Anda di halaman 1dari 7

TEORI EKONOMI

(MAKRO EKONOMI ALIRAN KLASIK )

Dasar Filsafat Mazhab Klasik

Mazhab Klasik yang dipelopori oleh Adam Smith ( 1732-1790) yang tercermin
dalam bukunya yang diterbitkan th. 1776 dengan judul An Inquary into the Nature and
Causes of the Wealth of Nation, dianggap sebagai ibu dari kelahiran ilmu ekonomi. Prinsip
utama dalam mazhab Klasik adalah kepentingan pribadi (self interest) dan semangat
individualisme ( laissez faire). Kepentingan pribadi merupakan kekuatan pendorong
pertumbuhan ekonomi dan kekuatan untuk mengatur kesejahteraannya sendiri. Berdasarkan
prinsip tersebut para penganut mazhab Klasik percaya bahwa sistem ekonomi liberal atau
sistem dimana setiap orang betul-betul bebas untuk melakukan kegiatan ekonomi apa saja
bisa mencapai kesejahteraan masyarakat secara otomatis.
Sistem ekonomi liberal, dimana campur tangan pemerintah dalam kegiatan ekonomi
sangat kecil (dapat dianggap tidak ada) , menurut mazhab Klasik hal tersebut dapat menjamin
tercapainya :
1). Tingkat kegiatan ekonomi nasional optimal ( full employment level of activity).
2). Alokasi sumberdaya, baik sumberdaya alam maupun faktor-faktor produksi lainnya di
dalam berbagai kegiatan ekonomi, secara efisien.

Dengan demikian peranan pemerintah harus dibatasi seminimal mungkin, karena apa
yang bisa dikerjakan oleh pemerintah bisa dikerjakan oleh swasta dengan lebih efisien.
Pemerintah diharapkan hanya mengerjakan kegiatan yang betul-betul tidak dapat dilakukan
oleh swasta secara efisien, seperti di bidang pertahanan, hukum, kepamongprajaan, dan
sebagainya. Esensi teori ekonomi makro Klasik adalah bahwa : suatu perekonomian liberal
(laissez faire) mempunyai kemampuan untuk menghasilkan tingkat kegiatan (GDP= Gross
Domestic Product) yang full employment secara otomatis, yang juga dikenal sebagai self
regulating (mengatur sendiri secara otomatis). Pada suatu waktu tertentu GDP mungkin saja
berada di bawah atau di atas tingkat full employment, tetapi akan segera kembali ke tingkat
full employment semula. Siapa yang mengatur sehingga tingkat full employment tersebut
selalu dicapai ? Kaum Klasik mengatakan bahwa yang mengatur adalah “tangan
pengendali yang tidak kentara” atau “ tangan gaib” ( the invisible hand).
PENDEKATAN 3 BASIC MARKET

1. Pasar Barang dan Jasa

Seperti dinyatakan di muka, di pasar barang bertemunya penawaran agregat dengan


permintaan agregat. Menurut kaum Klasik di pasar barang tidak mungkin akan kekurangan
produksi atau kelebihan produksi dalam jangka waktu lama, sehingga selalu terjadi pasar
bersih ( clearing market) atau pasar dalam kondisi ekuilibrium. Jika pada suatu waktu terjadi
kelebihan atau kekurangan produksi, maka mekanisme pasar akan secara otomatis
mendorong kembali perekonomian tersebut pada kondisi di mana tingkat produksi total
masyarakat ( penawaran agregat) akan memenuhi permintaan total masyarakat secara tepat
(full employment level of activity). Pendapat ini dilandasi adanya kepercayaan di kalangan
kaum Klasik bahwa di dunia nyata ini :
1. Berlaku hukum Say ( Say’s Law) yang mengatakan bahwa “ setiap barang yang
diproduksikan selalu ada yang membutuhkannya” ( “ supply creates its own demand”)
2. Harga-harga dari hampir semua barang-barang dan jasa-jasa adalah fleksibel, yaitu bisa
dengan mudah berubah ( naik atau turun) sesuai dengan daya tarik-menarik antara
permintaan dan penawaran.

Logika hukum Say tersebut adalah sebagai berikut : Setiap proses produksi barang-barang
atau jasa-jasa mempunyai dua akibat : (1) menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa sebagai
hasil produksi, dan (2 ) memberikan penghasilan kepada pemilik faktor-faktor produksi yang
digunakan dalam proses produksi tersebut, yang jumlahnya senilai dengan nilai hasil
produksi tersebut. Dengan demikian di dalam masyarakat selalu terdapat cukup penghasilan
(berarti daya beli , juga permintaan) untuk dibelanjakan pada hasil-hasil produksi.
Kekurangan produksi akan suatu barang tertentu masih bisa terjadi, tetapi secara agregat
(total /keseluruhan) permintaan masyarakat akan hasil-hasil produksi selalu ada. Ini berarti
bahwa secara umum tidak mungkin akan terjadi kelebihan produksi di dalam masyarakat.

Apabila seandainya pada suatu waktu barang tertentu yang telah diproduksi tidak bisa
terjual ( kelebihan produksi) maka melalui mekanisme harga ( harga bersifat fleksibel) harga
barang tersebut akan turun, selanjutnya akan mengakibatkan barang tersebut lebih banyak
diminta oleh konsumen ( sesuai hukum permintaan) sampai kelebihan barang tersebut habis
terjual. Pada akhirnya perekonomian akan kembali pada posisi kseimbangan ( full
employment). Demikian pula sebaliknya jika terjadi kekurangan produksi, melalui
mekanisme harga, harga barang akan naik, selanjutnya harga naik akan mengakibatkan
produksi meningkat sampai terpenuhinya permintaan, sehingga terjadi keseimbangan. Suatu
perekonomian di luar posisi keseimbangan ini selalu hanya dalam keadaan sementara saja.

Ditinjau dari segi kebijakan ekonomi, berarti bahwa pemerintah tidak perlu
melakukan campur tangan atau intervensi apapun. Kalau terjadi resesi atau depresi (GDP
menurun dan terjadi pengangguran) kita cukup menunggu saja sampai perekonomian tersebut
melakukan proses penyesuaian, dan keadaan keseimbangan pasti akan kembali terjadi. Dalam
hal ini pemerintah bisa mempercepat proses penyesuaian dengan cara membuat sedemikian
rupa sehingga harga-harga dapat turun- naik dengan fleksibel. Secara grafis posisi
keseimbangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

P
S (Supply)

Excess supply

P2

P0

P1
Excess Demand D (Demand)

0 Q2Q0Q1 Q

Gb.2.1. Proses Terjadinya Posisi Keseimbangan

Apabila terjadi excess supply, produsen akan menawarkan produknya dengan harga yang
lebih murah agar produknya dapat terjual. Produsen akan menurunkan harga jualnya sampai
pada harga keseimbangan. Demikian pula sebaliknya, jika terjadi excess demand, konsumen
berani membeli produk dengan harga yang lebih tinggi. Mereka berani terus meningkatkan
harga belinya sampai kebutuhannya terpenuhi, yaitu pada saat harga keseimbangan tercapai.

2. Pasar Tenaga Kerja

Kaum klasik menganggap bahwa di pasar tenaga kerja, seperti halnya di pasar barang,
apabila harga tenaga kerja ( upah) cukup fleksibel maka permintaan tenaga kerja selalu
seimbang dengan penawaran tenaga kerja. Per definisi, tidak ada kemungkinan timbulnya
pengangguran sukarela. Artinya pada tingkat upah riel yang berlaku di pasar tenaga kerja
semua orang yang bersedia bekerja pada tingkat upah tersebut akan memperoleh pekerjaan.
Dengan demikian, mereka yang menganggur adalah mereka yang tidak bersedia bekerja pada
tingkat upah yang berlaku. Jadi mereka ini adalah penganggur yang sukarela.
Bagaimana proses terjadinya pengangguran sukarela tersebut, dapat ditunjukkan
dalam gambar :

Rp.
F

S
W1
W2

D1

D2

0 NU NF Orang

Gb. 2.2. Proses Terjadinya Pengangguran Sukarela

Sumbu vertikal menunjukkan tingkat upah riel, sumbu horizontal menunjukkan jumlah
angkatan kerja di dalam suatu masyarakat. D1 adalah kurva permintaan tenaga kerja ( total
tenaga kerja yang dibutuhkan oleh produsen-produsen dan pemerintah pada berbagai tingkat
upah riel). S adalah kurva penawaran tenaga kerja, yang menunjukkan jumlah tenaga kerja
yang bersedia bekerja pada berbagai tingkat upah riel. F ( kurva tegak) adalah kurva yang
menunjukkan jumlah angkatan kerja. Pada posisi dimana seluruh angkatan kerja yang
bersedia bekerja dapat bekerja maka perekonomian di suatu negara dikatakan pada posisi “
full employment” . Kalau pada suatu waktu produsen mengurangi produksinya ( karena
misalnya barang-barangnya banyak yang belum laku), maka kurva permintaan tenaga
kerjanya akan bergeser ke kiri menjadi, misalnya, D2. Tingkat upah yang berlaku turun dari

W1 ke W2 dan jumlah orang yang bekerja turun dari NF ke NU. Menurut definisi (NF ke NU
) adalah jumlah orang yang tidak bekerja. Tetapi jumlah orang yang tidak bekerja ini bukan
penganggur yang tidak sukarela. Mereka menganggur karena tidak mau bekerja dengan
tingkat upah yang baru, yaitu W2. Jadi mereka adalah penganggur yang sukarela.
Pengangguran sukarela itu berlangsung hanya sementara saja. Sejalan dengan proses
penyesuaian dalam pasar barang, dimana jumlah barang akan berada pada posisi
keseimbangan, maka kurva D2 akan kembali ke D1. Akibatnya posisi full employment
tercapai kembali, di mana semua angkatan kerja bisa bekerja pada tingkat upah riel yang
lama, W1.
3. Pasar Uang

Di pasar uang, permintaan akan uang bertemu dengan penawaran uang. Dalam
bahasan ini penawaran uang atau jumlah uang yang beredar, ditentukan oleh Pemerintah dan
Lembaga Keuangan tertentu untuk uang giral. Uang dapat terdiri dari uang kartal dan uang
giral. Uang kartal adalah uang kertas dan logam yang dikeluarkan oleh pemerintah. Uang
giral adalah deposito yang dapat diuangkan setiap waktu, biasanya dalam bentik cek.
Kaum Klasik memiliki teori permintaan akan uang yang cukup terkenal, yaitu “ teori
kuantitas”. Teori kuantitas mengatakan bahwa masyarakat memerlukan uang tunai untuk
keperluan transaksi tukar-menukar ( misal : jual-beli barang dan jasa), bukan untuk tujuan
lain. Menurut kaum Klasik karena uang tidak bisa menghasilkan apa-apa kecuali hanya untuk
mempermudah transaksi, maka uang yang diminta oleh masyarakat hanya sebanyak jumlah
yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk “membiayai” proses transaksi mereka. Jadi, semakin
banyak transaksi yang dilakukan oleh masyarakat, semakain banyak pula uang tunai yang
dibutuhkan oleh masyarakat tersebut.
Volume transaksi di dalam masyarakat tergantung pada dua hal, yaitu : (1) volume
barang /jasa yang diproduksi masyarakat ( yang diukur dengan GDP riel atau GDP pada
harga konstan) dan (2) tingkat harga umum. Semakain besar GDP diharapkan semakin
banyak transaksi yang dilakukan oleh masyarakat. Dan semakin tinggi harga umum semakin
banyak uang tunai yang dibutuhkan untuk menutup setiap transaksi.
S
Jadi, penawaran uang ( M ) ditentukan oleh kebijakan moneter. Oleh karenanya, variabel ini
disebut variabel eksogen, yaitu variabel yang nilainya ditentukan oleh unsur diluar sistem
D
persamaan.. Permintaan uang, M = k PQ, di mana k = suatu konstanta; Q = GDP riel; P =
harga umum. Dalam jangka pendek k tidak berubah. Q atau GDP riel ditentukan di pasar
barang, dan tingat Q yang normal adalah Q pada tingkat full employment. Dengan demikian
Q ditentukan di luar pasar uang, sehingga dapat dianggap sesuatu yang mendekati suatu
konstanta ( ditentukan sebelumnya). Ini berarti bahwa penawaran uang tidak mempengaruhi
tingkat output nasional.
Mekanisme pasar akan menyamakan penawaran uang dengan permintaan uang.
Sehingga dapat ditulis dalam persamaan :

S D
M = M = k PQ

D
Persamaan ini dapat ditafsirkan sebagai berikut : jika M ditambah, misalnya, 10%, maka
tinghat harga umum (P) akan naik 10% pula, karena k dan Q dianggap konstan. Dan jika
uang yang beredar naik, misalnya, 10%, setiap triwulan, maka tingkat harga umum akan naik
pula sebesar 10% setiap triwulan, dan kita mengatakan bahwa laju inflasi adalah 10% setiap
triwulan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa permintaan dan penawaran uang ini
akan menentukan tingkat harga umum.

Dampak Pada Pasar Luar Negeri

Di pasar luar negeri, kaum klasik juga menganut pandangan bahwa dunia dapat secara
otomatis mengoreksi ketidakseimbangan. Implikasi dari pandangan ini adalah bahwa suatu
perekonomian nasional tidak perlu merepotkan diri untuk menyeimbangkan neraca
perdagangan mereka dengan kebijakan-kebijakan khusus, asal saja pemerintah mau memakai
salah satu dari sistem pembayaran luar negeri di bawah ini :
1) Sistem standar emas : yaitu sistem di mana uang dalam negeri ( misalnya rupiah) dijamin
penuh dengan emas. Artinya setiap satuan uang tersebut ( misalnya, satu rupiah) selalu
bisa ditukar dengan emas murni seberat x gram di Bank Sentral.
2) Standar kertas dan Kurs devisa yang fleksibel: yaitu sistem keuangan dalam negeri dapat
menggunakan “standar kertas” atau menggunakan uang kertas yang tidak dijamin dengan
emas, dan harus menganut sistem kurs devisa “menga mbang”.
Asalkan semua negara memakai sistem standar emas maka setiap perekonomian
nasional akan mempunyai suatu sistem neraca perdagangan yang bisa mengoreksi
ketidakseimbangan secara otomatis. Proses koreksi ini berlangsung sebagai berikut. Bila
misalnya negara kita (dianggap menggunakan standar emas) mengalami defisit neraca
perdagangan, maka cadangan emas Bank Sentral kita akan menurun karena negara kita harus
membayar (mengirim emas) kepada negara-negara lain sejumlah defisit neraca perdagangan
S
tersebut. Ini berarti bahwa jumlah uang yang beredar di dalam negeri (M ) juga terpaksa
harus dikurangi karena rupiah dijamin dengan emas. Berkurang emas berarti juga berkurang
rupiah. Akibat selanjutnya adalah turunnya harga barang-barang di dalam negeri (P turun).
Hal ini sesuai dengan teori kuantitas. Akibat selanjutnya ekspor kita naik karena harga
barang-barang dalam negeri kita lebih murah bagi orang-orang luar negeri, dan bersamaan
dengan itu impor kita akan turun karena harga barang-barang luar negeri lebih mahal dari
barang-barang buatan dalam negeri. Ingat, bahwa harga di dalam negeri turun, harga di luar
negeri cenderung naik karena bertambahnya emas yang beredar di luar negeri dari adanya
pembayaran dengan emas dari negara kita. Proses ini dikenal dengan mekanisme Hume,
yang pada akhirnya membawa neraca perdagangan kita kearah keseimbangan lagi.
Jika kita menggunakan kurs devisa mengambang, proses penyeimbangan yang serupa
dengan diatas akan terjadi. Anggap pada suatu waktu jumlah uang yang beredar di dalam
negeri adalah tertentu, misalnya sebesar Y milyar rupiah. Kalau kita mengalami defisit neraca
perdagangan, maka cadangan devisa kita menurun. Ini berarti bahwa devisa selanjutnya yang
tersedia ( untuk impor) akan lebih kecil dibanding dengan permintaan akan devisa tersebut.
Akibatnya “harga” mata uang asing ( yang dinyatakan dalam rupiah) naik, yang berarti kurs
devisa kita akan berubah, misalnya dari Rp. 12.000,- per dolar menjadi Rp. 13.000,- per-
dolar. Akibat selanjutnya impor kita akan turun karena barang-barang impor menjadi lebih
mahal, dan ekspor kita akan naik karena ekportir dapat memperoleh rupiah yang lebih banyak
untuk setiap dolar yang mereka terima dari luar negeri. Dengan demikian neraca perdagangan
akan kembali seimbang, walaupun pada kurs devisa yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai