Anda di halaman 1dari 4

RINGKASAN MATERI KULIAH

SEMINAR AUDITING

AUDIT INVESTIGASI

Dosen Pengampu:
Dr. Rida Perwita Sari, SE, MAks, Ak, CA, CPA, CIBA, CERA, CAPM, Cert. IPSAS

OLEH:

RISNA
20062020004

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI
SURABAYA
2021
AUDIT INVESTIGASI
Audit Investigasi adalah proses pengumpulan dan pengujian bukti-bukti terkait kasus
penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan Negara dan /atau perekonomian
Negara, untuk memperoleh kesimpulan yang mendukung tindakan litigasi dan/atau
tidakan korektif manajemen. Audit Investigasi dapat dilaksanakan atas permintaan Kepala
Daerah dan Aparat Penegak Hukum.
Audit hambatan kelancaran pembagunan, audit eskalasi audit klaim:
a) Audit Investigasi Hambatan Kelancaran Pembagunan (AIHKP) adalah proses
pengumpulan dan pengujian bukti-bukti terkait dengan permasalahan hambatan
kelancaran pembangunan untuk memperoleh kesimpulan yang mendukung
tindakan mediasi dalam penyelesaian masalah.
b) Audit Klaim adalah proses pengumpulan dan pengujian bukti-bukti terkait klaim/tuntutan
pihak ketiga untuk memperoleh simpulan sebagai bahan pertimbangan bagi
objek penugasan untuk mengambil keputusan penyelesaian klaim/tuntutan.
c) Audit Eskalasi adalah proses pengumpulan dan pengujian bukti-bukti terkait
adanya penyesuaian harga satuan dalam kontrak pengadaan barang/jasa yang
disebabkan oleh adanya inflasi atau kenaikan harga yang disebabkan oleh kebijakan
pemerintah.

PENDEKATAN AUDIT INVESTIGASI


REAKTIF  Audit investigatif dikatakan bersifat reaktif apabila auditor melaksanakan audit
setelah menerima atau mendapatkan informasi dari pihak lain mengenai kemungkinan
adanya tindak kecurangan dan kejahatan. Audit investigative yang bersifat reaktif umumnya
dilaksanakan setelah auditor menerima atau mendapatkan informasi dari berbagai sumber
informasi misalnya dari auditor lain yang melaksanakan audit reguler, dari pengaduan
masyarakat, atau karena adanya permintaan dari aparat penegak hukum. Karena sifatnya
yang reaktif maka auditor tidak akan melaksanakan audit jika tidak tersedia
informasi tentang adanya dugaan atau indikasi kecurangan dan kejahatan.
PROAKTIF  Audit investigatif dikatakan bersifat proaktif apabila auditor secara aktif
mengumpulkan informasi dan menganalisis informasi tersebut untuk menemukan
kemungkinan adanya tindak kecurangan dan kejahatan sebelum melaksanakan audit
investigatif. Auditor secara aktif mencari, mengumpulkan informasi dan menganalisis
informasi-informasi yang diperoleh untuk menemukan kemungkinan adanya
kecurangan dan kejahatan. Audit investigatif yang bersifat proaktif perlu dilakukan pada
area atau bidang-bidang yang memiliki potensi kecurangan atau kejahatan yang tinggi. Audit
yang bersifat proaktif dapat menemukan kemungkinan adanya kecurangan dan kejahatan
secara lebih dini sebelum kondisi tersebut berkembang menjadi kecurangan atau kejahatan
yang lebih besar. Selain itu Audit investigatif yang bersifat proaktif juga dapat menemukan
kejahatan yang sedang atau masih berlangsung sehingga pengumpulan bukti untuk
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan kejahatan tersebut lebih mudah dilaksanakan.

HAL – HAL YANG DILAKUKAN SEORANG AUDITOR INVESTIGASI


a) Melakukan evaluasi atas system pengendalian intern
b) Menentukan kekuatan dan kelemahan system pengendalian intern.
c) Merancang scenario kerugian dari indikasi kecurangan yang telah terjadi berdasarkan
kelemahan system pengendalian intern yang telah teridentifikasi
d) Mengidentifikasi situasi yang mencurigakan dan tidak biasa dalam pembukuan/ laporan
e) Mengidentifikasi transaksi-transaksi yang mencurigakan dan tidak biasa.
f) Membedakan antara kesalahan manusia (Human error) biasa dan kelalaian
dengan indikasi kecurangan.
g) Menurut arus dokumen yang mendukung transaksi-transaksi.
h) Menurut arus dana masuk dan keluar rekening organisasi.
i) Mendapatkan dokumen pendukung yang mendasari transaksi yang mencurigakan.
j) Menelaah dokumen yang meliputi kejanggalan-kejanggalan yang terjadi.
k) Mengumpulkan dan menyusun bukti-bukti.
l) Mendokumentasikan dan melaporkan suatu kegiatan yang berindikasi kecurangan
(korupsi) untuk tuntutan kriminal, perdata atau asuransi.
m) Memahami kebijakan, prosedur, praktek manajemen, administrasi dan organisasi.
n) Menguji situasi organisasi di bidang motivasi dan etika.

TEKNIK AUDIT
a) Inspeksi (peninjauan)  Memeriksa dengan menggunakan panca indera terutama
mata, untuk memperoleh pembuktian atas sesuatu keadaan atau sesuatu masalah.
b) Observasi (pengamatan)  Memeriksa dengan menggunakan panca indera
terutama mata, yang dilakukan secara kontinyu selama kurun waktu tertentu
untuk memperoleh pembuktian atas sesuatu keadaan atau masalah.
c) Wawancara  Tehnik audit dengan tanya jawab (lisan/tertulis) untuk memperoleh
pembuktian.
d) Konfirmasi  Pembuktian dengan mengusahakan informasi dari sumber lain yang
independen, baik secara lisan maupun tertulis.
e) Analisa  Memecahkan atau menguraikan sesuatu keadaan atau masalah kedalam
beberapa bagian atau elemen dan memisahkan bagian tersebut untuk dihubungkan
dengan keseluruhan atau dibandingkan dengan yang lain.
f) Vouching dan Verifikasi (audit bukti tertulis)  Memeriksa keautentikan dan kelengkapan
bukti yang mendukung suatu transaksi.
g) Verifikasi  Audit atas ketelitian perkalian, penjumlahan, pemilikan dan eksistensinya.
h) Perbandingan  Usaha untuk mencari kesamaan dan perbedaan antara dua dan lebih
gejala/fenomena.
i) Rekonsiliasi  Penyesuaian antara dua golongan data yang berhubungan tetapi masing-
masing dibuat oleh pihak-pihak yang independen (terpisah).
j) Penelusuran (trasir)  Kegiatan yang dilakukan dengan jalan menelusuri proses suatu
keadaan atas suatu masalah kepada sumber atau bahan pembuktiannya.
k) Perhitungan Kembali (rekomputasi)  Menghitung kembali kalkulasi yang telah ada
untuk menetapkan kecermatannya.
l) Penelaahan Pintas (scanning)  Melakukan penelaahan secara umum dan cepat untuk
menemukan hal-hal yang memerlukan audit lebih lanjut.
m) Review Analitis  Prosedur review analitis dapat digunakan mendeteksi area dengan
tingkat resiko yang tinggi untuk terjadi penyimpangan pelaporan keuangan.
n) Pemaparan

Anda mungkin juga menyukai