Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGERTIAN ILMU KALAM, DASAR-DASAR QUR’ANI,


DAN SEJARAH TIMBULNYA ILMU KALAM (KONTAK
KEBUDAYAAN YUNANI DAN ARAB)

Dosen Pengampu :

Amin Nasrullah, S.Ag., M.Ag

Disusun Oleh : Kelompok 1

Madalia (200511680)

Rizky Wahyuni (200511657)

UNIVERSITAS KUTAI KARTANEGARA

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEMESTER II

2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan


semesta alam. Atas segala karunia nikmat-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan sebaik-baiknya. makalah yang berjudul “Pengertian Ilmu
Kalam, Dasar-Dasar Qura’ani, dan Sejarah Timbulnya Ilmu Kalam (Kontak
Kebudayaan Yunani dan Arab)” disusun dalam rangka memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Ilmu Kalam/Tasawuf yang diampu oleh Bapak Amin Nasrullah,
S.Ag., M.Ag.

Dalam penyusunan makalah ini kami sangat menyadari masih banyak


kekurangan dan kesalahan sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kami juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Ilmu
Kalam/Tasawuf yang telah memberikan materi perkuliahan serta arahannya,
mudah-mudahan Allah SWT membalas atas semua bantuan yang telah diberikan
dengan tulus dan ikhlas. Kami berharap agar makalah ini berguna bagi kita semua
Aamiin.

Demikian apa yang bisa kami sampaikan, atas perhatiannya kami ucapkan
terima kasih.

Akhirul kalam, Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Tenggarong,06 Maret 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................
i

KATA PENGANTAR...............................................................................................
ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................
iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
1

A. Latar Belakang...............................................................................................
1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
1
C. Tujuan............................................................................................................
1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
2

A. Pengertian Ilmu Kalam..................................................................................


2
B. Dasar-Dasar Qur’ani......................................................................................
4
C. Sejarah Timbulnya Ilmu Kalam.....................................................................
10

BAB III PENUTUP....................................................................................................


11

iii
A. Kesimpulan....................................................................................................
11....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
12

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mempelajari mata kuliah ilmu kalam merupakan salah satu dari
tiga komponen utama rukun iman. Ketiga komponen itu, yaitu nuthqun bi
al-lisani (mengucapkan dengan lisan), ‘amalun bi al-arkani (melaksanakan
sesusai dengan rukun-rukun),dan tashdiqun bi al-qalbi (membenarkan
dengan hati). Agar keyakinan itu dapat tumbuh dengan kukuhnya, para
ulama dahulu telah melakukan kajian secara mendalam.
Untuk menjadikannya ucapan lisan secara meyakinkan dan kukuh
diperlukan ilmunya, yaitu ilmu tauhid, ilmu yang membahas tentang
masalah ketuahanan, pada gilirannya dengan perkembangan situasi dan
kondisi sosial yang berlaku pada saatnya, ilmu tauhid telah berkembang
menjadi ilmu kalam Sementara itu,ilmu yang dapat memperkukuh amalan-
amalan iman dinamakan ilmu fiqh. Ilmu fiqh menjelaskan berabagai hal
yang berkaitan dengan amalan-amalan seorang beriman agar keimananya
semakin kuat. Di antara amalan itu, yaitu amalan-amalan ibadah mahdhah,
seperti salat ,puasa, zakat, dan berhaji ke Baitullah, adapun ilmu yang
membahas agar hati seorang mukmin dapat memperoleh keyakinan yang
kuat, para ulama masa lalu mengajarkan ilmu tasawuf. Dengan ilmu ini,
diharapkan iman seorang mukmin mampu meresap ke dalam hati
seseorang mukmin yang terdalam.
B. Rumusan masalah
1. Apa pegertian ilmu kalam?
2. Apa saja dasar-dasar Qur’ani?
3. Bagaimana sejarah timbulnya ilmu kalam?
C. Tujuan
1. Menjelaskan dan memahami ilmu kalam.
2. Menjelaskan dan memahami dasar-dasar qur’ani.
3. Menjelaskan dan memahami sejarah timbulnya ilmu kalam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Kalam


Ilmu kalam biasa disebut dengan beberapa nama, anatara lain ilmu
ushuluddin, ilmu tauhid, Al-Fiqh Al-Akbar, dan teologi islam. Disebut
ilmu ushuluddin karena ilmu ini membahas pokok-pokok
agama(ushuluddin). Disebut ilmu tauhid karena ilmu ini membahas
keesaaan allah swt. Di dalamnya dikaji pula tentang asma (nama-
nama) dan af’al (perbuatan-perbuatan) allah yang wajib,mustahil, dan
ja’iz bagi rasul-nya. Ilmu tauhid sebenarnya ilmu yang membahas
tentang keesaan allah swt. Dan hal-hal yang berkaitan dengan-nya.
Secara objektif, ilmu kalam sama dengan ilmu tauhid,tetapi
argumentasinya lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika. Oleh
karena itu, sebagian teolog menganggap bahwa ilmu kalam berbeda
dengan ilmu tauhid.
Al-Fiqh Al-akbar merupakan istilah bagi Abu Hanifah (80-150 H)
dalam memberikan nama ilmu ini. Menurut presepsinya, hukum islam
yang dikenal dengan istilah fiqh terbagi atas dua bagian. Pertama , Al-
Fiqh Al-Akbar ,di dalamnya dibahas tentang hal-hal yang berkaitan
dengan istilah keyakinan atau pokok-pokok agama atau ilmu tauhid.
Kedua Al-Fiqh Al-Ashgar, didalamnya dibahas tentang hal-hal yang
berkaitan dengan masalah mu’amalah, bukan pokok-pokok agama,
tetapi hanya cabang.
Teologi islam merupakan istilah lain dari ilmu kalam. Istilah ini
berasal dari bahasa inggris, theology. William L.Reese (l.1921 M)
memdefinisikannya dengan discourse or reason concerning God
(diskursus atau pemikiran tentang tuhan). Dengan mengutip kata-kata
William Ockham (1287-1347), Reese lebih jauh mengatakan,
Theology to be a discipline resting on revealed truth and independent
of both philosophy and science ( teologi merupakan disiplin ilmu yang

2
berbicara tentang kebenaran wahyu serta independensi filasafat dan
ilmu pengetahuan). Sementara itu, Gove menyatakan bahwa teologi
adalah penjelasan tentang keimanan, perbuatan, dan pengalaman
agama secara rasional.
Masih berakaitan dengan hakikat ilmu kalam, Mushthafa Abdul
Raziq berkomentar sebagai berikut:
“Ilmu ini (ilmu kalam) yang berkaitan dengan akidah imani ini
sesungguhnya dibangun di atas argumentasi-argumentasi rasional atau
ilmu yang berkaitan dengan akidah islami ini bertolak atas bantuan
nalar.”
Sementara itu, Al-Farabi mendefinisikan ilmu kalam sebagai
berikut:
“ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang membahas tentang dzat dan
sifat-sifat allah serta ekstitensi semua yang mukmin, mulai yang
berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesudah mati yang
berlandasan doktrin islam. Stressing akhirnya memproduksi ilmu
ketuhanan secara filosofis..
Ibnu kaldun mendefinisikan ilmu kalam sebagai berikut:
“ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang mengandung argumentasi-
argumentasi tentang akidah imani yang diperkuat dalil-dalil rasional”
Memperhatikan definisi ilmu kalam di atas, yaitu ilmu yang
membahas masalah-masalah ketuhanan dengan menggunakan
argumentasi logika atau filasafat, secara teoretis aliran salaf tidak dapat
dimasukkan ke dalam aliran ilmu kalam karena aliran ini dalam
pembahasan masalah-masalah ketuhanan tidak menggunakan
argumentasi filasafat atau logika. Aliran ini cukup dimasukkan ke
dalam aliran ilmu tauhid atau ilmu ushluddin atau Al-Fiqh Al-Akbar.

3
B. Dasar-dasar Qur’ani
Dasar-dasar ilmu kalam dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
dalil naqli ( al-Qur’an dan Hadits ) dan dalil aqli ( akal pemikiran
manusia ). Al-Qur’an dan Hadits merupakan sumber utama yang
menerangkan tentang wujud Allah, sifat-sifat-Nya, perbuatan-
perbuatan-Nya dan permasalahan aqidah Islamiyah yang lainnya. Para
mutakallim tidak pernah lepas dari-dari nash-nash al-Qur’an dan
Hadits ketika berbicara masalah ketuhanan. Masing-masing kelompok
dalam ilmu kalam mencoba memahami dan menafsirkan al-Qur’an dan
Hadits lalu kemudian menjadikannya sebagai penguat argumentasi
mereka.
Berikut ini adalah sumber-sumber ilmu kalam:
1. Al-Qur’an
Sebagai sumber ilmu kalam, Al-Qur’an banyak menyinggung hal
yang berkaitan dengan masalah ketuhanan,di antarannya adalah :
a) Q.S. Al-Ikhlas : 1-4. Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Maha
Esa.
b) Q.S. Asy-Syara : 7. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak
menyerupai apapun di dunia ini. Ia Maha Mendengar dan Maha
Mengetahui.
c) Q.S. Al-Furqan : 59. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan Yang
Maha Penyayang bertahta di atas “Arsy”. Ia pencipta
langit,bumi, dan semua yang ada diantara keduannya.
d) Q.S.Al-Fath : 10. Ayat ini menunjukkan Tuhan mempunyai
“tangan” yang selalu berada diatas tangan orang-orang yang
melakukan sesuatu selama mereka berpegang teguh dengan
janji Allah.
e) Q.S. Thaha : 39. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan
mempunyai “mata” yang selalu digunakan untuk mengawasi
seluruh gerak, termasuk gerakan hati makhluk-Nya.

4
Ayat-ayat diatas berkaitan dengan dzat, sifat, asma, perbuatan,
tuntunan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan eksistensi Tuhan.
Hanya saja, penjelasan rinciannya tidak ditemukan. Oleh sebab itu,
para ahli berbeda pendapat dalam menginterpretasikan rinciannya.
Pembicaraan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ketuhanan
disistematisasikan yang pada gilirannya menjadi sebuah ilmu yang
dikenal dengan istilah ilmu kalam.

2. Hadist
Masalah-masalah dalam ilmu kalam juga disinggung dalam
banyak hadits, Diantarannya yaitu hadits yang menjelaskan
tentang iman, islam, dan ihsan termasuk menyinggu ilmu
kalam,salah satu di antaranya juga adapula beberapa Hadits
yang kemudian dipahami sebagian umat sebagai prediksi Nabi
mengenai kemunculan berbagai golongan dalam ilmu kalam,
diantaranya:
“Hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. Ia
mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “ Orang-orang
Yahudi akan terpecah belah menjadi tujuh puluh dua
golongan.”
“Hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Umar. Ia
mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “ Akan menimpa
umatku yang pernah menimpa Bani Israil, Bani Israil telah
terpecah belah menjadi 72 golongan dan umatku akan terpecah
belah menjadi 73 golongan. Semuanya akan masuk neraka,
kecuali satu golongan saja, “ Siapa mereka itu, wahai
Rasulullah?” tanya para sahabat. Rasulullah menjawab
‘mereka adalah yang mengikuti jejakku dan sahabat-
sahabatku’.
Syaikh Abdul Qadir mengomentari bahwa Hadits yang
berkaitan dengan masalah faksi umat ini, yang merupakan

5
salah satu kajiiian ilmu kalam, mempunyai sanad sangat
banyak. Diantara sanad yang sampai kepada Nabi adalah yang
berasal dari berbagai sahabat, seperti Anas bin Malik, Abu
Hurairah, Abu Ad-Darba, Jabir, Abu Said Al-Khudri, Abu Abi
Kaab, Abdullah bin Amr bin Al-Ash, Abu Ummah, Watsilah
bin Al-Aqsa.
Adapula pada riwayat yang hanya sampai kepada sahabat.
Diantaranya adalah Hadits yang mengatakan bahwa umat
islam akan terpecah belah kedalam beberapa golongan.
Diantara golongan-golongan itu, hanya satu saja yang benar,
sedangkan yang lainnya sesat.
3. Pemikiran Manusia
Sebagai salah satu sumber ilmu kalam, pemikiran manusia
berasal dari pemikiran umat islam sendiri dan pemikiran yang
berasal dari luar umat islam. Di dalam al-Qur’an, banyak
sekali terdapat ayat-ayat yang memerintahkan manusia untuk
berfikir dan menggunakan akalnya. Dalam hal ini biasanya Al-
Qur’an menggunakan redaksi tafakkur, tadabbur, tadzakkur,
tafaqqah, nazhar, fahima, aqala, ulul al-albab, ulul al-ilm, ulu
al-abshar, dan ulu an-nuha. Diantara ayat-ayat tersebut yaitu :
Artinya :
“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia
diciptakan. Dia diciptakan dari air yang memancar. Yang
keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada
perempuan.” ( Q.S. At-Thariq Ayat 5-7 )
Ayat-ayat yang lain dapat ditemukan pada Surah Muhammad :
24, An-Nahl : 68-69, Al-Isra’ : 44, Al-An’am : 97-98, At-
Taubah : 122, Shad : 29, Az-Zummar : 9, Adz-Dzariyat : 47-
49, Al-Ghatsiyah : 7-20, dan lain-lain.
Oleh karena itu, jika umat islam sangat termotivasi untuk
memaksimalkan penggunaan rasionya, hal itu bukan karena

6
ada pengaruh dari pihak luar saja, melainkan karena adanya
perintah langsung dari ajaran agama mereka. Hal inilah yang
akhirnya menyebabkan sangat jelasnya penggunaan rasio dan
logika dalam pembahasan ilmu kalam.
Adapun sumber kalam berupa pemikiran dari luar Islam,
Ahmad Amin menyebutkan setidaknya ada tiga faktor penting.
Pertama, kebanyakan orang-orang yang memeluk Islam
setelah kemenangannya, pada awalnya mereka memeluk
berbaga agama yaitu Yahudi, Nasrani, Manu, Zoroaster,
Brahmana, Sabiah, Atheisme, dan lain-lain.Mereka dilahirkan
dan dibesarkan dalam ajaran-ajaran agama ini. Bahkan diantara
mereka ada yang benar-benar memahami ajaran agama aslinya.
Setelah fikiran mereka tenang dan mereka benar-benar teguh
memeluk agama Islam, mulailah mereka memikirkan ajaran-
ajaran agama mereka sebelumnya dan mengangkat persoalan-
persoalanya lalu memberinya corak baju keislaman.
Kedua, golongan Mu’tazilah memusatkan perhatianya
untuk dakwah Islam dengan membantah argumentasi-
argumentasi orang-orang yang memusuhi Islam. Untuk itu,
mereka tidak akan bias menolak lawa-lawannya kecuali
sesudah mereka mempelajari pendapat-pendapat serta alas an-
alasan lawan mereka. Maka terjadilah perdebatan-perdebatan
yang rasional antar agama saat itu.
Ketiga, sebagaimana pada faktor kedua dimana para
mutakallimun sangat membutuhkan filsafat Yununi untuk
mengalahkan lawan-lawannya, maka mereka terpaksa
mempelajari dan mengambil manfaat dari ilmu logika,
terutama dari sisi ketuhanannya. Misalnya An-Nadham,
seorang tokoh Mu’tazilah, ia mempelajari filsafat Aristoteles
dan menolak beberapa pendapatnya, demikian juga Abu al-
Hudzail al-‘Allaf

7
4. Insting
Secara Instingtif, manusia selalu ingin bertuhan. Oleh sebab
itu, kepercayaan adanya Tuhan telah berkembang sejak adanya
manusia pertama. Abbas Mahmoud Al-Akkad mengatakan
bahwa keberadaan mitos merupakan asal-usul agama
dikalangan orang-orang primitif. Tylor justru mengatakan
bahwa animism-anggapan adanya kehidupan pada benda-benda
mati- merupakan asal-usul kepercayaan adanya Tuhan. Adapun
Spencer mengatakan lain lagi. Ia mengatakan bahwa pemujaan
terhadap nenek moyang merupakan bentuk ibadah yang paling
tua. Keduanya menganggap bahwaanimisme dan pemujaan
terhadap nenek moyang sebagai asal-usul kepercayaan dan
ibadah tertua terhadap Tuhan Yang Maha Esa, lebih
dilatarbelakangi oleh adanya pengalaman setiap manusia yang
suka mengalami mimpi.
Di dalam mimpi, seorang dapat bertemaan terhadap,
bercakap-cakap, bercengkerama, dan sebagainya dengan orang
lain, bahkan dengan orang yang telah mati sekalipun. Ketika
seorang yang mimpi itu bangun, dirinya tetap berada di tempat
semula. Kondisi ini telah membentuk intuisi bagi setiap orang
yang telah bermimpi untuk meyakini bahwa apa yang telah
dilakukannya dalam mimpi adalah perbuatan roh lain, yang
pada masanya roh itu akan segera kembali. Dari pemujaan
terhadap roh berkembang ke pemujaan terhadap matahari, lalu
lebih berkembang lagi pada pemujaan terhadap benda-benda
langit atau alam lainnya.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa kepercayaan adanya


Tuhan, secara instingtif, telah berkembang sejak keberadaan
manusia pertama. Oleh sebab itu, sangat wajar kalau William
L. Reese mengatakan bahwa ilmu yang berhubungan dengan

8
ketuhanan, yang dikenal dengan istilah theologia, telah
berkembang sejak lama. Ia bahkan mengatakan bahwa teologi
muncul dari sebuah mitos ( thelogia was originally viewed as
concerned with myth ). Selanjutnya, teologi itu berkembang
menjadi “theology natural“ ( teologi alam ) dan “revealed
theology“ ( teologi wahyu ).

9
C. Sejarah timbulnya ilmu kalam (kontak kebudayaan Yunani dan
Arab)

Secara detail kita dapat mengungkapkan faktor-faktor munculnya ilmu


kalam yaitu:

1. Faktor internal
Faktor internal yaitu yang berasal dari umat islam itu sendiri, yang
dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
a. Al-Qur’an
Al-Qur’an mendorong manusia untuk mempunyai ilmu
pengetahuan, melakukan penelitian mengenai fenomena alam,
juga mengangkat kedudukan orang berilmu.
b. Politik
Peristiwa politik berawal dari fitnah kubra setelah terbunuhnya
Utsman bin Affan yang melahirkan konflik politik yang
merembet kedalam persoalan akidah. Hal ini dikarenakan
masing-masing pihak menjustifikasi kelompoknya
denganargumentasi teologis. Ini dapat dibuktikan dalam kasus
pengkafiran khawarij kepada Ali bin Abi Thalib r.a dan
Mu’awiyah akibat kasus politik yang menyangkut isu tahkim
(pengambilan keputusan) yang keduanya dikatakan oleh
khawarij tidak berhukum kepada Allah SWT melainkan
kepada manusia.
2. Faktor eksternal
Faktor-faktor eksternal ini ada karena adanya pengaruh futuhat
(penaklukan) yang dilakukan oleh kaum muslimin terhadap
wilayah romawi, persia dan india yang merupakan tempat lahir
dan berkembangnya filsafat serta agama non islam antara lain
seperti : maijusi, yahudi, nasrani, sabilah, dsb. Juga karena faktor
penerjemahan filsafat kedalam bahasa Arab.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu Kalam disebut dengan beberapa nama yaitu, (1) ilmu
ushuluddin karena ilmu ini membahas pokok-pokok agama
(ushuluddin), (2) ilmu tauhid karena ilmu ini membahas keesaan
allah swt, (3) Al-Fiqh Al-Akbar karena membahas hal hal sangat
penting (akbar) yang berkaitan dengan istilah keyakinan atau
pokok-pokok agama,(4) teologi islam karena membahas persoalan-
persoalan berkaitan dengan tuhan. Apabila memperhatikan definisi
ilmu kalam diatas, yakni ilmu yang membahas berbagai masalah
ketuhanan dengan menggunakan argumentasi logika atau filsafat,
maka aliran ini cukup dimasukkan ke dalam aliran ilmu tauhid atau
ilmu ushuluddin atau fiqh al-akbar. Adapun Dasar-dasar qur’ani
atau sumber-sumber ilmu kalam yaitu, al qur’an , hadis, pemikiran
manusia dan insting.

11
DAFTAR PUSTAKA

Farisi, M. A. (2015). ARSYADIYAH. Diambil kembali dari PENGERTIAN,DASAR-DASAR DAN


SEJARAH TIMBULNYA ILMU KALAM (TEOLOGI ISLAM):
http://arsyadiyah.blogspot.com/2015/07/pengertian-dasar-dasar-dan-
sejarah.html?m=1

khairullah, r. (2015, desember 16). Sentuh Hati. Diambil kembali dari DASAR DASAR
QURANI DAN SEJARAH TIMBULNYA ILMU KALAM:
http://duniadibaca.blogspot.com/2015/12/dasar-dasar-qurani-dan-sejarah.html

Prof. Dr H.Abdul Rozak, M.Ag., & Prof. Dr. H. Rosihon Anwar, M.Ag. (2018). Ilmu Kalam.
bandung: PUSTAKA SETIA .

12

Anda mungkin juga menyukai