Anda di halaman 1dari 91

i

LAPORAN DESAIN SISTEM PERMESINAN 2

SISTEM INSTALASI PERPIPAAN

SAMPUL

MUHAMMAD AIDIL HIKMA


D331 16 014

PROGRAM STUDI TEKNIK SISTEM PERKAPALAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2018

i
ii

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


JURUSAN PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PENGESAHAN

MATA KULIAH DESAIN SISTEM PERMESINAN 2


Semester Akhir 2015/2016

Berdasarkan tugas “DESAIN SISTEM PERMESINAN 2” yang diberikan kepada


:

NAMA : MUHAMMAD AIDIL HIKMA


NIM : D331 16 014
PRODI :TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

Telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing sebagai salah satu
persyaratan untuk lulus pada mata kuliah tersebut di atas.

Gowa, 06 Desember 2018

Mengetahui,

DOSEN PEMBIMBING,
MAHASISWA,

M. RUSYDI ALWI S.T., M.T. MUHAMMAD AIDIL HIKMA


NIP : 19730123 200012 1 001 NIM : D331 16 014

ii
iii

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


JURUSAN PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

LEMBAR PENILAIAN

LEMBAR PENILAIAN

MATA KULIAH DESAIN SISTEM PERMESINAN 2


Semester Akhir 2018/2019

Berdasarkan tugas “DESAIN SISTEM PERMESINAN 2” yang diberikan kepada

NAMA : MUHAMMAD AIDIL HIKMA

NIM : D331 16 014

PROGRAM STUDI : TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

Benar-benar telah menyelesaikan tugas dengan nilai :

A A- B+ B B- C+ C D E

Demikian lembar nilai ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Gowa, 06 Desember 2018


Mengetahui,
DOSEN PEMBIMBING,

M. RUSYDI ALWI S.T., M.T.


NIP. 19730123 200012 1 001

iii
iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya tugas mata
kuliah Tugas DESAIN SISTEM PERMESINAN 2 ini. Tidak sedikit kendala yang
menghadang penyusun dalam menyelesaikan tugas ini, namun berkat rahmat dan
hidayah-Nya telah membimbing penyusun untuk terus berusaha menyelesaikan
salah satu mata kuliah di Jurusan Teknik Perkapalan, Universitas Hasanuddin.
Mata kuliah ini merupakan persyaratan untuk menyelesaikan studi pada
jurusan Teknik Perkapalan – Universitas Hasanuddin.
Penyusun harus mengakui, laporan ini masih sangat jauh dari sempurna,
semua karena keterbatasan waktu dan pengetahuan serta kemampuan penyusun
sebagai manusia biasa. Untuk itu penyusun mohon maaf atas semua kekurangan
dan kesalahan yang terjadi di dalam penyusunan laporan dan gambar Tugas
DESAIN SISTEM PERMESINAN 2, serta penyusun berharap masukan dan saran
agar ke depannya penyusun dapat lebih baik lagi dalam menyusun tugas.
Akhirnya penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
penyusun secara pribadi serta pada pembaca yang menjadikan laporan ini sebagai
acuan atau pedoman dalam pembelajaran ataupun dalam menyusun laporan.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya pada kita
semua. Amin.

Gowa, 06 Desember 2018

Penyusun

iv
v

v
BAB 1.
vi

DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
LEMBAR PENILAIAN.........................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Batasan Masalah.................................................................................2
1.4 Tujuan dan manfaat.............................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.3 Sistem perpipaan.................................................................................3
2.4 Ketentuan Umum Sistem Pipa..........................................................14
2.3 Pemilihan Ukuran Pipa.....................................................................35
2.4 Peninjauan peraturan klasifikasi.......................................................47
BAB 3. PENYAJIAN DATA................................................................................52
3.1 Data kapal.........................................................................................52
3.2 Data Mesin Induk..............................................................................53
3.3 Jumlah Crew.....................................................................................53
3.4 Berat Muatan.....................................................................................53
BAB 4. PEMBAHASAN......................................................................................55
4.1 Daya Pompa Sanitari Air Laut..........................................................55
4.2 Daya Pompa Bilga............................................................................60
4.3 Daya Pompa Sanitari.........................................................................63
4.4 Daya Pompa Suplay Air Tawar........................................................67
4.5 Pompa Bahan Bakar Mesin Bantu....................................................69
4.6 Pompa Bahan Bakar Mesin Utama...................................................73
4.7 Pompa Pelumas.................................................................................77
4.8 Pompa Pemadam Kebakaran............................................................80
BAB 5. PENUTUP................................................................................................83
5.1 Kesimpulan.......................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................85

vi
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada kapal salah sistem yang sangat kompleks dan penting yaitu sistem
perpipaan. sistem perpipan penting dalam hal untuk memenuhi kebutuhan
kapal, crew, muatan kemanan dan lain-lain. hal yang perlu diperhatikan dalam
merancang sistem perpipaan adalah sistem yang efisien dan efektif serta sesuai
dengan aturan yang berlaku. Ada banyak sistem pada kapal yang
menggunakan sistem perpipaan dalam pengoperasiannya. Diantaranya sistem
pendistribusian atau pembawa uap, air tawar, bahan bakar, minyak pelumas
dan air pendingin untuk pengoperasikan mesin, transpor bulk cargo dan
ballast. Sistem perpipaan adalah salah satu dari sejumlah sistem yang ada di
atas kapal yang mempunyai desain dan kostruksi yang sangat kompleks.
Ilmu sistem perpipaan mengunakan prinsip analisa tegangan statik dan
dinamik, thermodinamika, dan teori aliran fluida untuk mendesain ketepatan
dan efisiensi dari suatu jaringan perpipaan. Selain itu pula, biasanya
berdasarkan atas pengalaman. Perpipaan di atas kapal, tidak hanya terdiri dari
katup-katup, pipa dan fitting, tetapi juga tersusun atas komponen yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan pengaturan fluida., seperti pompa,
strainers, filter, thermometer dan heat excharngers. Sistem perpipaan juga
terdiri dari katup pengontrol, transducer, dan actuator. Yang berhubungan
dengan peralatan yang disediakan oleh sistem dan harus sesuai dengan kontrol
dikapal dan sistem monitoring. Meskipun ilmu system perpipaan tidak secara
langsung terkait dengan desain dari semua komponen di atas, tetapi haruslah
dimiliki pengetahuan dasar dari karateristik komponen tersebut dalam
pemaduan/ penggabungan dalam sebuah sistem fungsi yang tepat.
Satu dari sekian banyak tugas yang sulit dari sebuah perencanaan
sistem perpipaan adalah menetapkan dan secara terus menerus memperbaharui
semua yang dibutuhkan dalam desain sistem karena semakin detailnya bentuk
desain. Tugas ini sulit, sebahagian karena perencanaan sistem perpipaan
biasanya hanya didukung oleh pengetahuan secara umum dari komponen yang
2

dibutuhkan dalam piping service, dan sebahagian yang lain dikarenakan


perencanaan komponen yang sumber informasinya, mungkin saja tidak sesuai
dengan perencanaan sistem perpipaan dengan fakta yang ada. Oleh sebab itu
seorang engineer harus mempunyai informasi dan pengetahuan yang luas
tentang perencanaan sistem perpipaan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam tugas desain instalasi pipa
ini adalah sebagai berikut:
2 Bagaimana cara mendesain sistem instalasi perpipaan di atas kapal dengan

tepat, ekonomis dan efisien.

3 Bagaimana cara mendesain sistem instalasi perpipaan di atas kapal yang

sesuai dengan kebutuhan.

4 Bagaimana cara mendesain sistem instalasi perpipaan di atas kapal dengan

mengacu pada aturan yang telah ditetapkan oleh biro klasifikasi (BKI).

1.3 Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam laporan ini tidak terlalu meluas, maka perlu
diberi batasan antara lain sebagai berikut:
 Tipe kapal General Cargo

 Sistem Instalasi yang di rencanakan adalah sistem instalasi pipa pendingin

mesin, instalasi pipa air tawar, dan instalasi pipa ballast.

1.4 Tujuan dan manfaat

Perencanaan sistem instalasi perpipaan bertujuan untuk merencanakan


suatu jaringan instalasi pipa, dan memilih atau menetapkan komponen-
komponen pendukung dalam sistem perpipaan sehingga menghasilkan suatu
jaringan instalasi yang efisien, baik dari segi peletakan maupun segi keamanan
serta memenuhi aturan-aturan yang ada.
3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Sistem perpipaan

2.3.1 System Instalasi


Sistem perpipaan berfungsi untuk mengantarkan atau mengalirkan
suatu fluida dari tempat yang lebih rendah ke tujuan yang diinginkan dengan
bantuan mesin atau pompa. Misarnya pipa yang dipakai untuk memindahkan
minyak dari tangki ke mesin, memindahkan minyak pada bantalan-bantalan
dan juga mentransfer air untuk keperluan pendinginan mesin ataupun untuk
kebutuhan sehari-hari diatas kapal serta masih banyak lagi fungsi lainnya.
sistem perpipaan harus dilaksanakan sepraktis mungkin dengan minimum
bengkokan dan sambungan las atau brazing, sedapat mungkin dengan flens
atau sambungan yang dapat dilepaskan dan dipisahkan bila perlu. Semua pipa
harus dilindungi dari kerusakan mekanis. System perpipaan ini harus ditumpu
atau dijepit sedemikian rupa untuk menghindari getaran. Sambungan pipa
melalui sekat yang diisolasi harus merupakan sambungan flens yang diijinkan
dengan panjang yang cukup tanpa merusak isolasi. Pada perancangan sistem
instalasi diharapkan menghasilkan suatu jaringan instalasi pipa yang efisien di
mana aplikasinya baik dari segi peletakan maupun segi keamanan dalam
pengoperasian harus diperhatikan sesuai peraturan-peraturan klasifikasi
maupun dari spesifikasi installation guide dari sistem pendukung permesinan.
Sistem perpipaan merupakan sistem yang kompleks di kapal untuk
perencanaan dan pembangunannya. sistem perpipaan mempunyai hubungan
yang sangat erat dengan prinsip-prinsip analisa static dan dinamic stress,
thermodinamic, teori a1iran fluida untuk merencanakan keamanan dan
efisiensi jaringan pipa (network piping). Peletakan komponen yang akan
disambungkan dengan pipa perru diperhatikan untuk mengurangi, hal-ha1
yang tidak diinginkan seperti : panjang perpipaan, susunan yang kompleks,
menghindari- pipa melalui daerah yang tidak boleh ditembus, menghindari
penembusan terhadap struktur kapal, dll. Jarur instalasi pipa sedapat mungkin
direncanakan untuk mengindari stress yang terlalu tinggi pada struktur. Oleh
karena itu sebagai langkah awal maka dibuatlah suatu gambar diagram yang
4

akan menjelaskan keterkaitan antar komponen dalam suatu instalasi. Gambar


diagram sistem dibuat guna memastikan sistem akan memenuhi kebutuhan
spesifikasi dan seluruh elemen dari sistem saling compatible dengan yang
lainnya. Diagram pipa merupakan point awal untuk mengembangkan seluruh
gambar-gambar perpipaan. Diagram pipa menggambarkan komponen sistem
dan hubungannya satu sama lain dalam bentuk skematik.
Diagram ini terdiri dari :
1. Simbol-simbol komponen
2. Schedule material
3. Komponen performance rating dan kurve pompa
4. Valve description
5. Identifikasi komponen
6. Tekanan, suhu, aliran, kecepatan, penurunan tekanan sistem
7. Ukuran pipa
8. Arah aliran
9. Identifikasi kompartemen dan bul-khead
10. Karakteristik dari instrument
11. Karakteritik operasi dari tekanan, suhu, ketinggian dan kontrol
aliran, dll.
Kualitas dan kejelasan diagram pipa sangat penting karena gambar
diagram memberikan informasi bermacam-macam fungsi selama perencanaan,
pembangunan dan operrasional- kapal dan membrikan pengertian awal
bagaimana sistem tersebut berjalan dan menerangkan hubungan dengan sistem
lainnya. Hubungan fungsi harus sama-sama ditonjolkan. Gambar perencenaan
system pipa biasanya dibuat hanya untuk satu sistem atau sistem yang
berhubungan pada satu gambar untuk menyederhanakan penggambaran.
1.1.1 Material instalasi pipa
Bagian yang diperlukan dalam instalasi system pipa, sambungan aliran,
pengatur katup dan lain-lain
1. Pipa adalah bagian utama dari suatu system yang menghubungkan titik

dimana fluida disimpan ketitik pengeluaran.


5

2. Sambungan adalah peralatan yang menghubungkan pipa satu ke pipa

yang lain atau dari pipa kebadan kapal. Sambungan tersebut meliputi

flens, sambungan T sambungan siku, sambungan melalui dinding

kedap sambungan melalui dinding kedap, geladak dll

3. Alat pemutus dan alat pengarah aliran (Valve) adalah peralatan yang

berguna untuk memutuskan, menghubungkan, serta merubah arah

kebagian yang lain dari system pipa dan juga untuk mengontrol aliran

dan tekanan dari fluida.

4. Pengatur katup (Valve gear) adalah peralatan untuk mengontrol katup

pada system pipa baik dari tempat itu (local control) maupun dari

tempat yang jauh (remote control).

5. Peralatan lain, peralatan ini biasanya digunakan dalam system tertentu,

antara lain adalah sebagai berikut: x Pipa khusus untuk pemasukan

(pipe line) x Kotak Lumpur (mud boxes) x Saringan pemasukan x

Separator (untuk memisahkan air laut dengan lumpur, pasir dan batu) x

Steam trap (untuk menampung pengembunan uap air didalam system

pipa) x Sprinklers (Sistem pemadam dengan menggunakan air

bertekanan didalam pipa).

1.1.2 Bahan Pipa


Bahan pipa yang digunakan di kapal adalah:
a. Seamless Drawing Steel Pipe (pipa baja tanpa sambungan)

Gambar 1. Seamless Drawing Steel Pipe


6

Pipa jenis ini digunakan untuk semua penggunaaan dan dibutuhkan


untuk pipa tekan dan sistem bahan bakar dari pompa injeksi bahan bakar
motor pembakaran dalam.
b. Seamless Drawn Pipe dari Tembaga atau Kuningan
Pipa jenis ini tidak boleh digunakan pada temperatur lebih dari
406 ºF dan tidak boleh digunakan pada super heater (uap dan panas lanjut)

.
Gambar 2. Seamless Drawn Pipe
c. Lap Welded / Electric Resistence Welded Steel Pipe
Pipa jenis ini tidak diijinkan untuk digunakan dalam sistem di mana
tekanan kerja melampaui 350 Psi atau pada temperatur di mana sistem
yang dibutuhkan pipa tekanan tanpa sambungan.

Gambar 3. Lap Welded Steel Pipe

Gambar 4. Electric Resistence Welded Steel Pipe


d. Baja Schedule 40
Pipa ini dilindungi terhadap kerusakan mekanis yaitu perlindungan
menyeluruh dengan sistem galvanis. Dengan sistem perlindungan tersebut
maka pipa dapat digunakan untuk supplai air laut, dapat juga untuk saluran
sistem bilga, kecuali dalam ruangan yang kemungkinan mudah terkena api
7

sehingga dapat melebar dan merusak sistem bilga.

Gambar 5. Baja Schedule 40


e. Pipa Schedule 80 – 120
Pipa jenis ini diisyaratkan mempunyai ketebalan yang lebih tebal
dibandingkan dengan jenis pipa yang lain. Dalam penggunaan pipa
schedule 80 – 120 dapat difungsikan sebagai pipa hidrolis yaitu pipa
dengan aliran fluida bertekanan tinggi.
f. Pipa Galvanis

Gambar 6. Pipa Galvanis


Pipa jenis ini digunakan untuk supplai air laut (sistem Ballast dan Bilga).
1. Pipa tembaga; pipa jenis ini digunakan untuk pipa yang berdiameter kecil.

Pipa tembaga umumnya mudah dibengkokkan dan tahan terhadap karat.

2. Pipa kuningan; pipa jenis ini digunakan pada instalasi atau alat penukar

panas (kalor) dan lain-lain. Pipa jenis ini digunakan untuk semua pipa

bahan bakar minyak lumas

3. Pipa dari Timah Hitam; Pipa ini dilindungi terhadap kerusakan mekanis

maka dapat digunakan untuk supply air laut, dapat juga untuk saluran

sistem bilga, kecuali dalam ruangan yang kemungkinan mudah terkena api

sehingga dapat melebar dan merusak sistem bilga


8

4. Pipa Plastik; pipa jenis ini mengandung bahan Vynil Chlorida dan

biasanya untuk instalasi yang dialiri oleh fluida air bertekanan rendah

bagian kelompok kelas pipa menurut rules dapat dilihat tabel berikut ini:
Tabel 1. Kelas Material Pipa (Classification of pipes into “pipes clas”)
Medum/type of pipeline Design pressure PR [bar]
Design temperature t [oC]
Toxic and corrosic media all -
Imflammable media with
service temperature above
the flash point

Imflammable media with a


flash point bellow 60oC

Liquefied gases (LG)


Steam, thermal oil PR > 16 PR ≤ 16 PR ≤ 7
Or Or Or
t > 300 t ≤ 300 t ≤ 170
Air, gas PR > 40 PR ≤ 40 PR ≤ 16
Lubrication oil, hydraulic oil Or Or Or
Boiler t >300 t ≤ 300 t ≤ 200
Feedwater, Condensate
seawater and fresh water for
cooling brine in refrigerating
plant

Liquid fuels PR ¿ 16 PR ≤ 16 PR ≤ 7
Or Or Or
t > 150 t ≤ 150 t ≤ 60

Cargo pipe lines - - all


Cargo and venting lines all - -
for gas and chemical tankers
Refrigerants - all -
Open ended pipelines - - all
(without shutoff), c.g. drais,
9

ventig pipes, overflow lines


and boiler blowdown lines

Pipe class I II III

Sumber: Germanischer Lloyd, 2000


Dalam bidang perkapalan untuk pipa baja biasanya berupa baja campuran
yang disebut baja carbon dikenal beberapa jenis sesuai dengan fungsinya atau
fluida yang dialirkan yaitu:
1. Pipa baja carbon untuk instalasi umum yang dikenal dengan istilah SGP

2. Pipa baja carbon untuk instalasi bertekanan yang dikenal dengan istilah

STGP

3. Pipa baja carbon untuk instalasi bertekanan tinggi yang dikenal dengan istilah

STP

4. Pipa baja carbon untuk instalasi bersuhu tinggi yang dikenal dengan istilah

STPT

5. Pipa baja carbon dengan pengelasan las busur listrik yang dikenal dengan

istilah STPY
Diameter luar suatu pipa sama ukurannya dengan diameter nominal.
Sedangkan tebal dari pipa, untuk pipa baja carbon yang digunakan untuk instalasi
umum (SGP) hanya memiliki l ketebalan untuk tiap diameter nominal, tetapi
untuk pipa yang lainnya masing-masing memiliki beberapa menurut nomor
schedule (SCH). Mengenai pipa tembaga, pipa tembaga tanpa kelim dengan
tingkat tahan korosi yang bagus, penghantar panas yang baik dan memiliki
kemampuan kerja yang baik adalah yang umum digunakan. Salah satu jenisnya
adalah pipa tembaga phosphorous-dioxided tanpa kelim dan bentuk tabung
(CIZ2LT) yang digunakan untuk alat pemindah kalor (Heat Exchanger) dan pipa
tembaga tanpa kelim TCUT yang digunakan untuk instalasi pipa control.
Material pipa lainnya seperti tembaga campuran [copper alloy), seperti Zinc
dengan bahan dasar aluminium-brass (istilah pabriknya albrac atau Yorcalbro,
10

kualitas keduanya sama) dan pipa nickel dengan bahan utama nickel tembaga.
Kedua material tersebut memiliki kemampuan kerja yang bagus dan tahan korosi
khususnya nickel mempunyai kualitas yang sangat bagus pada kondisi kerja
dengan suhu dan tekanan tinggi. Pipa aluminium-brass dan cupronickel utamanya
digunakan untuk instalasi air laut system pendingin. Pipa plastik secara umum
dibuat dari bahan polyvinyl chloride (PVC) yang biasa digunakan untuk instalasi
sanitary pada deck akomodasi. Beberapa pengelompokan material pipa dan
komponen lain Instalasi dapat dilihat pada tabel- berikut (lihat table 11.2 GL
haI. 11-4)
1.1.3 Fitting

1. Bahan Katup Dan Peralatan (Fitting)

a. Kuningan (Bross)
Katup dengan bahan ini digunakan untuk temperatur di bawah 450
ºF. Bila temperatur lebih besar dari 550º F maka digunakan material
perunggu. Biasanya mempunyai diameter 3 inchi dan tekanan kerja dapat
lebih besar dari 330 Pcs.
b. Baja Cor/Tuang
Dapat dipakai pada setiap sistem dan untuk semua tekanan/
temperatur.
c. Besi Cor dan Campuran Setengah Baja
Dapat digunakan untuk temperatur yang tidak melebihi 450º F.
Kecuali jika untuk sistem yang bersangkutan diperlukan bahan lain.
2. Flens
Flens dipakai untuk sistem pipa, dapat dipasang pada pipa – pipa
dengan salah satu cara di bawah ini dengan mempertimbangan bahan yang
dipakai.
a. Pipa Baja
Pipa baja dengan diameter normal lebih dari 12 inchi harus
dimuaikan (expanded) ke dalam flens baja atau dapat dibaut pada flens
atau dilas.
11

b. Pipa yang lebih kecil


Dapat dibaut kedalam flens tanpa dilas tetapi untuk pipa uap air
dan minyak juga disesuaikan supaya memastikan adanya kekedapan pada
ulirnya.
c. Pipa non ferro
Harus dipatri (solder trased) tetapi untuk diameter lebih kecil atau
sama dengan 2 inchi dapat dibaut.
Table 2. Ketentuan Sambungan Pipa Dengan Flens

Sumber: BKI Th. 2006 Vol III Sec. 10


Keterangan:
d = Diameter dalam pipa
d1 = Diameter luar pipa
Pe = Diameter letak baut flens
D = Diameter flens
t = Tebal flens
H = Diameter Baut
J baut = Jumlah Baut

d d1 Pe D t H J.Baut
15 21.0 60 80 9 12 4
20 27.7 65 85 10 12 4
25 34.0 75 95 10 12 4
32 42.7 90 115 12 15 4
40 48.6 95 120 12 15 4
65 76.3 130 150 14 15 4
80 89.1 145 180 14 15 4
100 114.3 165 200 16 19 4
125 159.8 200 135 16 19 8
150 165.2 135 265 18 19 8
200 216.3 280 320 20 20 8
12

Gambar 7. Flens

3. Jenis Jenis Fitting Pada Pipa


Fitting adalah salah satu komponen pemipaan yang memiliki fungsi
untuk merubah aliran, menyebarkan aliran, membesar atau mengecilkan
aliran. Fitting merupakan salah satu pemain utama dalam pemipaan,
karenanya kita akan selalu menggunakan komponen ini. Untuk mengetahui
gambaran umum pengunaan fitting dalam pemipaan, ada baiknya anda
membaca sejarah dan teori dasar pemipaan Fitting bukanlah nama untuk
individu, melainkan nama yang digunakan untuk pengelompokan. Karena di
dalam fitting sendiri terdapat berbagai macam komponen lain pemipaan, yang
anda harus memahaminya satu persatu fungsi dan kegunaanya. Adapun jenis
dari fitting antara lain adalah:
- Fitting Ebow
Elbow adalah jenis fitting yang pertama, elbow merupakan komponen
pemipaan yang berfungsi untuk membelokan arah aliran. Elbow terdiri dari
dua jenis yang paling umum yaitu 45 dan 90 derajat. Untuk memperoleh sudut
di selain sudut diatas, terkadang elbow tersebut di potong. Atau bisa juga
dengan mengunakan dua elbow yang disatukan untuk memperoleh sudut
tertentu.

Gambar 8. Fitting Elbow


13

- Fitting Tee
Tee dalam fitting bertugas untuk membagi aliran yaitu koneksi
fitting yang memiliki cabang. Biasanya cabangnya ini ukurannya sama
dengan ukuran pipa utamanya, kita menyebutnya dengan straight tee.
Sedangkan jika berbeda, kita menyebutnya dengan reducing tee.

Gambar 9. Straight Tees dan Reducing Tees


Selain itu ada tee yang tidak tegak lurus, ia membentuk sudut 45
derajat. Kita mengenalnya dengan lateral Tee, yang penggunaanya
biasanya untuk pressure yang rendah.

Gambar 10. Straight tee tidak tegak lurus


Dalam fitting juga ada perempatan, kita mengenalnya dengan
crosses. Namun pengunaan crosses ini sangat jarang, diperuntukan hanya
untuk space yang terbatas.
- Fitting Reducer
Reducer, sesuai namanya fitting jenis ini bertugas untuk me-reduce
(mengurangi) aliran fluida. Mengurangi disini bukan seperti valve, tapi
ukuran pipanya saja yang berkurang. Jadi reducer ini akan bertugas untuk
mengabungkan dari diameter yang lebih besar ke yang kecil, atau
sebaliknya.
14

Gambar 11. Concentric Reducer


Dalam reducer ini, kita akan mengenal dua jenis reducer yaitu
concentrik reducer dan satu lagi adalah eccentrik reducer. Keduanya
memiliki peran yang berbeda.
- Stub-in
Stub-in, adalah jenis fitting yang fungsinya mirip dengan tee, yaitu
membagi aliran. Bedanya dengan tee, jika tee adalah item yang terpisah, ia
mengabungkan beberapa pipa. Namun stub-in, percabangan langsung dari
pipa utamanya yang fungsinya mengantikan reducing tee.

Gambar 12. Stub-in


- Fitting Cap

Gambar 13. Fitting Cap


Pipe caps fitting berfungsi untuk menghentikan aliran pada ujung pipa,
fitting ini di las langsung pada pipa utama. Ada juga penutup aliran fluida
yang dapat di bongkar dan dilepas, namun biasanya menggunakan sambungan
flange, lebih tepatnya blind flange.
15

2.4 Ketentuan Umum Sistem Pipa

Sistem pipa harus dilaksanakan sepraktis mungkin dengan


bengkokan dan sambungan las atau brazing sedapat mungkin dengan flens
atau sambungan yang dapat dilepas dan dipindahkan jika perlu semua pipa
harus dilindungi sedemikian rupa sehingga terhindar dari kerusakan mekanis
dan harus ditumpu/ dijepit sedemikian rupa untuk menghindari getaran.
Tabel 3. Standar Ukuran Pipa
Inside Nominal Outside SGP Tebal Schedule Schedule
Diameter Size diameter Min (mm) 40 (mm) 80 (mm)
(inch) (mm)
6 ¼ 10.5 2.0 1.7 2.4
10 3/8 17.3 2.3 2.3 3.2
15 ½ 21.7 2.8 2.8 3.7
20 ¾ 27.2 3.2 2.9 3.9
25 1 34.0 3.5 3.4 4.5
32 1¼ 42.7 3.5 3.6 4.9
40 1½ 48.6 3.8 3.7 5.1
50 2 60.5 4.2 3.9 5.5
65 2½ 76.3 4.2 5.2 7.0
80 3 89.1 4.5 5.5 7.6
100 4 114.3 4.5 6.0 8.6
125 5 139.8 5.0 6.6 9.5
150 6 165.2 5.8 7.1 11.0
200 8 216.3 6.6 8.2 12.7
250 10 267.4 6.9 9.3 -
300 12 318.5 7.9 10.3 -
250 14 355.6 7.9 11.1 -
400 16 406.4 - 12.7 -
450 18 457.2 - - -
500 20 508.0 - - -
Sumber: JIS Th. 2002
2.4.1 Sistem Instalasi Pipa Pada Kapal
Sistem instalasi perpipaan di kapal dapat dikelompokkan dalam beberapa
kelompok layanan diatas kapal antara lain:

- Layanan Permesinan; yang termasuk disini adalah sistem-sistem yang


akan melayani kebutuhan dari permesinan dikapal (main engine dan
auxu1liary engine) seperti sistem start, sistem bahan bakar, sistem
pelumasan dan sistem pendingin.
16

- Layanan penumpang & crew; adalah sistem yang akan melayani

kebutuhan bagi seluruh penumpang dan crew dari kapal dalam hal untuk

kebutuhan air tawar dan system sanitary/drainage.

- Layanan keamanan; adalah sistem instalasi yang akan menjamin

keselamatan kapal selama pelayaran meliputi: sistem bilga dan sistem

pemadam kebakaran.

- Layanan keperluan kapal; adalah sistem instalasi yang akan menyuplai

kebutuhan untuk menjamin stabilitas dan keperluan kapal meliputi sistem

ballast dan sistem pipa cargo (untuk kapal tanker)

1.1.4 Persyaratan Umum Instalasi Pipa Pada Kapal

Suatu system instalasi perpipaan yang terdiri dari peralatan-peralatan yang

digunakan pada suatu system di kapal, klasifikasi umumnya memberikan

ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi sebagai berikut:

1. Sambungan-sambungan pipa berupa sambungan flens harus digunakan

untuk sambungan pipa yang dapat dilepas. Ikatan ulir hanya dapat

dipergunakan untuk diameter luar sampai dengan 2 inchi.

2. Ekspansi dari system perpipaan yang disebabkan kenaikan suhu atau

perubahan bentuk lambung, harus diimbangi sedapat mungkin dengan

lengkungan-lengkungan pipa, pipa kompensator ekspansi, sambungan-

sambungan yang menggunakan penahan packing dan cara yang sejenis.

3. Pipa yang harus melalui sekat-sekat, atau dinding-dinding, harus dibuat

secara kedap air atau kedap minyak. Lobang-lobang baut untuk sekrup

atau baut-baut pengikat tidak boleh terletak pada dinding-dinding tangki.


17

4. System pipa di sekitar papan penghubung, harus terletak sedemikian rupa

agar dapat menghindari kemungkinan kerusakan pada instalasi listrik,

apabila terjadi kebocoran pada pipa.

5. Pipa udara, duga limpah maupun pipa yang berisikan zat cair yang

berlainan tidak boleh melalui tangki-tangki air minum, air pengisi ketel

dan minyak peluma. Bilaman hal tersebut tidak dapat dihindarkan,

pengaturan penembusan pipa-pipa tersebut pada tangki harus ditentukan

bersama dengan pihak klasifikasi. Semua pipa yang melalui ruang

muat/bak rantai harus dilindungi terhadap benturan dan kerusakan dengan

diselubungi.\

6. system pipa pengeringan dan ventilasl direncanakan sedemikian rupa

sehingga dapat mengkosongkan, mengalirkan dan memberi ventilasi pada

system tersebut. system pipa dimana ada cairannya dapat berkumpul dan

mempengaruhi cara kerja mesin, harus dilengkapi dengan alat pengering

khusus, seperti pi-pa uap dan pipa udara bertekanan'.

7. Semua jaringan pipa harus ditunjang pada beberapa tempat untuk

mencegah pergeseran dan lenturan, jarak antara penunjang pipa ditentukan

oleh diameter dan massa jenis media yang mengalir. Jika system jaringan

pipa dilalui oleh fluida yang panas, maka penunjang pipa diusahakan

sedemikian rupa sehingga tidak menghalangi thermal ekspansion.

8. Sea chest pada lambung kapal harus diatur pada kedua sisi kapal dan

dipasang serendah mungkin, dan dilengkapi dengan pipa-pipa uap atau

pipa udara dengan diameter disesuaikan dengan besarnya sea chest dan

paling kecil 30 mm, yang dapat ditutup dengan katup dan dipasang sampai

diatas geladak sekat. Juga dilengkapi dengan saringan air laut untuk
18

mencegah masuknya kotoran yang akan menyumbat saluran dari bottom

valve.

9. Pipa-pipa uap atau udara bertekanan berfungsi sebagai pelepas uap di sea

chest dan membersihkan saringan kotak air laut (grating). Pipa uap atau

pipa udara bertekanan tersebut harus dilengkapi dengan katup-katup yang

melekat lasngsung pada sea chest. Umumnya pipa udara pembersih (blow

off) sea chest bertekanan 2 - 3 kq/cm’’.

10. Katup-katup lambung kapal harus mudah dicapai, katup-katup pemasukan

dan pengeluaran air laut harus mudah dilayani dari pelat lantai. Kran-kran

pada lambung kapal penmgaturannya harus sedemikian rupa, sehingga

pemrtarannya hanya dapat dibuka, ketika kran-kran tersebut dalam

keadaan tertutup. Pada pemasangan hubungan-hubungan pipa dengan

lambung dan katup-katup, dipasang sedemikian rupa sehingga tidak terjadi

perembesan/ air yang mengalir.

11. Lubang saluran pembuangan dan pembuangan saniter tidak boleh dipasang

diatas garis muat kosong (empty load water line) di daerah tempat

perluncuran sekoci penolong atau harus ada alat pencegah pembuangan air

ke dalam sekoci penolong. Lokasi lubang harus diperhitungkan juga dalam

pengaturan letak tangga kapal dan tangga pandu.

12. Pipa pembuangan yang keluar dari ruangan dibawah geladak lambung

timbul dan dari bangunan atas dan rumah geladak yang tertutup kedap

cuaca, harus dilengkapi dengan katup searah otomatis yang dapat dikunci

dari tempat yang selalu dapat dikunci dari tempat yang sela1u dapat

dicapai diatas geladak lambung timbul. Alat penunjuk bahwa katup

terbuka atau tertutup harus disediakan pada tempat penguncian.


19

Dalam sistem perpipaan, komponen pendukung antara lain:


2. Sumber (source) yang berasal dari tangki-tangki.

3. Pompa sebagai sumber tenaga untuk

memindahkan/mengalirkan fluida.

4. Pengaturan aliran (debit dan arah), tekanin, temperatur,

viscositas dan lainnya dapat berupa: katup, fitting, heat

exchanger dan Iainnya.

5. Discharge (sink) dapat langsung ke overboard, tangki dan

lainnya.
Dan untuk pemasangannya/instalasinya maka
penyangga pipa sangat perlu guna mencegah yang diakibatkan
oleh :
 Berat pipa

 Pemuaian akibat suhu dan tekanan

 Beban inersia akibat getaran dan gerak kapal

 Beban inersia akibat getaran dan gerakan pada instalasi

pipa.

1. Sistem Bilga

a. Susunan pipa bilga secara umum


Susunan pipa bilga harus diketahui atau ditentukan sesuai dengan
ketentuan dari Biro Klasifikasi Indonesia
 Pipa-pipa bilga dan penghisapnya harus diatur sedemikian rupa

sehingga dapat dikeringkan sempurna walaupun dalam keadaan

miring atau kurang menguntungkan.

 Pipa-pipa hisap harus diatur pada kedua sisi kapal, untuk

ruangan-ruangan pada kedua ujung kapal masing-masing cukup


20

dilengkapi dengan satu pipa hisap yang dapat mengeringkan

ruangan tersebut.

 Ruangan yang terletak dimuka sekat tubrukan dan dibelakang

tabung poros propeller yang tidak dihubungkan dengan sistem

pipa pompa bilga umum harus dikeringkan dengan sistem yang

memadai.

b. Pipa bilga yang melalui tangki-tangki

 Pipa-pipa bilga tidak boleh dipasang melalui tangki minyak

lumas dan air minum

 Bilamana pipa bilga melalui tangki bahan bakar yang terletak

diatas alas ganda dan berakhir dalam ruangan yang sulit dicapai

selama pelayaran, maka harus dilengkapi dengan katup periksa

atau check valve tambahan, tepat dimana pipa bilga tersebut

dalam tangki bahan bakar.

c. Pipa ekspansi
Pipa ekspansi dari jenis yang telah disetujui harus digunakan
untuk menampung ekspansi panas dari sistem pipa bilga, sparator
ekspansi karet tidak diijinkan untuk dipergunakan dalam kamar mesin
dan tangki-tangki.
d. Pipa hisap bilga dan saringan-saringan

 Pipa hisap harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak

menyulitkan pembersihan pipa hisap dan kotak pengering pipa

hisap dilengkapi dengan saringan yang tahan karat dan mudah

dilepas

 Aliran piap hisap darurat tidak boleh terhalang dengan pipa

hisap tersebut terletak pada jarak yang cukup dari alas dalam.
21

e. Katup dan Perlengkapan katup Bilga

 katup-katup alih dan perlengkapan dalam sistem bilga harus

berada pada tempat yang mudah dicapai dalam ruangan dimana

pompa bilga ditempatkan

 katup-katup alih atau perlengkapan dalam sistem bilga pada

posisi peralihan tidak boleh terjadi hubungan antara pipa bilga

dengan pipa ballast.

Gambar 14. Diagram sistem instalasi bilga


Pada sistem instalasi ini jenis katup yang digunakan yaitu Globe

Valve dan jenis Pipa Kuningan dan Pipa Baja Galvanis

2. Sistem Ballast
Sistem ballast adalah sistem yang terdapat pada kapal yang berfungsi untuk
mengkondisikan posisi kapal pada kondisi seimbang dan stabil. Sistem ballast
menggunakan tangki yang terdapat pada double bottom dan menggunakan air
laut sebagai penyeimbang. Sistem ballast digunakan ketika kapal berlayar
tanpa muatan sehingga dapat menaikkan garis air dan membuat kapal lebih
stabil, ketika kapal trim atau oleng sehingga sistem ballast ini mengembalikan
kapal pada kondisi seimbang. Sistem ballast menggunakan air laut yang
dipompa dari sea chest. Air laut yang di pompa dari sea chest akan mengalir
ke tiap-tiap tangki ballast. Tangki tujuan dan jumlah air yang diperlukan
dapat diatur dengan sistem katup yang terdapat pada manifold yang terletak
pada kamar mesin. Pompa yang digunakan umumnya pompa sentrifugal yang
22

dilengkapi dengan strainer/filter sehingga kotoran dapat tersaring sehingga


tidak terjadi endapan dalam tangki ballast dan tidak merusak pompa.
1. Pengisian Tangki Ballast

2. Pengosongan Tangki Ballast

Gambar 15. Sistem ballast saat pengisian

Gambar 15. Sistem ballast saat pengurasan


Sistem ini menggunakan jenis pipa baja galvanis

a. Susunan Pipa ballast secara umum


Pipa-pipa hisap dalam tangki ballast harus diatur sedemikian rupa
sehingga tangki-tangki tersebut dapat dikeringkan sewaktu kapal
mengalami trim.

b. Pipa ballast yang melewati ruang muat


Jika pipa ballast terpasang dari ruang pompa belakang ketangki air
ballast didepan tangki muatan, maka tebal dinding pipa harus dipertebal
lengkung pipa untuk mengatasi pemuaian harus ada pada pipa ini.
23

c. Penempatan sistem ballast


- ballast pada afterpeak dan forepeak berguna untuk mengubah
trim dari kapal
- Double bottom ballast tank berguna untuk memperoleh sarat yang
tepat dan untuk menghilangkan keolengan

3. Sistem Bahan Bakar

Sistem bahan bakar adalah sistem yang berfungsi untuk menyalurkan

bahan bakar dari tangki bahan bakar ke tangki harian, dari tangki harian ke

mesinutama/mesin bantu, maupun dari luar kapal ke dalam tangki bahan bakar.

Sistem bahan bakar memiliki beberapa tahap yakni tahap transfer, tahap

pemurnian, dan tahap penyuplaian bahan bakar ke mesin utama/mesin bantu.

Pada tahap transfer, bahan bakar ditransfer dari tangki utama ke settling tank

menggunakan pompa bahan bakar (FO transfer pump). Sebelum ke tangki harian

(service tank), dilakukan tahap pemurnian yakni dengan menggunakan filter

untuk menyaring kotoran yang terdapat pada bahan bakar dan dilanjutkan ke

heater untuk memanaskan bahan bakar agar viskositas bahan bakar dapat

diturunkan sehingga bisa diinjeksikan ke ruang bakar. Tahap supply bahan bakar

yakni bahan bakar disalurkan dari Daily tank ke main engine menggunakan

supply pump dengan tekanan tertentu dan dilanjutkan dengan circulating pump

sehingga tekanan yang dibutuhkan cukup untuk menginjeksikan bahan bakar.


24

Gambar 16. Diagram Instalasi bahan Bakar

Jenis katup yang digunakan yaitu katup Globe Valve dengan jenis pipa
kuningan

a. Susunan pipa bahan bakar secara umum


Pipa bahan bakar tidak boleh melewati tangki-tangki air minum
maupun tangki minyak lumas. Pipa bahan bakar tidak boleh diletakan
disekitar komponen komponen mesin yang panas.
b. Pipa pengisian dan pengeluaran
Pengisian bahan bakar cair harus disalurkan melalui pipa-pipa yang
permanen dari geladak terbuka atau tempat-tempat pengisian bahan bakar
dibawah geladak. Disarankan meletakan pipa pengisian pada kedua sisi
kapal. Penutupan pipa diatas geladak harus dilakukan. Bahan bakar dapat
dialirkan menggunakan pipa-pipa pengisian.
4. Sistem pipa Air Tawar
Pipa-pipa yang bukan berisi air tawar tidak boleh melalui pipa
air tawar, pipa udara dan limbah air tawar tidak boleh dihubungkan
dengan pipa lain dan juga tidak boleh melalui tangki-tangki yang bukan
berisi air tawar yang dapat diminum. Ujung-ujung dari pipa limbah
harus dilindungi dari kemungkinan masuknya serangga kedalam pipa
tersebut. Pipa-pipa juga harus cukup tinggi terletak diatas geladak dan
tidak boleh melalui tangki-tangki yang isinya bukan air tawar. Pipa air
tawar tidak boleh dihubungkan dengan pipa lain yang bukan berisi pipa
minum. Sistem pendinginan mesin adalah sistem yang menjaga suhu mesin
dalam kondisi normal sehingga tidak terjadi overheating yang dapat
merusak bagian mesin ketika suhu mesin menjadi tinggi. Sistem
pendinginan mesin terbagi atas 2, yakni sistem pendinginan terbuka
(Direct Cooling System) dan sistem pendinginan tertutup (Indirect Cooling
System). Perbedaan dari kedua sistem pendinginan tersebut adalah sistem
pendinginan tertutup menggunakan cooler sebagai pendingin fluida yang
nantinya akan mendinginkan mesin sedangkan sistem pendinginan terbuka
25

tidak menggunakan cooler yakni air secara langsung mendinginkan mesin.


Sistem pendinginan tertutup ialah sistem yang menggunakan 2 jenis fluida
yakni fluida pendingin mesin dan fluida yang mendinginkan fluida
pendingin mesin. Sistem ini bisa dilakukan tanpa mencampur kedua fluida
tersebut dengan menggunakan Heat Exchanger: Shell and Tube
1. Skema Sistem Pendingin Mesin Tertutup
Mula-mula fluida dari tangki air tawar dipindahkan menggunakan
pompa ke tangki ekspansi. Kemudian air tawar mula-mula bersirkulasi untuk
mendinginkan mesin. Ketika suhu mesin sudah cukup tinggi, katup-
termostate terbuka sehingga air disalurkan ke cooler. Selanjutnya air laut yang
berasal dari sea chest juga dipompakan ke cooler untuk mendinginkan air
tawar. Air tawar yang telah didinginkan kembali ke mesin untuk kembali
mendinginkan mesin dan air laut yang berasal dari cooler langsung dibuang
melalui overboard.

Gambar 17. Diagram instalasi pendingin mesin


26

Gambar 18. Diagram instalasi pendingin mesin sistem tertutup

Sistem ini menggunakan peralatan antara lain:

Jenis pipa yang digunakan yaitu pipa sentrifugal, katup globa, Non-Return

valve, thermostate valve. Jenis pipa yang digunakan Pipa Cupronickel (Air

Tawar) dan Pipa Baja Galvanis (Air Laut)

Gambar 19. Diagram instalasi pipa air tawar kebutuhan dapur dan mencuci

Gambar 20. Diagram instalasi pipa air tawar kebutuhan ABK


2. Skema Sistem Pendingin Mesin Tertutup

Sistem pendinginan terbuka ialah sistem pendinginan langsung


menggunakan 1 jenis fluida yakni air laut. Air laut yang berasal dari sea chest
dipompakan langsung ke mesin untuk mendinginkan mesin dan air sisa
27

pendinginan langsung dibuang ke overboard.

Gambar 21. Diagram instalasi pendingin mesin sistem Terbuka


Pada sistem ini jenis pompa yang digunakan yaitu pompa sentrifugal

dengan katup non-returne valve dan globe valve. Jenis pipa yakni pipa baja

galvanis.

Instalasi pipa air tawar ini berfungsi untuk memindahkan air tawar

yang telah dibawa dari pelabuhan yang terletak pada tangki pada double

bottom ke tangki, dari tangki ke dek akomodasi untuk kebutuhan ABK, dan

dari tangki ke kamar mesin yang digunakan sebagai fluida pendingin mesin.

Proses pemindahannya menggunakan pompa air tawar atau fresh water pump

dan dilengkapi dengan sistem Hydrophore sehingga air memiliki tekanan

yang cukup untuk mencapai kebutuhan seluruh geladak.

5. Sistem Pipa Muat


Sistem pipa muat pada tangki kapal harus dipasang secara
permanen dan sepenuhnya terpisah dari pipa lainya. Pada umumnya
tidak boleh keluar daerah tangki muat air. Pipa yang mempunyai
kelengkungan harus memiliki kelengkungan muai yang diukur
seperlunya.
6. Sistem sanitari dan Scupper

a. Diameter pipa sanitari dan scupper berkisar antara 50 – 100 mm,

direncanakan pipa sanitari  100 mm / scupper  60 mm, tebal

direncanakan 5 mm
28

b. Lubang Pembuangan sanitasi dan scupper

- Lubang pembuangan dalam jumlah dan ukuran cukup

untuk mengeluarkan air laut harus dipasang pada geladak

cuaca dan pada geladak lambung timbul didalam

bangunan atas dan rumah geladak yang tertutup kedap air

harus disalurkan keluar

- Lubang pembuangan dan ruangan dibawah garias muat

musim panas harus dihubungkan pipa sampai kebilga dan

harus dilindungi dengan baik.

- Lubang pembuangan dan sanitair tidak boleh dipasang

diatas garis muat kosong didaerah tempat peluncuran

sekoci penolong.

7. Sistem Start Mesin

Sistem start mesin adalah sistem penyalaan mesin sehingga mesin

dapat beroperasi. Sistem start mesin terbagi 3 antara lain sistem start

udara, sistem start elektrik, dan sistem start pneumatic/manual.

a. Skema Sistem Start Udara


Sistem start udara menggunakan udara tekan yang dikumpulkan
melalui kompressor. Udara bertekanan tinggi disalurkan ke katup start
yang terdapat pada salah satu silinder. Sehingga ketika udara disalurkan,
udara dapat mendorong piston sehingga crankshaft berputar dan memicu
piston lainnya untuk bergerak. Akhirnya setiap silinder bergerak secara
berkesinambungan dan mesin dapat beroperasi dan digunakan.
29

Gambar 22. Skema Sistem Start Udara


Jenis katup yang digunakan yaitu Stop Valve dan Pressure
Reducing Valve dan pipa yang digunakan yaitu pipa baja karbon.
8. Sistem Pipa Udara dan Pipa Duga

a. Susunan Pipa udara secara umum

1. Susunan tangki dan ruangan kosong dan lain-lain pada bagian

yang tertinggi harus dilengkapi dengan pipa udara yang dalam

keadaan biasa harus berakhir diatas geladak terbuka.

2. Pipa-pipa udara dan tangki-tangki pengumpulan atau

pelampung minyak yang tidak dipanasi boleh terletak pada

tempat yang mudah terlihat pada kamar mesin.

3. Pipa-pipa udara harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak

terjadi pengumpulan cairan dalam pipa tersebut.

4. Pipa-pipa dari tangki penyimpanan minyak pelumas boleh

berakhir dalam kamar mesin bila mana dinding tangki

penyimpanan minyak lumas tersebut merupakan bagian dari

lambung kapal maka pipa-pipa udaranya harus berakhir

diselubung kamar mesin diatas geladak lambung timbul.

5. Pipa-pipa udara dari tangki-tangki cofferdam dan ruangan yang

merupakan pipa hisap bilga harus dilengkapi dengan pipa-pipa

udara yang berakhir dengan atau ruangan yang terbuka.


30

b. Pipa Duga
Diameter pipa duga harus paling tidak 32 mm, direncanakan 2
inchi atau 52,9 mm letak pipa duga secara umum menurut Biro
Klasifikasi Indonesia’04 adalah sebagai berikut:
1. Tangki-tangki ruangan cofferdam dan bilga dalam ruang-ruang

yang tidak mudah dicapai setiap waktu harus dilengkapi dengan

pipa-pipa sedapat mungkin pipa duga tersebut memanjang

kebawah sampai deck atas.

2. Pipa duga yang ujungnya terletak dibawah garis lambung harus

dilengkapi dengan katup otomatis pipa duga seperti yang diijinkan

dalam ruangan yang dapat diperiksa dengan temperatur.

3. Pipa duga juga harus dilengkapi / dilapisi dengan pelapis

dibawahnya bilamana pipa duga tersebut dihubungkan dengan

kedudukan samping atas pipa cabang, dibawah pipa duga tersebut

harus dipertebal secukupnya.

4. Pipa duga tangki harus dilengkapi dengan lubang pengatur tekanan

yang dibuat sedikit mungkin dibawah geladak tangki.

c. Bahan Pipa Duga


Pipa duga harus dilindungi terhadap pengkaratan pada bagian
dalam dan lainya.

9. Pipa Ekspansi
Pipa ekspansi dari jenis yang telah disetujui harus dihubungkan
untuk menampung ekspansi panas dan sistem bilga konsperator
ekspansi karet tidak diijinkan untuk dipergunakan dalam kamar mesin
dan tangki-tangki.
31

10. Pipa hisap bilga dan saringan-saringan

a. Pipa hisap harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak

memungkinkan pembersih pipa hisap dan katup pengering pipa

hisap dilengkapi dengan saringan yang tahan karat dan mudah

dilepas.

b. Aliran pipa hisap bilga darurat tidak boleh terhalang dan pipa hisap

tersebut terletak pada jarak yang cukup dari alas dalam.

10. Katup dan perlengkapan pipa bilga


a. Katup-katup dan perlengkapan dalam sistem bilga pada posisi

peralihan tidak boleh terjadi pada hubungan antara pipa-pipa bilga

dengan pipa ballast.

b. Katup-katup dan perlengkapan pada pipa bilga harus terletak pada

tempattempat yang dijangkau dalam ruangan-ruangan dimana

pompa bilga ditempatkan.

11. Sistem Sanitari

Sistem sanitari adalah sistem yang digunakan untuk menyalurkan air

bersih ke seluruh bagian yg kapal yang memerlukan air bersih dan

menyalurkan kotoran dari pemakaian air yang terdapat dalam kapal dan

disalurkan ke tangki sanitari.

a. Sistem Sanitary (Supply)


Air bersih yang berasal dari tangki air tawar dipompakan menggunakan
pompa sentrifugal dan disalurkan ke hydrophore untuk diberikan tekanan
sehingga air dapat menjangkau deck yang tinggi dengan tekanan yang
dibutuhkan.
32

Gambar 23. Skema Sistem Sistem Sanitary (Supply)


Sistem ini menggunakan jenis pompa sentrifugal dengan katup
globe valve. Jenis pipa yang digunakan yaitu pipa baja galvanis
a. Sistem Sanitary (Pembuangan)

Air kotor ini dapat berasal dari dapur dan WC dari setiap ruang
akomodasi yang mengalir ke tangki sanitari dengan gaya gravitasi dan
selanjutnya dipompa keluar kapal sesuai dengan peraturan pembuangan
limbah.
Pompa tangki sanitari menggunakan jenis pompa rotary, dan
dilengkapi dengan sistem penghancur kotoran berupa baling-baling yang
terdapat dalam sewage tank lalu disalurkan ke tangki sanitary untuk
dibuang melalui overboard.

Gambar 24. Skema Sistem Sanitary (Pembuangan)


Sistem ini menggunakan Sewage Treatment Tank dengan katup
Glove valve dan non-return valve. Jenis pipa yang digunakan yaitu pipa
baja galvanis.
33

Gambar 25. Skema Sistem Sanitary (Pembuangan)

12. Instalasi Pipa Air Laut / Sea Water Piping System

Instalasi pipa air laut ini berfungsi untuk memindahkan air laut dari luar kapal

ke dalam kapal, dari tangki ke tangki, dan dari dalam ke luar kapal. Pengaliran air

laut ini menggunakan pompa dapat berupa pompa hisap atau tekan yang disebut

sea water pump atau pompa air laut. Pengaturan aliran dari instalasi menggunakan

katup atau valve. Air laut yang dihimpun dalam sea chest selanjutnya disalurkan

menggunakan pompa dan diatur dengan menggunakan manifold agar penggunaan

air laut bisa diatur sesuai dengan tempat yang dibutuhkan. Air laut antara lain

dibutuhkan untuk sistem ballast, sistem pendinginan mesin, cuci geladak, dan

pemadam kebakaran.
34

Gambar 26. Diagram Sistem Instalasi Pemadam Kebakaran

Gambar 27. Diagram Sistem Instalasi untuk kebutuhan ABK

Gambar 28. Diagram Sistem Instalasi untuk cuci geladak


35

2.3 Pemilihan Ukuran Pipa

Ukuran diameter dalam sebuah Pipa ditentukan berdasarkan :

 Jenis fluida yang mengalir didalam pipa.

 Jumlah volume fluida yang akandipindahkan.

 Kecepatan aliran dari fluida yang akan dipindahkan' dimana perlu

juga memperhatikan adanya tekanan akibat gesekan.

 Harga pipa, dimanasemakin berat pipa harganya makin mahal.


Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa :
 Makin besar penampang pipa makin tinggi harganya

 Makin kecil penampang pipa, makin banyak pipa yang dibutuhkan,

makin banyak pula tempat yang dibutuhkan, tetapi hal- ini

memberikan keuntungan karena pada penginstalasian pipa mudah

diselipkan ditempat-tempat yang tidak terpakai

 Makin kecil kec. Aliran fluida dalam makin kecil pipa, tahanannya.

Dan dapat memberikan aliran yang laminar.


Besarnya diameter dari pipa dapat dihitung dengan formula sebagai
berikut :

atau

dimana; d = diameter pipa


Q = debit fluida yang mengalir (m3/s)
v = kecepatan aliran di dalam pipa (m/s)

kecepatan aliran biasanya diasumsikan sebagai berikut :


 0,5 - 1 m/s; untuk suction line

 1 - 2 m/s; untuk normal pressure


36

 3 m/s atau lebih; untuk tekanan tinggi (higher pressure)

Spesifikasi umum dapat dilihat pada ASTM (American Society


of Testing Material). Dimana disitu diterangkan mengenai diameter,
ketebalan serta schedule pipa. Diameter luar (out side diameter),
ditetapkan sama, walaupun ketebalan (thickness) berbeda-beda untuk
setiap schedule. Diameter dalam (inside diameter), ditetapkan berbeda
berbeda untuk setiap schedule. Diameter nominal adalah diameter pipa
yang dipilih untuk pemasangan ataupun perdagangan (commodity).
Ketebalan dan schedule sangatlah berhubungan hal ini karena ketebalan
pipa tergantungan dari pada schedule pipa itu sendiri.
Schedule pipa dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Schedule : 5, 10, 20, 30, 40, 60, 80, 100, 120, 160.

2. Schedule standart
3. Schedule extra strong (XS)
4. Schedule double extra strong (XXS)
5. Schedule special

Perbedaan-perbedaan schedule ini dibuat karena :


1. Menahan internal pressure dari aliran.
2. Kekuatan dari material itu sendiri (strength of material)
3. Mengatasi karat
4. Mengatasi kegetasan pipa
Di kapal biasa kita mendengar istilah schedule dalam perpipaan,
misalkan : Schedule 40, 80, 120, dll.

 Pipa Schedule 40
Pipa ini dilindungi terhadap kerusakan mekanis yaitu
perlindungan menyeluruh dengan sistem galvanis. Dengan sistem
perlindungan tersebut maka pipa dapat digunakan untuk suplai air laut,
dapat juga untuk saluran sistem bilga, kecuali dalam ruangan yang
37

kemungkinan mudah terkena api sehingga dapat melebar dan merusak


sistem bilga.
 Pipa Schedule 80 - 120
Pipa jenis ini diisyaratkan mempunyai ketebalan yang lebih tebal
dibandingkan dengan jenis pipa yang lain. Dalam penggunaan pipa
schedule 80 – 120 dapat difungsikan sebagai pipa hidrolis yaitu pipa
dengan aliran fluida bertekanan tinggi.
Sedangkan di kapal umumnya kecepatan aliran 122 m/menit. Tekanan
yang hilang akibat gesekan disebabkan oleh panjang bentangan pipa,
getaran di dalam pipa, percabangan pipa, katup (valve), dan sambungan
akibat pengelasan dan sifat-sifat aliran. Dalam perencanaan sedapat
mungkin membuat sedemikian rupa sehingga aliran fluida di dalam pipa
adalah laminar (arus dimana garis arus sejajar dengan dinding pipa).
Kecepatan aliran fluida untuk setiap sistem instalasi tidak sama, hal ini
dapat kita lihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4. Desain kecepatan fluida pada sistem Perpipaaan
Instalasi Kec. Fluida (Fps)
NOMINAL LIMIT
Condensate pump suction √d 3
Condensate pump discharge 3√d 8
Condensate drains 0,3√d 1
Hot - water suction √d 3
Hot - water discharge 3 √d 8
Feedwater suction 1,3 √d 4
Feedwater discharge 4 √d 10
Cold freshwater suction 3 √d 15
Cold freshwater discharge 5 √d 20
Lube-oil service Pump suction √d 4
Lube-oil discharge 2 √d 6
Heavy-fuel service suction √d 4
Heavy-fuel service discharge 1,5√d 6
Heavy-fuel transfer suction √d 6
Heavy-fuel- transfer discharge 2 √d 15
38

Tabel 5. Desain kecepatan fluida pada sistem Perpipaaan


Kecepatan Fluida (Fps)
Instalasi
Nominal Limit
Distillate-fuel suction 2 √d 7
Distillate-fuel discharge 5 √d 12
Hydraulic-oi1 suction 1,5 √d 8
Hydraulic-oi1 discharge 8 √d 20
Seawater suction 3 √d 12b, c
Seawater discharge 5 √d 12 b, c
Steam, high pressure 50 √d 200
Steam exhaust, 2I5 Psig 75 √d 250
Steam exhaust, haigh vacuum 75 √d 330

Ukuran Pipa Berdasarkan Kapasitas Tangki (BKI 2006 Sec 11 N


31) Seperti yang terdapat pada table 3.
Table 6. ukuran pipa berdasarkan kapasitas tangki
Kapasitas Tangki (ton) Diameter dalam pipa dan fitting
(mm)
0-20 60
20-40 70
40-75 80
75-120 90
120-190 100
190-265 110
265-360 125
360-480 140
480-620 150
620-800 160
800-1000 175
1000-1300 200
1300-1700 215

Table 7. ukuran pipa berdasarkan JIS (Japan International Standar)


Inside Nominal Outside SGP Tebal Schedule Schedule
Diameter Size diameter Min (mm) 40 (mm) 80 (mm)
(inch) (mm)
6 ¼ 10.5 2.0 1.7 2.4
10 3/8 17.3 2.3 2.3 3.2
39

15 ½ 21.7 2.8 2.8 3.7


20 ¾ 27.2 3.2 2.9 3.9
25 1 34.0 3.5 3.4 4.5
32 1¼ 42.7 3.5 3.6 4.9
40 1½ 48.6 3.8 3.7 5.1
50 2 60.5 4.2 3.9 5.5
65 2½ 76.3 4.2 5.2 7.0
80 3 89.1 4.5 5.5 7.6
100 4 114.3 4.5 6.0 8.6
125 5 139.8 5.0 6.6 9.5
150 6 165.2 5.8 7.1 11.0
200 8 216.3 6.6 8.2 12.7
250 10 267.4 6.9 9.3 -
300 12 318.5 7.9 10.3 -
250 14 355.6 7.9 11.1 -
400 16 406.4 - 12.7 -
450 18 457.2 - - -
500 20 508.0 - - -

2.3.1 Komponen – Komponen Instalasi


1. Pipa dan sambungan sebagai jalan dari fluida.

2. Saringan sebagai alat untuk mencegah benda-benda asing masuk ke

jaringan pipa yang dapat menggangu kerja dari sistem bersangkutan.

Filter ini dapat. Berupa suatu komponen atau pun dalam bentuk alat.

Yang termasuk dalam filter yaitu:

 Filter/strainer baik berupa filter simpleks atau dupleks; yaitu

berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran dalam bentuk

partikel padat. Filter atau strainer tersusun atas pokit yang

diberi lubang-lubang atau kasa penyaring.

 Purifier; merupakan alat untuk menyaring partikel

partikelyangtidak diinginkan dimana proses penyaringannya

dengan cara memusing (memberikan gaya sentrifugal pada

fluida yang bersangkutan sehingga partikel-partikel yang tidak

kita inginkan melalui suatu instalasi.


40

 Separator; alat ini merupakan alat filter yang berfungsi untuk

memisahkan antara fluida air dan dan fluida minyak misalnya

untuk fluida dari got-got (bilga), dan tangki-tangki

penampungan lainnya dalam rangka mencegah terjadinya

pencemaran air laut oleh akibat kegiatan diatas kapal.

3. Katup; sebagai alat untuk mengatur jumlah fluida yang akan dipindah,

penghentian dan pengaman aliran dan juga dapat mengatur arah aliran

dari fluida. Dalam pemilihan katup yang akan digunakan dalam suatu

sistem harus mempertimbangkan beberapa faktor antara lain :

 Perbedaan tekanan

 Kehilangan tekanan

 Pengoperasian (terkait dengan arah aliran)

 Ukuran (terkait dengan diameter pipa)

 Biaya

 Jenis material katup

 Keamanan

 Kemampuan untuk mengontrol aliran


Untuk bentuk dan ukuran material katup harus mempertimbangkan haI
berikut ini :
 Bentuk dan ukurannya harus memakai standar industry

 Disertakan kemampuan tekanan dantemperatur kerja

 Materialnya telah diapprove oleh pihak klasifikasi.


Pada katup (valve) harus ada tanda :
1. Arah putar untuk buka/tutup pada hand wheel
2. Material
3. Diameter nominal
4. Tekanan nominal
41

5. Arah aliran
Jenis-jenis katup yang biasa digunakandl kapal antara lain :
 Check valve; meliputi globe valve, gate valve, swing check valve,

lift check valve, dll. Adapun gambar-gambar katup seperti

keterangan diatas dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 29. Katup Check Valve


 Stop Valve; meliputi butterfly valve, ball valve, angle valve, dll.

Adapun gambar-gambar katup seperti keterangan diatas dilihat

pada gambar dibawah ini :

Gambar 29. Katup henti


 Special valve; meliputi pressure reduding valve, relief valve, back

pressure regulating valve, non-return valve, Safety va1ve, threeway

valve, Automatic deaerating valve, Thermostattic valve, dll.

Adapun gambar-gambar katup seperti keterangan diatas dapat

dilihat pada gambar dibawah ini :


42

Gambar 29. Special Valve


4. Pompa adalah alat yang berfungsi memberikan tenaga pendorong

terhadap fluida sehingga fluida dapat mengalir berpindah tempat dari

tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi (arah vertikal) aLau

arah secara mendatar (horizontal).

5. Tangki-tangki yang merupakan tempat penampungan dari fluida. Pihak

klasifikasi mengisyaratkan bahwa untuk tangki yang besar biasanya

memakai badan kapal dipergunakan sebagai tangki, dimana

pembuatannya harus menyatu dengan struktur kapalnya. Sedangkan

untuk tangki layanan sesuai persyaratan harus dibuat sebagai tangki

lepas. Dan untuk sistem tangki itu sendiri ada beberapa perlengkapan

yang harus ada pada tangki antara lain:

 Katup (angle or globe valve)

 Pipa pengisian atau pengeluaran (fiilling pipe)

 Pipa udara (air pipe)

 Pipa penghubung (blow pipe)

 Pipa duga (sounding pipe) jika dapat diletakkan ditengah garis

centre line kapal dengan pertimbangan keolengan kapal.

 Pipa limpah (overflow pipe)

 Lubang masuk orang (man hole)

 Drain pipe (letaknya dibagian bawah yang berfungsi untuk

pengurasan/pengeringan tangki).
Drain pipe letaknya harus sejauh mungkin terhadap pipa hisap
43

(suction). Apabila tangki besar letaknya harus dibagian atas maka


diusahakan let.aknya menengah. Untuk tangki tangki yang berisi
cairan panas sesuai klasifikasi tangki harus diisolasi. Jika tangki
lebih dari 60o maka penempatan agak khusus guna kesel-amatan
anak buah kapal. Menurut klasifikasi ada beberapa hal yang harus
diperrhatikan berkaitan dengan tangki ini yaitu :
 Tangki minyak tidak boleh ditempatkan diatas boiler untuk

menghindari bahaya kebakaran.

 Untuk memudahkan penanganan asesori, harus diusahakan

kemudahan untuk mencapai bagian depan tangki.

 Antara tangki air tawar dan minyak atau yang fluidanya

berbeda jenisnya harus dlbatasi dengan cofferdam. Tangki

harus dilengkapi dengan oil tray atau coaming untuk

menghindari percikan akibat kebocoran.


Jenis-jenis tangki yang ada di kapal berkaitan dengan sistem
distribusi suatu sistem instalasi perpipaan antara lain :
 Tangki induk (storage tank)

 Tangki harian (daiIy tank) atau tangki service (service

tank). Tangki harian ini dapat berupa tangki gravitasi

ataupun tangki harian dengan sistem hydrophore.

 Tangki pengendapan (settling tank)

 Tangki sump (sump tank)

 Drain tank

 Sludge tank
44

Gambar 29. Tangki harian dan tangka service (a) dan tangka
hydropore
6. Komponen-komponen khusus,sesuai dengan sistem instalasi seperti :

heater,cooler,incenerator, calorifier, dll.

Gambar 29. Komponen-komponen khusus


7. Jumlah Pompa
Jika laju aliran keseluruhan telah ditentukan maka kapasitas pompa
dapat dihitung dengan membagi laju aliran total tersebut dengan jumlah
pompa yang akan digunaka. Dalam penentuan jumlah pompa yang akan
digunakan, harus memperhatikan beberapa hal antara lain:
1. Pertimbangan ekonomis ;
Pertimbangan ini menyangkut masalah biaya, baik biaya instalasi
investasi awal pembangunan (Capitol cost) maupun biaya operasional
dan perawatan (maintenance).
 Biaya awal instalasi; umumnya untuk laju aliran total fasilitas yang

sama, biaya keseluruhan untuk pembangunan fasilitas mekanis

kurang lebih tetap sama meskipun menggunakan jumlah pompa

yang berbeda. Atau dengan kata lain biaya untuk fasilitas mekanis

kurang lebih proposional terhadap laju aliran asalkan head, NPSH

tersedia, model dan jenis pompa tetap sama. Tetapi jika jumlah

pompa yang digunakan sedemikian rupa hingga memungkinkan


45

dipakainya pompa standar yang murah, maka biaya keseluruhan

untuk fasilitas mekanis kadang-kadang dapat lebih rendah.

 Biaya operasional dan perawatan; komponen biaya terbesar adalah

untuk daya listrik. Tapi biaya ini dapat ditekan dengan beberapa

cara :

 Apabila kebutuhan berubah-ubah, maka beberapa pompa

dengan kapasitas sama yaitu sebesar atau hamper sebesar

konsumsi minimum harus dipakai. Atau dapat juga

menqgunakan pompa dengan kapasitas berbeda.

 Jika kapasitas pompa menjadi besar, efisiensi pompa juga

menjadi lebih tinggi, sehingga penggunaan daya menjadi lebih

ekonomis.

2. Batas Kapasitas Pompa; batas atas kapasitas suatu pompa tergantung

beberapa hal :

 Berat dan ukuran terbesar yang dapat diangkut dari pabrik ke

tempat pemasangan.

 Lokasi pemasangan pompa dan cara pengangkatannya

 Jenis penggerak dan cara mentransmisikan daya dari penggerak ke

pompa.

 Pembatasan pada besarnya mesin perkakas yang digunakan untuk

pengerjaan bagian-bagian pompa

 Pembatasan pada performansi pompa( seperti kavitasi, dll).

3. Resiko
Penggunaan pembagian hanya satu pompa untuk melayani laju
aliran keseluruhan dalam suatu instalasi yang penting adalah besarnya
resiko. Instalasi tidak akan berfungsi jika satu-satunya pompa yang ada
46

rusak. Jadi untuk mengurangi resiko, perlu dipakai 2 pompa atau lebih'
tergantung pentingnya suatu instalasi. Selain itu, untuk meningkatkan
keandalan instalas perlu disediakan sedikitnya satu pompa cadangan,
tergantung pada kondisi kerja dan pentingnya instalasi.

2.4 Peninjauan peraturan klasifikasi

Dalam peraturan Biro Klasifikasi Indonesia Vol. III section 11 bag. D

ditegaskan beberapa ketentuan terkait pemasangan sistem perpipaan di kapal

antara lain:

1. Semua pipa yang dipasang diharuskan memakai penyangga (support),

supaya tidak terganggu dengan perkembangan kerena panas dan menjaga

kedudukan pipa tepat pada posisinya.

2. Bila ada pipa yang perlu diadakan bengkokan, maka diameter dari

diameter dari suatu bengkokan itu sebesar 3x diameter pipa tersebut dan

panjang bengkokan sedikitnya 8x dari diameter pipa itu sendiri.

3. Pada tempat sistem di kapal itu melalui sekat kedap air, seharusnya pipa

tersebut diikat ke dinding sekat dengan flanges. Pengikatan pipa flanges

dengan dindng sekat dilakukan dengan las atau kelling payung, tidak

dibenarkan diikat dengan mur atau baut.

4. Pipa yang melalui ruang muat (cargo hold), coal bunker, chain locker

(selain kamar boiler) dilindungi dengan kotak pengaman, hal ini

dimaksudkan untuk menghindari terjadinya benturan.

5. Menurut peraturan, pipa-pipa tidak diperbolehkan melalui tangki bahan

bakar. Akan tetapi bila tidak dapat dihindarkan, maka dibuatkan selubung

pipa (Tunnel) dengan persyaratan pipa tersebut harus menjalani tekanan

hydroulik tiap dua tahun sekali.


47

6. Katup pintu (gate valve) dan katup-katup untuk berbagai keperluan

didesain sedemikian rupa sehingga peralatan tersebut dapat menahan

masuknya air laut ke lambung kapal dan sedapat mungkin dipasang di atas

kamar mesin dan kamar boiler.

7. Peralatan katup-katup yang lokasinya di bawah garis sarat air mempunyai

pegangan (handle) yang terpisah yang didesain bahwa handle tersebut

dapat digerakkan bila mana katup tersebut tertutup.

8. Semua sambungan yang berhubungan dengan katup-katup direncanakan

sedemikian rupa sehingga mudah terlihat bahwa peralatan tersebut dalam

kondisi tertutup atau terbuka.

9. Semua pembuangan keluar kotoran (sewage outlets) sedapat mungkin

ditempatkan pada sisi luar kapal yang tidak bersamaan lokasi tempat

pompa hisap.

10. Katup buang ((Outlet Opening) disarankan dipasang di belakang katup air

laut masuk (Sea Water Inlet) bila keduanya dipasang pada satu sisi kapal.

11. Semua corong hisap kapal harus dilindungi dengan kisi-kisi atau saringan,

untuk mencegah masuknya kotoran.

12. Semua peralatan hisap dasar (Bottom Inlet Fitting) harus dilengkapi

dengan mesin tekan uap atau angin yang bertekanan tidak kurang dari 3

kg/cm2. Peralatan pada katup buang (Outlet Opening) yang ada

kemungkinan membeku harus dilengkapi dengan system pemanasan

(Steam Heating System).

13. Pompa beserta instalasinya untuk memindahkan cairan yang ada di atas

kapal.
Adapun jenis-jenis pompa antara lain sebagai berikut :
48

a Pompa Ballast (ballast pump), digunakan untuk mengisi tangki - tangki

ballast apabila kapal dalam keadaan kosong sehingga berfungsi untuk

menjaga keseimbangan kapal dalam keadaan kosong (tanpa muatan).

b Pompa Sanitari, digunakan untuk membersihkan air dari geladak, dan

untuk berbagai keperluan di kamar mandi seperti untuk air mandi dan

juga untuk WC.

c Pompa Minyak Pelumas, digunakan untuk memompa minyak pelumas

dari tangki induk ke tangki harian untuk keperluan mesin induk dan

mesin bantu.

d Pompa Bahan Bakar, digunakan untuk menyuplai / memindahkan

bahan bakar dari tangki induk ke mesin utama.

e Pompa Pemadam kebakaran (fire pump), digunakan dalam keadaan

darurat (terjadi kebakaran) melalui hidran-hidran yang diletakkan

sedemikian rupa sehingga mampu memadamkan kebakaran yang

terjadi. Untuk daerah bukaan geladak seperti pada palka di geladak

utama, digunakan sebuah pompa yang memasok air laut ke hydran yang

diletakkan di forecastle, sedangkan untuk ruang akomodasi digunakan

pula pompa yang lain yang menyuplai air laut ke hidran-hidran yang

telah tersedia.

f Pompa Bilga (bilge pump), digunakan mengambil air dalam jumlah

sedikit dari ruangan-ruangan kapal yang dikumpulkan menjadi satu dan

disalurkan ke sumur bilga (bilge well). Air tersebut berasal dari

pengembunan pelat-pelat, perembesan pada sambungan pelat karena

sambungan yang kurang baik, air yang masuk melalui bukaan-bukaan

di geladak dan freeboard pada waktu cuaca buruk atau hujan, bekas-
49

bekas penyemprotan dari deck dan bangunan atas pada waktu dilakukan

pencucian, air sisa dari mesin dan propeller shaft tunnel karena

kebocoran pada sambungan-sambungan pipa dan bagian-bagian dari

mesin-mesin, air yang merembes akibat kebocoran tangki kemudian zat

yang bersifat cair dibuang kelaut dan yang bersifat kotoran dibuang ke

sludge tank (Tangki kotoran).

g Pompa Air Tawar (fresh water pump), Digunakan untuk mengisi tangki

harian yang berfungsi sebagai penyuplai air tawar untuk keperluan

dapur, air minum, mandi dan mencuci.

h Pompa Air Laut Pendingin Cooler,digunakan untuk mendinginkan

mendinginkan air tawar yang keluar dari mesin dan masuk ke dalam

cooler, dimana pompa ini bekerja secara kontinu selam mesin

beroperasi.

i Pompa Kotoran (vecal pump), digunakan untuk memompa kotoran–

kotoran dari kamar mandi, ruang cuci, dapur, dan toilet.


Disamping pompa-pompa, maka peralatan penunjang yang ada dalam kamar
mesin adalah :
a Kompressor dan botol angin. Fungsi kompressor disini adalah

mensupply udara masuk ke dalam ruang bakar silinder yang kemudian

akan bercampur dengan bahan bakar yang telah diatomisasi, sebagai

start awal pada mesin.

b Sea Chest, Digunakan untuk menampung air laut yang diambil

langsung dari laut dengan sistem pembukaan katup untuk berbagai

keperluan air laut di atas kapal.

c Purifier atau filter (alat pembersih/penyaring), berfungsi untuk

menyaring zat cair dari kotoran–kotoran yang memiliki tingkat polusi


50

lebih rendah. Contoh Pemakaian pada sistem air tawar, yaitu

pemompaan dari tangki induk ke tangki harian.

d Separator (Mesin pemisah), berfungsi untuk memisahkan zat cair yang

satu (yang memiliki kadar polusi yang tinggi) dengan zat cair yang

dapat dibuang langsung ke laut. Penggunaan separator disini terdapat

pada sistem bilga untuk menyaring kotoran yang terikut masuk dan

bercampur dengan kotoran pada sumur bilga, dan juga pada sistem

bahan bakar untuk menyaring kotoran yang terdapat pada sisa bahan

bakar setelah masuk pada tangki di mesin untuk dimasukkan kembali ke

tangki harian.

e Peralatan pendingin (Cooler), berfungsisebagai tempat pertukaran panas

antara fluida panas dan fluida dingin.


Penempatan peralatan tersebut di atas disesuaikan dengan fungsi
dan kegunaannya di atas kapal. Untuk pompa peletakannya disesuaikan
dengan fungsinya dan sebaiknya dekat dengan tangki yang akan di
pompa. Sedangkan untuk peralatan lainnya disesuaikan dengan
fungsinya dalam suatu rangkaian instalasi untuk pemindahan cairan di
atas kapal.
51

BAB 3. PENYAJIAN DATA

3.1 Data kapal

Data kapal awal diperoleh dari perancangan Desain Kapal I


beserta data general arrangement, berikut adalah data kapal rancangan :
- Type Kapal = General Cargo

- Muatan =

1. Semarang-Balikpapan : Furniture, Produk Mineral.

2. Balikpapan-Semarang : Kayu, Beras

- Trayek = Semarang-Balikpapan

- Jarak = Semarang-Balikpapan

= 583 seamiles

- Lama Berlayar = 2 hari / 43 jam

- Length Between Perpendicular (LBP) = 110,12 meter

- Breath (B) = 18 meter

- Defth (H) = 9.1 meter

- Draught ( T) = 7.2 meter

- Speed (Vs) = 13,5 knot

- Cb = 0.76

- Cm = 0.99

- Cwl = 0.83

- Cph = 0.77

- Cpv = 0.92

- Displacement = 11648,469 ton

3.2 Data Mesin Induk

Dari perhitungan daya mesin, kita dapat menentukan mesin yang


52

akan digunakan pada kapal yang telah dirancang. Adapun data mesin
yang sesuai dengan penentuan daya diatas yaitu:
Merek : CATERPILLAR
Model : 9 M 25 C
Jml. Silinder : 9
Putaran: 750 Rpm
BHP : 3150 kW
Bore : 255 mm
Stroke : 400 mm
Berat : 30 Ton
Panjang: 6515 mm

3.3 Jumlah Crew

Berdasarkan perhitungan jumlah crew pada tugas desain kapal II (general


Arragement) didapatkan jumlah crew sebanyak 19 orang.

3.4 Berat Muatan

1. Berat perlengkapan dan Peralatan ( Outfitting )


Didapat berat perlengkapan pada perhitungan Desain Kapal II yaitu :
Woa = 586,531 Ton
2. Berat Permesinan
» Berat mesin utama
Wme = 30 Ton
» Berat tambahan lainnya
3. Berat bahan bakar
Wfo = 37,394 Ton ( penambahan sebesar 5% )
4. Berat minyak pelumas
Wlub = 0.218 Ton ( penambahan sebesar 5%)
5. Berat air tawar
Wfw = 33,197 Ton
6. Berat crew
Wcrew = 1,52 Ton
53

7. Berat provision dan bawaan Wpb + Wbw = 0.375 Ton


54

BAB 4. PEMBAHASAN

PERHITUNGAN DAYA POMPA-POMPA

4.1 Daya Pompa Sanitari Air Laut

Pompa Sanitari air laut adalah pompa yang digunakan untuk keperluan air
laut diatas kapal seperti ballast, pendingin mesin, dan keperluan ABK dan cuci
geladak. Pompa ini berfungsi akan mengisi air ke hydropohre dan ballast dan juga
mengosongkan ballast. Pompa ini diperhitungkan untuk pengisian dan
pengosongan ballast. Pada Buku "Marine Power Plan" oleh P. Akimov. Hal. 492
ditentukan waktu yang diperlukan untuk mengisi seluruh tangki ballast adalah 4-
10 jam. Dari ketentuan tersebut maka diformulakanlah perhitungan daya pompa
untuk mengisi air ballast hingga penuh pada rentang waktu tersebut dengan
rentang diameter pipa 60-200 mm.
Berikut urutan perhitungan daya pompa:
1) Penentuan Kapasitas Pompa

Berdasarkan buku “Marine Power Plant oleh P. Akimov


Halaman 492”, kapasitas pompa ballast dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Q = Vb/t (m3/jam)
Dimana:
Vb = Volume tangki ballast yaitu berdasarkan rencana umum
yaitu : 1136,44 m3
T= Waktu yang diperlukan untuk mengisi penuh tangki ballast
= 6 jam
Sehingga:
Vb
Q =
t
= 189,41 m3 / jam
= 0,05 m3/menit
55

2) Penentuan Diameter Pipa Isap

("Pompa dan Kompresor", Prof. Dr. Haruo Tahara, 23; Tabel 2.10)
Berdasarkan nilai Q = 3,16 m³/menit
D = 150 mm
3)Penentuan Head Total Pompa

Berdasarkan buku “Pompa dan Kompresor” by Prof. Dr. Haruo Tahara


halaman 27

H = ha + hp + hv + h1 (m)
1. ha adalah perbedaan tinggi muka air antara sisi isap dan sisi keluar

ha = ht - hi
Dimana:
ht = Tinggi pipa tekan minimal 30 cm diatas sarat kapal
= 5,0 m
hi = Tinggi pipa isap
= 1,95 m
Sehingga ha = ht - hi
= 3,05
2. hp adalah perbedaan tekanan antara kedua tangki

hp = hpi - hpt
Dimana:
hp = Tekanan pada tangki isap
= 0 (tangki berada dibawah pompa)
hpt = Tekanan pada tangki penampungan
= 0 (tangki tidak ada karena fluida langsung dibuang kelaut)
Sehingga ha = hpt – hpi
=0
56

3. hv adalah kehilangan akibat kecepatan zat cair

hv= V2 / 2g
Dimana:
V = Kecepatan aliran fluida (m/s) dan (m/dt)
= Q/A
Q = 0,05 Debit aliran (m³/dt)
A = Luas Penampang pipa (m²)
= 1/4pD²
= 0,018
g = Percepatan gravitasi = 9,8 m/s2
Sehingga hv = 0,45
4. h1 adalah kehilangan longitudinal pada pipa lurus oleh gesekan sepanjang

pipa

h1 = hl1 + hl2

hl1 =
Dimana:
Q = Debit aliran (m3/s)
= 0,043 m3/s
L = Panjang pipa lurus terpanjang
= 68,992 m
C = Koefisien jenis pompa (Tabel 2.1 Halaman 30 buku
“Pompa dan Kompressor”)
= 130 (untuk pipa besi cor baru)
D = Diameter Pipa
= 0,15 m
Sehingga hl1 = 2,73
h12=K ∙ hv
Dimana:
57

K = Jumlah koefisien kehilangan lokal, berdasarkan table


berikut:

Penyebab Jumlah Koefesien Nilai


flange 10 0,2 2
Katup gate 7 0,15 1,05
sambungan lurus 6 0,1 0,6
Saringan 4 1,79 7,16
Katup non return 2 2,2 4,4
katup glove 3 10 30
Sambungan siku 4 0,75 3
Sambungan T 5 1,8 9
56,16
Sehingga:
hl2 = 25,42
Maka:
hl = 28,55
H = ha + hp + hv + h1
= 32,057

4) Perhitungan Daya Pompa

Dalam buku “Marine Power Plant “, oleh P. Akimov. Hal 495


diberikan rumus untuk menghitung besarnya daya pompa yang
digunakan:

Q.H.ρ
N= 3600.75.ɳ (HP)

Q = Laju aliran pompa = 155,43 m3/jam


H = Head total pompa = 37,416 (m)
ρ = Massa jenis air laut = 1025 (kg/m³)
η = total efisiensi pompa (0,6 ~ 0,9) = 0,98 (pompa baru)

sehingga:
N = 23,52 HP
=17,5 kW
 Pompa Yang Digunakan
Berdasarkan brosur pompa PomPa Azcue dengan spesifikasi
berikut:
Merek = AZCUE
58

Tipe = 65/200
Dimensi Pompa:
 Panjang = 850 mm

 Tinggi = 435 mm

 Berat = 145 Kg

 lebar = 335 mm

 Daya = 18,5 kW

Menurut BKI Vol. III, Bab II Pipa-pipa, katup - katup, peralatan-peralatan,


dan pompa pompa, N 2 Hal. 159 dikatakan bahwa jumlah dan kapasitas dari
pompa ballast harus sesuai dengan daerah pelayarannya, minimal 2 buah pompa.
Sedangkan menurut tabel 2.3 "Buku Pompa dan kompressor oleh Haruo
tahara dan Sularso" dijelaskan bahwa jumlah pompa terpasang untuk mengisap
dan menyalurkaan jika debit yang direncanakan sampai 2800 m^3/hari maka
jumlah pompa keseluruhan 2 buah, 1 pompa utama dan 1 cadangan.
Sehingga N = 18,5 kW x 2
= 37 kW
5) Hydrophore Unit
Dalam buku "Machinery Outfitting Design Manual" hal 61,
volume tangki hydrophore dapat dihitung dengan menggunakan formula:

V = m³

dimana:
q = volume air yang disuplai oleh pompa dalam waktu 1~2
menit
= 0,33 m³
P1 = Tekanan akhir pompa
= 4,5 Kg/cm²
P2 = Tekanan awal pompa
= 3 Kg/cm²
a = Staying water quantity in hydrophore =
59

1,5
V = 1,5 m³

4.2 Daya Pompa Bilga

Pompa bilga adalah pompa yang menyatu dengan pompa drainase yang
berfungsi untuk mengeringkan ruang muat jika pada saat melakukan pelayaran
kapal kemasukan air laut dari lubang palka yang tidak kedap, merembesnya air
dari pori pori plat, bocoran dari plat dan pengelasan yang mengalami keretakan.
Selain itu, Pompa ini berfungai menguras zat-zat cair yang tidak
diperlukan dari sumur penampungan (Bilga Course) untuk dibuang kelaut setelah
mengalami penyaringan dan pemisahan limpah pada Boxshape Tank.
1) Penentuan Kapasitas Pompa

Berdasarkan buku Machinery outfitting Design Manual", hal 63, 492


kapasitas pompa bilga dapat dihitung dengan menggunakan rumus
D=26+ √ 2,7 ∙ L(B+ H )
Dimana:
D = Diameter Pipa
= 115,76 mm (diameter yang digunakan dan sesuai dengan
pasaran 125 (mm)
Sehingga
Q = 87,89 m3/jam
2) Penentuan Head Total Pompa

Berdasarkan buku “Pompa dan Kompresor” by Prof. Dr. Haruo Tahara


halaman 27
H = ha + hp + hv + h1 (m)
a. ha adalah perbedaan tinggi muka air antara sisi isap dan sisi keluar

ha = ht - hi
Dimana:
ht = Tinggi pipa buang minimal 30 cm diatas sarat kapal (yang dipakai 1
m)
= 5,9 m
hi = Tinggi pipa isap
= 2,05 m
60

Sehingga ha = ht - hi
= 3,81

b. hp adalah perbedaan tekanan antara kedua tangki

hp= hpt-hpi
Dimana:
hpi = Tekanan pada tangki isap
= 0 (tangki berada dibawah pompa)
hpt = Tekanan pada tangki penampungan
= 0 (tangki tidak ada karena fluida langsung dibuang kelaut)
Sehingga ha = hpt - hpi
=0
c. hv adalah kehilangan akibat kecepatan zat cair

hv = V2 / 2g
Dimana:
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
= 0,024 m/s
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
= 9,8 m/s2
Sehingga hv = 0,202
d. h1 adalah kehilangan longitudinal pada pipa lurus oleh gesekan sepanjang

pipa

h1 = hl1 + hl2

10,666.Q1,85.L
hl1 =
C1,85.D4,85
Dimana:
Q = Debit aliran (m3/s)
= 0,0244 m3/s
61

L = Panjang pipa lurus terpanjang


= 84,1 m
C = Koefisien jenis pompa
(Tabel 2.1 Halaman 30 buku “Pompa dan Kompressor”)
= 130 (untuk pipa besi cor baru)
D = Diameter Pipa
= 0,116 m
Sehingga, h11 = 3,989
hl2 = K. hv (m)
Dimana:
K = Jumlah koefisien kehilangan lokal, berdasarkan table berikut:
Jumla Koefesie
Penyebab Nilai
h n
Swing Check valve (Foot
Valve) 0 2,5 0
Katup glove 1 10 10
Katup non return 1 2,2 2,2
flange 11 0,2 2,2
sambungan lurus 3 0,1 0,6
Saringan 1 1,79 1,79
Sambungan siku 5 0,75 13,5
Sambungan T 5 1,8 9
      29,54
Sehingga: hl2 = 5,97
Maka: hl = 9,96
H = ha + hp + hv + h1
= 13,97
3) Perhitungan Daya Pompa
Dalam buku “Marine Power Plant “, oleh P. Akimov. Hal 495 diberikan rumus
untuk menghitung besarnya daya pompa yang digunakan:

Q.H.g Q = Laju aliran pompa


N= (HP)
= 87, 3600.75.h 89 (m³/jam)
H = Head total pompa = 20,65(m)
ρ = Massa jenis air laut = 1025 (kg/m³)
η = total efisiensi pompa (0,6 ~ 0,9) = 0,98 (pompa baru)
sehingga:
N = 4,76 HP
= 3,55 kW
 Pompa Yang Digunakan
62

Berdasarkan brosur azcua pumps dengan spesifikasi berikut:


Tipe = AZCUA PUMPS
Model = 50-250 MN Series
Dimensi Pompa:

 Panjang = 575 mm

 Tinggi = 405 mm

 Berat = 85 Kg

 lebar = 355 mm

 Daya = 4 kW

Menurut BKI Vol. III, Bab II Pipa-pipa, katup - katup, peralatan-peralatan,


dan pompa pompa, M 3.6 Hal. 156 dikatakan bahwa pada umumnya kapal kapal
barang harus mempunyai 2(dua) buah pompa yang digerakkan oleh mesin dan
berdiri sendiri.
Sedangkan menurut tabel 2.3 "Buku Pompa dan kompressor oleh Haruo
tahara dan Sularso" dijelaskan bahwa jumlah pompa terpasang untuk mengisap
dan menyalurkaan jika debit yang direncanakan sampai 2800 m3/hari maka jumlah
pompa keseluruhan 2 buah, 1 pompa utama dan 1 cadangan. Karena Q = 126.56
m3/hari maka jadi direncanakan menggunakan 2(dua) buah pompa, jadi
direncanakan menggunakan 2(dua) buah pompa.
Sehingga N = 2 x 4 kW
= 8 kW

4.3 Daya Pompa Sanitari

Sistem sanitari dan scupper bertugas untuk mengalirakn air dari geladak dan
membuang air yang sudah terpakai di kamar mandi, laundries, galley, store room,
dan lain lain.
1) Kapasitas Pompa

Berdasarkan buku “Marine Power Plant “oleh P. Akimov


halaman 492, kapasitas pompa sanitari dapat dihitung dengan
63

menggunakan langkah-langkah berikut:


Q = Total kotoran yang dihasilkan + volume tangki
Lama pemompaan
Lama pelayaran : 3 hari
Volume Tangki : 0,259 m3
Jumlah crew : 19 Orang
Kotaran yang dihasilkan : 5 liter/hari/orang
Lama pemompaan : 0,25 jam
Sehingga Q = 21,036 m³/jam
= 0,35 m³/menit
= 0,005 m³/detik
2) Perhitungan Head Pompa
Berdasarkan buku “Pompa dan Kompresor” by Prof. Dr. Haruo
Tahara halaman 27 perhitungan tinggi kenaikan tekanan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus
H = ha + hp + hv + hl (m)

a. ha = Perbedaan tinggi muka air antara sisi isap dan sisi keluar (m)
ha = ht - hi

dimana, ht = tinggi pipa buang minimal 30 cm (yang dipakai 1 m)


= 16,8
hi = tinggi pipa isap (Hdb kamar mesin - 0,05) (m)
= 1,65
ha= ht - hi
= 4,03 m
b. hp = Perbedaan tekanan antara kedua tangki (m)
hp = hpi - hpt

dimana, hpi = Tekanan pada tangki isap


= 0 (Tangki berada dibawah pompa)
hpt = Tekanan pada tangki penampungan
= 0 (Tangki tidak ada/langsung dibuang ke laut)
sehingga, hp= 0 m

c. hv = Kehilangan akibat kecepatan zat cair (m)

hv = V2/2g
dimana, V = Kecepatan aliran fluida (m/dt)
64

= Q/A
Q = Debit aliran (m³/dt)
= 0,005
A = Luas Penampang pipa (m²)
= 1/4ԉD²
= 0,003
V = 1,76
g = Percepatan gravitasi (m/s²)
= 9,8
sehingga, hv = 0,170 m

d. hl = Kehilangan pada pipa lurus (m)

h1 = hl1 + hl2
10,666.Q1,
85
.L
hl1=
C1,85.D4,85
Dimana:
Q = Debit aliran (m³/dt)
= 0,005
L = Panjang pipa lurus terpanjang (m)
= 84,01
C = Koefesien Jenis Pipa (Tabel 2,1 Hal. 30)
= 130 (Besi cor baru)
D = Diameter Pipa (m)
= 0,065
h1 = 4,65 m

Jumla Koefesie
Penyebab Nilai
h n
Butterfly valve 0 0,158 0
flange 2 0.2 20
Swing Check valve (Foot
Valve) 1 1,79 1,79
Katup non return 1 2,2 2,2
sambungan lurus 4 0,1 0
Saringan 1 1,79 1,79
Sambungan siku 19 0,75 14,25
Sambungan T 9 0,1 0,4
      55,24

K = Jumlah Koefesien kehilangan lokal (m)


hl2 = K. hv (m)
= 8,75 m
H = ha + hp + hv + hl (m)
= 28,71 m
3) Perhitungan Daya Pompa
65

Dalam buku “Marine Power Plant “, oleh P. Akimov. Hal 495 diberikan

rumus untuk menghitung besarnya daya pompa yang digunakan:

Q.H.g
N= (HP)
3600.75.h

Q = Laju aliran pompa = 51,61(m³/jam)


H = Head total pompa = 8,07 m
Ρ = Massa jenis air laut = 1025 (kg/m³)
η = total efisiensi pompa (0,6 ~ 0,9) = 0,98 (pompa baru)

sehingga:
N = 2,34 HP
= 1,7 kW
 Pompa Yang Digunakan
Berdasarkan brosur pompa EBARA dengan spesifikasi berikut:
Tipe = Azcue pumps
MODEL = 50-160 MN Series
Dimensi Pompa:
 Panjang = 575 mm

 Tinggi = 340 mm

 Lebar = 170 mm

 Berat = 70 Kg

 daya = 2,2 kW

Dalam buku BKI Vol. III, Bab II Pipa-pipa, katup -


katup, peralatan-peralatan, dan pompa pompa, P. 2. Hal. 163-164;
mengenai sistem sanitari tidak ditentukan jumlah pompa sanitari yang
harus digunakan. Jadi direncanakan menggunakan 2(satu) buah pompa.
Sehingga N = 2 * 2,2 kW
= 4,4 kW
66

4.4 Daya Pompa Suplay Air Tawar

Pompa ini digunakan untuk mensuplai air tawar dari tangki utama
ketangki Hydropore yang kemudian digunakan sebagai pendingin mesin dan
kebutuhan ABK.
1) Kapasitas Pompa

Dalam perancangan diketahui volume air tawar untuk konsumsi = 33,196 (m3)
sedangkan lama pelayaran t = 3 hari. Maka jumlah air tawar yang harus disuplai
ke tangki harian, dalam hal ini hydrophore = 16,59 (m3/hari) Dalam perencanaan,
hydrophore diisi setiap = 0,125 hari = 12 jam, sehingga volume air yang sekali
dipindahkan = 6,639 (m3) sedangkan lama pemomopaan = 0,4 (jam)
sehingga:
Q = Volume air sekali dipindahkan / waktu pemompaan setiap kalinya
= 16,598 m³/jam
Sedangkan untuk keperluan air tawar untuk pendingin mesin yaitu:
("Machinery Design Manual", Vol. 1, Hal. 56)
Q = V x Daya Mesin
V = Volume air tawar yang dipilih (6~8 liter/HP/jam)
=8
Daya Mesin = 2800 HP
= 22400 liter/jam
= 22,4 m³/jam
2) Penentuan Daya Pompa

Dalam buku "Marine Power Plan" by P. Akimov hal 495 diberikan


formula untuk menghitung daya pompa:
Q × H ×γ
N= (HP)
3600× 75× η
Dimana:
Q = Kapasitas pompa yaitu 16,598 m3/jam
67

H = Tinggi kenaikan tekanan (m)


Dalam buku "Machinery Outfitting Design Manual" hal 62, head total
pompa biasanya berkisar antara (40 ~ 50) meter untuk sistem hydrophore dan (30
~ 40) meter untuk continous running system. Karena dalam perencanaan, desainer
menggunakan hydrophore, maka head total dari pompa yang digunakan = 50 (m)
γ = Massa jenis air tawar (kg/m3)
= 1000 kg/m3
η = Efisiensi pompa
= 0,98 (untuk pompa baru)
Sehingga:
N = 3,842 (HP)
= 2,866 (kW)

3) Pompa Yang Digunakan

Berdasarkan brosur pompa Bombas Azcue dengan spesifikasi


berikut:
Tipe = 32/125
Dimensi Pompa:
 Panjang = 555 mm

 Tinggi = 310 mm

 Lebar = 230 mm

 Berat = 55 Kg

 daya = 3 kW

Dalam buku BKI Vol. III, Bab II Pipa-pipa, katup - katup, peralatan –
peralatan, dan pompa pompa, P.1. Hal. 163; mengenai sistem air tawar tidak
ditentukan jumlah pompa air tawar yang harus digunakan. Jadi direncanakan
pompa sebagai berikut:
 Pompa utama = 1 buah

 Pompa cadangan = 1 buah

 Total pompa = 2 buah


68

Dalam buku BKI Vol. III, Bab II Pipa-pipa, katup - katup, peralatan –
peralatan, dan pompa pompa, P.1. Hal. 163; mengenai sistem air tawar tidak
ditentukan jumlah pompa air tawar yang harus digunakan. Jadi direncanakan
menggunakan 2(dua) buah pompa.
Sehingga N = 2 x 3 kW
= 6 kW
4) Hydrophore Unites

Dalam buku "Machinery Outfitting Design Manual" hal 61, volume


tangki hydrophore dapat dihitung dengan menggunakan formula:
P1
V= q⋅( + a) (m3)
P −P
1 2

Kebutuhna air tawar untuk pendingin mesin

dimana:
q = volume air yang disuplai oleh pompa dalam waktu 1~2 menit.
= 1,2 (m3)
P = Tekanan akhir pompa
= 4,5 (kg/cm2)
P2 = Tekanan awal pompa
= 3 (kg/cm2)
A = Staying water quantity in hydrophore
= 1,5
sehingga:

V = 5,4 (m3)
Dengan demikian volume tangki hydrophore yang digunakan adalah 5,4 (m3)

4.5 Pompa Bahan Bakar Mesin Bantu

Dalam perancangan diketahui volume diesel oil yang dibutuhkan = 15,744 (m³)
sedangkan lama pelayaran t = 3 hari. Maka jumlah diesel oil yang harus disuplai
ke tangki harian = 5,248 (m³/hari). Dalam perencanaan, tangki harian diisi setiap
= 1,5 hari sehingga volume bahan bakar yang harus dipindahkan ke tangki harian
= 7,872 (m3) sedangkan lama pemompaan = 0,9 (jam).
1. Kapasitas Pompa

Q = 8,747 (m3/ Jam)


69

Ukuran Tangki = Panjang X Lebar X Tinggi = 2 m x 2 x 1 m


= 4 (m3)

Dalam buku "Marine Power Plan" by P. Akimov hal 492 diberikan


formula untuk menentukan diameter pipa:
d = 4/3 x (Q)1/2 (cm)
= 39,434 mm (diambil 40 mm)

2. Perhitungan Head Pompa


Berdasarkan buku “Pompa dan Kompresor” by Prof. Dr. Haruo
Tahara halaman 27 perhitungan tinggi kenaikan tekanan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus
H = ha + hp + hv + hl (m)
- ha = Perbedaan tinggi muka air antara sisi isap dan sisi keluar (m
ha = ht - hi
dimana, ht = tinggi pipa buang minimal 30 cm
= 7,36 m
hi = tinggi pipa isap (Hdb kamar mesin - 0,05) (m)
= 1,69
ha = ht – hi
= 9,05 m
- hp = Perbedaan tekanan antara kedua tangki (m)
hp = hpi + hpt
dimana, hpi = Tekanan pada tangki isap
= 0 (Tangki berada dibawah pompa)
hpt = Tekanan pada tangki penampungan
= 0 (Tangki tidak ada/langsung dibuang ke laut)
sehingga, hp =0m
- hf = Berbagai kerugian head di pipa, katup, belokan, sambungan, dll
= Kerugian pada pipa lurus + kerugian pada belokan pipa +
kerugian pada katup-katup =
70

hf1 + hf2 + hf3 (m)

~ Dalam buku "Pompa dan Kompresor" oleh Ir. Sularso, MsME dan Prof.
DR. Haruo Tahara hal. 31 Hazen-Williams memberikan formula untuk
menghitung kerugian pada pipa lurus:

hf1 = 1,54 (m)


Q = Laju aliran pompa
= 0,00246 (m³/ detik)
L = panjang pipa lurus (sketsa dari gambar)
= 6,5 (m)
C = Koefisien jenis pipa (tabel 2.14 hal 30)
= 130 (pipa besi cor baru)
D = Diameter pipa
= 0,0143 (m)
~ Dalam buku yang sama Fuller memberikan formula untuk menghitung kerugian
pada belokan pipa:
f = Koefisien kerugian belokan pipa = R/D = 5

hf2 = (m) =
= 0,027 (m)
= 0,131
V = Kecepatan aliran dalam pipa = 2 (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2) = 9,8 (m/s²)
Dalam perencanaan, belokan 90° yang dipakai oleh desainer = 9
buah, sehingga:
hf2 = 0,242 (m)
~ Dalam buku "Pompa dan Kompresor" oleh Ir. Sularso, Ms., ME dan
71

Prof. DR. Haruo Tahara hal. 38 diberikan formula untuk menghitung kerugian
pada katup dan sambungan pipa:

f= Koef. kerugian pada katup, yang terdiri atas:


Jumla hasil
Jenis katup/ sambungan koefisien
h kali
  n f nxf
Quick Close Valve 0 1 0
Swing Check valve (Foot Valve) 0 2,5 0
saringan 1 1,79 1.79
Gate Valve 0 0,15 0
flange 4 0,2 0,8
sambungan lurus 1 0,1 0,1
Katup non return 1 2,2 2,2
katup Glove 1 10 10
sambungan siku 21 0,75 15,75
sambungan T 3 1,8 5,4
    36,04
hf3 = (m)

= 7,598
Jadi hf= hf1 + hf2 + hf3 (m)
= 0,204 m
3. Perhitungan Daya Pompa

Dalam buku “Marine Power Plant “, oleh P. Akimov. Hal 495 diberikan

rumus untuk menghitung besarnya daya pompa yang digunakan:


Q.H.g
N= (HP)
3600.75.h

sehingga:

N = 0,55 HP
= 0,41 kW
 Pompa Yang Digunakan
Spesifikasi pompa yang di gunakan yaitu:
72

Merek : Iron Pump A/S


Model : ONV: 3
Dimensi Pompa:

 Panjang = 280 mm

 Tinggi = 185 mm

 Lebar = 240 mm

 Berat = 75 Kg

 daya = 0,7 HP

Dalam buku BKI Vol. III, Bab II Pipa-pipa, katup - katup,


peralatan-peralatan, dan pompa pompa, P. 2. Hal. 163-164; Jadi
direncanakan menggunakan 2(satu) buah pompa.
Sehingga N = 2 * 0,7 HP
= 1,4 HP

4.6 Pompa Bahan Bakar Mesin Utama

Dalam perancangan diketahui volume diesel oil yang dibutuhkan = 37,733


(m³) sedangkan lama pelayaran t = 3 hari. Maka jumlah diesel oil yang harus
disuplai ke tangka harian = 12,577 (m³/hari). Dalam perencanaan, tangki harian
diisi setiap = 0,2 Jam sehingga volume bahan bakar yang harus dipindahkan ke
tangki harian = 62,889 (m3) sedangkan lama pemompaan = 0,1 (jam)
ukuran tangki = panjang x lebar x tinggi = 2,1 m x 2 m x 2 m = 7,14
1. Kapasitas Pompa

Q = 628,896 (m³/ jam)


Dalam buku "Marine Power Plan" by P. Akimov hal 492 diberikan
formula untuk menentukan diameter pipa:
d = 4/3 x (Q)1/2 (cm)
= 334,370 (mm)
Diameter pipa yang digunakan = 70 mm
73

2. Perhitungan Head Pompa

Berdasarkan buku “Pompa dan Kompresor” by Prof. Dr. Haruo


Tahara halaman 27 perhitungan tinggi kenaikan tekanan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus
H= ha + hp + hv + hl (m)
 ha = Perbedaan tinggi muka air antara sisi isap dan sisi keluar (m)

ha = ht - hi

dimana, ht = tinggi pipa buang minimal 30 cm (dipake 2 m) diatas sarat


kapal = 7,36 M
hi = tinggi pipa isap (Hdb kamar mesin - 0,05) (m)
= 1,69
ha = ht - hi
= 9,05 m
 hp = Perbedaan tekanan antara kedua tangki (m)
hp = hpi + hpt
dimana, hpi = Tekanan pada tangki isap
= 0 (Tangki berada dibawah pompa)
hpt = Tekanan pada tangki penampungan
= 0 (Tangki tidak ada/langsung dibuang ke laut)
sehingga, hp =0m
 hf = Berbagai kerugian head di pipa, katup, belokan, sambungan, dll

= Kerugian pada pipa lurus + kerugian pada belokan pipa + kerugian

pada katup-katup

= hf1 + hf2 + hf3 (m)

~ Dalam buku "Pompa dan Kompresor" oleh Ir. Sularso, MsME dan Prof.
DR. Haruo Tahara hal. 31 Hazen-Williams memberikan formula untuk
menghitung kerugian pada pipa lurus:
hf1 = (m)
74

Q = Laju aliran pompa


= 0,174 (m³/ detik)
L = panjang pipa lurus (sketsa dari gambar)
= 6,22 (m)
C = Koefisien jenis pipa (tabel 2.14 hal 30)
= 130 (pipa besi cor baru)
D = Diameter pipa
= 0,07 (m)
~ Dalam buku yang sama Fuller memberikan formula untuk menghitung kerugian
pada belokan pipa:
f = Koefisien kerugian belokan pipa = R/D = 5

hf2 = (m) =
= 0,294 (m)
= 0,13
V = Kecepatan aliran dalam pipa = 2 (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s²) = 9,8 (m/s²)
Dalam perencanaan, belokan 90° yang dipakai oleh desainer 5
buah, sehingga:
hf2 = 0,299 (m)
~ Dalam buku "Pompa dan Kompresor" oleh Ir. Sularso, Ms., ME dan
Prof. DR. Haruo Tahara hal. 38 diberikan formula untuk menghitung kerugian
pada katup dan sambungan pipa:
f= Koef. kerugian pada katup, yang terdiri atas:

Jumla koefisie
h n hasil kali
Jenis katup/ sambungan n f nxf
Quick Close Valve 0 1 0
Swing Check valve (Foot Valve) 0 2,5 0
gate valve 0 0,15 0
saringan 1 1,79 1,79
katup glove 1 10 10
Katup non return 2 2,2 4,4
flange 1 0,2 0,2
sambungan lurus 1 0,1 0,1
sambungan siku 25 0,75 18,75
sambungan T 2 1,8 3,6
      39,74
75

hf3 = 8,101 (m)


Jadi hf = hf1 + hf2 + hf3 (m)
= 137,37 m
C. Perhitungan Daya Pompa
Dalam buku “Marine Power Plant “, oleh P. Akimov. Hal 495 diberikan
rumus untuk menghitung besarnya daya pompa yang digunakan:

Q.H.g
N= (HP)
3600.75.h
sehingga:
N = 0,39 HP
= 0,29 kW
 Pompa Yang Digunakan
Berdasarkan brosur pompa EBARA dengan spesifikasi berikut:
Tipe = IRON Pump A/S
Model = ONV: 1
Dimensi Pompa:
 Panjang = 255 mm

 Tinggi = 210 mm

 Lebar = 220 mm

 Berat = 45 Kg

 daya = 0,4 HP

Dalam buku BKI Vol. III, Bab II Pipa-pipa, katup -


katup, peralatan-peralatan, dan pompa pompa, P. 2. Hal. 163-164; Jadi
direncanakan menggunakan 2(satu) buah pompa.
Sehingga N = 2 * 0,4 HP
= 0,8 HP

4.7 Pompa Pelumas

1) Kapasitas Pompa
76

("Marine Power Plant", P. Akimov, 492)


Q= V/t (m³/jam)
Dimana:
V = Volume Tangki Harian Minyak Pelumas (m³)
= 0,245
t = Waktu yang diperlukan untuk mengisi penuh tangki
= 0,03 jam
= 8,191 m³/jam
("Pompa dan Kompresor", Prof. Dr. Haruo Tahara, 23; Tabel 2.10)
Berdasarkan nilai Q = 0,14 m³/menit
D = 40 mm
2) Perhitungan Head Pompa
Berdasarkan buku “Pompa dan Kompresor” by Prof. Dr. Haruo
Tahara halaman 27 perhitungan tinggi kenaikan tekanan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus:
H = ha + hp + hv + hl (m)
 ha = Perbedaan tinggi muka air antara sisi isap dan sisi keluar (m)

ha = ht + hi
dimana, ht = tinggi pipa tekan samapi ke expansi tank
= 6,34 m
hi = tinggi pipa isap (Hdb kamar mesin - 0,05) (m)
= 1,69
ha = ht - hi
= 4,65 m
 hp = Perbedaan tekanan antara kedua tangki (m)

hp = hpi + hpt
dimana, hpi = Tekanan pada tangki isap
= 0 (Tangki berada dibawah pompa)
hpt = Tekanan pada tangki penampungan
= 0 (Tangki tidak ada/langsung dibuang ke laut)
sehingga, hp =0m

 hv = Kehilangan akibat kecepatan zat cair (m)


hv = V²/2g
77

dimana, V = Kecepatan aliran fluida (m/dt)


= Q/A
Q = Debit aliran (m3/dt)
= 0,002 m3/dt
A = Luas Penampang pipa (m²)
= 1/4ԉD²
= 0,0013
V = 1,81
g = Percepatan gravitasi (m/s²)
= 9,8
sehingga, hv = 0,17 m

 hl = Kehilangan pada pipa lurus (m)

h1 = hl1 + hl2

10,666.Q1,85.L
hl1 =
C1,85.D4,85
Dimana:
Q = Debit aliran (m³/dt)
= 0,002
L = Panjang pipa lurus terpanjang (m)
= 12,3
C = Koefesien Jenis Pipa (Tabel 2,1 Hal. 30)
= 130 (Besi cor baru)
D = Diameter Pipa (m)
= 0,04
hl1 = 1,25 m
hl2 = K. hv (m)

K = Jumlah Koefesien kehilangan lokal (m)


Jumla Koefesie
Penyebab Nilai
h n
Quick Close Valve 0 1 0
Swing Check valve (Foot
Valve) 0 2,5 0
Katup non return 1 2,2 2,2
Butterfly valve 0 0,1587 0
Katup glove 1 10 10
flange 2 0,2 0
Saringan 1 1,79 1,79
sambungan lurus 1 0,1 0,1
Sambungan siku 13 0,75 9,75
Sambungan T 7 1,8 12,6
36,84

hl2 = K. hv (m)
78

= 6,17 m
H = ha + hp + hv + hl (m)
= 12,340 m
2. Perhitungan Daya Pompa
Dalam buku “Marine Power Plant “, oleh P. Akimov. Hal 495 diberikan

rumus untuk menghitung besarnya daya pompa yang digunakan:

Q.H.g
N= 3600.75. (HP)
h
Q = Laju aliran
pompa
= 8,191 (m³/jam)
H = Head total pompa
= 12,34 m
ρ = Massa jenis air laut
= 900 (kg/m³)
η = total efisiensi pompa (0,6 ~ 0,9)
= 0,98 (pompa baru)
sehingga:
N = 0,34 HP
= 0,26 kW
 Pompa Yang Digunakan
Tipe = IRON Pump A/S
MODEL = ONV: 1
Dimensi Pompa:
 Panjang = 255 mm

 Tinggi = 210 mm

 Lebar = 220 mm

 Berat = 45 Kg

 daya = 0,4 HP

Dalam buku BKI Vol. III, Bab II Pipa-pipa, katup - katup, peralatan-
79

peralatan, dan pompa pompa, P. 2. Hal. 163-164; Jadi direncanakan menggunakan


2(satu) buah pompa.
Sehingga N = 2 * 0,4 HP
= 0,8 HP

4.8 Pompa Pemadam Kebakaran

1) Kapasitas Pompa
("Machinery Outfitting Manual", Vol. 1, Hal. 69)
Q = 4/3. Q b
Qb = Kapasitas Pompa Bilga(m³/jam)
= 189,41
= 252,54 m³/jam
= 4,21 m³/menit
= 0,070 m³/detik

2) Diameter Pipa
("Pompa dan Kompresor", Prof. Dr. Haruo Tahara, 23; Tabel 2.10)
Berdasarkan nilai Q = 4,21 m³/menit
D = 350 mm
3) Peritungan Tinggi Kenaikan Tekanan (Head)

("Pompa dan Kompresor", Prof. Dr. Haruo Tahara, 27) H=


ha + hp + hv + hl (m)
 ha = Perbedaan tinggi muka air antara sisi isap dan sisi keluar (m)
ha = ht - hi
ht = tinggi pipa buang (m)
= 16,5
hi = tinggi pipa isap (Hdb kamar mesin - 0,05) (m)
= 2,15
= 14,35 m
 hp = Perbedaan tekanan antara kedua tangki (m)
hp = hpi - hpt
hpi = Tekanan pada tangki isap
= 0 (Tangki berada dibawah pompa)
hi = Tekanan pada tangki penampungan
80

= 0 (Tangki tidak ada)


=0m
 hv = Kehilangan akibat kecepatan zat cair (m)
hv = V²/2g
V = Kecepatan aliran fluida (m/dt)
= Q/A

Q = Debit aliran (m³/dt)


= 0,070
A = Luas Penampang pipa (m²)
= 1/4pD²
= 0,096
=1
g = Percepatan gravitasi (m/s²)
= 9,8
hv = 0,03

 hl = Kehilangan pada pipa lurus (m)

hl = hl1 + hl2
10,666.Q1,85.L
hl1 =
Q C1,85.D4,85 = Debit aliran
(m³/dt)
= 0,070
L = Panjang pipa lurus terpanjang (m)
= 84,01
C = Koefesien Jenis Pipa (Tabel 2,1 Hal. 30)
= 130 (Besi cor baru)
D = Diameter Pipa (m)
= 0,35
= 0,13
hl2 = K. hv (m)
K = Jumlah Koefesien kehilangan lokal (m)
Koefesie
Penyebab Jumlah Nilai
n
Swing Check valve (Foot Valve) 0 2,5 0
Non return valve 2 2,2 4,4
Katup glove 2 10 20
flange 38 0,2 1,4
gate valve 0 0,15 0
Saringan 1 1,79 1,79
sambungan lurus 17 0,1 3,4
Sambungan siku 38 0,75 29
Sambungan T 38 1,8 68
      128
81

H = ha + hp + hv + hl (m)
= 17,98 m

4) Perhitungan Daya Pompa

("Marine Power Plant", P. Akimov, 495)

N= Q.H.
(HP)
3600.75.

Q = Kapasistas pompa (m³/jam)


= 252,54
H = Tinggi kenaikan tekanan (m)
= 17,98
ϒ = Massa jenis air laut (kg/m³)
= 1025
ɳ = Efesiensi pompa
= 0,98 (Pompa baru)
N = 17,59 HP
= 13,12 kW

 Pompa Yang Digunakan


("Brosur Pompa Bombas Azcue")
Tipe : 32/250
Dimensi Pompa:
Panjang : 910 mm
Tinggi : 505 mm
Berat : 185 kg
Input : 20 HP
 Jumlah Pompa Direncanakan
Pompa Utama : 1 Buah
Pompa Cadangan : 1 Buah
Total Pompa : 2 Buah
Dalam buku BKI Vol. III, Bab II Pipa-pipa, katup - katup,
peralatan-peralatan, dan pompa pompa, P. 2. Hal. 163-164: Jadi
direncanakan menggunakan 2(satu) buah pompa.
Sehingga N = 2 * 20 HP
= 40 HP
82

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

A. Kesimpulan
1. Penentuan daya pompa dipengaruhi bebeerapa factor, sebagai
berikut:
a. Kerugian akibat panjang pipa (hl)

b. Kerugian akibat kehilangan lokal yang disebabkan oleh

katup, sambungan-sambungan dan belokan pada pipa (hk)

c. Kerugian akibat kehilangan tekanan pompa (hp)

d. kerugian akibat kedudukan pompa terhadap zat cair (hz)

e. Kerugian akibat kecepatan zat cair (hv)

2. Sistem Ballast digunakan untuk mengisi dan mengosongkan

tangki-tangki ballast dengan tujuan untuk menjaga stabilitas kapal,

dengan jalan mendapat sarat kapal yang maksimum.

3. System pendingin mesin digunakan untuk mendinginkan mesin

utama beserta komponen – komponennya yang mengalami gesekan

atau sentuhan pada permukaannya, seperti silinder piston.

4. System air tawar dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan

kapal dan ABK.

5. Suplai Air laut di atas kapal bersumber dari Sea chest.

6. Pipa ballast tidak boleh melewati tangki air tawar, bahan bakar,

dan minyak pelumas. Jika terpaksa melewati tangki air tawar,

bahan bakar, dan minyak pelumas, maka diperlukan konstruksi dan

perlakuan khusus
83

7. Pipa yang terletak di tank top cargo hold harus dilindungi dari

benturan atau kerusakan mekanis lainnya.

8. Setiap Instalasi Perpipaam pada kapal harus memperhatikan aturan

BKI dalam Perhitungan dan pemasangannya.


84

DAFTAR PUSTAKA

Raswari. 1987. Perencanaan Dan Penggambaran System Perpipaan – Cet. 1.


Jakarta: universitas Indonesia

Soelarso, Tahara Haruo. 2000. Pompa Dan Compressor - Cet. 7. Jakarta: PT.
Pradnya Paramita

Haryono Eko. 2011. System Instalasi Perpipaan. Makassar: Lembaga Kajian dan
Pengembangan Pendidikan Universitas Hasanuddin.

El-Gohary Mohammed Morsy, El-Sherif Hossam Ahmed. 2008. Marine Power


Plants Third Year. Alexandria: Alexandria university

Marine Power Plant", P. Akimov, 495

("Pompa dan Kompresor", Prof. Dr. Haruo Tahara

("Machinery outfitting Design Manual", hal 63, 492)


85

L
A
M
P
I
R
A
N

Anda mungkin juga menyukai