Anda di halaman 1dari 2

1.

Nikah Sirri

Nikah sirri merupakan pernikahan yang dilakukan menurut ketentuan fikih namun tidak
menurut ketentuan perundang-undangan. Berdasarkan regulasi yang berlaku di Indonesia,
nikah sirri tidak memiliki kekuatan hukum. Akan tetapi fenomena ini nyata dan terus terjadi
di tengah masyarakat.

Menurut pengamatan saya ada beberapa faktor yang melatar belakangi terjadinya
fenomena nikah sirri terutama di lingkungan kecamatan wilayah kerja saya. Pertama adalah
rendahnya tingkat pendidikan kebanyakan masyarakat. Kedua, Sempitnya lowongan
pekerjaan untuk mereka yang masih berusia di bawah 19 tahun. dan ketiga adanya oknum
Ustadz/ penghulu liar yang bersedia menikahkan calon pengantin secara sirri. Oleh
karenanya untuk mempersempit ruang gerak terjadinya nikah sirri diperlukan upaya
pencegahan bersama sesuai dengan tugas dan wewenang, tidak hanya KUA saja melainkan
juga pemerintah daerah, polisi dan guru serta ustadz-uztadz yang berperan aktif di tengah
masyarakat.

2. Nikah beda agama

Pada dasarnya dalam kitab-kitab fikih dijelaskan bahwa nikah beda agama hukumnya adalah
boleh. Beda agama yang dimaksud dalam penjelasan ulama adalah pernikahan lelaki Muslim
dengan ahlu kitab. Persoalan selanjutnya adalah apakah ahlu kitab yang dimaksud dalam
penjelasan ulama sama dengan non Muslim pada masa sekarang? Dalam hal ini ulama
berbeda pendapat. Dari beberapa literatur ditemukan bahwa menurut Imam Syafi'i
Perempuan Ahli Kitab yang dimaksud (yang boleh dinikahi) adalah mereka yang memang
memiliki nenek moyang yahudi sebelum diutusnya Nabi Isa dan yang memiliki nenek moyang
nasrani sebelum diutusnya Nabi Muhammad. Sebagian ulama melarang lelaki muslim
menikahi perempuan Ahli Kitab karena memang mengharamkannya dan sebagian lagi
melarang dalam artian menganjurkan dan menasehatkan (Min Bab an-Nashihah wa at-Taujiih
wa al Irsyad) agar tidak melakukan hal itu lebih karena alasan kemaslahatan.

Menurut hemat saya sendiri terlepas dari perbedaan pendapat mengenai kebolehan lelaki
muslim menikahi non muslim (ahli kitab) dalam konteks sekarang lebih baik untuk tidak
melakukannya karena banyak yang harus dipertimbangkan terutama dalam mendidik anak
yang biasanya lebih dekat kepada ibu. Dan mungkin itu juga yang menjadi salah satu
pertimbangan dari pemerintah Indonesia melarang adanya pernikahan beda agama.

3. Pernikahan wanita hamil sebelum nikah

Persoalan nikah wanita hamil memang menjadi salah satu topik pembicaraan yang tidak
pernah habis. Karena pada faktanya sering kali terjadi lantaran kebebasan pergaulan antara
muda-mudi bukan mahram yang kebablasan. Terkait dengan hal ini para ulama berbeda
pendapat mengenai kebolehan menikahi wanita hamil sebelum nikah. Menurut mazahb syafi’i
serta regulasi yang berlaku di Indonesia pernikahan ini sah dan diperbolehkan.

Hanya saja dalam pengamatan saya kebolehan pernikahan ini ada kalanya di salah gunakan
oleh beberpa muda mudi yang tidak bertanggung jawab untuk sengaja melakukan seks
bebas. Mereka berpikir “toh nanti kalau hamil tinggal nikahin saja”. Dan bahkan kalau sudah
terjadi hal yang demikian biasanya urusan nikah akan tambah gampang tanpa ribet
memikirkan biaya yang cukup besar.
Oleh sebab itu hemat penulis meskipun pernikahan seperti ini diperbolehkan, seharusnya ada
regulasi lain yang bertujuan untuk mempersempit ruang gerak terjadinya praktik
demikian.wallahu ‘alam

Anda mungkin juga menyukai