SEJARAH KETATANEGARAAN RI
Masa Konstitusi RIS Tahun 1949-1950
Dosen Pengampu:
Dra. Muhertatiek, M. Si.
Disusun oleh:
1. Teofildus Gambut (170401040005)
2. Adrianus Bobar (170401040020)
3. Luluk Masruroh Zuhriyah (170401040024)
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER
PRAKATA ...............................................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan ..............................................................................2
II. PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Singkat Masa Konstitusi RIS 1949-1950.................….……..3
2.2 Bentuk Negara Masa Konstitusi RIS 1949-1950..................................4
2.3 Sistem Pemerintahan Masa Konstitusi RIS 1949-1950........................5
2.4 Lembaga-lembaga pada Masa Konstitusi RIS 1949-1950...................7
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan .........................................................................................10
3.2. Saran ...................................................................................................11
DA FTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Undang- Undang Dasar 1945 dalam gerak pelaksanaanya, sejak ditetapkan
oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 18 Agustus
1945, banyak mengalami pasang surut. Dalam masa konstitusi RIS tahun 1949-
1950 jenis konstitusinya ialah UUD RIS 1949, dengan bentuk negaranya
Serikat/federal, bentuk pemerintahannya uni Republik dan system
pemerintahannya ialah cabinet parlementer.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pada tanggal 27 Desember 1949, baik di Indonesia maupun di Belanda,
diadakan upacara penandatanganan akte “penyerahan” kedaulatan yang memadai
mulai dibentuknya Konstitusi RIS 1949. Konstitusi RIS disahkan melalui
Keputusan Presiden pada tanggal 31 Januari 1950 No. 48 (LN. 50-3) dan
diundangkan pada tanggal 6 Pebruari 1950.
4
beelaku tgl 27 Desember 1949, yg terdiri atas Mukadimah berisi 4 alinea, Batang
Tubuh yg berisi 6 bab & 197 pasal, serta sebuah lampiran.
Mengenai bentuk negara dinyatakan dlm pasal 1 ayat (1) Konstitusi RIS yg
berbunyi ‘Republik Indonesia Serikat yg merdeka & berdaulat adalah negara
hukum yg demokratis & berbentuk federasi’. Dgn berubah menjadi negara
serikat, maka di dlm RIS terdapat beberapa negara bagian & masing-masing
memiliki kekuasaan pemarintahan di wilayah negara bagiannya. Negara negara
bagian itu adlh : Negara Republik Indonesia, Indonesia Timur, Pasundan, Jawa
Timur, Madura, Sumatera Timur, Sumatera Selatan. Selain itu terdapat pula
satuan kenegaraan yg berdiri sendiri, yaitu : Jawa Tengah , Bangka, Belitung,
Riau, Kalimantan Barat, Dayak Besar, Daerah Banjar, Kalimntan Tenggara &
Kalimantan Timur. Selama berlakunya Konstitusi RIS 1949, UUD 1945 tetap
berlaku hanya untuk negara bagian RI yg meliputi Jawa & Sumatera dengan ibu
kota Yogyakarta.
Ciri yang menonjol dari bentuk negara serikat adalah bahwa kedaulatan
pemerintah pusat diperoleh setelah negara- negara bagian menyerahkan sebagian
kedaulatannya (kedaulatan ke luar dan sebagian kedaulatan ke dalam). Dalam
hubungan ke dalam, semua negara bagian berhak untuk mengatur dan mengurus
pemerintahannya sendiri. Sedangkan dalam hubungan ke luar, yang ditangani
oleh pemerintah serikat mencakup : hubungan luar negeri, pertahanan keamanan,
keuangan, dan urusan pos.
5
berwenang terhadap jalannya pemerintahan, namun dalam sistem parlementer
presiden hanya menjadi simbol kepala negara saja.
Sebagaimana diatur dlm pasal 118 ayat 1 & 2 Konstitusi RIS. Pada ayat (1)
ditegaskan bahwa ‘Presiden tidak dapat diganggu gugat’. Artinya presiden tdk
dpt dimintai pertanggungb jawaban atas tugas-tugas pemerintahan, karena
presiden adalah kepala negra, bkn kepala pemerintahan.
Pada pasal 118 ayat (2) ditegaskan bahwa ‘Menteri-menteri bertanggung jawab
atas seluruh kebijaksanaan pemerintah baik bersama sama untuk seluruhnya
maupun masing-masing untu dirinya sendiri’. Dengan demikian, yg
melaksanakan & bertanggung jawab terhadap tugas tugas pemerintahan adlh
menteri-menteri. Dalam sistem ini, kepala pemerintahan dijabat oleh Perdana
Menteri, dgn sistem pemerintahan parlementer, dimana pemerintah bertanggung
jawab terhadap parlemen (DPR)
Berikut lembaga-lembaga negara menurut Konstitusi RIS :
a. Presiden
b. Menteri-menteri
c. Senat
d. DPR
e. MA
f. Dewan Pengawas Keuangan
Dalam system pemerintahan parlementer terdapat kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer:
1. Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi
penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena
kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi
partai.
2. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan
publik jelas.
3. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga
kabinet menjadi berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
4. Pembuatan keputusan memakan waktu yang cepat.
6
Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer:
1. Kedudukan badan eksekutif atau kabinet sangat tergantung pada
mayoritas dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat
dijatuhkan oleh parlemen.
2. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa
ditentukan berakhir sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu
kabinet dapat bubar.
3. Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para
anggota kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai
mayoritas. Karena pengaruh mereka yang besar diparlemen dan partai,
anggota kabinet dapat mengusai parlemen.
4. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif.
Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi
bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.
7
atau Pemerintah; termasuk Kepala Negara, artinya segala akibat perbuatanya
atau tindakannya itu dipikul oleh kabinet. (Soehino, 1992: 70)
2. Menteri
Menurut pasal 73 Konstitusi RIS, yang dapat diangkat menjadi
menteri ialah orang yang telah berusia 25 tahun dan bukan orang yang tidak
diperkenankan serta dalam atau menjalankan hak pilih ataupun orang yang
telah dicabut haknya untuk dipilih.
Kabinet atau dewan Menteri mempunyai tugas eksekutif, yaitu
menjalankan pemerintahan. Menteri ini bertanggung jawab atas
kebijaksanaannya, terutama dalam lapangan pemerintahan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
Dalam sistem parlementer RIS, Kabinet bertanggung jawab kepada
Parlemen (DPR), artinya kalau pertanggungan jawab Kabinet itu tidak dapat
diterima baik oleh DPR (pertanggungan jawab politis), maka DPR dapat
menyatakan tidak percaya (mosi tidak percaya) terhadap kebijaksanaan
kkabinet; dan sebagai akibat dari pertanggungan jawab politis tadi, Kabinet
harus mengundurkan diri Tetapi jika ada keragu-raguan dari pihak Kabinet
yang menganggap bahwa DPR tidak lagi bersifat representatif, maka Kabinet
mempunyai kekuasaan untuk membubarkan DPR yang tidak representatif itu
(Soehino, 1992:69).
3. Senat
Di dalam konstitusi RIS dikenal adanya Senat. Senat tersebut
mewakili Negara-negara bagian, setiap negara bagian mempunyai dua
anggota dalam Senat. Setiap anggota Senat mengeluarkan satu suara. Jadi
dengan demikian, Senat adalah suatu badan perwakilan negara bagian, yang
anggota-anggotanya ditunjuk oleh masing-masing pemerintah negara bagian
masing-masing (Innu Kencana, 2005: 38)
Keanggotaan Senat RIS berjumlah 32 orang, yaitu masing-masing
dua anggota dari tiap negara/negara bagian. Secara keseluruhan, cara kerja
Senat RIS diatur dalam Tata Tertib Senat RIS. Senat RIS diketuai oleh M A
8
4. Dewan Perwakilan Rakyat
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perubahan bentuk negara dari negara kesatuan menjadi negara serikat
mengharuskan adanya penggantian UUD, sehingga disusunlah naskah UUD RIS
& dibuat oleh delegasi RI serta delegasi BFO pada KMB. UUD yang diberi nama
Konstitusi RIS tersebut mulai berlaku tanggal 27 Desember 1949. Negara
Kesatuan Republik Indonesia berubah menjadi Negara Federasi Republik
Indonesia Serikat (RIS). Perubahan tersebut berdasarkan pada Konstitusi RIS.
Sedangkan sistem pemerintahannya adalah parlementer. Periode Republik
Indonesia Serikat berlangsung dari tanggal 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus
1950.
Dalam Konstitusi RIS pada BAB III mengenai Perlengkapan Republik
Indonesia Serikat, terdapat ketentuan umum yang menyatakan bahwa alat
perlengkapan federal Republik Indonesia Serikat adalah:
1. Presiden
2. Menteri-menteri
3. Senat
4. Dewan Perwakilan Rakyat
5. Mahkamah Agung
6. Dewan Pengawas Keuangan
3.2 Saran
Indonesia menjalankan sistem Parlementer namun dalam penerapannya
sistem tersebut masih dijalankan setengah-hati atau bisa dibilang sebagai sistem
semi-parlementer. Hal ini dapat dilihat dari penerapan selama 15 tahun dalam
sistem pemerintahan Indonesia.
Pada periode pembentukan RIS (Republik Indonesia Serikat) yang
merupakan negara federasi yang didasarkan pada KMB (Konferensi Meja
Bundar). Pada periode ini sistem pemerintahan masih menjalankan parlementer
namun dengan kabinet semu, sehingga fungsi – fungsi kekuasaan perdana
10
menteri selaku pimpinan tertinggi tidak dilaksanakan dengan maksimal. Namun
karena berbentuk RIS maka pada periode ini , pemerintahan terbagi atas dua
yakni: Senat dan DPR-RIS.
Namun pada akhirnya sistem yang diberlakukan pada periode ini yakni
UUDS 1950 tidak menemukan solusi yang tepat untuk bangsa , maka Presiden
mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959 yang menetapkan kembali UUD 1945 sebagai
dasar negara.
Seharusnya dalam masalah ketatanegaraan Indonesia tidak perlu meganut
atau mencontoh dari Negara lain. Melainkan dapt dikelola menurut karakter dan
budaya di Indonesia sehingga masalah dalam pemerintahan di Indonesia tidak
bongkar pasang yang mengakibatkan tidak berjalannya pemerintahan di
Indonesia.
11
DAFTAR PUSTAKA
12