Anda di halaman 1dari 24

PRAKTIKUM PERLINDUNGAN HUTAN

RESUME PAPER PENGGEMBALAAN


TERNAK DI KAWASAN HUTAN
Disusun Oleh
Budi Kusuma (20/464039/SV/18358)
Fanniyatul Maulidia (20/457028/SV/17475)
M. Rafly Nugraha P (20/457037/SV/17484)
Yuliana Rizka H (20/464063/SV/18382)
Judul Paper Potensi Savana di Kawasan Gunung Tambora Pulau
Sumbawa - Provinsi Nusa Tenggara Barat

Nama Paper Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas


savana Nusa Tenggara

Penulis M. Hidayatullah

Tahun 2015

Halaman 225 - 233


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kawasan Gunung Tambora sudah ditetapkan menjadi salah satu Taman
Nasional di Indonesia. Sebelum itu, kawasna ini juga sudah dijadikan
Kawasan Strategi Nasional (KSN) yang mana adanya pengembangan ternak
begitu pesat menjadi salah satu alasannya. Kawasan Gunung Tambora memegang
peran penting dalam pembangunan daerah ditambah menjadi salah satu dari 15
kawasan strategis di bidang pariwisata. Berdasarkan ekosistem kawasan ini
memiliki 3 jenis ekosistem diantaranya :
1. Ekosistem Hutan Musim
2. Ekosistem Hutan Tropis
3. Ekosiatem Hutan Savana

Ekosistem Hutan Savana menjadi potensi cukup mendominasi kawasan


Gunung Tambora yang biasa dimanfaatkan warga Dompu, Bima, dan Sumbawa
untuk tempat penggembalaan ternak sapi, kerbau, kuda, kambing, dan domba.
METODOLOGI
Pendekatan Deskriptif
Pengumpulan data melalui :
Studi Literatur
Observasi lapangan (Potensi biodiversitas dan
prospek pengembangan di lapangan)
A. POTENSI KAWASAN
Sejarah Gunung Tambora
Letusan dahsyat Gunung Tambora pada tahun 1815, mengubur tiga
kerajaan yang berada dikaki gunung Tambora yaitu Kerajaan Tambora,
Kerajaan Pekat dan Kerajaan Sanggar. Dampak dari letusan gunung Tambora
bahkan terasa sampai di Eropa, gagal panen pada beberapa negara‐negara
Eropa. Letusan Gunung Tambora dicatat dalam skala tujuh pada
skala Volcanic Explosivity Index (VOI), mengeluarkan material vulkanik 160
km3 (38 cu mi) (Bappeda Kab. Bima, 2015). Abunya mengarah ke barat laut
menyebabkan Sumbawa, Lombok, Bali, Madura dan sebagian Jawa Timur. Sebelum
meletus tinggi Tambora diperkirakan 4.300 mdpl, setelah meletus
tinggi gunung menjadi 2.851 mdpl dan meninggalkan kaldera berukuran 6‐7 km
berkedalaman 600‐700 meter. Dalam kaldera terdapat sebuah danau dengan
kedalaman 15 m pada ketinggian 1.300 mdpl (Bappeda Kab. Bima, 2015).
Gunung Tambora dan sejumlah kawasan sekitarnya kini menjadi salahsatu ikon
dan destinasi wisata yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat
setempat.
Kawasan Gunung Tambora secara geografis terletak padadua wilayah
adaministratif yaitu kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu, ditetapkan sebagai
kawasan Taman Nasional berdasarkan SK Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor SK :111/MenLHK‐II/2015 tanggal 7 April 2015 dengan luas
sebesar 71.645,74 Ha dan diresmikan oleh Presiden pada tanggal 11 April 2015.
Berdasarkan pemanfaatannya, kawasan Taman Nasional Gunung Tambora dibagi dalam
6 zona pengelolaan yaitu Zona Inti seluas 8.400 ha, zona rimba seluas 39.417,38
ha, zona pemanfaatan seluas 15.677,30 ha, zona rehabilitasi seluas 4.059,32
ha, zona tradisional seluas 3.059,98 ha dan zona khusus seluas 1.030 ha.
Kondisi tutupan vegetasi yang rapat membentuk ekosistem yang mantap
membuat kawasan Taman Nasional Gunung Tambora memiliki peran strategis sebagai
sistem penyangga kehidupan untuk menjamin keberlangsungan fungsi ekologi pada
kawasan tersebut.
Kawasan gunung tambora dan sekitarnya memiliki potensi yang sangat
besar dilihat dari biodiversitas dan daya tarik wisata sehingga mendorong
pengunjung baik lokal maupun mancanegara datang ke wilayah ini, untuk tujuan
wisata maupun penelitian. Pada skala nasional kawasan ini telah ditetapkan
sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) sejak tahun 2008 disamping itu kawasan
ini juga ditetapkan menjadi Kawasan Starategis Pariwisata Nasional (KSPN)
pada tahun yang sama.

Bentang Alam
Potensi Biodiversitas Fauna terdiri dari :
230 jenis lepidoptera
Potensi biodiversitas yang (ngengat),
dimiliki kawasan Taman Nasional 10 arachnida (kalajengking
Gunung Tambora antara lain : dan laba‐laba),
beragam jenis satwa liar yang 27 hymenoptera (tawon), 25
dilindungi undang‐undang, reptilia, empat amfibia, 46
banyak jenis burung, burung, dan
satwa endemik Nusa Tenggara 10 mamalia.
seperti ayam hutan hijau
(Gallus varius), kacamata Enam kandidat spesies baru yang
wallacea (Zoosterops wallacea), ditemukan dalam ekspedisi
kipasan flores (Ripudura diluta) tersebut yaitu :
dua spesies cicak yakni
Cyrtodactylus sp.1 dan
Potensi biodiversitas pada Gunung Cyrtodactylus sp.2,
tambora yang ditemukan oleh Tim dua spesies kalajengking dan
Gabungan Ekspedisi NKRI Gunung laba‐laba yakni Stylocellus sp.
Tambora terdapat 625 spesies flora dan Sarax sp., dan
fauna yang terdiri dari 348 jenis dua spesies ngengat yakni
fauna dan 277 jenis flora. Ernolatia sp. dan Xyleutes sp.
Potensi Lainnya

Selain memiliki potensi biodivesitas yang cukup tinggi,


kawasan ini juga mempunyai sejumlah potensi wisata dan jasa
lingkungan. Beberapa lokasi potensial yang menjadi andalan
ditempat ini adalah :
wisata alam kaldera,
jungle track,
wisata tirta (air terjun, canoing dan arum jeram),
foto hunting sebagai spot untuk pengamatan burung,
wisata petualangan atau wisata minat khusus seperti berkuda,
mengelilingi kawasan dengan menggunakan motor trail maupun
mobil jeep (offroad),
panjat tebingserta paralayang.
Wisata ilmiah atau penelitian‐penelitian juga dapat
dilakukan dilokasi ini dengan mengamati sejumlah florafauna dan
biodiversitas yang ada di dalamnya.
B. SAVANA KAWASAN GUNUNG TAMBORA

- PENGERTIAN SAVANA
Savana merupakan padang rumput dan semak yang
terpencar diantara rerumputan dan merupakan daerah
peralihan antara hutan dan padang rumput
Menurut Ford (2010)
Savana merupakan vegetasi padang rumput yang
ditumbuhi pohon atau sekelompok pohon yang tumbuh
berpencar secara tidak merata dan didominasi oleh
rerumputan
Menurut Suhadi (2012)
Savana merupakan tipe vegetasi dari padang rumput
dengan pepohonan yang terpencar jarang sampai
padang rumput yang berpohon lebat.
- CIRI DAN MANFAAT SAVANA

Ciri yang berhubungan Dimanfaatkan oleh beberapa


dengan : jenis diantaranya :
1. Atmosfer 1. Banteng
2. Tanah 2. Jerapah
3. Topografi 3. Kuda
4. Hidrologi 4. Sapi
5. Tumbuhan 5. Kerbau
6. Jenis populasi hewan, dan 6. Satwa herbivora
7. Kegiatan manusia

"Penamaan savana disesuaikan dengan jenis yang


mendominasi"
"Savana tradisional digunakan sebagai kawasan perladangan
dan pada gembalaan dimana kehadiran api dan hewan
dtentukan musim basah musim kemarau "
- SAVANA GUNUNG TAMBORA
lokasi savana : kaki gunung Doro Ncanga
Kegunaan bagi masyarakat : padang penggembalaan ternak
Jenis hewan :
1. Sapi
2. Kuda
3. kambing
4. Domba
Sistem peternakan : Sistem ternak lepas
Ciri sistem peternakan :
1 Dilepasliarkan dan seskali diawasi
2 Hewan ternak diberi tanda oleh pemilik
Tujuan peternakan : tabungan dan investasi
Jumlah populasi sapi 1,2 juta ekor
- SAVANA GUNUNG TAMBORA

Adanya Program Pijar "Sapi Jagung Rumput Laut"


Adanya Program bumi Sejuta Sapi
Adanya savana menjadi devisa daerah dalam hal wisata alam
Matapencaharian warga sekitar : beternak, bertani, dan
pencari madu
Warga transmigrasi memanfaatkan lahan transmigrasi untuk
menanamn jenis buah-buahan dan sayur-sayuran (komoditas
unggulan : asam, kemiri, jambu, mete, kopi dan kelapa)

"Kedua program di atas merupakan program pemerintah yang


didasari ketersediaan ternak yang begitu banyak dan
merupakan suatu program pengembangan. Karena hal ini
menjadikan savana gunung tambora menjadi Taman Nasional"
C. PROSPEK PENGEMBANGAN
Sebagai kawasan taman nasional yang baru ditetapkan terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan untuk menyusun program dan kegiatan pengelolaan di antaranya

1. Inventarisasi sumber daya alam flora dan fauna


2. Pengukuhan kawasan sampai pada proses penetapan
3. Penatagunaaan kawasan yakni pembagian kawasan sesuai dengan zona dan
karakteristik ekosistem
4. Perlindungan dan pengamanan sera penambahan personil pengamanan
5. Pengawetan keanekaagaman hayati termasuk di dalamnya pembinaan habitat,
pengkajian, penelitian, dan pengembangan
6. Pembangunan sarana prasarana

Keberadaan taman nasional harapannya dapat memberikan manfaat untuk masyarakat


sekitar dengan cara mengikut sertaka masyarakat dan melakukan pemberdayaan
masyarakat.
Kegiatan yang dapat mengikut sertakan dan memberdayakan masyarakat antara
lain
1. Pengembangan wisata alam
2. Pengembangan Kerajinan Masyarakat
3. Pengembangan lahan terlantar daerah penyangga
4. Penyadaran kesadaran masyarakat melalui kegiatan penyuluhan dan
pembinaan arti penting konservasi
Dari keempat point tersebut diharapkan dapat memunculkan income yang
meyakinkan bahwa keberadaan taman nasional ini bermanfaa untuk masyarakat
TNGT memiliki potesi sumber daya yang tinggi di antaranya kehutanan,
pariwisata, pertanian, perkebunan, transmigrasi, dan peternakan

Dari keenam potensial tersebut peternakan menjadi salah satu sumberdaya


potensal karena memiliki luas savana 2000 ha. Luasan tersebut dapat
mendukung pengembangan peternakan tanpa mengorbankan aspek-aspek lain.
Salah satu program peternakan yang dapat dilakukan yakni pengembangan
kawasan savana sebagai area Hijau Makan Ternak (HMT) sehingga mendukung
pelaksanaan program pengembangan sapi, kerbau, dan kambing.
Hal yang dapat disimpulkan adalah :
1. Kawasan Gunung tambora memiliki potensi
biodiveristas tinggi denagn 348 fauna dan 277
KESIMPULAN

flora
2. Memiliki lokasi potensial penambah devisa
daerah
3. Savana dimanfaatkan untuk peternakan dengan
dukungan yang cukup memadai
4. Perlunya penyesuaian dengan predikat baru
sebagai Tanam Nasional
TERIMA KASIH
PRAKTIKUM PERLINDUNGAN HUTAN

RESUME SISTEM PETERNAKAN


SAPI EKSTENSIF DI PADANG
SABANA DORO NCANGA, DOMPU,
NUSA TENGGARA BARAT (NTB)

Disusun Oleh
Yuliana Rizka Handayani
(20/464063/SV/18382)
Pembicara dalam praktikum acara 8 ini adalah Ibu Febri
Ariyanti. Dalam kesempatan tersebut Ibu Febri membawakan
topik yang berjudul "Sistem Peternakan Sapi Ekstensif di Padang
Sabana Doro Ncanga Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB)

Dalam peternakan sapi di daerah Dompu ini memiliki sistem


peternakan sapi secara ekstensif, dimana hewan yang
digembalakan terutama sapi dalam konteks ini digembalakan
dengan cara dilepas liarkan atau tidak dikandangkan. Konsep
pengembalaan ekstensif ini berbasis padang penggembalaan
atau dengan kata lain (ranching system) dimana mulai digembala
pada musim tanam antara bulan November hingga Juli. Integrasi
tanaman pertanian sendiri dapat dikatakan sebagai (crop-cow)
yakni pada bulan Agustus-November yakni pada bulan kering.
Biaya dalam pengembalaan ekstensif ini cenderung tergantung
dengan kemudahan akses dimana apabila dikelola secara umum
akan menimbulkan biaya yang rendah, sedangkan apabila
dikelola secara pribadi akan menimbulkan biaya yang tinggi. Biaya
tenaga kerja didaerah ini masih tergolong tendah. Kemudian
untuk produktivitas ternaknya sendiri masih rendah dikarenakan
banyak ternak yang terkena penyakit dan menyebabkannya mati.
Lokasi penggembalaan : Padang Sabana Doro Ncanga
(sepanjang 30 km dari wilayah mata air Hodo-Doropeti, Kec.
Pekat, Dompu) di kaki Gunung Tambora

Karakteristik Peternakan di Dompu :

Kepemilikan sapi berkisar 8-100an ekor per peternak


Bekerjasama dalam kelompok
Memiliki kartu ternak
Tanda identifikasi berupa cap panas (hot branding), sobek
telinga
Sebagian besar adalah usaha pembibitan sapi (breeding)
Populasi Sapi Di NTB Tahun 2020
Potensi Lahan Kring Untuk Padang Penggembala
Tantangan Penggelolaan
Ternak di Dompu
Program Bumi Sejuta Sapi (BSS) tahun 2019
Program pijar (sapi, jagung, rumout laut)
Alih fungsi lahan untuk pertanian jagung,
tebu (lahan umbaran berkurang),
keterbatasan akses air (ternak)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai