Eksploitasi Dan Konservasi Sumberdaya Hayati Laut Dan Pesisir Di Indonesia
Eksploitasi Dan Konservasi Sumberdaya Hayati Laut Dan Pesisir Di Indonesia
REVIEW
ABSTRACT
Based on the Central Bureau of Statistics (BPS), the total population in 2010 is predicted to reach 231 million
people, or increase 29 million people compared with the 2000 population census data report, which recorded 202
million people. This condition demands the availability of food, clothing, and shelter. One of the solutions to
manage human needs is by exploiting sea life and shoreline resources in Indonesia. Indonesia is an archipelago
with its enormously potential sea life resources and shorelines. Over utilizing sea life resources can damage the sea
and shoreline ecosystems. The efforts have been conducted to protect a balance in building and continuing sea life
in water and sea life ecosystems through the conservation done by society, scientists, and the government. In this
scientific review, the shoreline and sea life resources in Indonesia are revealed.
wilayah pesisir secara tegak lurus belum diperoleh bagi kehidupan masyarakat di Indonesia sejak
kesepakatan karena batas wilayah pesisir dari satu dahulu. Sumberdaya di wilayah pesisir
negara ke negara lain berbeda (Dahuri, 2003). merupakan penopang hidup bagi masyarakat
Nurmalasari (2008) menjelaskan, sumber yang hidup di pesisir untuk memperoleh
daya perairan berperan penting bagi makanan, kayu bakar, bangunan, dan fungsi
pembangunan di Indonesia. Sumberdaya pesisir lainnya.
dan kelautan merupakan potensi penting dalam
pembangunan di masa depan. Luas wilayah laut Potensi terumbu karang
Indonesia adalah 62% dari luas wilayah nasional, Ikawati et al. (2001) dalam Gianto (2007),
belum termasuk zona ekonomi eksklusif seluas 2,7 mengatakan, salah satu dari sekian banyak
juta kilometer persegi. Laut Indonesia yang begitu ekosistem yang dimiliki Indonesia adalah
luas dengan sumber daya yang melimphah bila ekosistem terumbu karang. selanjutnya kurang
dimanfaatkan untuk pembangunan dengan tepat lebih 14% terumbu karang dunia berada di
diprediksikan pembangunan di Indonesia akan Indonesia yakni mencapai luas sekitar 75.000 Km2.
maju dengan pesat. Berbagai kekayaan Terumbu karang mempunyai fungsi yang penting,
keanekaragaman hayati, dan jasa-jasa lingkungan antara lain sebagai penahan ombak dan pelindung
yang diberikan, sumberdaya pesisir dan lautan pantai dari abrasi, tempat berkumpul dan
mempunyai nilai ekonomis dan ekologis yang berkembang biaknya ikan-ikan dan biota laut lain
tinggi dan dapat dipergunakan dalam pem- yang merupakan sumber protein dan sumber
bangunan. bahan obat. Manuputty (2008) melaporkan,
Pemanfaatan sumberdaya perairan di terumbu karang juga memiliki fungsi sebagai
Indonesia dalam pembangunan pada dasarnya tempat rekreasi bawah air dengan panorama
untuk perbaikan kehidupan umat manusia keindahan bawah air yang menarik yang berbeda
menuju arah yang lebih baik, terutama kehidupan dengan di darat, oleh karena itu ekosistem
sosial, ekonomi dan budaya. Pembangunan dalam terumbu karang memiliki nilai ekonomis yang
sektor kelautan selain memberikan manfaat besar, tinggi.
juga memberikan pengaruh negatif terhadap Konferensi kelautan dunia (WOC) yang
sumberdaya dan lingkungan, misalnya kerusakan berlangsung di Manado, Sulawesi Utara 11-15 Mei
terumbu karang, sedimentasi, penurunan kualitas 2009 menyepakati bahwa untuk mengurangi
perairan, abrasi pantai, illegal fishing bencana akibat perubahan iklim tentu harus
(Masyhudzuldhak, 2005). Mengingat pemanfaatan dihindari dengan mengurangi tingkat emisi
sumberdaya hayati pesisir dan kelautan di karbon. Negara-negara berkembang mesti
Indonesia dalam pembangunan dapat menjaga kelestarian laut dan hutan sebagai paru-
menguntungkan dan merugikan, maka ulasan paru dunia. Potensi terumbu karang di Indonesia
ilmiah ini membahas permasalahan di sekitar sebagai paru-paru dunia di dasar laut bahwa
eksploitasinya dan konservasi sumberdaya hayati untuk mengatasi perubahan iklim pengaruh emisi
pesisir dan kelautan di Indonesia. karbon sangat besar (Protopo, 2009).
Potensi perikanan
POTENSI SUMBERDAYA PESISIR DAN Sektor perikanan, potensi perikanan
LAUT DI INDONESIA Indonesia secara keseluruhan mencapai 65 juta
ton, terdiri 7,3 juta ton pada sektor perikanan
Indonesia terkenal sebagai negara kepulauan tangkap khususnya ikan-ikan pelagis dan 57,7 juta
terbesar di dunia, dengan potensi sumberdaya ton pada sektor perikanan budidaya (Kusuma,
laut dan pesisir yang sangat menjanjikan. Wilayah 2004). Sektor budidaya biota laut yang di
pesisir dan lautan merupakan wilayah yang budidaya seperti ikan belanak, ikan kakap putih,
memiliki arti penting secara ekonomi dan politik udang, kepiting bakau, dan teripang. Tingkat
41 JU R NA L BI OL O GI PA PU A 3(1): 39–45
konsumsi ikan penduduk Indonesia mencapai makanan berupa laminarin, selulose, dan algin.
20,18 kg perkapita pertahun, dan mengalami Selain bahan-bahan tadi, ganggang merah dan
peningkatan 4,5% pertahun (Dahuri, 2003). cokelat banyak mengandung yodium (Prabowo,
Tingkat konsumsi dan permintaan ikan 2007).
dunia cenderung meningkat. Sejak tahun 1990,
dunia sebenarnya telah mengalami kekurangan Potensi hutan mangrove
pasokan ikan diperkirakan sebesar 19,6 juta ton Indonesia mempunyai mempunyai salah
pada tahun 2000; 37,5 juta ton pada tahun 2010 satu hutan mangrove yang terluas di dunia yaitu
dan 62,4 juta ton pada tahun 2020 (FAO, 2000). sekitar 4,25 juta ha sebelum tahun 1969. Luas
Hingga saat ini Indonesia menempati urutan ke-12 ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 75%
sebagai Negara pengekspor produk perikanan di dari total mangrove di Asia Tenggara, atau sekitar
bawah posisi Thailand dan Vietnam (Kusuma, 27% dari luas mangrove di dunia. Kekhasan
2004). ekosistem mangrove Indonesia adalah memiliki
Potensi perikanan Indonesia yang mencapai keragaman jenis yang tertinggi di dunia (Dahuri,
65 juta ton sebenarnya cukup untuk mencukupi 2002 dalam Kusuma, 2002).
kebutuhan ikan dalam negeri dan kebutuhan ikan Kusuma (2002) menjelaskan, mangrove
dunia. Indonesia mempunyai potensi ikan yang merupakan sumberdaya alam yang dapat
banyak tetapi banyak ikan juga dicuri oleh dipulihkan (renewable resources atau flow resources)
nelayan-nelayan asing dan alat tangkap nelayan yang mempunyai manfaat ganda (manfaat
Indonesia masih banyak yang kurang mendukung ekonomis dan ekologis). Manfaat ekonomis
sehingga potensi ikan di Indonesia belum dikelola diantaranya terdiri atas hasil berupa kayu (kayu
dengan baik. bakar, arang, kayu konstruksi, dan lain-lain) dan
hasil bukan kayu (hasil hutan ikutan dan
Potensi rumput laut pariwisata). Kawaroe (2001) menyebutkan
Rumput laut merupakan salah satu manfaat ekologis, yang terdiri atas berbagai fungsi
sumberdaya kelautan yang telah dikenal sejak lindungan baik bagi lingkungan ekosistem
puluhan atau bahkan ratusan tahun di indonesia daratan dan lautan maupun habitat berbagai jenis
bahkan manca negara. Umumnya rumput laut fauna, di antaranya: sebagai proteksi dari abrasi
digunakan sebagai bahan makanan dan minuman, atau erosi, gelombang atau angin kencang,
namun seiring dengan perkembangan iptek tsunami, pengendali intrusi air laut, habitat
dewasa ini rumput laut dapat dikembangkan dan berbagai jenis fauna, sebagai tempat mencari
dimanfaatkan dalam berbagai macam industri makan, memijah dan berkembang biak berbagai
misalnya tekstil, kosmetik dan industri jenis ikan dan udang, pembangun lahan melalui
kefarmasian (Syafikri, 2009). proses sedimentasi, pengontrol penyakit malaria,
Rumput laut yang banyak dimanfaatkan memelihara kualitas air, penyerap CO2 dan
adalah dari jenis ganggang merah (Rhodophyceae) penghasil O2 yang relatif tinggi dibanding tipe
karena mengandung agar-agar, keraginan, hutan lain.
porpiran, furcelaran maupun pigmen fikobilin
(terdiri dari fikoeretrin dan fikosianin) yang Potensi padang lamun
merupakan cadangan makanan yang Di Indonesia, lamun yang ditemukan terdiri
mengandung banyak karbohidrat. Ada juga yang atas tujuh marga, dari 20 jenis lamun yang
memanfaatkan jenis ganggang coklat dijumpai di perairan Asia Tenggara, 12 di
(Phaeophyceae). Ganggang coklat ini banyak antaranya dijumpai di Indonesia. Penyebaran
mengandung pigmen klorofil a dan c, beta padang lamun di Indonesia cukup luas, mencakup
karoten, violasantin dan fukosantin, pirenoid, dan hampir seluruh perairan Nusantara yakni Jawa,
lembaran fotosintesa (filakoid). Selain itu Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku,
ganggang coklat juga mengandung cadangan Nusa Tenggara, dan Papua. Jenis Thalassia
BARANSANO & MANGIMBULUDE., Eksploitasi dan Konservasi 42
Anonim, 2007. Advokasi pesisir dan kelautan. Fakultas Manuputty, A.E.W. 2008. Oktoral penghasil antivirus. J.
Geografi Universitas Gadjah Mada (http:// Oseana. 33(1): 19-24
geo.ugm.ac.id/archives/72) Masyhudzulhak. 2005. Pengelolaan sumberdaya pesisir di
Anonim. 2009b. Satuan kerja pengawasan sumberdaya kota bengkulu (Tinjauan Bioekonik terhadap
kelautan dan perikanan kendari. DEPHUT alihkan sumberdaya perikanan). J.Penelitian UNIB 11 (1): 21-28
kawasan suaka alam dan pelestarian alam ke DKP Nurmalasari, Y. 2008. Informan’n. J. Ilmu-ilmu manajemen dan
(http://www.P2sdkpkendari.com/?pilih=new&aksi=l informatika 1(2): 1-7.
ihat&id=544). Pattinama, M. J. 2009. Pengentasan kemiskinan dengan
Arbi, U.Y. 2008. Burung pantai pemangsa krustaceae. J. kearifan lokal ( Studi kasus di Pulau Buru-Maluku dan
Oseana. 33 (2): 1-8. Surade–Jawa Barat. J. Makara, Sosial Humaniora. 13 (1):
Arlyza, I.S. 2007. Bahan Aktif dari organisme laut sebagai 1-12.
pengendali biota penempel. J. Oseana. 32 (1): 39-48 Prabowo, A.Y. 2007. Budi daya rumput laut. teknik budidaya
Aswandi, I. 2008. Crustacean sebagai konsumen di padang Agrokompleks.(http://teknik-budidaya.blogspot.com
lamun. J. Oseana. 33 (1): 1-9 /2007/10/budidaya-rumput-laut.html
COREMAP-LIPI. 2001. Buku Panduan Pengelolaan Berbasis Protopo, W.M. 2009. Merawat laut demi kehidupan. J. Ilmu-
Masyarakat (PBM) COREMAP. Kantor Pengelolaan ilmu hayati 9 (4) 2009.
Program CREMAP-LIPI. 216p. Santosos, U. A. dan P. Martina. 2009. Jumlah penduduk
Dahuri, R. 2003. Kenakaragaman hayati laut. Aset Indonesia mencapai 231 juta orang. http://
pembangunan berkelanjutan Indonesia. PT. Gramedia www.kontan.co.id/index.php/nasional/news/20031/
Pustaka utama. Jakarta. Jumlah-pendudu-Indonesia-Mencapai-231-Juta-Orang
FAO. 2000. The Status of world Fisherie and Aquaculture. Stanis, S. S. dan Azis Nurbambang, 2007. Coastal and marine
FAO Fisheries Department, Rome, Italia resource management by empowering the communal
Gianto. 2007. Perdagangan karang hias: suatu ancaman wisdom in Lembata Regency, east Nusa Tenggara
terhadap ekosistem terumbu karang? J. Oseana 32 (4): Timur Province. J. Pesisir Laut. 2(2): 67 – 87.
21-27 Sugiarti, G.B. Dietriech., dan R. Dahuri. 2000. Analisis
Husein, A. 2005. Menguak misteri lamun . Duamata. (http:// kebijakan pemanfaatan ruang wilayah pesisir di kota-
dua mata. Blogspot.com/2005/12/menguak-misteri- pasuruan-jawatimur. J. Pesisir dan kelautan 3(2): 4-21
lamun.htm). Syafikri, D. 2009. Budidaya rumput laut dalam mendukung
Ibrahim, Y. 2007. Komunitas pulau dalam era pembangunan : pembangunan ekonomi berbasis kelautan di
terpingir atau memingir? J. Akademika 70 (1): 57-76 kabupaten sumba. Sumba New.com. (http://
Indra. 2008. Perkembangan sasi sebagai konservasi laut secara www.Sumbawa news.com/berita/opini/prospek-bu-
tradisional di papua. didaya-rumput-laut-dalam-mendukung-pembanguan-
http://seputarberita.blogspot.com/2008/07/perkemb ekonomi-kelautan-di-kabupaten-sumba.html.
angan-sasi-sebagai-konservasi.html Viktor, P.H., dan Nikijuluw. 2001. Kajian pemenuhan
Indrawan, M., B.P. Richard, dan J. Supriyatna. 2007. Biologi kebutuhan pangan nelayan pada musim timur dan
konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. musim barat kaitanya dengan pemanfaatan
Kaimuddin. 2008. Studi kelembagaan lokal masyarakat dalam sumberdaya pesisir. J. Pesisir dan Kelautan. 3(3) 14-21.
pengunaan hutan mangrove di desa munte, kecamatan
Bone-bone (kajian baseline kelembagaan untuk
adaptasi terhadap perubahZan iklim global). J.Hutan
dan masyarakat. 3(1): 40-46.
Karubaba, C.T.H, G. B. Dietriech., P.H. Viktor and Nikijuluw
2001. Kajian pemenuhan pemenuhan kebutuhan
pangan nelayan pada musim timur dan barat kaitanya
dengan sumberdaya pesisir. J. Pesisir dan Laut. 3(3): 3-
12.
Kawaroe, M. 2001. Kajian pemenuhan kebutuhan pangan
pada musim timur dan musim barat kaitanya dengan
pemanfaatan sumberdaya pesisir. J. Pesisir dan
Kelautan 3(3): 3-12.
Kusuma. 2002. Pengelolaan Ekositem mangrove secara
berkelanjutan dan berbasis masyarakat. Lokakarya
ekosistem mangrove. Jakarta.
Kusuma. 2004. Departemen Kelautan targetkan produksi
perikanan 2009 10 juta ton.
http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=UFBb
DFZUBltW
BARANSANO & MANGIMBULUDE., Eksploitasi dan Konservasi 46