Dosen Pemimbing
Ir. Bambang Drajat, MM
Disusun Oleh
A. Habib Hamdani 41118320023
Stasiun Solo Balapan dengan kode SLO merupakan stasiun terbesar di Kota Solo
dan termasuk stasiun besar utama di Pulau Jawa. Stasiun Solo Balapan terletak di
Kelurahan Gilingan dan Kestalan, Kecamatan Banjarsari, tepatnya di Jalan Wolter
Monginsidi 112, Solo. Pada masa lalu, lokasi stasiun ini merupakan arena pacuan (balapan)
kuda milik Keraton Mangkunegaran. Stasiun yang berada pada ketinggian 93 meter dpl ini
dibangun pada tahun 1873 dan berada dalam wilayah kerja PT Kereta Api Indonesia (KAI)
Daerah Operasi VI Yogyakarta.
Stasiun Solo Balapan memiliki 12 jalur yang terbagi menjadi dua, yakni emplasemen
selatan sebanyak 5 jalur dan emplasemen utara sebanyak 7 jalur. Pelayanan penumpang,
baik untuk kereta api lokal maupun kereta api jarak jauh dilakukan di emplasemen selatan,
sementara emplasemen utara lebih banyak digunakan untuk kereta barang, kecuali jalur 6
yang digunakan untuk keberangkatan Kereta Api Lodaya dan Senja Utama Solo. Kedua
emplasemen dibatasi oleh bangunan utama stasiun yang di dalamnya terdapat ruang
kepala stasiun, ruang Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA), toilet, mushola, dan lain-
lain. Adapun pintu masuk, area parkir, dan hall stasiun berada di sisi selatan stasiun.
Sementara dipo lokomotif dan kereta berada di sebelah barat stasiun. Stasiun Solo Balapan
merupakan titik pertemuan antara jalur selatan dengan jalur utara, di sebelah timurnya
terdapat segitiga pembalik (wye) yang memungkinkan kereta dari arah jalur utara
Hal 1
(Semarang) langsung berbelok ke Stasiun Solo Jebres dengan prinsip langsir, sehingga
tidak perlu memutar lokomotif di Solo Balapan.
Hal 2
Gambar. 3 Layout emplasemen Stasiun Solo Balapan
Stasiun Solo Balapan perlu melakukan pembenahan dan penyesuaian lay out
stasiun agar dapat memisahkan layanan kereta lokal, kereta api jarak jauh (KAJJ) dan
kereta bandara. Misalnya dengan mengkhususkan emplasemen selatan untuk kereta lokal
dan emplasemen utara untuk KAJJ dan kereta bandara. Adapun layanan kereta barang
dapat dialihkan ke Stasiun Solo Jebres yang sudah dilengkapi dengan dry port di sebelah
utara stasiun. Dengan beroperasinya KRL Solo-Yogyakarta, besar kemungkinan frekuensi
perjalanan kereta akan bertambah. Selain itu, tidak menutup kemungkinan bekas armada
Prameks digunakan untuk penambahan frekuensi maupun rute kereta lokal yang lain.
Misalnya perpanjangan rute Railbus Purwosari-Wonogiri hingga ke Solo Balapan, atau
penambahan rute baru seperti tujuan Sragen, Salem, dan Ngrombo. Dengan demikian
Stasiun Solo Balapan dapat menjadi stasiun transit antara kereta lokal dan jarak jauh
seperti halnya Stasiun Pasar Senen dan Stasiun Jatinegara di Jakarta. Untuk keperluan
konektivitas antar moda transportasi, serta sepanjang kapasitas dan infrasturuktur stasiun
cukup mumpuni, saya rasa hal ini layak dipertimbangkan daripada justru berencana
Hal 3
mengkhususkan Stasiun Solo Balapan untuk layanan KAJJ seperti halnya Stasiun Gambir
di Jakarta.
Hal 4
Selain rencana pembangunan skybridge tersebut, Kementerian Perhubungan juga
telah menyiapkan rencana pembangunan stasiun utara di Solo Balapan dan pembangunan
rute kereta ke Bandara Internasional Adi Soemarmo. Pembangunan rute kereta bandara
ini akan mempermudah akses menuju Bandara Adi Soemarmo yang saat ini dirasakan
masih kurang. Selain taksi, baru ada bus pemadu moda rute bandara-Terminal Tirtonadi
dan bus Batik Solo Trans Koridor 1 yang melayani penumpang dari dan ke bandara.
Kesulitan akses transportasi ini ditengarai merupakan salah satu sebab kurang
berkembangnya bandara tersebut. Bahkan warga Solo sendiri masih banyak yang memilih
terbang melalui Bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta. Selain lebih banyak pilihan
penerbangan, Bandara Adi Sutjipto juga memiliki akses yang lebih mudah. Untuk menuju
bandara tersebut, calon penumpang dari Solo dapat menggunakan kereta Prameks dan
Madiun Jaya dengan lama perjalanan sekitar satu jam dan turun di Stasiun Maguwo yang
berada tepat di depan bandara.
Hal 5
Stasiun utara akan dibangun di sebelah utara jalur 12 yang terdiri dari bangunan
stasiun 2 lantai, area drop off, dan area parkir untuk kendaraan roda 2 dan roda 4.
Sementara pintu masuk dibangun di sebelah timur atau menghadap ke Jalan S. Parman.
Pembangunan stasiun utara ini diharapkan selesai pada tahun 2017. Bila
pembangunannya telah selesai, maka Pemkot Solo perlu segera merealisasikan rute Batik
Solo Trans (BST) koridor 6 dan menyediakan halte BST di dekat pintu keluar tersebut,
sehingga penumpang kereta yang keluar melalui pintu timur dapat langsung mengakses
BST seperti halnya di pintu selatan saat ini.
Dengan rencana pembangunan-pembangunan tersebut, saya berharap Stasiun
Solo Balapan akan menjadi sebuah stasiun sentral yang menjadi hub transportasi
intermoda seperti halnya Kuala Lumpur Sentral (KL Sentral). Dengan terhubungnya stasiun
ini dengan terminal, bandara, dan halte BST, maka penumpang kereta dapat dengan
mudah mengakses bus kota, bus antarkota, maupun pesawat terbang, begitu pula
sebaliknya. Selain itu, penumpang juga dapat dengan mudah menuju pusat perbelanjaan
di Terminal Tirtonadi. Bukan tidak mungkin, dengan ketersediaan infrastruktur yang lengkap
seperti itu, akan bermunculan pusat-pusat bisnis baru di sekitar stasiun dan terminal.
Semoga semua rencana pembangunan tersebut dapat segera berjalan dengan lancar
sehingga dapat segera memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak, terutama bagi
masyarakat penggunanya.
Hal 6