Jurnal Kel 5
Jurnal Kel 5
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang berada pada wilayah
the ring of fire (cincin api) dikarenakan dikelilingi dalampenyelenggaraan penanggulangan bencana
pertemuan lempeng tektonik dengan barisan gunungapi merupakan parameter penting untuk menentukan
aktif. Ring of fire mulai dari Sumatera –Jawa –Bali – keberhasilan pengurangan risiko bencana.Pengendalian
Nusa Tenggara –Sulawesi –Banda-Maluku-Papua (Bronto bencana salah satunya dilakukan melalui mekanisme
et al; 1996).Salah satu dampak dari letak Indonesia yang Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat (PBBM)
berada pada pertemuan tiga lempeng besar dunia adalah yaitu penanggulangan bencana yang dilakukan oleh unsur
tingginya potensi bencana akibat vulkanisme. Bahkan masyarakat di lokasi bencana, baik keluarga, organisasi
pertumbuhan penduduk di daerah bahaya erupsi Merapi sosial, maupun masyarakat lokal (Sukmana, 2018).
ratarata mencapai 2,8%, melebihi pertumbuhan penduduk
rata-rata nasional sebesar 2,5%. Banyaknya penduduk Secara rata-rata gunung Merapi meletus dalam siklus
yang bertempat tinggal di wilayah ini tidak terlepas dari pendek yang terjadi setiap antara 2 -5 tahun, sedangkan
adanya faktor penarik berupa potensi sumber daya alam siklus menengah setiap 5 -7 tahun. Gunungapi Merapi
yang sangat banyak (Degroot, 2009: 12-15; Sutikno dkk, merupakan salah satu gunungapi yang diindikasikan
2007: 33-34;Sudibyakto, 2011b:91).Indonesia memiliki masih aktif. Masyarakat harus mempunyai kemampuan
127 gunungapi aktif yang terdiri atas 76 gunungapi tipe untuk menghadapi bencana erupsi yang mungkin bisa
A, 30 gunung api tipe B dan 21 gunungapi tipe C. terjadi kapan saja. Upaya pengurangan risiko bencana
Gunungapi tipe A tersebar di beberapa lokasi seperti di diwujudkan dalam komitmen nasional mengenai
Jawa Timur sebanyak 19.Kemudia dengan adanya banyak penanggulangan bencana, yaitu dengan diberlakukannya
gunung api di Indonesia, hal ini menyebabkan banyak Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
menimbulkan bencana letusan gunung api.Bencana Penanggulangan Bencana. Undang-Undang tersebut
(disaster) merupakan fenomena yang terjadi karena dalam pasal 26 menjelaskan bahwa setiap orang berhak
komponen- komponen pemicu (trigger), ancaman mendapatkan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan
(hazard) dan kerentanan (vulnerability) bekerja bersama keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan
secara sistematis, sehingga menyebabkan terjadinya risiko bencana, baik dalam situasi tidak terjadi bencana maupun
(risk) pada komunitas sesuai Undang- Undang Nomor 24 situasi terdapat potensi bencana.Gunungapi adalah lubang
Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat
menjelaskan bahwa bencana adalah sebuah peristiwa atau keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke
rangkaian peristiwa yangmengancam, mengganggu permukaan bumi. Matrial yang dierupsikan ke permukaan
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung.
baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non alam maupun Gunungapi diklasifikasikan ke dalam dua sumber erupsi,
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya yaitu (1) erupsi pusat, erupsi keluar melalui kawah utama;
korban jiwa, kerugian harta benda, dampak psikologis dan dan (2) erupsi samping, erupsi keluar dari lereng
gangguan kesehatan mental yang lebih kompleks. Salah tubuhnya; (3) erupsi celah, erupsi yang muncul pada
satu hal yang harus diperhatikan dalam program retakan/sesar dapat memanjang sampai beberapa
penanggulangan bencana adalah kapasitas, baik kapasitas kilometer; (4) erupsi eksentrik, erupsi samping tetapi
masyarakat ataupun kapasitas pemerintah setempat dalam magma yang keluar bukan dari kepundan pusat yang
program penanggulangan bencana. Kapasitas
menyimpang ke samping melainkan langsung dari dapur
magma melalui kepundan tersendiri.