (1) huruf
a-r

V.B.SARAN
Demi kelancaran dan keberlangsungan pekerjan proyek pembangunan gedung
Kampus terpadu UAD Yogyakarta, dengan ini kami memberi saran :
1. Harus disosialisasikan kepada seluruh pekerja dan digunakan sebagai landasan
kebijakan proyek pembangunan gedung Kampus terpadu UAD Yogyakarta
2. Menerapkan system organisasi pengelolaan K3 dalam proyek pembangunan gedung
Kampus terpadu UAD Yogyakarta.
3. Menerapkan prosedur dan sistim kerja K3 selama proyek berlangsung yang menjadi
tugas dan wewenang semua unsur terkait
4. Kontraktor harus memiliki pekerja yang cakap dan kompeten dalam menangani
setiap jenis pekerjaan dan paham tentang K3 Konstruksi.
5. Kontraktor harus memiliki manual keselamatan kerja sebagai dasar kebijakan K3
6. Kontraktor harus memiliki prosedur kerja aman sesuai dengan jenis pekerjaan

15
LAMPIRAN

16
1. Merokok di tempat Kerja

2. Tidak menggunakan Kaos Tangan

17
3. Tidak Memakai Safety Belt

4. Tidak Memakai Masker

18
5. Stager tidak sesuai standar

6. Tidak Ada Pengaman di Lorong Lift

19
7. Kabel tidak rapi dan berada di dekat genangan air dan diikatkan di pipa besi
(penghantar listrik)

20
21

Anda mungkin juga menyukai