Clinical Examination
47Pneumonia (4).................................96
18Dermatitis Kontak Iritan (4)..............39 48Asthma Bronchiale (4)......................98
19Varicella (4).....................................41 49Tuberkulosis (4)...............................100
20Campak (4).....................................43 50 PPOK (3B).......................................102
21Morbus Hansen (4)..........................45 51 Cor Pulmonale Akut dan Kronik (3B/A)
104 52 Bronkiektasis (3A)....................106
22 Tinea (4).........................................47
53 Keganasan Paru (2).........................108
23Kandidiasis Kutis (4)........................49 Kontributor : Alfonso Tjakra (2011)
24Ptiriasis Versikolor (4)......................51
Editor : Jefri (2011)
25Skabies (4).....................................53
26Herpes Simpleks (4)........................55 Cardiovascular System
27Herpes Zooster (4)...........................56
28Dermatitis Kontak Alergik (3B)..........58
29Psoriasis (3A)..................................60
54Hipertensi Essensial (4)...................111 55 Angina Pektoris Stabil (3B)...............113
56 STEMI (3B).....................................115 89Insomnia Non-Organik (4).................188
57Non STEMI (3B)...............................117 90Skizophrenia Paranoid (3A)...............189
58Gagal Jantung (3B)..........................119 91Gangguan Mood (3A).......................192
Kontributor : Jefri 92Gangguan Bipolar (3A).....................195
Urinary (2011)
System 93Gangguan Cemas Menyeluruh (3A)....196
94Gangguan Cemas Panik (3A)............198
95Gangguan Cemas Pasca Trauma (3A)200
59Pyelonephritis (4).............................122 Kontributor : Budiman Atmaja (2011)
60Ureteritis (4)....................................124 Sistem Indra - THT
61Sistitis (4).......................................126
62Gonorrhoeae (3A)............................128 96Otitis Media Akut (4)........................201
63Glomerulonephritis Akut (3A)............130 97Otitis Eksterna Akut (4)....................203
64Nephrolitiasis (3A)...........................132 98Rhinosinusitis (4)............................205
65Benign Prostate Hyperplasia (2)........134 99Epistaksis (4)..................................207
66Acute Kidney Injury (2).....................136 100Laringitis (4)..................................209
67Keganasan Prostat (2).....................138 101Faringitis (4)..................................211
68Gagal Ginjal Kronik (2).....................141 102Tonsilitis (4)..................................213
Kontributor : Krisna Lalwani Kontributor : Yoshua Sardjiman (2011)
(2011)
Endocrine System Sistem Indra - Mata
103Konjungtivitis (4)............................215
69Diabetes Mellitus Tipe 2 (4).............143 104Hordeolum (4)...............................217
70Dislipidemia (4)...............................145 105Gangguan Refraksi (4)....................218
71Kaki Diabetik (4)..............................147 106Glaukoma Akut (3B).......................220
72Ketoasidosis Diabetikum (3B)..........150 107Chalazion (3A)...............................222
73Addison’s Disease (3B)....................152 108Keratitis (3A).................................224
74Grave’s Disease (3A).......................154 109Katarak (2)....................................226
75Plummer Disease (3A).....................156 Kontributor : Eiffel, Alfonso, Giovanni (2011)
Kontributor : Giovanni Reynaldo Chief Editor
(2011)
Ilmu Penyakit Saraf : Alfonso Tjakra
(2011)
Giovanni Reynaldo (2011)
Yoshua Sardjiman (2011)
76Tetanus (4).....................................158
77Tension Type Headache (4)..............160
78Migraine (4)....................................161
79 BPPV (4).........................................164
80Meningitis (4)..................................166
81Myasthenia Gravis (4)......................169
82Bell’s Palsy (4)................................171
83Stroke Iskemik (3B).........................173
84Stroke Hemoragik (3B).....................175
85Status Epileptikus (3B)....................177
86Epilepsi (3A)....................................180
87Parkinson (3A).................................183
Kontributor : Erick
Thambrin, Elcha
Leonard (2011)
Ilmu Psikiatri
Definisi Singkat
Demam berdarah dengue (DBD) plasma, terjadi hipotensi,
adalah kondisi akibat infeksi virus hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi,
dengue untuk kedua kalinya dengan dan renjatan.
serotipe yang berbeda. Adanya kebocoran plasma ke
daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga
Etiologi dan Faktor Risiko perito- neum, pleura, dan perikard.
Etiologi DBD adalah infeksi virus Renjatan hipo- volemik yang terjadi
Dengue dari genus Flavivirus. Family sebagai akibat kehi- langan plasma, bila
Flaviviridae yang mempunyai 4 serotipe tidak segera diatasi akan terjadi anoksia
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, atau DEN-4 jaringan, asidosis metabolik, dan
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk kematian. Sebab lain kematian pada
Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang DBD adalah perdarahan hebat yang
sebelumnya telah terinfeksi oleh virus umumnya dihubungkan dengan trombosi-
dengue dari penderita DBD lainnya. topenia, gangguan serta kelainan fungsi
Faktor risiko DBD adalah tingginya trombosit.
vektor nyamuk, padatnya populasi Fungsi agregasi trombosit
manusia, dan perbedaan musim. menurun disebabkan proses imunologis
yaitu terda- pat kompleks imun dalam
Epidemiologi peredaran darah. Kelainan sistem
Di Indonesia, DBD ditemukan koagulasi disebabkan oleh kerusakan hati.
perta- ma kali di Surabaya pada tahun
1968 dima- na sebanyak 58 orang Manifestasi Klinis
terinfeksi dan 24 o- rang diantaranya DBD non-syok (demam tanpa syok yang
meninggal dunia (Angka Kematian (AK) : sering menimbulkan kematian)
41,3%). Derajat I
Demam mendadak 2-7 hari, gejala
Patofisiologi dan Patogenesis Singkat klinis lain dengan manifestasi
Setelah virus dengue masuk ke perdarahan paling ringan, yaitu
dalam tubuh, penderita akan mengalami rumple leed positif. Dari uji
keluhan dan gejala karena viremia, bendung, perdarahan berupa
seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri bintik merah di lengan lebih dari
otot, pegal seluruh badan, hiperemi 10.
tenggorokan, timbul ruam, dan kelainan Derajat II
yang mungkin muncul pada sistem
retikuloendotelial seperti pembesaran Demam, perdarahan kulit dan di
kelenjar getah bening, hati, dan limpa. tempat lain, seperti mimisan
Ruam pada DBD disebabkan karena (epitaksis), perdarahan di gusi,
kongesti pembuluh darah dibawah kulit. muntah darah (hematemesis), dan
Permeabilitas dinding kapiler atau buang air besar yang
meningkat karena pelepasan zat mengandung darah sehingga tinja
anafilaktosin, histamine, dan serotonin, terlihat seperti ter atau aspal
serta aktivasi sistem kalikreain yang (melena).
berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Sindrom syok Dengue
Hal ini berakibat berkurangnya volume Derajat III
Gagal sirkulasi dimanifestasikan
dengan nadi cepat dan lemah
serta penyempitan tekanan nadi
atau
hipotensi, dengan adanya kulit fogging, ju- mantik, abate
dingin dan lembab serta gelisah. Demam terus menerus atau hilang
Derajat IV timbul? (untuk membedakan dengan
Syok hebat dengan tekanan darah malaria)
atau nadi tidak terdeteksi. Sudah berapa lama demamnya?
(biasanya 3-5 hari, kalau sudah lebih dari
Anamnesis 7 hari biasanya demam tifoid)
Tanyakan riwayat demam, mual Pemeriksaan Fisik
muntah, pusing, ikterik
Tanyakan riwayat keluarga dan Demam tinggi akut
sosi- al tentang kegiatan 3M, Perdarahan (minimal tes bendung
1
positif) RUJUK (dilakukan pada derajat 2-
Hepatomegali 4) Grade 2 : infuse kristaloid
Cairan dalam rongga pleura 1500 + (20x(BB-20)) misalkan
hasilnya 3000cc/hari
Pemeriksaan Rumple-Leed 1 kolf : 500cc
Syok (Hanya pada derajat 4 /DSS) 3000cc / 500cc = 6 kolf/hari
24 jam dibagi 6 kolf = 4jam/kolf
Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap Terapi simptomatik
Trombosit (<100.000 sel per o Paracetamol – demam,
mm3) Hematokrit (meningkat tidak diberikan pada
>20%) Hemoglobin dan PCV pasien deng- an gangguan
(meningkat hati atau hepa- titis. Dapat
>20%) diganti dengan aspirin atau
Leukosit (mungkin normal, ibuprofen
leukopeni, atau leukositosis)
NS-1 (+) € hanya bisa R/ Paracetamol tab 500 mg
dilakukan jika demam baru 1-3 No. X S 3 dd tab I
hari, diatas 3 hari periksa IgM
dan IgG ------------------------------------------ (sign)
Rontgen Thorax (Melihat adanya *Note: tidak diberikan apabila
efusi pleura) terdapat peningkatan enzim AST dan
ALT
Diagnosis Banding
Demam dengue Non-medikamentosa
Demam chikungunya Rawat dirumah sakit
Demam tifoid
Edukasi
Medikamentosa Istirahat dahulu 2-5 hari, makanan
lunak, banyak minum sampai air seni
menjadi banyak atau sering, bila terasa
kondisi semakin memburuk, segera
kembali ke rumah sakit, perhatikan
hygiene rumah dan lakukan 3M.
2
002
Leptospirosis
SKDI
Infeksi dan Imunitas – Nathania Hosea 4
Plasmodium vivax
R/ Primakuin tab 15 mg No. XIV S 1 dd tab I
----------------------------------------- (sign)
R/ Klorokuin tab 100 mg S uc
----------------------------------------- (sign)
Non-medikamentosa
Mencegah gigitan nyamuk (tidur
menggunakan kelambu, menutup
jendela ketika tidur, mengoleskan
lotion pencegah gigitan nyamuk)
Kontrol perkembangan nyamuk
(3M, memelihara ikan untuk mem-
bunuh larva nyamuk, menaburkan
insektisida)
Membunuh nyamuk dewasa (me-
nyemprot ruangan dengan
insektisi- da sebelum tidur,
fogging)
Edukasi
Minum obat teratur, mencegah gi-
gitan nyamuk, menjaga kebersihan
rumah, jika gejala bertambah segera
kembali. Klo- rokuin diminum selama 4
hari.
Antibiotik profilaksis
Doksisiklin tab 100 mg – s 1 dd tab I
diminum sehari sebelum pergi ke daerah
endemis, selama di daerah endemis,
dan 1 minggu setelah pulang.
Klorokuin tab 100 mg – pada pasien
hamil karena doksisiklin ada efek
teratogenik.
005
AskariasisSKDI
Infeksi dan Imunitas – Nathania Hosea 4
Non-medikamentosa
Penanganan limbah sebaik mungkin
agar tidak mencemari air sumur,
sayur, dan buah
Pembuatan komposo dari tinja babi
dengan suhu 50 C atau lebih
tinggi dapat mematikan telur
cacing
Makanan yang jatuh di tanah
harus di cuci terlebih dahulu
006
Ankylostomiasis SKDI
Infeksi dan Imunitas – Nathania Hosea 4
Non-medikamentosa
Penanganan limbah sebaik mungkin
agar tidak mencemari air sumur,
sayur, dan buah
Jangan bermain di tempat yang
banyak mengandung tinja babi
Kondisi rumah dan lingkungan
dijaga agar tetap bersih dan tidak
lembab
Penggunaan alas kaki
007
Kejang Demam
SKDI
Pediatri – Ling ling4
Edukasi
Jangan menekan/menahan gerakan
kejang yang sedang terjadi
Jangan memasukkan jari atau
alat- alat ke dalam mulut anak
008
PertussisSKDI
Pediatri – Ling ling4
Hepatitis B
Polio
BCG (Bacillus Calmette-Guerin)
DPT
Campak
EDUKASI tentang BUKAN INDIKASI KONTRA bagi orang tua untuk semua vaksin secara
umum :
1. Anak dengan demam ringan
2. Anak dengan pilek ringan
3. Ibu sedang menyusui
Terutama untuk vaksin polio. Anak yang minum ASI, boleh segera diberikan
vaksin polio, jika setelah ditetes vaksin, dalam 10 menit dimuntahkan, vaksin
dapat diberikan lagi 1 hari setelahnya
4. Sedang dalam terapi Antibiotik
5. Sedang dalam terapi Steroid
Anak yang sedang dalam terapi Steroid, bukan indikasi kontra untuk menerima
vaksin, namun pemberian vaksin harus ditunda setelah 1 bulan pengobatan
steroid
6. Riwayat Epilepsi pada keluarga
Anak dengan riwayat epilepsi pada keluarga bukanlah indikasi kontra dalam
pemberian vaksin DPT, namun menjadi indikasi kontra jika terjadi kejang setelah
pemberian pertama
010
Denver dan Antropometri
Tambahan
Pediatri – Ling ling
Gambar 1. denver
12
0 32
Tanggal periksa 14 1 2
Tanggal lahir 13 1 11
0 11 21
Premature 3 21
minggu
11 0
KeteranganTambahan :
25 50 75 90
A B C D
1. L € Lulus €sebelum usia tapi lulus berarti normal, termasuk advance items
2. G €Gagal€ Normal kalau sebelum waktunya ( garis A )
Normal karena ,<75% anak pada usia tersebut bisa melakukan
(garis B) Caution, karena 90% anak pada usia tersebut bisa
melakukan (garis C) Delay, karena>90% anak pada usia tersebut
bisa melakukan (garis D)
3. Kalau R (refusal) >2 € Untestable
4. No opportunity €kalau anaknya tidak pernah dilatih. Sama dengan Gagal
Penafsiran:
1. Normal: Semua item L atau hanya 1 C!
2. Suspect: >1 C! dan/atau >= 1 D!
3. Untestable: banyak atau terlalu banyak item R
Gambar 2. Kurva berat badan dan tinggi badan
Pada kurva akan terlihat 7 kurva dengan pola yang sama. Tiap kurva tersebut
mewakili persentil yang berbeda : 5th, 10th, 25th, 50th, 75th, 90th, dan 95th.
Persentil 50th menunjukkan rata-rata nilai pada umur tersebut.
Jika berat badan seorang anak berumur 4 tahun berada pada persentil 60th, berarti
ia berada pada kurva di antara 50th dan 75th. Ini artinya juga 40% dari anak-anak
sebayanya memiliki berat di atas anak tersebut, dan 60% lainnya memiliki berat di
bawah anak tersebut.
Pengukuran antropometri bayi dan anak
Melakukan pengukuran lingkar kepala bayi
(<2tahun) Syarat alat ukur:
o Lentur
o Tipis dan tidak elastis
o Fleksibel
Hal yang
penting:
o Tidak memakai penutup kepala
o Ukur dari glabella sampai protuberantia occipitalis
o Membaca sampai ketelitian 1mm.
Melakukan pengukuran panjang bayi
(<2tahun) Syarat alat ukur (infantometer):
o Terletak pada bidang yang datar dan keras
o Tulisan dan angka jelas
o Terdapat bagian yang statis dan
dinamis Hal yang penting:
o Bagian yang statis menyentuh verteks
o Geser bagian yang dinamis sesuai dengan panjang bayi
o Bayi terlentang dan lurus, membaca sampai ketelitian 1mm.
Melakukan pengukuran berat badan anak
(<2tahun) Syarat alat ukur:
o Terletak pada bidang yang datar dan keras
o Keadaan tanpa beban menunjukkan angka
0 Hal yang penting:
o Pakaian bayi seminimalis mungkin
o Membaca dengan ketelitian 0,1 kg.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan muskuloskeletal leng-
kap (LOOK, FEEL, MOVE) sesuai de-
ngan lokasi nyerinya sendi
Pemeriksaan Penunjang Asam urat darah
Aspirasi cairan sendi
(ditemukan kristal
monosodium urat) Kriteria Diagnostik
Foto radiologi (tofus) Ditemukan 6 dari 12 fenomena klinis,
laboratorium maupun radiologi :
Darah lengkap (LED >20mmHg) 1. > 1 serangan artritis akut
2. Inflamasi maksimal dalam satu Medikamentosa
hari Kolkisin PO 0,5-0,6 mg setiap 2
3. Serangan artritis monoartikular jam (Uricosuric agents)
4. Kemerahan pada sendi Prednison (kortikosteroid)
5. Pembengkakan atau nyeri yang Alupurinol (uricosuric agents)
tim- bul pada sendi MTP 1 Piroksikam (NSAID)
6. Serangan unilateral yang
melibatkan sendi tarsal
7. Hiperurisemia R/ Kolkisin tab 0,5
mg S o.b.h tab I
8. Massa yang dicurigai tofus ---------------------------------------- (sign)
9. Hiperurisemia R/ Prednison tab 50 mg
10.Pembengkakan asimetris pada no X S 1 dd tab I
sendi yang dibuktikan melalui ---------------------------------------- (sign)
pemeriksa- an X-ray R/ Allupurinol tab 100 mg no
11.Kista subkortikal tanpa erosi yang X S 1 dd tab I
terlihat melalui pemeriksaan X-ray
12.Kultur negatif mikroorganisme dari ---------------------------------------- (sign)
cairan sendi saat terjadi inflamasi R/ Piroksikam tab 20 mg
sendi No. X S 1 dd tab I
---------------------------------------- (sign)
Diagnosis Banding
Artropati kristal
Monoartropati akut *o.b.h: diberikan tiap 2 jam
Osteoartritis **bila akut tambahkan prednison
Rheumatoid Arthritis ***bila kronik ditambahkan NSAID
Protokol dan Algoritma Tatalaksana Non-medikamentosa
1. Mencegah serangan akut, mence- Penurunan berat badan hingga BB
gah berulangnya serangan artritis ideal
mengatasi komplikasi sebagai Pengaturan diet rendah purin
akibat deposisi kristal
monosodium urat di sendi atau Mengistirahatkan sendi yang
ginjal atau jaringan lain, serta terkena
mengatasi kondisi yang terkait Menghindari obat-obatan yang me-
gout seperti obesitas, nyebabkan terjadinya hiperurisemi
hipertriglise- rid dan hipertensi seperti tiazid, salisilat dosis rendah,
2. Menjaga kadar asam urat agar siklosporin, niasin, etambutol)
selalu dalam batas normal
Edukasi
Turunkan berat badan jika obesitas
Hindari makan tempe, tahu,
jeroan, brokoli, kol, kacang-
kacangan, em- ping (makanan
yang mengandung purin)
Sendi yang sakit diistirahatkan,
jang- an banyak digerakkan
012
Fraktur SKDI
Muskuloskeletal dan Rheumatologi – Christian Adiputra 3B
Fraktur terbuka
Terdapat derajat fraktur pada fraktur
terbuka yaitu :
- I: luka kecil, bersih, pin point atau
kurang dari 1 cm. Cedera jaringan
lunak minimal tanpa remuk.
Fraktur yang terjadi bukan fraktur
kominutif
- II: luka panjang >1cm, tanpa
hilangnya kulit penutup luka.
Cedera jaringan lunak tidak
banyak. Remuk dann komunion
yang terjadi sedang.
- III: laserasi luas, kerusakan kulit
dan jaringan lunak yang hebat,
hingga kerusakan vaskuler
Penatalaksanaan pada fraktur ter-
buka sesuai derajat diatas. Fraktur
terbuka harus diberikan antibiotik dalam
3 jam sete- lah trauma. Antibiotik yang
digunakan ada- lah Amoxiclav atau
Sefuroksim. Bisa juga diberikan
Klindamisin.
Setelah dilakukan manajemen awal,
fraktur harus dirujuk ke bagian bedah
ortopedi.
Medikamentosa
Amoxiclav (Penisilin, Amino)
Tramadol (Opioid)
Anti Tetanus Serum pada luka
terbuka
Non-medikamentosa
Rujuk
Edukasi
- Jangan digerakkan
013
Arthritis SepsisSKDI
3B
Muskuloskeletal dan Rheumatologi – Christian Adiputra
Non-medikamentosa
Joint drainage harus dilakukan
dengan baik, baik dengan aspirasi
jarum, artroskopi atau artrotomi.
Tindakan bedah harus dipertim-
bangkan dalam keadaan sebagai
berikut :
1. Infeksi coxae pada anak-anak
2. Sendi-sendi yang sulit
dilakukan joint drainage secara
adekuat baik secara aspirasi
jarum maupun letak
anatomiknya
3. Bersamaan dengan osteomye-
litis
014
Osteomyelitis SKDI
3B
Muskuloskeletal dan Rheumatologi – Christian Adiputra
Medikamentosa
Seftriakson (Sefalosporin generasi
3)
Klindamisin (Antibiotik)
Paracetamol (Antipiretik)
Natrium Diklofenak (NSAID)
Domperidon (Antiemetik)
R/ Klindamisin 450 mg cap no
XX S 3 dd cap 1
(sign)
Atau
R/ Seftriakson 2 gr inj vial no
XV S i.m.m
(sign)
R/ Paracetamol 500 mg tab no XV
S 3 dd tab I
(sign)
015
Osteoarthritis SKDI
3A
Muskuloskeletal dan Rheumatologi – Christian Adiputra
Anamnesis
Nyeri sendi? Sejak kapan?
3. Pembengkakan jaringan keras
minimal 2 sendi DIP
4. Deformitas minimal 1 dari 10
sendi tertentu
Sendi panggul :
1. LED>20mm/jam
2. Pemeriksaan radiografi
femoral : osteofit asetabulum
3. Penyempitan celah sendi pada
pemeriksaan radiografi
Diagnosis Banding
Rheumatoid Artritis
Spondilitis ankilosing
Artritis gout
Pseudogout
Protokol dan Algoritma Tatalaksana
Analgesik oral non opiat: dapat dipertim-
bangkan penggunan asetaminofen, NSAID.
Medikamentosa
Diklofenak (NSAID)
Prednisone (Kortikosteroid)
Non-medikamentosa
Edukasi pada pasien dan keluarga
mengenai penyakit
Fisioterapi dan rehabilitasi untuk
mengurangi rasa sakit
Menghindari obesitas
Mengurangi aktivitas sendi
Terapi bedah apa bila
farmakologis tidak berhasil
Edukasi
Istirahatkan sendi, jangan kerja
ter- lalu berat
Jaga berat badan agar tidak obesitas
Obat diminum sewaktu sakit
016
Rheumatoid ArthritisSKDI
3A
Muskuloskeletal dan Rheumatologi – Christian Adiputra
Non-medikamentosa
Latihan fisik dan rehabilitasi
Terapi bedah sesuai dengan
lokasi fraktur porotik (RUJUK)
Edukasi
1. Anjuran aktivitas fisik yang teratur
untuk mengurangi resiko jatuh
018
Dermatitis Kontak Iritan (DKI)SKDI
4
Skin and Integument – Samsu Buntoro
Non-medikamentosa
Vaksin campak pada usia 9
bulan atau MMR pada 15
bulan
Edukasi
Gunakan masker bila keluar rumah
Luka jangan digaruk
Peralatan pribadi jangan dipakai
bersama-sama dengan orang lain
021
Morbus Hansen SKDI
4
Skin and Integument – Budiman Atmaja
Iter 11x
R/ Dapson tab. 100mg No.
XXX S 1 dd tab 1.
(sign)
Iter 11x
R/ Rifampicin tab. 600mg
No. I S 1 dd tab 1.
(sign)
Iter 11x
R/ Klofazimin tab. 50mg No.
XXX S 1 dd tab I
(sign)
022
Tinea SKDI 4
Skin and Integument – Budiman Atmaja
Medikamentosa
Mikonazole (Antijamur turunan
imidazol yang mempunyai
spektrum anti jamur yang lebar)
Itrakonazole (Antijamur turunan
triazol yang mempunyai spektrum
anti jamur yang lebar)
Non-medikamentosa
Edukasi pasien
Edukasi
Keringkan bagian tubuh sampai
kering
Bila lesi pada daerah rawan
lembab misalnya pada jari-jari kaki
yang disebabkan oleh pemakaian
sepatu, dapat menggunakan
sandal. Apabila pemakaian sepatu
merupakan tun- tutan pekerjaan,
pasien dianjurkan menggunakan
bedak anti jamur.
Mandi 2 kali sehari
Jangan ganti-ganti handuk
Jangan digaruk
023
Kandidiasis Kutis SKDI
4
Skin and Integument – Giovanni Reynaldo
Epidemiologi
Pitiriasis versikolor adalah
penyakit universal dan terutama
ditemukan di daerah tropis.
Pemeriksaan Penunjang
Manifestasi Klinis Wood light
Kelainan kulit pitiriasis versikolor
sangat superfisial dan ditemukan Pemeriksaan KOH 20%
terutama di badan. Kelainan ini terlihat
sebagai ber- cak-bercak berwarna-warni, Kriteria Diagnostik
bentuk tidak teratur sampai teratur,
batas jelas sampai difus. Bercak Diagnosis ditegakkan atas dasar
tersebut berfluoresensi bila dilihat gambaran klinis, pemeriksaan
dengan lampu wood. Bentuk papulo- fluoresensi, lesi kulit dengan lampu wood
vesikular dapat terlihat walaupun jarang. dan sediaan langsung. Fluoresensi lesi
Kelainan biasanya asimptomatik kulit pada peme- riksaan lampu wood
sehingga ada kalanya penderita tidak berwarna kuning ke- emasan dan pada
mengetahui bahwa ia berpenyakit sediaan langsung kerokan kulit dengan
tersebut. Penderita merasakan gatal larutan KOH 20% terlihat campuran hifa
ringan yang merupakan pendek dan spora-spora bulat yang dapat
berkelompok (spaghetti and meatball).
Diagnosis Banding
Dermatitis Seboroika
Morbus Hansen
imidazol sintetik yang relatif stabil,
Psoriasis mempunya spektrum antijamur yang
Vitiligo lebar terhadap jamur dermatofit.
Mikonazol masuk ke dalam sel jamur dan
menyebabkan kerusakan dinding sel
Medikamentosa sehingga permeabilitas terhadap berbagai
Mikonazol (merupakan turunan zat intrasel meningkat).
Mikonazol menghambat aktivitas
jamur trichophyton, epidermophy- ditemukan hasil pemeriksaan lampu Wood
ton, microsporum, candida, dan ma- positif.
lassezia furfur.
Ketokonazol (merupakan turunan
imidazol sintetik dengan struktur
mirip mikonazol dan klotrimazol,
ketokonazol aktif sebagai
antijamur baik sistemik maupun
nonsistemik, ketokonazol
merupakan anti-jamur sistemik
peroral yang penyerapan- nya
bervariasi antar individu)
R/ Mikonazol cream 2% ung. Tb
No.I S 1 dd I ue
(sign)
R/ Ketokonazol tab 200mg No.X
S 1 dd tab I
(sign)
Epidemiologi
Penelitian di U.K. wanita dengan
risiko relatif 1 · 24 (P <0 · 001) terhadap
laki- laki. Kelompok usia 10-19 tahun
memiliki tingkat tertinggi kutu (dengan Anamnesis
tingkat 4 · 55 per 1000 dan 5 · 92 per Gatal? Dimana? Sejak kapan?
1000 untuk pria dan wanita). Kelompok Ada keluarga atau rekan yang
usia menengah memiliki tingkat kutu meng- alami hal tersebut? Apakah
terkecil. tidur berkelompok?
Mandi berapa kali/hari? Pakai
Patofisiologi dan Patogenesis Singkat han- duk atau pakaian bersama?
Cara penularan dari infeksi dapat Tempat tidur sering dibersihkan ?
disebabkan karena kontak langsung
(kulit dan kulit) dan kontaktidak langsung
(melalui benda seperti handuk, sprei, Pemeriksaan Fisik
dan sebagainya). Kelainan kulit yang
terjadi pada scabies disebabkan karena Pakai Loop!
garukan akibat gatal dan tungau skabies Pemeriksaan fisik kulit lengkap
itu sendiri. Gatal pada skabies dapat (ja- ngan lupa sebutin lesi primer
terjadi akibat dan sekunder): terlihat erosi,
ekskoriasi dan krusta akibat
garukan.
Periksa tempat-tempat predileksi,
cari gambaran terowongan yang
berupa papul atau kunikulus, cari ----------------------------------(sign)
tungau. R/ Mupirocin cream 2% tb No
1 S ue 3 dd 1
Pemeriksaan Penunjang ----------------------------------(sign)
Test Tinta Terowongan (TTT) R/ Hydrocortisone cream 1% tb No
dengan tetracycline test (dilihat 1 S ue 2 dd 1
pakai wood light menjadi
berwarna hijau): hasil positif (+) ----------------------------------(sign)
Pemeriksaan papul dengan biopsi Edukasi
eksisional (H.E) menggunakan Pengobatan bersamaan dengan
mik- roskop cahaya se- kelompok orang yang terkena.
Pe- makaian obat secara teratur
Kriteria Diagnostik sesuai petunjuk
2/4 tanda kardinal (tungau paling Seprai dicuci dengan
diagnostik) menggunakan air panas, kasur
dijemur (secara ber- samaan
Tungau ditemukan dengan cara: dengan teman sekamar)
Temukan terowongan dan Jangan digaruk agar tidak infeksi
cari ujung terowongan beru- sekunder
pa papul. Pada papul terse- Menjaga kebersihan diri (mandi
but dilakukan min2x/hari,dll)
pencongkelan dengan Tidak menggunakan pakaian atau
jarum dan letakkan handuk atau alat mandi
pencongkelan dengan bersamaan
jarum diatas kaca objek.
Lihat dengan mikroskop
Menyikat lesi dengan sikat
Membuat biopsi irisan
dengan cara lesi dijepit
dua jari dan dibuat irisan
tipis.
Membuat biopsi eksisional
dengan H.E
Diagnosis Banding
Prurigo
Pedikulosis korporis
Dermatitis
Medikamentosa
Permethrin cream 5% : dipakai
seluruh badan pada malam hari
sebelum tidur (jangan kena air),
diamkan semalaman, cuci
keesokan hari, dapat diulang 7
hari
Mupirocin (antibiotik) cream 2%
Hydrokortison (kortikosteroid)
cream 1%
R/ Permethrin cream 5% 10 gr tb
No 1 S.u.e.q.h.s
026
Herpes Simpleks SKDI
4
Skin and Integument – Yoshua Sardjiman
Edukasi
Lesi jangan digaruk, istirahat yang
cukup dan banyak minum air.
028
Dermatitis Kontak Alergik
SKDI
3B
Skin and Integument – Alfonso Tjakra
Medikamentosa
Hidrokortison cream 0.2%
(adreno- corticosteroid untuk efek
antiinfla- matori akibat kandungan
mineralo- kortikoid dan
glukokortikoid)
Prednison (glukokortikosteroid un-
tuk efek antiinflamatori sedang
dan mencegah inflamasi dengan
me- ngontrol sintesis protein,
migrasi dari PMN dan fibroblas,
menurun- kan permeabilitas
kapiler dan men- stabilkan
lisosom)
R/ Hidrokortison cream 0.2% fl.
no. I S u.e. 3 dd 1
(sign)
R/ Prednison tab 40 mg no.
X
S 1 dd tab 1
(sign)
Non-medikamentosa
Luka basah dikompres dengan
larutan Natrium Klorida
Edukasi
Hindari paparan kulit dengan
alergen. Apabila tidak memungkinkan,
da-
029
Psoriasis (Dermatosis Eritoskuamosa) SKDI
3A
Skin and Integument – Alfonso Tjakra
Non-medikamentosa
Rujuk ke dokter spesialis yang
ber- sangkutan untuk terapi lebih lanjut.
Terapi lebih lanjut yang dapat digunakan
adalah
030
Gastroesofageal Refluks Disease (GERD) SKDI
4
Digestive System – Stacy Vania
Medikamentosa Edukasi
Perubahan gaya hidup (setelah
Omeprazol 2 x 20 mg (PPI) makan jangan langsung tidur, makan
Prokinetik untuk mempercepat porsi kecil tapi sering, jangan kenyang
proses pengosongan lambung berlebihan, dan hindari makanan yang
(metoklopramid dan domperidon) merangsang seperti coklat, keju,
peppermint, cabe.
Lampiran 1. Alur tatalaksana GERD dan GERD-Q Konfirmatif untuk GERD apabila diatas 8
031
Gastritis SKDI
4
Digestive System – Stacy Vania
Medikamentosa
Obat antidiare untuk
menghentikan diare seperti
attapulgit (dws: 2 kapsul tiap
buang air besar max 12 kap
sehari, anak: 1 kapsul tiap buang
air max 6 kap sehari) dan
loperamid (hati-hati konstipasi).
cairan × 10% × kgBB × 1 liter
= 15 R/ Attapulgit tab 650mg
no.XX S.prn
Obat antimikroba : Siprofloksasin ---------------------------------- (sign)
(shigella, salmonella atau E.coli) dan R/ Oralit sachet
metronidazol (amoebiasis dan no.XX S.prn
giardiasis).
Oralit untuk mengatasi diarenya ---------------------------------- (sign)
(dws : 3 jam pertama 4 gelas,
selanjutnya tiap mencret 2 gelas). *Metronidazole merupakan pilihan
Edukasi
1. Lihat tatalaksana diet
2. Istirahat dan makan yang teratur
3. Bila semakin parah dan
kesadaran makin menurun segera
R/ Siprofloksasin tab 500mg
No.XV S 2 dd tab I p.c
----------------------------------(sign)
R/ Metronidazol tab 500mg
no.XV S 3 dd tab 1 a.c
bawa ke dokter kembali
---------------------------------- (sign)
Lampiran 1. Perbedaan disentri basiler dan disentri amuba
033
Diare Cair AkutSKDI
4
Digestive System – Stacy Vania
Medikamentosa
Obat antidiare untuk
menghentikan diare seperti
attapulgit (dewasa: 2 kapsul tiap
buang air besar max 12 kap
Tahap 2 : tergantung kehilangan sehari, anak: 1 kapsul tiap buang
cairan pada tahap 1 air max 6 kap sehari) dan
Tahap 3 : berdasarkan kehilangan loperamid (hati-hati konstipasi)
cairan melalui tinja berikutnya Obat antimikroba : Siprofloksasin
2. Diet (shigella, salmonella atau E.coli)
dan metronidazol (amoebiasis dan
Tidak puasa giardiasis).
Hindari minum Oralit untuk mengatasi diarenya
mengandung gas (dws : 3 jam pertama 4 gelas,
Hindari kafein dan alkohol selanjutnya tiap mencret 2 gelas)
Pilih makanan yang mudah
dicerna
Hindari susu sapi (defisien R/ Siprofloksasin tab 500mg
lactase transien) No.XV S 2 dd tab I p.c
3. Obat antidiare ----------------------------------(sign)
4. Obat anti mikroba R/Metronidazol tab 500mg
5. Probiotik no.XV S 3 dd tab 1 a.c
---------------------------------- (sign)
R/ Attapulgit tab 650mg
no.XX S.prn
---------------------------------- (sign)
R/ Oralit sachetmerupakan pilihan
*Metronidazole
no.XX S.prn
----------------------------------
Edukasi (sign)
1. Lihat tatalaksana diet
2. Istirahat dan makan yang teratur
3. Bila semakin parah dan
kesadaran makin menurun segera
bawa ke dokter
034
Appendisitis SKDI
3B
Digestive System – Stacy Vania
Non-medikamentosa
Eksisi dan sutured closure
(tindakan bedah bukan terapi utama
peritonitis)
Edukasi
Rujuk dokter bedah setelah diagno-
sis peritonitis ditegakan.
036
Ulkus Gaster dan Duodenum
SKDI
3A
Digestive System – Stacy Vania
Non-medikamentosa
Diet hindari makanan pencetus
Edukasi
Makan sedikit-sedikit tapi sering
Terdapat snack diantara waktu makan
Hindari makanan yang menyebabkan
rasa tidak enak dilambung (bawang,
timun, kopi, sayur mentah)
Hindari bahan yang mengiritasi
(alkohol, nikotin, NSAID, pedas)
038
Kolitis Ulserativa SKDI
1
Digestive System – Stacy Vania
Medikamentosa
Sulfasalazine: anti inflamasi,
peng- hambat siklooksigenasi dan
lipooksi- genasi, B-sel dan
beberapa sitokin proinflamasi
(untuk mencapai remi- si
digunakan 2-4gram sehari dan
dilanjutkan dosis pemeliharaan).
Kortikosteroid (prednisone 0,25-
0,75mg/kgbb/hari, metilpredniso-
lon 48mg/hari atau budesonide
9mg/hari).
Imunomodulator untuk mengham-
bat sintesis asam nukleat,
mening- katkan efek anti
proliferasi pada limfosit dan
menginduksi apoptosis sel (6-
mercaptopurine 50 mg pero- ral,
azathioprine 50 mg atau 1-
2,5mg/kgbb. Selain itu MTX
(25mg/minggu selama 12
minggu) juga dapat digunakan jika
tdk ada respon terhadap 6-
mercaptopurine maupun
azathioprine.
Edukasi
Tidak puasa
Hindari minum mengandung gas
Hindari kafein dan alkohol
Pilih makanan yang mudah dicerna
Bila ada dehidrasi obati
dengan oralit
Berikan asupan besi
untuk mengobati anemia
039
Hepatitis A SKDI
4
Hepatobilliary System – Hendri Wijaya
Non-medikamentosa
Istirahat total, bed rest
Makan dan minum yang cukup,
tidak ada larangan diet
040
Hemmorhoid SKDI
4
Hepatobilliary System – Hendri Wijaya
Non-medikamentosa
Modifikasi diet
Rujuk spesialis bedah (pada
kasus hemorroid grade 2 dengan
keluhan berat, grade 3-4)
Edukasi
Banyak makan makanan berserat
seperti sayuran, buah-buahan,
gan- dum (utk memperbaiki
defekasi)
Kurangi makan makanan pedas
Banyak minum air
Kalo gatal jangan digaruk-garuk
nanti berdarah
Jangan duduk terlalu lama ketika
BAB dan saat bekerja
Jaga kebersihan daerah anorektal
041
Kolesistitis SKDI
3B
Hepatobilliary System – Hendri Wijaya
Pericholecystic fluid
042
Kolangitis dan KoledokolitiasisSKDI
3B/2
Hepatobilliary System – Hendri Wijaya
Non-medikamentosa
Anjurkan konsultasi ke bagian
spesialis gastroenterologi, untuk
di- lakukan tindakan drainase
bilier.
Sedangkan untuk koledokolitiasis
dianjurkan dilakukan tindakan
ope- ratif yakni ERCP untuk
dilakukan ko- ledokolitotomi, atau
laparoskopi. Sedangkan untuk
kasus yang remi- ten, dapat
dianjurkan untuk dilaku- kan
kolesistektomi.
Dokter umum hanya melakukan
persiapan pra-operatif seperti
menganjurkan puasa dan menjaga
keseimbangan cairan tubuh
pasien.
Edukasi
Tidak ada yang spesifik, anjurkan
pasien untuk banyak istirahat dan
habiskan antibiotik. Apabila kolangitis
kambuh, suruh pasien untuk datang
berobat lagi. Sedang- kan untuk
koledokolitiasis dianjur-kan un- tuk
banyak berolahraga, kurangi makan
berlemak, apabila obesitas turunkan
berat badan secara perlahan-lahan.
043
Hepatitis B SKDI
3A
Hepatobilliary System – Hendri Wijaya
Medikamentosa
Pegylated-interferon alfa (immuno-
modulator – antiviral) injeksi
subku- tan 1x seminggu
Ribavirin (analog nukleosida –
menginhibisi sintesis RNA virus)
Non-medikamentosa
Diet seimbang 35-40 kkal/KgBB
ideal, protein 1,2-1,5 g/KgBB/hari
Lakukan aktivitas fisik
Hentikan konsumsi alkohol dan
merokok
Pembatasan obat-obatan
hepatotoksik dan nefrotoksik
Edukasi
Sesuai dengan tatalaksana non
medikamentosa. Pasien disarankan
untuk konsul ke bagian penyakit dalam.
046
Kolelitiasis SKDI
2
Hepatobilliary System – Hendri Wijaya
Non-medikamentosa
Apabila medikasi tidak berhasil,
rujuk utk dilakukan tindakan
bedah (kolesistektomi).
Dokter umum hanya melakukan
per- siapan pra-operatif.
Edukasi
Banyak berolahraga, kurangi
makan berlemak, apabila obesitas
turunkan berat badan secara perlahan-
lahan.
047
Pneumonia SKDI
4
Respiratory System – Alfonso Tjakra
Pemeriksaan Penunjang
CBC (Leukositosis dan ↑ LED)
ABG (Hipoksia dan Asidosis Resp)
Peningkatan D-dimer
Kultur sputum (Penentuan jenis appearance dan penebalan struktur
bak- teri dan sensitivitas bakteri) peribron-kial; air bronchogram
Kultur darah (Penetuan appearance)
jenis bakteri) Antigen bakteri khusus untuk bebe-
X Foto Toraks PosteroAnterior rapa bakteri seperti Legionella sp.
(Per- selubungan; patchy
Bromheksin (mukolitik – dikontra-
indikasikan pada pasien asma)
Pneumonia lobaris Ambroksol (mukolitik – alternatif
bromheksin pada pasien asma)
Non-medikamentosa
Vaksin pneumokokus 13-valen
Vaksin pneumokokus polivalen
Edukasi
Anjuran menghindari agen-agen
pencetus pada pasien dengan faktor
risiko dan terpredisposisi seperti
menghindari merokok dan gaya hidup
sehat. Disamping itu juga dianjurkan
hidrasi yang kuat dan tidak menahan
refleks batuk. Sputum juga tidak
Medikamentosa dianjurkan untuk ditelan kembali.
Penggunaan masker, dan perbaikan ling-
Azithromycin (macrolide) kungan seperti kelembaban, ventilasi udara
Levofloxacin (fluoroquinolon) dan pembersihan debu juga dianjurkan).
Acetaminophen (antipiretik)
048
Asthma Bronchiale SKDI
4
Respiratory System – Alfonso Tjakra
Lampiran 1. Pemeriksaan fisik pada asma, PF ditambah dengan Head to toe dan PF Jantung
Serangan Ringan Serangan Sedang Serangan Berat
Setelah berbicara Saat istirahat
Setelah aktivitas fisik Memilih untuk Membungkuk
Aktivitas Dapat berbaring duduk -
tripod
Berbicara Normal Frase Kata
Sulit bernapas Tidak ada kesulitan Ada kesulitan Ada kesulitan
Kondisi umum Gelisah (+) / (-) Gelisah Gelisah
Respiratory Rate Meningkat Meningkat >30 kali/menit
Otot asesori Tidak digunakan Digunakan Digunakan
Frekuensi nadi <100 kali/menit 100-120 kali/menit >120 kali/menit
Pulsus
Lampiran 2. Paradoksus
Derajat beratnya asma danTidak adarawat jalan yangAda
terapi diberikan Ada
<10 mmHg 10-25 mmHg >25 mmHg
Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru
Auskultasi Wheezing akhir eksp Wheezing insp-eksp Wheezing insp-eksp
<1 kali/minggu
Dengan stetoskop Tanpa stetoskop Tanpa
Intermiten <2 kali/bulan VEP stetoskop
>80% prediksi
Tanpa gejala penyerta
Eksaserbasi ringan Variabilitas <20%
Medikamentosa
Tuberculosis Miliar Rifampisin (DNA-dependent RNA
polimerase inhibitor)
Isoniazid (bakterisidal dengan
Diff count (Peningkatan limfosit
Kavitasi menghambat biosintesis dinding
dan sel)
Pyrazinamid (bakteriostatik-sidal)
shifting to the left)
Ethambutol (mengganggu
CBC (Anemia normokrom normo- produksi metabolit bakteri)
siter, ↑ LED, ↑ GGT)
Tes Takahashi (Titer 1/128)
Tuberkulin (Diameter efloresensi 0- Iter 5x
5 mm negatif, 6-9 mm R/ Rifampisin tab 300 mg no.
meragukan, 10- LX S 1 dd tab II
15 mm positif, lebih dari 15 mm ----------------------------------(sign)
positif kuat) Iter 5x
Kriteria Diagnostik R/ Isoniazid tab 300 mg no.
XXX S 1 dd tab I
TB paru dengan BTA (+) hanya ----------------------------------(sign)
ditegakkan apabila sputum dan foto
toraks keduanya konfirmatif. Apabila Iter 1x
masih mera- gukan, dilihat dari foto R/ Pyrazinamid tab 500 mg no.
toraks lama, apabila menetap berarti LX S 1 dd tab II
bekas TB, apabila membu- ruk berarti TB ----------------------------------(sign)
paru infeksi baru. Apabila tidak ada foto
toraks lama, maka dilakukan Iter 1x
pemeriksaan penunjang sesuai R/ Ethambutol tab 400 mg no.
kebutuhan dan terapi untuk pneumoni LX S 1 dd tab II
tanpa regimen OAT. Kemudian dilakukan ----------------------------------(sign)
evaluasi foto 1-2 bulan, apabila
perburukan maka bukan TB, apabila
perbaikan berarti TB paru.
Medikamentosa
Spironolakton (Diuretik – menghi-
langkan edema perifer)
Nifedipine (Calcium Channel Blocker
– untuk menurunkan tekanan arteri
pulmonal)
Epoprostenol (Beta agonis –
bronko- dilator dan pembersihan
Ratio R/S <1 mukosilier)
Echocardiography (Overload ventri- Warfarin (Antikoagulan – diberikan
kel kanan dan dilatasi ventrikel apabila adanya risiko emboli)
ka- nan pada kasus akut dan
kondisi or- ganik katup)
Studi gambaran Tromboemboli R/ Spironolakton 125mg
Pul- monar dan CT-Scan (melihat m.f.l.a. pulv. dtd. no
adanya emboli paru untuk kasus X S tdd pulv I
akut) - (sign)
R/ Nifedipine tab 30mg no.
XX
S 2 dd tab I
- (sign)
R/ Epoprostenol inj 0.5mg vial
no. II S i.m.m.
- (sign)
R/ Warfarin tab 5mg no. X
S 1 dd tab I
----------------------------------(sign)
Non-medikamentosa
Terapi oksigen (PaO2 <55 mmHg)
Phlebotomy (Untuk polisitemia
vera)
Pulmonary embolectomy (Untuk cor
pulmonale akut e.c. emboli)
Single-lung, double-lung, atau heart-
lung transplantation
Rujukan ke dokter spesialis terkait
Edukasi
Anjuran kontrol berkala secara
rutin dan tidak melakukan aktivitas yang
merang- sang terjadinya sesak serta
berhenti mero- kok dan kegiatan yang
dapat mengeksa- serbasi COPD lainnya.
052
Bronkiektasis SKDI
3A
Respiratory System – Alfonso Tjakra
Paru kanan
Medikamentosa
Klaritromisin (makrolid)
Levofloksasin (flurokuinolon)
Bronkoskopi (Bronkiektasis e.c.
obstruksi atau aspirasi benda Salbutamol (β2-agonis kerja singkat)
asing) Budesonid (kortikosteroid)
Pemeriksaan sputum, kultur sputum
dan pewarnaan (Neutrofilia dan
ko- lonisasi, dibutuhkan untuk R/ Klaritromisin tab 500mg no.
bronki- ektasis e.c. infeksi) X S 2 dd tab I
(sign)
Kriteria Diagnostik R/ Levofloxacin tab 500mg
no. X
Riwayat gejala batuk produktif S 1 dd tab I
kronis
(sign)
Analisis sputum untuk infeksi R/ Salbutamol puff 90mcg fl
X Foto Toraks konfirmatif no. I
CT Scan merupakan gold standard S 4 dd puff II
----------------------------------(sign)
Tanpa penyakit lain yang R/ Budesonid puff 180mcg fl
mendasari no. I S 2 dd puff II
----------------------------------(sign)
Diagnosis Banding
Asthma Non-medikamentosa
Bronkitis dan bronkitis kronis Terapi bedah (Bukan pilihan
Fibrosis Kistik utama apabila antibiotik dan
suportif masih efektif. Hanya
Emfisema dilakukan apabila keluhan
meningkatkan morbiditas. Dapat
Protokol dan Algoritma Tatalaksana dilakukan reseksi regio paru
apabila lokal atau embolisasi
Indikasi terapi antibiotik pada apabila lesi luas. Transplantasi
kasus akut adalah apabila keadaan hanya dilaku- kan apabila
memburuk dalam beberapa hari terkomplikasi dengan fi- brosis
termasuk sesak dan hemoptisis serta kistik dengan FEV1 turun dibawah
peningkatan volume sputum. Untuk
kasus kronis antibiotik hanya diberikan 30%)
apabila keluhan sangar berat dan Rujukan ke dokter spesialis terkait
eksaserbasi lebih dari 3 kali per tahun.
Pada kasus akut, diperlukan tes
resistensi kuman. Terapi lainnya adalah Edukasi
pemberian bronkodilator. Rehabilitasi Hindari merokok, apabila pasien
me- dik dapat membantu. pe- rokok maka dilakukan smoking
cessation. Hindari merokok sekunder.
Nutrisi cukup dapat meningkatkan daya
tahan tubuh. Imunisasi juga diperlukan
terutama untuk influenza dan
pneumokokus.
053
Keganasan Paru SKDI
2
Respiratory System – Alfonso Tjakra
Kriteria Diagnostik
Klinis kriteria penegakan diagnosis
hipertensi berdasarkan rata-rata penguku-
ran darah 2 kali atau lebih setiap 2 atau R/ Captopril mg tab 30mg no.
lebih kunjungan pasien. Penggunaan XXX S II dd tab I
ambu- latory blood pressure tidak rutin ----------------------------------(sign)
dipakai secara klinis namun bermanfaat
bagi pasien dengan “white coat R/ Amlodipin tab 2,5mg no.
hypertension”. XX S I dd tab I
- (sign)
Diagnosis Banding
Hipertensi Sekunder Non-medikamentosa
Penurunan berat badan sampai
Protokol dan Algoritma Tatalaksana IMT normal
Algoritma tatalaksana hipertensi Penurunan asupan garam (<6
berdasarkan JNC 7 (2013). (terlampir) gram per hari)
Pembatasan konsumsi alkohol
Medikamentosa Target aktivitas fisik (minimal 30
me- nit per hari)
Captopril (ACE-inhibitor)
ianjurkan berdasarkan indikasi & kontraindikasi obat yang dipakai. (cnth: hindari B-Blocker
Edukasi pada pasien dengan riwayat asma & blok AV derajat 2
Edukasi informasi, terapi, & prognosis
penyakit (karena diharuskan konsumsi obat
jangka panjang), diwajibkan kontrol
sebulan sekali pada awal inisiasi terapi
Amlodipin (Calcium Channel untuk mencapai target tekanan darah
Blocker) optimal (sistolik <140 & diastolik <90
Hidroklortiazid (Diuretik) mmHg) lalu frekuensi kunjungan
diturunkan untuk memantau terapi &
Atenolol (B-Blocker) efek samping obat.
Edukasi
Nitrogliserin sublingual tablet
dikonsum- si apabila terdapat gejala atau
sebagai
sien pernah mengalami infark miokard sebelumnya. Gambaran LBBB (Left Bundle Branch pro-juga
Block) filaksis
dapat sebelum beraktivitas
menjadi pertanda adanya kerusakan miokard
berat. Infor- masi tentang penyakit, terapi
& prognosis lalu RUJUK!
Kriteria Diagnostik
Angina pektoris stabil berdurasi 2 –
10 menit dan hilang saat istirahat atau
pemberian nitrat.
Diagnosis Banding
Unstable Angina & NSTEMI
Infark miokard akut
Spasme esofageal
Medikamentosa
Nitrogliserin sublingual (Nitrat)
Bisoprolol (B-Blocker selective B1)
Aspirin (antiplatelet)
Amlodipin (Calcium channel
blocker)
Diagnosis Banding
Angina pektoris stabil
UAP/NSTEMI
Perikarditis
Diseksi Aorta
Costocondritis
Protokol dan Algoritma Tatalaksana R/ Aspirin tab 75 mg
No. II S I dd tab II
Lihat lampiran 1. - (sign)
Medikamentosa
Aspirin (Antiplatelet) Edukasi
Klopidogrel (Antiagregasi) RUJUK!! ke rumah sakit dengan fasilitas
Heparin (Antikoagulan) Coronary Intensive Care.
B-Blocker Note: Sindrom Koroner Akut (SKA)
ACE-inhibitor merupakan suatu kasus emergensi oleh
*Alteplase (Trombolitik) karena itu harus diterapkan ABCDE (Airway,
Breathing, Circula- tion, Disability & Exposure).
Tatalaksana SKA di luar rumah sakit pada
umumnya adalah MONA (Morfin, Oksigen,
Note: Medikamentosa di atas merupakan tera- pi definitif & BUKAN emergensi.
Nitrat, & Aspirin)*lihat bab UAP/NSTEMI ±
*Trombolitik (sesuai indikasi, kontraindikasi,
serta waktu ekspektasi dari PCI/Percutaneus
Coronary Intervention) *lihat bagan algoritma
Pemeriksaan Fisik
TTV
Head to Toe examination
Sinus takikardi
Murmur dan gallop mungkin dapat
ditemukan
Pemeriksaan Penunjang
Electrocardiography (EKG)
Epidemiologi
Setiap tahun di Amerika Serikat,
kurang lebih 1 juta pasien rawat inap
karena UA/NSTEMI, dibandingkan
dengan acute STEMI yang berkisar 300
ribu pasien tiap tahunnya.
Note: T inversi pada V1-3
Patofisiologi dan Patogenesis Singkat
Terdapat empat patofisiologi yang
berkontribusi tercetusnya UA/NSTEMI,
yak- ni ruptur plak, vasospasme arteri
korona- ria, obstruksi mekanik arteri
koroner serta takikardi dan anemia.
Manifestasi Klinis
Gejala klinis UAP/NSTEMI sama
seperti angina pektoris stabil namun
tidak membaik saat istirahat atau
pemberian nitrat dan bersifat crescendo.
Diaforesis, pucat, ekstrimitas dingin
dapat ditemukan pada kasus NSTEMI
(iskemik luas).
Note: ST depresi hampir di semua sadapan karena left main arterial occlusion.
Enzim penanda jantung (CKMB &
Cardiac spesific Troponin I & T)
Coronary Angiography
Kriteria Diagnostik
Diagnostik dari UAP/NSTEMI
berda- sarkan klinis anamnesis dan
pemeriksaan fisik, EKG, enzim jantung, &
stress testing.
Diagnosis Banding
Stable Angina
STEMI
Medikamentosa
Nitrogliserin sublingual (Nitrat)
Metoprolol (B-Blocker)
Aspirin (Antiplatelet)
pada
tahui indikasi dan kontraindikasi Klopidogrel (Antiagregasi)
terapi sindrom koroner akut dapat menjadi per- timbangan pemilihan terapi serta dosis obat. (cpnth: B bloker dib
Heparin (Antikoagulan)
Edukasi
RUJUK!! ke rumah sakit dengan fasilitas
Coronary Intensive Care.
058
Gagal Jantung SKDI
3B
Cardiovascular System – Jefri
Gagal Jantung Kiri Stadium Lanjut (Kardiomegali,hipertrofi ven- trikel kiri + Pulmonary Edema tipe alveolar atau Batwing Appearance)
Medikamentosa
Furosemid (Diuretik)
Captopril (ACE Inhibitor)
Carvedilol (B-Blocker)
Digoksin (Inotropik positif)
Kriteria Diagnostik Note:
Kriteria diagnostik yang dipakai Tatalaksana Gagal Jantung Kronik dengan Fraksi Ejeksi Rendah berdasa
adalah Framingham (terlampir).
Diagnosis gagal jantung bila terdapat Penggunaan digoksin harus memperhatikan kadar serum darah digoks
paling sedikit 1 kriteria mayor dan 1
minor.
Diagnosis Banding
Cor-pulmonale
Gagal ginjal
Edukasi
Informasi prognosis & terapi gagal
jantung, kontrol rutin, kurangi konsumsi
garam (<2 g per hari/setengah sendok
teh), mengurangi kebiasaan makanan berlemak, dian-
merokok, alkohol yang berlebihan,
jurkan tidak mengkonsumsi makanan yang dapat mencetuskan serangan akut dan
yang terlalu panas/dingin, hindari obat- memperburuk gejala (OAINS). RUJUK!
obatan
Non-medikamentosa
Asupan cairan yang banyak
Penggantian kateter yang teratur
pada pasien yang
menggunakannya
Pencegahan ISK rekuren: jaga
keber- sihan dan higiene daerah
uretra dan sekitarnya
Edukasi
Setelah terapi inisial, sarankan
pasi- en untuk rawat inap untuk terapi
lanjutan dan monitoring.
060
Urethritis SKDI
4
Urinary System – Krisna Lalwani
Non-medikamentosa
Asupan cairan yang banyak
Penggantian kateter yang teratur
pada pasien yang
menggunakannya
Edukasi
Jaga kebersihan dan higiene
daerah genitalia dan sekitarnya untuk
cegah rekurensi.
062
Gonorrhoeae SKDI
3A
Urinary System – Krisna Lalwani
Keluhan/gejala?
Definisi Singkat
Glomerulonefritis (GN) merupakan
penyakit autoimun dimana terjadi proses
inflamasi dan proliferasi sel glomerulus
de- ngan manifestasi klinis dan pola
histopato- logik yang multipel.
Glomerulonefritis me- rupakan penyebab
utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir.
Etiologi dan Faktor Risiko
Bakteri: Streptokokus grup C,
Meningo- coccocus, Streptoccocus
Viridans, Gono- coccus, Leptospira,
Mycoplasma pneu- moniae,
Staphylococcus albus, Salmo- nella typhi
dll
Virus: Hepatitis B, Varicella, Vaccinia,
Echovirus, Parvovirus, influenza, Manifestasi Klinis
paroti- tis epidemika dll
Urin mungkin tampak kemerah-
Parasit: malaria dan toksoplasma merahan atau seperti kopi. Kadang-
kadang disertai edema ringan yang
Epidemiologi terbatas di sekitar mata atau di seluruh
tubuh. anoreksia, lemah badan.
Pasien terbanyak dirawat di Biasanya disertai dengan hipertensi.
Surabaya (26,5%), kemudian disusul
bertu- rut-turut di Jakarta (24,7%), Anamnesis
Bandung (17,6%) dan Palembang (8,2%).
Pasien laki- laki dan perempuan BAK (kemerahan/seperti teh)
berbanding 1,3:1 dan terbanyak Edema
menyerang anak pada usia antara 6-8
tahun (40,6%). Pola BAK
Mual, muntah, demam (terutama
Patofisiologi dan Patogenesis Singkat infeksi post streptokokal), lemas
dan pucat serta nyeri pinggang
Sebenarnya bukan streptokokus Riwayat penyakit ginjal, hipertensi,
yang menyebabkan kerusakan pada dan DM
ginjal. Diduga terdapat suatu antibodi
yang ditujukan terhadap suatu antigen Riwayat keluarga
khsus yang merupakan unsur membran
plasma streptokokal spesifik. Terbentuk
kompleks antigen-antibodi didalam darah Pemeriksaan Fisik
dan bersirkulasi kedalam glomerulus Tanda-tanda vital (TD dan suhu
tempat kompleks tersebut secara bisa meningkat)
mekanis terperangkap dalam membran Pemeriksaan abdomen lengkap
basalis. Selanjutnya komplemen akan (balotemen, shifting dullness ada
terfiksasi mengakibatkan lesi dan asites dan CVA)
peradangan yang menarik leukosit Pemeriksaan head to toe
polimorfonuklear (PMN) dan trombosit (konjungti- va, pitting edema kaki)
menuju tempat lesi.
Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap (Hb menurun, LED
meningkat, dan albumin serum
menurun)
Komplemen C3 (turun) dan C4
(normal), pada IgA nefropati
kedua- nya turun
ASTO
Kreatinin >
Ureum
LFG <
Dipstick (+2,200 an)
Urinalisis (Eritrosit dan leukosit +)
Diagnosis Banding
Sindrom nefrotik
IgA nefropati
Glomerulonefritis kronik (komplikasi
GNA karena tidak mendapat
pengo- batan secara cepat)
Medikamentosa
Captopril: merupakan golongan
ACE inhibitor dan sekarang
merupakan obat yang paling baik
digunakan untuk hipertensi
Furosemid: merupakan obat
diuretik untuk mengurangi edema
Non-medikamentosa
Istirahat mutlak atau tirah baring
selama 3-4 minggu
Makanan rendah protein (1g= per
kgBB per hari) dan rendah garam
(1g/hari)
Edukasi
Penyakit ini merupakan penyakit
remisi spontan, akan tetapi pasien dian-
jurkan untuk kontrol rutin. Terapi yang
dibe- rikan meliputi terapi simptomatis.
Tidak dianjurkan mengkonsumsi banyak
garam karena dapat menyebabkan
edema tungkai hingga generalisata dan
dilarang mengkon- sumsi garam hingga
edema mereda.
064
Nephrolithiasis SKDI
3A
Urinary System – Krisna Lalwani
Definisi Singkat
Nyeri pinggang
Batu ginjal merupakan keadaan
tidak normal di dalam ginjal dan mengan- Mual, muntah, demam
dung komponen kristal serta matriks Riwayat ISK / batu ginjal dan
orga- nik. Batu oksalat, kalsium oksalat, obat- obatan
atau kalsi- um fosfat, secara bersama
dapat dijumpai sampai 65-85% dari Pemeriksaan Fisik
jumlah keseluruhan batu ginjal.
Tanda-tanda vital
Etiologi dan Faktor Risiko Pemeriksaan abdomen lengkap
Faktor intrinsik: Herediter, umur (30- (Nyeri tekan CVA)
50 tahun), dan jenis kelamin (laki-
laki 3x perempuan) Pemeriksaan Penunjang
Faktor ekstrinsik: Asupan air, diet Foto polos abdomen (90% batu
dan pekerjaan. ginjal opak)
USG
Epidemiologi Urinalisis (leukosit +, hematuria
Di antara penduduk Eropa makroskopik atau mikroskopik 75-
prevalensinya sekitar 3%. Di Indonesia, 90%)
proporsi batu ginjal lebih besar
dibanding- kan batu kandung kemih. Biakan urin (mencari adanya Kristal)
Terbanyak yaitu batu dengan kandungan Kreatinin (mengetahui fungsi ginjal)
asam urat tinggi, kedua yang tertinggi
yaitu campuran antara kalsium oksalat
dan kalsium fosfat. Diagnosis Banding
Uretrolithiasis
Patofisiologi dan Patogenesis Singkat
Pielonefritis
Akibat dari etiologi dan faktor
resiko menyebabkan terjadinya IgA nefropati
pembentukan ba- tu ginjal. Penurunan
ekskresi inhibitor pem- bentukan kristal
dalam air kemih salah satu faktor utama. Medikamentosa
Diklofenak/Ketorolak: (NSAID) Peng-
Manifestasi Klinis hilang nyeri/analgesik
Nyeri sering bersifat kolik (ritmik) Morfin: golongan narkotik untuk
bergantung pada letak batu. Tidak penghilang nyeri
membaik dengan perubahan posisi, Cairan IV: NaCL 0,9% untuk hidrasi
menyebar dari punggung, turun ke Penatalaksaan lanjutan: tergantung
panggul, dan ke regio inguinal. Demam, pada batu yang dideteksi:
mual, muntah, diare dan Batu asam urat: Alupurinol
ketidaknyamanan abdominal, Penurunan
pengeluaran urin terjadi retensi urin dn Batu kalsium oksalat:
dapat terjadi hematuria. Hidroklortiazid Batu magnesium
amonium fosfat: antibiotik
(siprofloksasin)
Anamnesis Prosedur intervensi: ESWL,
Asupan cairan litotripsi, ureterolitotomi atau
nefrolitotomi.
Keluhan berkemih (karakteristik )
R/ Kalium diklofenak 15-30 mg Inj
vial No.I
s.i.m.m
------------------------------------(sign)
R/ Ketorolac 15-30 mg IV vial No.I s.i.m.m
(sign) R/Morfin 2-10 mg IV vial No.I s.i.m.m
(sign)
Non-medikamentosa
Meningkatkan masukan cairan
Masukan cairan terutama pada
malam hari akan meningkatkan aliran
kemih
Hindari masukan minuman bersoda
le- bih dari 1 liter per minggu
Kurangi masukan protein (sebesar
1g/kg berat badan/hari)
Membatas masukan natrium. Diet
natri- um rendah (80-100 meq/hari)
Masukan kalsium. Pembatasan
masu- kan kalsium tidak dianjurkan,
karena pe- nurunan kalsium intestinal
bebas akan menimbulkan
peningkatan absorbsi ok- salat oleh
pencernaan
Edukasi
Diperlukan perawatan di rumah
sakit. Pengobatan rawat jalan meliputi
analgetik berupa NSAIDs.
065
Benign Prostate Hyperplasia (BPH) SKDI
2
Urinary System – Krisna Lalwani
Diagnosis Banding
Keganasan Prostat
ISK (Prostitis)
Medikamentosa
Finasteride: 5--reduktase mence-
gah perubahan testosteron
menjadi DHT
Tamsulosin: Alfa blocker mengu-
rangi kontraksi kelenjar prostat
Non-medikamentosa
Kateter (untuk mengosongkan
kan- dung kemih akibat perasaan
tidak lampias)
Edukasi
Rujuk ke bagian urologi untuk pe-
nanganan lebih lanjut.
066
Acute Kidney Injury (AKI)SKDI
2
Urinary System – Krisna Lalwani
Non-medikamentosa
Diet rendah protein terutama
prote- in hewani
Menu oral, nasogastrik, parenteral
Edukasi
Rujuk ke bagian urologi untuk
pena- nganan lebih lanjut.
Lampiran 1. Manifestasi klinis acute kidney injury
Prerenal Renal Postrenal
ATN: Riwayat syok hipovolemik,
Rasa haus seperti ingin jatuh syok sepsis dan operasi besar
Hipotensi ortostatik, takikardi, SLE: Demam, athralgia, dan rash Nyeri suprapubik
penurunan JVP, turgor kulit eritematosa Nyeri pada perut
menurun, mukosa kering Nyeri pada pinggang menandakan Kolik menandakan adanya
oklusi arteri atau vena ginjal
Stigmata sirosis hati dan Oligouria, edema, hipertensi, obstruksi pada ureter
hipertensi portal hematuria menandakan Nokturia, frekuensi, pembesaran
Tanda-tanda gagal jantung pada glomerulonefritis prostat, menandakan adanya
pasien gagal jantung kongestif Hipertensi malinga patologi pada prostat.
Sepsis dan sebagainya
Diagnosis Banding
Kriteria Diagnostik histopa- thologic grade keganasan prostat.
PSA >10 mcg/ml Tatalaksana
Rujuk ke dokter spesialis terkait.
Protokol dan Tatalaksana Tanpa metastasis dilakukan prostatektomi
Lihat lampiran untuk staging dan radikal.
Non-medikamentosa
Perilaku hidup sehat
Olahraga intensitas sedang minimal
150 menit/minggu
Sesuaikan berat badan dengan
standar berat badan ideal
menurut Broca
070
Dislipidemia SKDI
4
Endocrine System – Giovanni Reynaldo
Pemeriksaan Fisik
Hipotensi
Penurunan rambut pubis dan ketiak
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Krisis Adrenal
Kortisol Serum (<20mcg/dl) –
dalam keadaan stress berat dan Hiperkalemia
stelah stimulasi ACTH Adrenal Hemorrhage
Tes Adrenocorticotropic Hormone
(penyuntikan ACTH 250mcg IV,
lalu ambil serum kortisol 30-60 Medikamentosa
menit, peningkatan dibawah Fludrocrotisone (Synthetic Adreno-
9mcg/dl dapat di diagnosa cortical Steroid)
insufisiensi adrenal) Hydrocortisone (DOC untuk steroid
Kultur darah (infeksi merupakan replacement)
salah satu faktor etiologis krisis
ad- renal akut)
Elektrolit (Asidosis Metabolik, Hi- R/ Hydrocortisone tab 20mg No.
perkalemi, hiponatremi) S 3 dd tab III
EKG (Pemanjangan Interval QT,
ge- lombang T negative yang (sign)
dalam) R/ Fludrocortisone tab 0.1mg
CT Scan (Perdarahan, atropi, no.III S 1 dd tab I
gang- guan infiltrasi, berkurangnya (sign)
glan- dula adrenal pada pasien
autoimun, pembesaran glandula
pada pasien infeksi) Edukasi
Hipoglikemi Memberitahu pasien mengenai
Peningkatan BUN dan kreatinin perlunya terapi seumur hidup, dan
(Hipovolemia dan penurunan Glo- dimungkinkan untuk terjadinya peningkat-
merular filtration rate) an dosis, dianjurkan untuk tetap menjaga
pola hidup sehat agar terhindar dari
infeksi lainnya.
074
Graves’ Disease / Diffuse Toxic Goiter SKDI
3A
Endocrine System – Giovanni Reynaldo
Diagnosis Banding
Goiter Multinoduler toksik
Pheochromocytoma (peningkatan
metabolisme tubuh)
Anxiety Disorder
TSH secreting tumor
Silent Thyroiditis
Carsinoma tiroid
Medikamentosa
Propiltiourasil (golongan tionamid)
Metimazol (golongan imidazol)
Propanolol (beta-blocker)
075
Plummer Disease / Toxic Multinodular GoiterSKDI
3A
Endocrine System – Giovanni Reynaldo
Diagnosis Banding
Graves’ Disease
Nontoxic Goiter
Carsinoma tiroid
TSH secreting tumor
Medikamentosa
Propiltiourasil (golongan tionamid)
Metimazol (golongan imidazol)
Propanolol (beta-blocker)
R/ Propiltiourasil tab 50mg No.
XLII S 3 dd tab II
(sign)
R/ Metimazol tab 10mg
No.XXX
S 1 dd tab I
(sign)
R/ Propanolol tab 20mg
No.XIV
S 2 dd tab I
(sign)
Non-medikamentosa
Tindakan bedah (dipertimbangkan
pada pasien yang sudah
menjalani pengobatan dengan
obat antitiroid namun mengalami
relaps).
Terapi RadioIodin (untuk
menghan- curkan sel-sel tiroid
secara progresif, dapat
dipertimbangkan sebagai te- rapi
lini pertama maupun sebagai
terapi lini kedua pada pasien yang
076
Tetanus SKDI
Ilmu Penyakit Saraf – Erick Thambrin 4
Medikamentosa
NSAID: (aspirin 900 tab mg/6 jam)
berguna pada awal serangan + dosis
tinggi. Gunakan jika tidak ada
analgesic misuse pada pasien. ES:
risiko perdarah- an GI, gangguan
hepar & jan-tung. Obat oral tidak
dapat diabsorbsi dengan baik (akibat
pada migrain ada mual muntah).
Triptan (sumatriptan IV 6 mg; nasal
spray 20 mg): agonis reseptor
5HT1B/1D
€ vasokonstriksi arteri kranial, inhibisi
pelepasan NT yang berhubungan
deng- an nyeri. Sediaan yang
dianjurkan: nasal spray (sumatriptan,
zolmitriptan) dan
injeksi (sumatriptan). KI: coronary
artery disease, stroke.
Ergot (dihiroergotamine 1 mg dalam
normal saline selama 5 menit):
agonis 5HT1&2 € ES lebih
banyak, kurang efektif dibandingkan
triptan. Biasa digunakan untuk
status migranosus.
R/ Sumatriptan 6 mg fl
no. I S i.m.m.
(sign)
Edukasi
Setelah dilakukan CRP (canalith
repositioning procedure) dapat terjadi
dizziness yang residual hingga 3 bulan
perta- ma. Beberapa ahli menganjurkan
Medikamentosa untuk pa- sien tidur dengan elevasi
Vestibular supresan dapat diberikan menggunakan sa- tu atau dua bantal
sebagai upaya untuk meringankan atau tidak tidur disisi teli- nga yang
geja- la pasien namun tentunya bukan diterapi, dan menghindari aktivi- tas yang
seba- gai terapi definitive atau terapi memerlukan gerakan mendongak,
kausatif. Vestibular supresan yang menunduk dan rotasi kepala (seperti
diberikan da- pat berupa meclizine bere- nang gaya bebas) untuk mecegah
atau betahistin. adanya debris yang kembali masuk ke
area telinga yang sensitif sebelum debris
terabsorb. Apabila terjadi keluhan yang
makin mening- kat setelah dilakukan CRP
R/ Meclizine hydrochloride tab 25 mg No. maka pasien ha- rus kembali ke dokter.
X
Non-medikamentosa Prognosis
S. 3 dd tab I
Brand-Daroft Manuever dimana Prognosis setelah dilakukan CRP
pasien duduk tegak, miringkan kepala biasanya bagus. Remisi dapat terjadi
45˚ ke kiri kemudian berbaring dengan spontan dalam 6 minggu, meskipun
cepat ke beberapa kasus tidak terjadi. Dengan
sekali pengobatan tingkat rekurensi
sekitar 10-25%
Lampiran 1. Perbedaan vertigo sentral dan perifer
Perifer Sentral
Latensi 3-10 detik Tidak ada
Durasi 60 detik 60 detik
Kelelahan Ada Tidak ada
Gejala penyerta Mual, muntah Tidak ada
Arah Rotatoar Vertikal (pada lesi batang otak)
080
Meningitis SKDI
4
Ilmu Penyakit Saraf – Elcha Leonard
Edukasi
Pada pasien dengan dugaan
status epileptikus akibat epilepsi maka
perlu die- dukasikan kepada pasien
untuk meminum obat antikonvulsan
secara teratur dan tidak melakukan
penghentian tiba-tiba.
086
Epilepsi SKDI
Ilmu Penyakit Saraf – Elcha Leonard 3A
Pemeriksaan Fisik
Head to toe + PF neurologis
Pemeriksaan Penunjang
Electroencephalography merupakan pe-
meriksaan baku standar (dilakukan
pada
pasien yang tidak sadar 20-30 menit kali tanpa provokasi dapat disertai de- ngan
setelah serangan kejang) atau tanpa gangguan kesadaran
Pemeriksaan darah lengkap, kadar Adanya abnormalitas EEG pada saat
elektrolit darah, glukosa darah, serangan kejang (ictal)
kalsium, magnesium, fungsi ginjal, Dapat mengalami aura yaitu suatu sensasi
tes toksiko- logi, fungsi hati tanda sebelum serangan epilep- si parsial
ABG (untuk menemukan abnormalitas (Aura dapat berupa perasaan tidak enak,
pada keseimbangan asam basa) melihat sesuatu, men cium bau-bauan tak
CT Scan (pada pasien dengan dugaan enak, mendengar suara gemuruh, mengecap
lesi struktural) sesuatu, sakit ke- pala dan sebagainya)
Kriteria Diagnostik
(TRAP): Tremor, Rigiditas, Akinesia
atau bradikinesia atau hipokinesia, serta
Postural instability.
Skala Hoehn & Yahr of disability pada Protokol dan Algoritma Tatalaksana
Pada fase akut, pemberian terapi
PD: awal masih menjadi kontroversi apakah
Stage 1: unilateral, gangguan levodopa atau agonis dopamin yang
fungsional minimal. harus pertama kali diberikan. Sehingga
Stage 2: bilateral, tanpa gangguan ditentu- kanlah pada pasien muda
kese- imbangan. diberikan agonis dopamin sebagai DOC,
Stage 3: bilateral, ada instabilitas, dan pada usia tua
masih independen. >70 tahun diberikan levodopa.
Stage 4: disabilitas berat, berdiri/
jalan tanpa dibantu. Medikamentosa
Stage 5: menggunakan kursi roda & 1. Terapi levodopa:
jalan dibantu.
Obat utama namun tidak
Anamnesis menghentikan progresivitas penyakit.
Jika tidak mengalami perbaikan
Tanyakan keluhan tremor pada dengan levodopa, maka diagnosis
harus dipertanyakan
tangan Berikan bersama dengan Carbidopa,
Tanyakan gejala TRAP secara inhibitor dekarboksilase dopamin
lengkap. Tentukan pula gejala mana perifer (enzim yang memecah
yang paling berat. Terutama yang levodopa menjadi dopamin di dalam
harus ditanyakan adalah postural sirkulasi ekstra-serebral), sehingga
instabilitasnya dari awal penyakit meminima- lisasi efek samping dam
sudah berat atau tidak menurunkan dosis levodopa jika
Tanyakan gejala lain untuk menying- hanya dalam pembe- rian tunggal.
kirkan diagnosis banding, seperti: Nama dagang kombinasi kedua obat
gejala otonom (inkontinensia urin, ini adalah Sinemet
hipotensi ortostatik), adakah apraksia Starting dose: rasio 1:4 € 25/100
atau tidak mg (carbidopa/levodopa) 3x sehari
sebelum makan. Dosis dinaikkan
Pemeriksaan Fisik bertahap
PF neurologis lengkap + PULL TEST 2. Terapi agonis reseptor dopamin:
Contoh: Ropinirole, Pramipexole
Efek tidak sepoten levodopa, namun Sinemet
diberikan pada pasien usia muda Dosis: Ropinirole 0.25 mg 3x sehari, 1
sebagai terapi awal untuk minggu kemudian dinaikkan 0.75 mg (1 mg)
mengusaha- kan memperlambat hingga minggu keempat pembe- rian,
onset terjadinya komplikasi selanjutnya diberikan 1.5 mg (2.5 mg),
(diskinesia, motorik fluktua- tif) yang begitu seterusnya. Pramipexole
berhubungan dengan pembe- rian 0.125 mg 3x sehari, 1 minggu kemudian
levodopa. Efektif sebagai monote- dosis dinaikkan 2x lipat (0.25 mg), dan
rapi ataupun bersama dengan dinaikkan lagi pada minggu berikutnya (0.5
mg), dan minggu berikutnya S 3 dd tab I
dinaikkan sebesar 0.75 mg (1.25 ---------------------------------------------- (sign)
mg) tergantung dari respon dan R/ Ropinirole
Dibawah 0.25 mg
70 tahun (1tab no. XXI
minggu S 3 dd tab I
pertama)
toleransi pasien ---------------------------------------------- (sign)
3. Terapi MAO-B inhibitor:
Menghambat metabolisme dopamin
sentral dan me konsentrasi neutro-
transmitter pada sinaps Non-medikamentosa
Sediaan yang bisa digunakan, yaitu Investigasi apakah ada penggunaan
Rasagiline, Selegiline, dan o- bat yang menyebabkan
Amantadine parkinsonisme. Jika ada langsung
Amantadine: dapat menangani hentikan. Perbaikan gejala butuh
diskine- sia karena pemberian beberapa minggu hingga bulan
levodopa kronik. Dosis 100 mg Terapi fisik, edukasi pasien, serta
3x/hari, titrasi 100 mg 1x/hari terapi kondisi lain yang terkait (cth:
hingga 1x/minggu depresi). Olahraga yang terbukti
4. Terapi antikolinergik: efektif memper- baiki gejala pada PD
Hanya untuk terapi tremor, adalah t’ai chi
hipersalivasi (drooling/ngiler) dan DBS (Deep brain stimulation (DBS)
rigiditas pada PD. Kurang bermanfaat
untuk diskinesia KI tindakan bedah: PD atipikal, gang-
guan kognitif, gangguan psikiatrik,
Jika terapi tidak efektif, obat usia tua (KI relatif)
dihentikan secara perlahan (tappering
off)
Edukasi
Jangan diberikan pada pasien usia tua
Dosis: Triheksifenidil 1 mg 3x sehari; Hindari obat neuroleptik
Benztropin 0.5-1 mg 1x atau 2x Terapi bertujuan untuk mengurangi
sehari gejala & disabilitas (tidak mengurangi
progresivitas penyakit)
Diatas 70 tahun Keterbatasan fisik yang dialami
pasien butuh penyesuaian keadaan di
R/ levodopa 100 mg tab no. X S 3 dd ac tab I dalam rumah
(sign) R/ carbidopa 25 mg tab no. X
S 3 dd ac tab I
(sign) R/ amantadine 100 mg tab no. X
088
Gangguan Somatoform SKDI
4
Behaviour Science – Budiman Atmaja
Anamnesis Medikamentosa
Pastikan gejala sulit tidur bukan Diazepam (Hipnotik sedatif
dikarenakan gangguan jiwa golongan benzodiazepin)
lainnya. Zolpidem (Hipnotik sedatif short
acting)
Kriteria Diagnostik (PPDGJ III)
Hal tersebut dibawah ini R/ Diazepam tab 10 mg
diperlukan untuk membuat No. X S 1 dd tab I o.n.
diagnosis pasti: ---------------------------------------- (sign)
a) Keluhan adanya kesulitan R/ Zolpidem tab 10 mg
masuk tidur atau No. X S 1 dd tab I o.n.
mempertahankan ti- dur, atau ---------------------------------------- (sign)
kualitas tidur buruk.
b) Gangguan terjadi minimal tiga
kali dalam seminggu selama *note: Pilih salah satu obat apabila
minimal satu bulan terda- pat dua obat pada satu golongan
c) Adanya preokupasi dengan yang sama
tidak bisa tidur dan peduli
berlebihan terhadap akibatnya Non-medikamentosa
pada malam hari dan
sepanjang siang hari. Sesuai dengan stressor
Edukasi
Atasi stressor
090
Skizofrenia Paranoid SKDI
3A
Behaviour Science – Budiman Atmaja
Kriteria Diagnosis
Skizofrenia Paranoid (PPDGJ III)
Memenuhi kriteria umum
diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan:
o Halusinasi dan/atau waham
harus menonjol:
a) Suara-suara halusinasi yang
mengancam pasien atau
member perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa
bentuk verbal berupa bunyi
pluit, mendengung, atau
bu- nyi tawa.
b) Halusinasi pembauan atau
pengecapan rasa, atau
bersi- fat sekual, atau lain-
lain pe- rasaan tubuh
c) Waham dapat berupa
hampir setiap jenis, tetapi
delusion of control, delusion
of influence, delusion passivi-
ty, dan keyakinan dikejar-
kejar yang beraneka
ragam, adalah yang paling
khas.
o Gangguan afektif, dorongan
kehendak dan pembicaraan, ser-
ta gejala katatonik secara
relatif tidak nyata/tidak
menonjol
Diagnosis Banding
Epilepsi dan psikosis yang
diinduksi oleh obat-obatan
Keadaan paranoid involusional
Paranoia
Kriteria Diagnostik
Depresi Ringan (PPDGJ III)
Sekurang-kurangnya harus ada 2
dari 3 gejala utama depresi
seperti tersebut diatas.
19
092
Gangguan Bipolar SKDI
3A
Behaviour Science – Budiman Atmaja
Medikamentosa
Clobazam (Antiansietas golongan
benzodiazepine)
Sertralin (Antidepresan golongan
SSRI)
Diazepam(Antiansietas golongan
benzodiazepine)
R/ Clobazam tab 10 mg
No. X S 1 dd tab I o.n.
(sign)
R/ Sertralin tab 50 mg No. X
S 1 dd tab I o.n.
(sign)
R/ Diazepam tab 2 mg No. XXX
S 3 dd tab I p.c.
(sign)
Edukasi
Relaksasikan diri, minta dukungan
keluarga dan orang sekitar, berikan
nasehat sesuaikan dengan stressor.
094
Gangguan Cemas Panik
SKDI
3A
Behaviour Science – Budiman Atmaja
Non-medikamentosa
Miringotomi (insisi pars tensa
membran timpani kuadran
posterior inferior memakai pisau
khusus kecil dan steril dengan
bius umum dan mikroskop, untuk
drainase sekret dan mempercepat
penutupan luka insisi)
Indikasi: komplikasi OMA berat,
keadaan klinis buruk, tidak
respons dengan antibiotik, pasien
immuno- compromise
097
Otitis Eksterna AkutSKDI
4
Sistem Indra (THT) – Yoshua Sardjiman
Medikamentosa
Otozambon (Polymyxin B sulfate
10.000 IU + Neomycin sulfate
3390 IU + Betamethasone 1mg +
Lidoca- ine HCl 40mg)
Ungu Gentian (Antiseptik -
digunakan untuk membersihkan
telinga)
Non-medikamentosa
Debridement liang telinga
Insisi dan drainase furunkel
Edukasi
Menjaga kebersihan telinga
dengan cara mencuci telinga
dengan obat yang diberikan
Istirahat yang cukup
Hindari bepergian dengan
pesawat terbang untuk sementara
Mengurangi aktivitas berenang
untuk sementara
098
Rhinosinusitis SKDI
4
Sistem Indra (THT) – Yoshua Sardjiman
Edukasi
Istirahatkan pita suara selama 2-3
hari
Hindari berbisik karena menyebab-
kan hiperfungsi laring
Hindari merokok, makanan pedas,
minum es
101
Faringitis SKDI
4
Sistem Indra (THT) – Yoshua Sardjiman
Non-medikamentosa
Kompres dingin di leher dapat
membantu mengurangi nyeri
102
Tonsilitis SKDI
4
Sistem Indra (THT) – Yoshua Sardjiman
Non-medikamentosa
Obat kumur untuk menjaga
higieni- tas mulut
Hidrasi dan asupan kalori yang
adekuat
Edukasi
Istirahat yang cukup dan minum
air yang banyak
Hindari makanan pedas dan
goreng- gorengan
Jaga kebersihan mulut
103
Konjungtivitis SKDI
4
Sistem Indra (Mata) – Eiffel
Non-medikamentosa
R/ Gentamisin ung 0.3% 10 g tb
Edukasi mata. Kepala dong- ak, pegang palpebra
no I SJanga
u e 3 dd 1 inferior dan tarik men- jauhi mata. Pasien
n-----------------------------------(sign)
mengucek melihat keatas lalu tetes- kan. Lalu
mata. Ajari pasien melihat kebawah dan biar- kan
R/ Sodium kromoglikat ed 4% 10 ml fl kelopak bagian bawah kembali. Selama
cara
no I s 4 dd gtt I 2 menit atau lebih lakukan penekanan
penggunaan sakus lakrimalis. Kompres mata.
-----------------------------------(sign)
obat tetes
Lampiran 1. Klasifikasi konjungtivitis berdasarkan manifestasi klinis
Gejala dan tanda Bakteri Virus Alergi
Mata merah ++ + +
Kongesti +++ ++ +/++
Kemosis ++ ± ++
Subconjunctival bleeding ± ± ±
Discharge Purulen/mukopurulen Cair Cair
Papil ± - ++
Folikel - + +
Pseudomembran ± ± -
Pannus - - - (kec. Vernal)
Nodul kel limf preaurikuler + ++ -
Keratitis berulang ± ± -
Demam ± ± -
104
Hordeolum SKDI
Sistem Indra (Mata) – Eiffel4
Pemeriksaan Fisik
PF mata lengkap
Bengkak pada kelopak
Bisa menonjol ke kulit atau kon-
jungtiva (hordeolum interna)
Menonjol kearah kulit (hordeolum
eksterna)
Pemeriksaan Penunjang
Kultur pus (biasanya S.aureus)
105
Gangguan Refraksi SKDI
4
Sistem Indra (Mata) – Alfonso Tjakra
Pemeriksaan Fisik
PF mata lengkap
Pemeriksaan lapang pandang
Penilaian diskus optikus
Funduskopi
Tonometri digital
Pemeriksaan Penunjang
Tes provokasi steroid
Tes provokasi air minum
Gonioskopi
Shallow Test
Diagnosis Banding Pasien diposisikan pada posisi supi- nasi
untuk menarik lensa tertarik oleh gravi- tasi
Iritis Akut menuju posterior. Kemudian berikan a-
Konjungtivitis Akut setazolamid 500mg IV apabila TIO>50 mm- Hg
atau oral apabila <50 mmHg. Apabila di- berikan
IV dapat diadisi dengan oral. Alter- natif obat
Protokol dan Algoritma Tatalaksana lain yang dapat diberikan adalah mannitol 20%
1-2 g/KgBB. Berikan apraklo-
Tatalaksana Awal
nidin 1%, timolol 0.5%, prednison 1% S 3 dd tab I
atau deksametason 0.1% pada mata
yang meng- alami serangan. Pilokarpin 2- -----------------------------------(sign)
4% satu tetes diberikan pada mata yang *note: Dianggap mata yang terkena
mengalami se- rangan, diulangi setelah serang- an adalah mata kanan
setengah jam dan satu tetes pilokarpin
1% sebagai profilaksis pada mata Non-medikamentosa
kontralateral. Serta diberikan a- nalgesik Terapi bedah seperti gonioplasti
dan antiemetik. atau pembedahan insisional pada
Tatalaksana Lanjutan sinekie anterior periferal.
Pilokarpin 2% (agonis
parasimpatik) 4 kali/hari pada Edukasi
mata yang sakit dan 1% 4 Minum obat sesuai ketentuan, da-
kali/hari pada mata yang sehat tang ke dokter kembali apabila tidak ada
Prednisolon 1% (steroid topikal) 4 perbaikan, nyeri bertambah dan
kali/hari apabila mata mengalami penurunan visus ulangan.
peradangan akut
Timolol 0.5% (beta-bloker topikal)
2 kali/hari dan/atau asetazolamid
(di- uretik karbonik anhidrase
inhibitor) 250mg 4 kali/hari
mungkin dibutuh- kan sesuai
respons terapi.
R/ Pilokarpin ED 2 % fl
no I S 4 dd gtt I OD
(sign)
R/ Pilokarpin ED 1 % fl no I
S 4 dd gtt I OS
(sign)
R/ Prednisolon ED 1% 10 ml fl
no I S 4 dd gtt I OD
(sign)
R/ Timolol ED 0.5% 10 ml fl
no I S 2 dd gtt I OD
(sign)
R/ Asetazolamid tab 250 mg
no X
107
Chalazion SKDI
Sistem Indra (Mata) – Eiffel3A
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan histologis (proliferasi
endotel asinus dan respon radang
granulomatosa yang melibatkan
sel kelenjar Langerhans)
Biopsi (kasus berulang)
Non-medikamentosa
Kompres air hangat 15 menit (4 x
sehari)€ konservatif
Eksisi bedah
Edukasi
Jaga kebersihan tangan. Rujuk
untuk melakukan eksisi bedah apabila
tidak ada perbaikan (biasanya lebih dari
50% mem- baik pada pengobatan
konservatif).
108
Keratitis SKDI
3A
Sistem Indra (Mata) – Eiffel
Diagnosis Banding
Konjungtivitis
Uveitis
Keratokonjungtivitis
Lampiran 1. Gejala klinis terkait etiologi
Gejala Klinis Jenis Keratitis Infektif
Subjektif Bakterial Herpes Viral Zoster Viral Fungal Akantamuba
Lensa kontak
Anamnesa riwayat Gejala Kelelahan fisik lunak dan
khas Trauma berulang dan gangguan Steroid lama tidak respon
nutrisi dengan
terapi
Lensa kontak
Anamnesa riwayat Trauma lama tidak
trauma Ada atau tidak + + tambahan dicuci, dipakai
lama dan
higienitas buruk
Masa inkubasi 1 minggu 1-2 minggu 4-14 hari 5-20 hari 1 minggu
Kronis, rekuren
Sifat infeksi Akut Akut rekuren Akut, tidak Kronis dan sering
rekuren
eksaserbasi
Rasa nyeri pada mata Sedang hingga Kurang Kurang Sangat berat Berat hingga
berat sangat berat
109
Katarak SKDI
Sistem Indra (Mata) – Giovanni Reynaldo 2
Pemeriksaan Penunjang
Gula Darah Sewaktu (mencari pe-
nyebab katarak)
Pemeriksaan slit lamp
Diagnosis Banding
Katarak matur / Imatur
Katarak Traumatik Note: Kekeruhan pada lensa ditunjukan pada gambar
Katarak Komplikata
Glaukoma (jika visus menurun de-
ngan cepat)
Tatalaksana Penyakit
Penatalaksanaan Utama melalui tindakan
bedah:
1. Ekstraksi Katarak IntraKapsular
(EKIK) Pembedahan dengan
mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsul, pembe- dahan ini
dikontraindikasikan pada pasi- en usia
dibawah 40 tahun dan sudah ja- rang
digunakan karena mengakibatkan
beberapa penyulit.
2. Phacoemulsification
Pada teknik pembedahan ini lensa
mata tidak dikeluarkan secara utuh
tetapi dihancurkan terlebih dahulu
dengan gelombang ultrasound, luka
yang ditim- bulkan juga sangat kecil
sehingga meto- de ini yang paling Teknik melakukan phacoemulsification dilanjutkan dengan implantasi
banyak digunakan saat ini. lensa intraokular
Edukasi
Segera datang ke tempat yg telah
diberikan sesuai dengan surat rujukan ke
dokter spesialis mata untuk dilakukan
tin- dakan bedah.