Anda di halaman 1dari 8

FORMAT SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

“ Penanggulangan Diare pada Anak usia Toddler”


Dosen Pengampu : Ns. Hari Ghanesia,MKM

Disusun Oleh :

Annisya Al Syiffani
(0919000051)

Semester 4B

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDNESIA MAJU
JAKARTA
FORMAT SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

Pokok Bahasan : Penyuluhan Sistem Pencernaan pada usia Toddler


Sub Pokok Bahasan : “Penanggulangan Diare pada anak usia Toddler”
Sasaran : Ibu – Ibu Posyandu
Hari / Tanggal : Sabtu, 10 Juli 2021
Waktu : 18 menit
Tempat : Posyandu
Penyuluh / Petugas : Annisya Al Syiffani

I. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan ini mereka dapat mengetahui, memahami serta
menerapkan tentang penanggulangan diare pada anak usia toddler.
II. Tujuan Khusus
1. Setelah mengikuti penyuluhan ini mereka dapat mengetahui tentang pentingnya
penanggulangan diare dari dini dengan benar.
2. Setelah mengikuti penyuluhan ini mereka dapat mengetahui dan menerapkan
Penanggulangan diare pada anak dengan benar.
3. Setelah mengikuti penyuluhan mereka dapat mengetahui bahayanya diare jika
terlambat ditanggulangi.
III. Materi
Berisi garis besar materi yang diberikan dalam kegiatan pembelajaran / penyuluhan
IV. Metode
Ceramah
V. Media
Powerpoint
VI. Strategi Pelaksanaan
Berisi urut-urutan / langkah yang dilakukan dalam kegiatan penyuluhan :
a. Pembukaan : 3 menit
b. Penyampaian Materi : 10 menit
c. Penutup : 5 menit
VII. Sumber
Kemenkes RI. Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI;
2011.
Kemenkes RI. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI; 2018.
Poernomo, Dewi Ika Sari Hari & Fika Rohmatin. (2015). UPAYA
PENCEGAHAN DIARE PADA ANAK USIA TODDLER. Jurnal STIKES, Vol. 8
No. 2, 127.
Parashar UD, Hummelman EG, Breese JS, Miller MA, Glass RI. Global illnes
and deaths caused by rotavirus disease in children. Emergency Infectious Disease.
2003;9:565-72.
Tarwoto W. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika; 2012.
Depkes RI. Pedoman pemberantasan penyakit diare. Jakarta: Ditjen PPM&PL;
2003.
Notoatmodjo S. Prinsip–prinsip dasar ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka
Cipta; 2003.
Widoyono. Penyakit tropis: epidemiologi, penularan, pencegahan, dan
pemberantasannya. Jakarta: Erlangga; 2008.
Utami, Nurul & Nabila Luthfiana. (2016). Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Kejadian Diare pada Anak. Majority, Vol. 5 No. 4, 101-104.

VIII. Lampiran Materi


Penanggulangan Diare pada Anak usia toddler
A. Pengertian Diare
Diare merupakan masalah yang dapat menggangu fungsi dasar dari
keluarga tersebut.Dibutuhkan partisipasi dari keluarga yang optimal dalam
memperhatikan perilaku hidup sehat dalam penatalaksanaan dan pencegahan
penyakitnya (Kemenkes, 2011).
Diare merupakan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali per hari yang disertai
dengan perubahan konsistensi tinja menjadi cair, kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Diare merupakan
penyakit yang sering terjadi di masyarakat, khususnya pada anak-anak dan juga
lanjut usia (Sudoyo, 2006).
Diare juga dapat disebabkan karena tidak diberikan ASI secara penuh,
menggunakan botol susu, makanan dan minumam yang tercemar, tidak mencuci
tangan (Nursalam, 2005).
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, hal ini terjadi karena morbiditas dan
mortalitasnya yang masih tinggi (Kemenkes, 2018). Secara global terjadi
peningkatan kejadian diare dan kematian akibat diare pada balita dari tahun
2015-2017. Berdasarkan data WHO, pada tahun 2015, diare menyebabkan
sekitar 688 juta orang sakit dan 499.000 kematian di seluruh dunia terjadi pada
anak-anak dibawah 5 tahun. Hampir 1,7 miliar kasus diare terjadi pada anak
dengan angka kematian sekitar 525.000 pada anak balita tiap tahunnya.
B. Faktor Penyebab Diare
Faktor–faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak ada tiga.
1. Faktor Lingkungan
Diare dapat terjadi karena seseorang tidak memerhatikan kebersihan
lingkungan dan menganggap bahwa masalah kebersihan adalah masalah
sepele. Kebersihan lingkungan merupakan kondisi lingkungan yang
optimum sehingga dapat memberikan pengaruh positif terhadap status
kesehatan yang baik. Ruang lingkup kebersihan lingkungan diantaranya
adalah perumahan, pembuangan kotoran manusia,penyediaan air bersih,
pembuangan sampah, dan pembuangan air kotor (limbah).
Faktor lingkungan yang dominan dalam penyebaran penyakit diare pada
anak yaitu pembuangan tinja dan sumber air minum. Pengelolaan tinja
yang kurang diperhatikan disertai dengan cepatnya pertambahan penduduk
akan mempercepat penyebaran penyakit yang ditularkan melalui tinja
seperti diare, yang merupakan penyakit menular berbasis lingkungan.
Pembuangan tinja yang sembarangan juga akan menyebabkan penyebaran
penyakit. Penyebaran penyakit yang bersumber dari tinja dapat melalui
berbagai macam cara,baik melalui air, tangan,maupun tanah yang
terkontaminasi oleh tinja dan ditularkan lewat makanan dan minuman
melalui vector serangga (lalat dan kecoa). Selain itu, halaman rumah yang
becek karena buruknya saluran pembuangan air limbah (SPAL)
memudahkan penularan diare, terutama yang ditularkan oleh cacing dan
parasit. Membuang sampah sembarangan akan menjadi factor risiko
timbulnya berbagai vector bibit penyakit sehingga ada hubungan yang
signifikan antara pembuangan sampah dengan kejadian diare pada anak.
2. Faktor Sosiodemografi
Faktor sosiodemografi yang berpengaruh terhadap kejadian diare pada
anak yaitu pendidikan dan pekerjaan orang tua, serta umur anak.
19Jenjang pendidikan memegang peranan yang cukup penting dalam
kesehatan masyarakat. Pendidikan seseorang yang tinggi memudahkan
orang tersebut dalam penerimaan informasi, baik dari orang lain maupun
media masa. Banyaknya informasi yang masuk akan membuat
pengetahuan tentang penyakit diare semakin bertambah. Tingkat
pendidikan yang tinggi pada seseorang akan membuat orang tersebut lebih
berorientasi pada tindakan preventif, memiliki status kesehatan yang lebih
baik dan mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan.
Kejadian diare lebih sering muncul pada bayi dan balita yang status
ekonomi keluarganya rendah.Tingkat pendapatan yang baik
memungkinkan fasilitas kesehatan yang dimiliki mereka akan baik pula,
seperti penyediaan air bersih yang terjamin, penyediaan jamban sendiri,
dan jika mempunyai ternak akan diberikan kandang yang baik dan terjaga
kebersihannya.
Faktor sosiodemografi lain yang dapat memengaruhi kejadian diare adalah
umur.Semakin muda usia anak, semakin tinggi kecenderungan terserang
diare. Daya tahan tubuh yang rendahmembuat tingginya angka kejadian
diare.
3. Faktor Perilaku
Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan kebiasaan mencuci tangan
merupakan faktor perilaku yang berpengaruh dalam penyebaran kuman
enterik dan menurunkan risiko terjadinya diare. 8 Selain ASI, terdapat
pula personal hygiene,yaitu upaya seseorang dalam memelihara
kebersihan dan kesehatan dirinya untuk memeroleh kesehatan fisik dan
psikologis. Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun setelah buang
air besar merupakan kebiasaan yang dapat membahayakan anak, terutama
ketika sang ibu memasak makanan dan menyuapi anaknya, maka makanan
tersebut dapat terkontaminasi oleh kuman sehingga dapat menyebabkan
diare.
C. Manifestasi Klinis Diare
1. mula– mula anak balita menjadi cengeng, gelisah, demam, dan tidak nafsu
makan.
2. Tinja akan menjadi cair dandapat disertai dengan lendir ataupun darah.
3. Warna tinja dapat berubah menjadi kehijau–hijauan karena tercampur
dengan empedu.
4. Frekeuensi defekasi yang meningkat menyebabkan anus dan daerah
sekitarnya menjadi lecet.
5. Tinja semakin lama semakin asam sebagai akibat banyaknya asam laktat
yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus selama
diare.
6. Gejala muntah dapat ditemukan sebelum atau sesudah diare. Muntah dapat
disebabkan oleh lambung yang meradang atau gangguan keseimbangan
asam-basa dan elektrolit.
Anak– anak adalah kelompok usia rentan terhadap diare. Insiden tertinggi pada
kelompok usia dibawah dua tahun dan menurun dengan bertambahnya usia
anak.
D. Prinsip Penanganan Diare
1. Berikan oralit.
Oralit bermanfaat untuk menggantikan cairan dan elektrolit tubuh yang
hilang akibat diare. Cara pemberiannya yaitu masukkan satu bungkus oralit
ke dalam satu gelas air matang (200cc). Anak dengan usia kurang dari satu
tahun diberikan 50-100cc cairan oralit setiap setelah buang air besar dan
anak dengan usia lebih dari satu tahun diberikan 100-200cc cairan oralit
setiap setelah buang air besar.
2. Berikan zink selama 10 hari berturut-turut.
Pemberian zink dapat mempercepat penyembuhan diare dengan cara
meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada anak. Zink diberikan satu kali
sehari selama 10 hari berturut-turut dengan dosis untuk balita umur.
3. ASI dan pemberian makan.
Berikan ASI apabila anak masih mendapatkan ASI dan sebanyak yang anak
mau, serta berikan makanan dengan frekuensi lebih sering sampai anak
berhenti diare. Diare dapat dicegah dengan cara memberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun, memberikan makanan
pendamping ASI sesuai umur.
4. Berikan antibiotik secara selektif. Antibiotik hanya boleh diresepkan oleh
dokter.
5. Memberi nasihat bagi ibu atau pengasuh.
Berikan nasihat tentang cara pemberan oralit, zink, ASI, dan
makanan.Berikan informasi mengenai tanda-tanda untuk segera membawa
anaknya ke petugas kesehatan apabila ditemukan buang air besar cair
berlebih, makan atau minum sedikit, demam, tinja berdarah, dan tidak
membaik dalam waktu 3 hari.
E.     Komplikasi Diare
Diare menyebabkan kehilangan cairan yang berperan penting di dalam tubuh,
seperti sodium, klorida, dan potasium.
1. Dehidrasi merupakan komplikasi diare yang paling berbahaya. Gejala dari
dehidrasi, yaitu turgor kulit yang buruk, anak menjadi lebih rewel dari
biasanya, lidah dan mulut yang kering, demam tinggi, serta mata dan pipi
cekung.
2. Sepsis, Infeksi berat yang bisa menyebar ke organ lain.
3. Malnutrisi terutama pada anak usia kurang dari 5 tahun, yang dapat
mengakibatkan menurunkan kekebalan tubuh anak.
4. Ketidakseimbangan elektrolit karena elektrolit ikut terbuang bersama air
yang keluar saat diare, yang dapat ditandai dengan lemas, lumpuh, hingga
kejang.
5. Kulit di sekitar anus mengalami iritasi karena pH tinja yang asam.
G.    Upaya Pencegahan Diare
 Selalu mencuci tangan. Terutama sebelum dan setelah makan, setelah
menyentuh daging yang belum dimasak, setelah dari toilet, atau setelah
bersin dan batuk, dengan menggunkan sabun dan air bersih.
 Konsumsi makanan dan minuman yang sudah dimasak hingga matang
sempurna, serta menghindari makanan dan minuman yang tidak terjamin
kebersihannya.

Anda mungkin juga menyukai