Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH PRAKTIKUM

M.K. SOSIO ANTROPOLOGI PERTANIAN

Bahan Bacaan :
(1) Sajogyo dan pudjiwati sajogyo (penyunting). 2002. Sosiologi pedesaan
kumpulan bacaan jilid 1. Yogjakarta : Gadjah mada University press.
Halaman : 26-64
(2) Chodidah Budi Raharjo. 1984.Benturan sosial dan budaya di daerah
pemukiman transmigrasi. Salatiga :UNSw Press. Halaman : 143-181.

Kelompok (6)

Nama NIM

(1). BETA DWI SETIAWAN (D1A121067)


(2). BRITNEY CRISTI (D1A121069)
(3). DIDIN PRAYITNO (D1A121070)
(4). HERSON (D1A121073)
(5). LISTI HARFIANI HANIF (D1A121082)

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
Pertanyaan Praktikum

1.      Proses sosial manakah ( Apakah mengarah pada proses sosial asosiatif atau
kah proses disosiatif ? ) Yang anda temukan pada bacaan tersedia !

2.      Perincilah bukti sesuai pada bacaan mengenai fenomena – fenomena yang


anda temukan pada bacaan ! Jika mengarah pada akulturasi Buktikanlah, demikian
pula jika terjadi kecenderungan mengarah pada konflik !

Jawaban Praktikum :

1)    Proses proses sosial yang kami temukan dalam bahan bacaan tersebut yakni
mengarah pada kedua proses, yaitu proses sosial asosiatif dan proses sosial
disosiatif. Terutama pada kehidupan masyarakat pedesaan di indonesia yang telah
kami baca dan diskusikan bersama. Adapun proses proses sosial yang mengarah
kepada proses asosatif dan disosiatif sebagai berikut :

Proses Sosial Asosiatif adalah hubungan postif yang terjadi dalam masyarakat.
Proses ini bersifat membangun serta mempererat atau memperkuat hubungan
jalinan solidaritas dalam kelompok masyarakat untuk menjadi satu kesatuan yang
lebih erat.

Proses Sosial asosiatif :

Adapun bukti-bukti dari proses asosiatif yang terjadi di masyarakat pedesaan


salah satu nya adalah Timbulnya “Desa  Jawa” Dari Masyarakat Transmigran
Spontan. Perincian dari bukti-bukti yang kami temukan sebagai berikut :

NO Proses-proses yang terjadi Bukti-bukti dari proses yang terjadi

1.  Mengarah pada proses  Pengembangan daerah


asosiatif transmigran spontan dengan
pemberian izin penitisan oleh 2
marga ; (persirah di
gedongtataan) yang menghasilkan
pusat perintisan banyumas, di
bagian hulu W. waya dan marga
anak tuha (persirah di
dadujangratu) dengan pusat
perintisan kalirejo, di bagian
lebih ke hilir dari W. waya.
Ada pun  bukti – bukti yang memperkuat proses sosial yang ada, dapat dilihat
pada proses-proses yang terjadi di masyarakat pedesaan yang mengarah pada
proses asosiatif, adalah sebagai berikut :

a)      Kegiatan bekerja sama

Bekerja sama yaitu suatu kegiatan sosial yang dilakukan secara berkelompok
untuk mencapai tujuan bersama

b)      Sistem tolong menolong

Sistem tolong menolong ialah pertolongan pekerjaan yang didalam bahasa jerman
disebut bitarbeit ( bitten = meminta ) atau dalam bahasa jawa
disebut sambatan ( sambat = Minta tolong ).
c)      Gotong Royong

Disamping adat istiadat tolong menolong antara warga desa dalam berbagai
macam lapangan aktivitas-aktivitas sosial, baik yang berdasarkan hubungan
tetangga, ataupun hubungan kekerabatan atau lain lain hubungan yang
berdasarkan efisiensi dan sifat sifat praktis adapula aktivitas aktivitas bekerja
sama yang lain yang secara populer disebut gotong royong

d)     Jiwa gotong royong

Jiwa atau semangat gotong royong itu dapat kita artikan sebagai peranan rela
terhadap sesama warga masyarakat di pedesaan ataupun warga masyarakat di
perkotaan

e)      Musyawarah dan Jiwa Musyawarah

Artinya ialah bahwa keputusan-keputusan yang di ambil dalam rapat-rapat tidak


berdasarkan mayoritas begitu juga dengan minoritas.

·         Proses sosial disosiatif adalah kebalikan dari proses sosial asosiatif. Apabila
proses sosial asosiatif mendukung kerja sama. Proses sosial disosiatif bersifat
persaingan dan konflik atau perlawanan.

a)      Konflik

Konflik adalah suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha
memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lain yang di sertai dengan
ancaman atau kekerasan

b)      Persaingan merupakan proses sosial di mana individu atau kelompok


manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan
yang menjadi perhatian public.
2). Adapun Fenomena yang kami dapatkan pada bahan bacaan cenderung
mengarah pada konflik. Beberapa peristiwa yang terjadi didaerah transmigrasi.
Sebagaimana perinciannya adalah sebagai berikut :

a)      Ketegangan yang sering terjadi antara suku jawa dan suku bugis bersumber
dari perbedaan norma dalam penyelesaian masalah hutang. Suku jawa dan suku
bugis dalam melakukan transaksi jual beli memakai cara pembayaran di kemudian
hari, dan menetapkan waktu pembayaran disepakati bersama. Tetapi setelah
waktunya ternyata orang jawa tidak menepati janji. Hal ini oleh orang bugis
dianggap  sebagai penipuan. Karena itu perlu diberi balasan setimpal dan
bentrokpun terjadi (indonesia, 1978 : 77 )

b)      Konflik antara suku jawa dan penduduk melayu asli terjadi karna
transmigran umum dari jawa melakukan penggarapan berdasarkan atas pembagian
jatah dari kantor jawatan transmigrasi maka timbul sengketa. Perselisihan terjadi
antara kedua bela pihak tersebut.

c)      Kasus-kasus serupa juga muncul di lampung antara transmigrasi BRN dari


jawa dengan penduduk setempat.

d)     Kasus di proyek transmigrasi Lempake jaya, kalimantan timur yang dihuni


oleh transmigran dari jawa dan penduduk asli suku banjar sedikit berbeda dengan
konflik pada pembahasan sebelumnya. Disini terjadi suatu kebiasaan suku banjar
untuk meminjamkan tanah miliknya kepada transmigran suku jawa karena suku
banjar tidak terbiasa mengelolah tanah dengan sistem intensifikasi pertanian.
Lama peminjaman ini dibatasi sampai pemilik tanah meminta kembali. Balas jasa
yang diberikan atas dasar sukarela dari peminjam. Konflik muncul karena tidak
jelasnya batas-batas sistem pemilikan tanah sehingga kadang-kadang tanah
pinjaman itu masih termasuk dalam lokasi proyek yang merupakan hak milik
penghuninya. Hal ini tentu saja tidak bisa diterima oleh mereka yang berdomisili 
dalam proyek

e)      Konflik antara Transmigran asal yogyakarta dan transmigran asal solo.


Transmigran asal yogyakarta terkenal karena keuletan serta kemahirannya dalam
menekuni bidang pertanian. Usaha untuk terus menerus meningkatkan hasil
pertaniannya tidak pernah berhenti sehingga hasil panen yang di peroleh selalu
berlimpah dan reputasinya sebagai petani bijak dapat di sandang. Mereka juga
selalu menghemat dalam hidup. Berbeda dengan transmigran dari  solo yang
selalu bermewah-mewah dan kurang berhemat dalam membelanjakan hasil
keringatnya. Dari perbedaan itu muncul ketegangan laten di mana orang solo
mengejek orang yogyakarta sebagai “orang pelit yang ingin cepat kaya”. Rupanya
orang yogyakarta tidak tinggal diam untuk di hina dan balasan juga di lancarkan.
Kejadian ini berlanjut hingga terjadi hubungan yang kurang baik.
f)       Kasus  di lempake jaya antara kalimantan timur dan moramo, Sulawesi
Tenggara. Kekurang tepatan kebijaksanaan di dalam menyeleksi para calon
transmigran berdasarkan cara pemanfaatan sumber alam mengakibatkan
transmigran yang datang mempunyai tata cara yang berbeda dengan penduduk
setempat dalam menggunakan satu sumber alam yang sama hal ini dapat menjurus
pada bentrokan. Seperti pada kasus ini satu golongan etnik menggunakan sungai
sebagai fasilitas irigasi sedangkan kelompok yang lain menggunakannya sebagai
sarana angkutan. Direalisasikannya cara memanfaatkan satu kelompok etnik akan
mematikan mata pencaharian kelompok lain yang di maksud antara orang
kalimantan timur dan moramo sulawesi tenggara.

g)      Kasus di siak, antara penduduk Riau dan Transmigrasi Jawa. Pada waktu
Ditjen Transmigrasi mengadakan studi tentang pembukaan persawahan pasang
surut di kawasan Siak, Riau ada nada iri hati dari penduduk setempat yang merasa
keberatan dengan di datangkannya Transmigrasi Jawa. Sehingga penduduk riau
berpendapat “ mengapa harus jauh jauh di datangkan Transmigran dari jawa,
orang sini pun kalau di beri fasilitas yang sama dengan Transmigran tentu
bersedia untuk ikut serta dalam proyek pembukaan persawahan pasang surut ini”.
Sehingga sempat terjadi perselisihan antara kedua bela pihak.

h)      Kasus di Tambarangan, dan Kolam Kanan, Barambai, Kalimantan selatan.


Akibat tidak di kuasainya bahasa indonesia oleh masing-masing kelompok etnik
sehingga menyebabkan kesalah pahaman dalam berkomunikasi bahkan sampai
pada bentrokan fisik. Peristiwa ini bermula dari penggunaan bahasa isyarat orang
bali dalam melakukan perdagangan “ barter “ dengan penduduk setempat. Karena
salah penafsiran orang bali tersebut dikira menghina dan akhirnya ia di pukuli.

i)        Fenomena yang terjadi di proyek sidomukti, Luwu, Sulawesi selatan.


Bermula dari pengalaman masa lampau yang masih di polakan dalam benak setiap
orang dan ada kalanya tidak relevan lagi menurut masa kini. Sehingga para
transmigran mempunyai pandangan yang negatif terhadap penduduk setempat
namun tidak di tonjolkan dalam kehidupan sehari-hari. Kasus ini juga terjadi di
Sidomulyo, Proyek Belitang, Sumatera Selatan. Para transmigrasi nampaknya
telah memberikan derajat kualitas yang jelek terhadap penduduk asli, sehingga
mereka selalu berhati-hati dan mencoba untuk membatasi dalam bergaul dengan
orang komering, sehingga orang komering beranggapan bahwa penduduk
setempat tidak pantas untuk di layani dengan ramah, karena meskipun para
Transmigrasi berbaik hati orang-orang itu tetap saja kurang ajar.

j)        Pertentangan serta fenomena yang terjadi di Lempake Jaya, Karena


perbedaan Norma Agama. Kasus ini berawal dari penangkapan babi, oleh para
transmigrasi jawa yang kurang taat dalam menjalani syariat agama islam bersama
transmigrasi lain pemeluk agama Kristen. Tindakan ini tercium oleh orang Banjar
yang beragama islam sehingga timbulnya konflik bahwa baginya babi tidak di
haramkan. Tindakan suku Banjar untuk mengusik para Transmigran yang
bersumber pada perbedaan agama ternyata tidak berhenti sampai disitu saja. Pada
waktu seluruh warga Transmigrasi dari semua golongan mengadaka kerja bakti
untuk membangun gereja Kristen, suku banjar mengatakan bahwa Gereja tidak 
menghadap Kiblat seperti halnya dengan mesjid. Demikian juga pemakaman
warga Kristen di perkuburan umum yang bercampur dengan orang islam,
merupakan api dalam sekam bagi kehidupan di daerah Transmigrasi.

Anda mungkin juga menyukai