LP + KASUS KEL 6 Elliya Ningsih
LP + KASUS KEL 6 Elliya Ningsih
OLEH :
NAMA : Elliya Ningsih
NIM : 2014314901010
2. Teori Psikologis
a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara
keaktifannya setelah menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa
mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada
lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam
kegiatan sosial (Azizah dan Ma’rifatul, L., 2011).
b. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Identity
pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara
hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di
masyarakat, kelurga dan hubungan interpersonal (Azizah dan Lilik M,
2011).
c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya
atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya (Azizah dan Lilik M, 2011).
3. Pembagian Lansia
Menurut WHO (2013), klasifikasi lansia adalah sebagai berikut :
1) Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.
2) Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.
3) Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.
4) Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.
5) Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun.
Berikut merupakan kategori umur menurut Depkes RI (2009) :
1) Masa balita = 0 – 5 th
2) Masa kanak-kanak = 5 – 11 th
3) Masa remaja awal = 12 – 16 th
4) Masa remaja akhir = 17 – 25 th
5) Masa dewasa awal = 26 – 35 th
6) Masa dewasa akhir = 36 – 45 th
7) Masa lansia awal = 46 – 55 th
8) Masa lansia akhir = 56 – 65 th
9) Masa manula = > 65 th
b. Perubahan Kognitif
1) Memory (Daya ingat, Ingatan)
2) IQ (Intellegent Quotient)
3) Kemampuan Belajar (Learning)
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6) Pengambilan Keputusan (Decision Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi
c. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
famili.
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri.
d. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia
semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak sehari-hari.
e. Perubahan Psikososial
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika
lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik
berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
2) Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan
dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal
tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
3) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti
dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode
depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan
menurunnya kemampuan adaptasi.
4) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum,
gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif,
gangguan- gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda
dan berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek
samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
5) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga),
lansia sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat
membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau
menarik diri dari kegiatan sosial.
6) Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat
mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main
dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur.
Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.
2. KLASIFIKASI
Osteoatritis dikalsifikasikan menjadi 2 golongan yaitu OA primer dan OA skunder,
1) Osteoatritis primer belum diketahui pasti penyebabnya akan tetapi osteoatritis
primer banyak di hubungkan pada penunaan. Pada orang tua, volume air pada
tulang muda meningkat dan susunan protein tulang mengalami generasi, akhirnya
kastilago mulai generasi dengan mengelupas. Penggunaan berulang dari sendi-sendi
yang terpakai dari tahun ke tahun dapat membuat bantalan tulang mengalami iritasi
dan meradang, menyebabkan nyeri dan pembengkakan sendi. Kehilangan bantalan
tulang ini menyebabkan gesekan antar tulang, menjurus pada nyeri dan
keterbatasan mobilitas sendi. Peradangan dari kartilago dapat juga menstimulasi
pertumbuhanpertumbuhan tulang baru yang terbentuk di sekitar sendi-sendi.
2) Osteoartritis sekunder adalah OA yang disebabkan oleh penyakit atau kondisi
lainnya seperti pada post-traumatik, kelainan kongenital dan pertumbuhan (baik
lokal maupun generalisata), kelainan tulang dan sendi, penyakit akibat deposit
kalsium, kelainan endokrin, metabolik, inflamasi, imobilitas yang terlalu lama,
serta faktor risiko lainnya seperti obesitas, operasi yang berulangkali pada struktur-
struktur sendi, dan sebagainya.
3. ETIOLOGI
a) Umum, berbagai macam OA dimulai dengan masalah mekanik pada sendi.
b) OA merupakan manifestasi dari upaya penyembuhan sendi dan memperbaiki
biomekanik abnormal sendi.
c) Proses OA dapat menyebabkan nyeri sendi tetapi sering mengarah ke kondisi stabil,
nyeri sendi yang minimal.
4. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari OA biasanya terjadi secara perlahan-lahan. Awalnya
persendian akan terasa nyeri di persendian, kemudian nyeri tersebut akan menjadi persisten
atau menetap, kemudian diikuti dengan kekakuan sendi terutama saat pagi hari atau pada
posisi tertentu pada waktu yang lama. Tanda kardinal dari OA adalah kekakuan dari
persendian setelah bangun dari tidur atau duduk dalam waktu yang lama, swelling (bengkak)
pada satu atau lebih persendian, terdengar bunyi atau gesekan (krepitasi) ketika persendian
digerakkan.
Seperti pada penyakit reumatik umumnya diagnosis tak dapat didasarkan hanya pada
satu jenis pemeriksaan saja. Biasanya dilakukan pemeriksaan reumatologi ringkas
berdasarkan prinsip GALS (Gait, arms, legs, spine) dengan memperhatikan gejala-gejala dan
tanda-tanda sebagai berikut :
6. PATOFISIOLOGI
Komposisi matriks ekstraseluler pada tulang rawan sendi berperan penting dalam
menyokong fungsi sendi sebagai penahan beban mekanik. Degradasi komponen matriks
merupakan mekanisme utama terjadinya OA, dimana terjadi kerusakan matriks ekstraselular
pada tulang rawan sendi, sehingga tidak dapat lagi berfungsi sebagaimana mestinya.
1) Kartilago Artikular Perubahan awal biokimia pada penyakit sendi degeneratif
selalu diawali dari kartilago artikular, dimana hilangnya proteoglikan dari matrix
sehingga kartilago melunak (chondromalacia) dan hilangnya elastisitas normal
yaitu kemampuannya untuk shock absorbing. Ditambah kandungan kolagen
berkurang sehingga mudah terjadi friksi dari fungsi sendi. Hal ini menyebabkan
lapisan tangensial kartilago berakselerasi dan bagian vertikal dalamnya
berpisah, dengan konsekuensinya terjadi fissuring dan fibrillation.
2) Membran Sinovial dan Kapsul Fibrosa Fragmen kecil dari kartilago mati yang
terlepas dapat mengambang di cairan sinovial sebagai benda asing (loose bodies).
Namun biasanya fragmen tersebut cenderung menempel pada membran sinovial
sehingga menyebabkan reaksi hipertrofi dan efusi sinovial. Cairan sinovial pada
kondisi efusi demikian mengandung musin yang lebih tinggi dan memberikan
gambaran viskositas yang meningkat. Kapsul fibrosa akan menebal dan fibrotik,
yang akan menyebabkan keterbatasan gerak sendi.
Kontraktur hipertrofi
8. KOMPLIKASI
Osteoatritis yang tidak mendapatkan penanganan dapat menyebabkan nyeri dan rasa tidak
nyaman. Kondisi ini tidak dapat menyebabkan penderitanya mengalami beberapa
komplikasi seperti :
Gangguan tidur
Gangguan kecemasan depresi
Osteonecrosis dan avascular necrosis ( kematian jaringan tulang)
Infeksi pada sendi
Saraf terjepit di tulang belakang
Putra, A., Nurmalasari, Y., & Anita, T. (2018). GAMBARAN KLINIS OSTEOARTHRITIS
PRIMER PADA USIA 40-60 PADA LAKI- LAKI DAN PEREMPUAN DI RSUD DR. H.
ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2018, 5, 188–194.
2. Keluhan utama
Saat Masuk panti : -
Saat pengkajian : Ny. B mengatakan sakit dan kaku pada lutut pada pagi hari dan butuh
waktu < 30 menit untuk bisa bangun dari tempat tidur dan berjalan dan saat terlalu banyak
melakukan aktivitas. Px mengatakan sakit pada kakinya sebelah kiri dan Ny. B mengatakan
saat duduk terlalu lama akan merakan sakit dan kaku saat ingin berdiri dan berjalan. Px
mengatakan tidak terlalu banyak melakukan aktivitas seperti dulu karena sakit lututnya
.ssat perawat bertanya jika sakitnya dinilai 1 -10 sakitnya px mengatakan di angka 7
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis keturunan
: Hubungan pernikahan
: Klien
: Tinggal dalam satu rumah
: Meninggal dunia
Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan saat ini : Petani
………………………………………………………………………………
Alamat pekerjaan : …………………………………………………..
………………………………………………………………………………
Jarak dari rumah : ………………………….km
Alat transportasi : …………………………………………………..
……………………………………………………………………………………
Pekerjaan sebelumnya : …………………………………………………..
Tidak ada
Analisa
klien Skor A : px mengatakan mandirian dalam hal makan, berpindah tempat,
kekamar kecil, berpakaian dan mandi tanpa dibantu orang lain
JUMLAH
Analisis hasil : 26 dan 4 nomer tidak dilakukan karena px mengatakan tidak bisa membaca
atau buta huruf dan tidak bisa menulis
Nilai < 21 : Kerusakan kognitif
f. Apgar Keluarga
APGAR KELUARGA
No Fungsi Uraian Skor
1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga 2
(teman - teman) saya untuk membantu pada saat
saya sedang mengalami kesusahan.
2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman - teman)
saya membicarakan sesuatu dengan saya dan 2
mengungkapkan masalah dengan saya.
3. Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman - teman) saya 2
menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau kegiatan baru.
4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman - teman) 2
saya mengekpresikan afek, dan berespon terhadap
emosi – emosi saya, seperti marah, sedih, atau
mencintai.
5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman – teman saya dan saya 2
menyediakan waktu bersama – sama.
Keterangan : jika pertanyaan – pertanyaan yang dijawab dengan kata selalu (poin
2), kadang – kadang (poin 1), hampir tidak pernah (poin 0)
Analisa klien : px mengatakan puas dan bahagia tinggal bersama keluarag
P : OA
Q : kaku
R : lutut sebalah kiri
S:7 Nyeri akut
T : disaat pagi hari dan duduk terlalu lama
DO :
- px menggunkan tongkat
TTV :
Nadi : 80 x/mnt
TD : 130/80 mmHg
RR : 22 x/mnt
S : 36.0 ºC
DO :
- px menggunkan tongkat
TTV :
Nadi : 80 x/mnt
TD : 130/80 mmHg
RR : 22 x/mnt
Diagnosa keperawatan
P : Lanjutkan intervensi
18/02/21 2 - Menentukan batasan S:
pergerakan sendi dan
efeknya terhadap sendi - px mengatakan sakit dan kaku pada
- MenJelaskan pada keluarga lutut pada pagi hari dan butuh waktu <
atau pasien manfaat dan 30 menit untuk bisa bangun dari tempat
tujuan melakukan latihan tidur dan berjalan
sendi - px mengatakan jika terlalu banyak
- Memonitor lokasi dan melakukan aktivitas px mengatakan
kecenderungan adanya nyeri sakit pada kakinya sebelah kiri.
dan ketidaknyamananselama
pergerakan atau aktivitas . Px mengatakan tidak terlalu banyak
- Menyarankan memakai baju melakukan aktivitas seperti dulu karena
yang tidak menghambat sakit lututnya
pergerakan pasien
- Membantu pasien untuk O:
mendapatkan posisi tubuh
- px saat berjalan terlihat pelan dan
yang optimal dalam
hati-hati
melakukan pergerakan sendi
pasif ataupun aktif - -px terlihat memegangi lutut saat
- Mendukung latihan ROM ingin berjalan
aktif, sesuai sesuai jadwal
teratur dan terencana - px menggunkan tongkat
- Melakukan latihan ROM
TTV :
pasif atau ROM dengan
Nadi : 80 x/mnt
bantuan, sesuai indikasi
TD : 130/80 mmHg
- Membantu pasien untuk
RR : 22 x/mnt
membuat jawal latihan ROM
S : 36.0 ºC
aktif
- Mendukung pasien untuk
melihat pergerakan tubuh
sebelum dan memulai latihan A : masalah belum teratasi
- Membantu untuk melakukan
P : Lanjutkan intervensi
pergerakan sendi yang ritmis
dan terratur sesuai kadar
nyeri yang bisa diintoleransi,
ketahan dan pergerakan
sendi
- Mendukung pasien untuk
duduk disamping tempat
tidur (mrnjuntai) atau dikursi
sesuai intoleransi
- Menyediakan dukungan
positif dalam melakukan
sendi
18/02/2021 3 - Mengevaluasi fungsi S:
sensorik misalnya, - px mengatakan jika terlalu banyak
penglihatan, pendengaran, melakukan aktivitas px mengatakan
dan propriosepsi sakit pada kakinya sebelah kiri.
- Mengintruksikan pasien
pentingnya terapi latihan -px mengatakan saat duduk terlalu
dalam menjaga dan lama akan merakan sakit dan kaku saat
meningkatkan keseimbangan ingin berdiri dan berjalan.
- Memberikan kesempatan
O:
untuk mendiskusikan faktor-
faktor yang mempengaruhi - px saat berjalan terlihat pelan dan
ketakutan akan jatuh hati-hati
- Membantu dengan program
penguat pergelangan kaki - -px terlihat memegangi lutut saat
dan berjalan ingin berjalan
- Menyediakan alat-alat bantu
- px menggunkan tongkat
misalnya, tongkat,
waker,bantal atau bantalan -Px mengalami sakit dan kaku pada
untuk mendukung pasien lutut sebalah kiri
dalam melakukan latihan
- membantu pasien untuk TTV :
berpartisipasi dalam latihan Nadi : 80 x/mnt
peregangan sambil TD : 130/80 mmHg
berbaring, duduk atau berdiri RR : 22 x/mnt
- Memberikan intruksi S : 36.0 ºC
bagaimana memposisikan
tubuh dan bagaimana
melakukan gerakan untuk A : masalah belum teratasi
mempertahankan
keseimbangan selama latihan P : Lanjutkan intervensi
dan aktivitas sehari-hari.