Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEJARAH KETATANEGARAAN RI
Masa Konstitusi RIS Tahun 1949-1950
Dosen Pengampu:
Dra. Muhertatiek, M. Si.

Disusun oleh:
1. Teofildus Gambut (170401040005)
2. Adrianus Bobar (170401040020)
3. Luluk Masruroh Zuhriyah (170401040024)

PRODI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 2017 A


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
2018
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih
kepada Ibu Dra. Muhertatiek, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah
ini tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas mengenai ketatanegaraan RI pada masa Konstitusi
RIS 1949-1950, yang membahas tentang bagaimana bentuk Negara, sitem
pemerintahan, lembaga-lembaga, sifat, daerah Negara RIS, dan penyimpangan
pada masa konstitusi RIS tahun 1949-1950. Makalah ini sangat sederhana dan
jauh dari kata sempurna, oleh kerena itu penulis harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Penulis membutuhkan kritik dan saran mengenai
makalah ini. Sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
yang lebih baik.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dan dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Ucapan terimakasih
disampaikan kepada yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Malang,22 Maret 2018

Penulis

         

i
DAFTAR ISI
COVER
PRAKATA ...............................................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan ..............................................................................2
II. PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Singkat Masa Konstitusi RIS 1949-1950.................….……..3
2.2 Bentuk Negara Masa Konstitusi RIS 1949-1950..................................4
2.3 Sistem Pemerintahan Masa Konstitusi RIS 1949-1950........................5
2.4 Lembaga-lembaga pada Masa Konstitusi RIS 1949-1950...................7
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan .........................................................................................10
3.2. Saran ...................................................................................................11
DA FTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dinamika ketatanegaraan suatu negara dipengaruhi oleh beberapa hal. Hal-
hal itu antara lain adalah situasi politik tertentu yang mendorong pemerintahnya
untuk menyimpang dari Undang- Undang Dasar yang telah ditetapkan. Selain itu,
perubahan nilai dalam negara juga dapat mempengaruhi dinamika ketatanegaraan
karena nilai yang terdapat dalam Undang- Undang Dasar negara itu sudah tidak
lagi memadai.
Masa konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) merupakan saat bersejarah
bagi bangsa Indonesia. Masa ini merupakan periode ke-II dalam sejarah
perubahan Undang-Undang Dasar Indonesia. Periode ini berlangsung dari tanggal
27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, dalam periode ini Negara Indonesia
menjadi Negara Serikat.
Konstitusi Republik Indonesia Serikat merupakan tindak lanjut dari
Konferensi Meja Bundar yang menghasilkan tiga buah persetujuan, dan salah
satunya adalah mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat. Pada Republik
Indonesia Serikat terdapat keistimewaan pada lembaga negaranya, yakni dengan
adanya Senat yang mewakili daerah bagian.

Pembahasan mengenai perkembangan dan pelaksanaan ketatanegaraan


Republik Indonesia akan penulis fokuskan pada sumber pokok berdirinya negara,
yaitu konstitusi. Konstitusi atau hukum dasar terdiri dari hukum dasar tertulis
(UUD 1945) dan hukum dasar tidak tertulis (konvensi).

1
Undang- Undang Dasar 1945 dalam gerak pelaksanaanya, sejak ditetapkan
oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 18 Agustus
1945, banyak mengalami pasang surut. Dalam masa konstitusi RIS tahun 1949-
1950 jenis konstitusinya ialah UUD RIS 1949, dengan bentuk negaranya
Serikat/federal, bentuk pemerintahannya uni Republik dan system
pemerintahannya ialah cabinet parlementer.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana Sejarah Singkat Masa Konstitusi RIS 1949-1950 ?
1.2.2 Bagaimana Bentuk Negara Masa Konstitusi RIS 1949-1950?
1.2.3 Bagaimana Sistem Pemerintahan Masa Konstitusi RIS 1949-1950?
1.2.4 Apa Lembaga-lembaga pada Masa Konstitusi RIS 1949-1950?

1.3 Tujuan Pembahasan


1.3.1 Untuk mengetahui Bagaimana Sejarah Singkat Masa Konstitusi RIS
1949-1950
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana Bentuk Negara Masa Konstitusi RIS
1949-1950.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana Sistem Pemerintahan Masa Konstitusi
RIS 1949-1950
1.3.4 Untuk mengetahui apa saja Lembaga-lembaga pada Masa Konstitusi
RIS 1949-1950

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah singkat Awal Konstitusi RIS 1949-1950


Pemerintah Republik Indonesia yang sudah mulai melaksanakan tugasnya,
masih dihadapkan pada persoalan pelik karena Kolonial Belanda ingin menguasai
kembali wilayah Indonesia. Dalam perjalannya, Belanda berusaha memecah-
belah bangsa indonesia dengan cara membentuk negara Sumatra Timur, Negara
Indonesia Timur, Negara Pasundan, & Negara Jawa Timur.
Bahkan Belanda melakukan Agresi Militer Belanda I pada tanggal 21 Juli – 5
Agustus 1947 yang bertujuan untuk merebut daerah-daerah perkebunan yang
kaya dan daerah yang memiliki SDA, terutama minyak dan berhasil mengambil
pusat ekonomi Sumatera, dan Pelabuhan Jawa oleh Belanda & Agresi Militer II
pada tanggal 19 Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap
Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu yang diikuti penangkapan terhadap
Soekarno, Moh. Hatta, Syahrir dan beberapa tokoh lainnya. Jatuhnya ibukota
Negara ini menyebabkan dibe ntuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia
di Bukit Tinggi (Sumatra Barat) yang dipercayakan kepada Mr. Syarifuddin
Prawiranegara. Atas peristiwa ini muncullah berbagai reaksi baik dari dalam
negeri maupun dari luar negeri.
Untuk menyelesaikan pertikaian Belanda dengan RI, PBB turun tangan
dengan menyelenggarakann Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag
(Belanda) tgl 23 Agustus -2 November 1949.
KMB menghasilkan 3 buah persetujuan pokok, yaitu :
a. didirikannya Negara Republik Indonesia Serikat
b. penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat
c. dididrikannya uni antara RIS dengan kerajaan Belanda
Dengan ini, terlaksanalah pembentukan Indonesia Serikat (RIS) dan
penyerahan kedaulatan oleh Belanda. Pada tanggal 14 Desember 1949, rancangan
Konstitusi RIS diratifikasi dengan menunjuk Ir. Soekarno sebagai Presiden dan
Drs. Mohammad Hatta sebagai Perdana Menteri.

3
Pada tanggal 27 Desember 1949, baik di Indonesia maupun di Belanda,
diadakan upacara penandatanganan akte “penyerahan” kedaulatan yang memadai
mulai dibentuknya Konstitusi RIS 1949. Konstitusi RIS disahkan melalui
Keputusan Presiden pada tanggal 31 Januari 1950 No. 48 (LN. 50-3) dan
diundangkan pada tanggal 6 Pebruari 1950.

2.2 Bentuk Negara Masa Konstitusi RIS 1949-1950


Pada masa Konstitusi RIS 1949 perubahan bentuk negara dari negara kesatuan
menjadi negara serikat atau federasi. Federasi atau negara berserikat, dari bahasa
Belanda, federatie dan berasal dari bahasa Latin; foeduratio yang artinya
"perjanjian". Federasi pertama dari arti ini adalah "perjanjian" daripada Kerajaan
Romawi dengan suku bangsa Jerman yang lalu menetap di provinsi Belgia, kira-
kira pada abad ke 4 Masehi. Kala itu, mereka berjanji untuk tidak memerangi
sesama, tetapi untuk bekerja sama saja. Di Malaysia, bentuk pemerintahan ini
dikenal dengan istilah Persekutuan.
Dalam pengertian modern, sebuah federasi adalah sebuah bentuk
pemerintahan di mana beberapa negara bagian bekerja sama dan membentuk
kesatuan yang disebut negara federal. Masing-masing negara bagian memiliki
beberapa otonomi khusus dan pemerintahan pusat mengatur beberapa urusan
yang dianggap nasional. Dalam sebuah federasi setiap negara bagian biasanya
memiliki otonomi yang tinggi dan bisa mengatur pemerintahan dengan cukup
bebas. Ini berbeda dengan sebuah negara kesatuan, di mana biasanya hanya ada
provinsi saja. Kelebihan sebuah negara kesatuan, ialah adanya keseragaman antar
semua provinsi.
Federasi mungkin multi-etnik, atau melingkup wilayah yang luas dari sebuah
wilayah, meskipun keduanya bukan suatu keharusan. Federasi biasanya
ditemukan dalam sebuah persetujuan awal antara beberapa negara bagian
"berdaulat". Bentuk pemerintahan atau struktur konstitusional ditemukan dalam
federasi dikenal sebagai federalisme.
Perubahan bentuk negara mengharuskan adanya penggantian UUD dari UUD
1945, sehingga disusunlah naskah UUD RIS & dibuat oleh delegasi RI serta
delegasi BFO pada KMB. UUD yg diberi nama Konstitusi RIS tersebut mulai

4
beelaku tgl 27 Desember 1949, yg terdiri atas Mukadimah berisi 4 alinea, Batang
Tubuh yg berisi 6 bab & 197 pasal, serta sebuah lampiran.
Mengenai bentuk negara dinyatakan dlm pasal 1 ayat (1) Konstitusi RIS yg
berbunyi ‘Republik Indonesia Serikat yg merdeka & berdaulat adalah negara
hukum yg demokratis & berbentuk federasi’. Dgn berubah menjadi negara
serikat, maka di dlm RIS terdapat beberapa negara bagian & masing-masing
memiliki kekuasaan pemarintahan di wilayah negara bagiannya. Negara negara
bagian itu adlh : Negara Republik Indonesia, Indonesia Timur, Pasundan, Jawa
Timur, Madura, Sumatera Timur, Sumatera Selatan. Selain itu terdapat pula
satuan kenegaraan yg berdiri sendiri, yaitu : Jawa Tengah , Bangka, Belitung,
Riau, Kalimantan Barat, Dayak Besar, Daerah Banjar, Kalimntan Tenggara &
Kalimantan Timur. Selama berlakunya Konstitusi RIS 1949, UUD 1945 tetap
berlaku hanya untuk negara bagian RI yg meliputi Jawa & Sumatera dengan ibu
kota Yogyakarta.
Ciri yang menonjol dari bentuk negara serikat adalah bahwa kedaulatan
pemerintah pusat diperoleh setelah negara- negara bagian menyerahkan sebagian
kedaulatannya (kedaulatan ke luar dan sebagian kedaulatan ke dalam). Dalam
hubungan ke dalam, semua negara bagian berhak untuk mengatur dan mengurus
pemerintahannya sendiri. Sedangkan dalam hubungan ke luar, yang ditangani
oleh pemerintah serikat mencakup : hubungan luar negeri, pertahanan keamanan,
keuangan, dan urusan pos.

2.3 Sistem Pemerintahan Masa Konstitusi RIS 1949-1950


Sistem pemerintahan yang digunakan pada masa berlakunya Konstitusi RIS
adalah sistem parlementer. Sistem parlementer adalah sebuah sistem
pemerintahan yang parlemennya memiliki peranan penting dalam pemerintahan.
Dalam hal ini parlemen memiliki wewenang dalam mengangkat perdana menteri
dan parlemen pun dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara
mengeluarkan semacam mosi tidak percaya. Berbeda dengan sistem presidensiil,
sistem parlemen dapat memiliki seorang presiden dan seorang perdana menteri,
yang berwenang terhadap jalannya pemerintahan. Dalam presidensiil, presiden

5
berwenang terhadap jalannya pemerintahan, namun dalam sistem parlementer
presiden hanya menjadi simbol kepala negara saja.
Sebagaimana diatur dlm pasal 118 ayat 1 & 2 Konstitusi RIS. Pada ayat (1)
ditegaskan bahwa ‘Presiden tidak dapat diganggu gugat’. Artinya presiden tdk
dpt dimintai pertanggungb jawaban atas tugas-tugas pemerintahan, karena
presiden adalah kepala negra, bkn kepala pemerintahan.
Pada pasal 118 ayat (2) ditegaskan bahwa ‘Menteri-menteri bertanggung jawab
atas seluruh kebijaksanaan pemerintah baik bersama sama untuk seluruhnya
maupun masing-masing untu dirinya sendiri’. Dengan demikian, yg
melaksanakan & bertanggung jawab terhadap tugas tugas pemerintahan adlh
menteri-menteri. Dalam sistem ini, kepala pemerintahan dijabat oleh Perdana
Menteri, dgn sistem pemerintahan parlementer, dimana pemerintah bertanggung
jawab terhadap parlemen (DPR)
Berikut lembaga-lembaga negara menurut Konstitusi RIS :
a. Presiden
b. Menteri-menteri
c. Senat
d. DPR
e. MA
f. Dewan Pengawas Keuangan
Dalam system pemerintahan parlementer terdapat kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan Sistem Pemerintahan Parlementer:
1. Pembuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi
penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena
kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi
partai.
2. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan
publik jelas.
3. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga
kabinet menjadi berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
4. Pembuatan keputusan memakan waktu yang cepat.

6
Kekurangan Sistem Pemerintahan Parlementer:
1. Kedudukan badan eksekutif atau kabinet sangat tergantung pada
mayoritas dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat
dijatuhkan oleh parlemen.
2. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa
ditentukan berakhir sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu
kabinet dapat bubar.
3. Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para
anggota kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai
mayoritas. Karena pengaruh mereka yang besar diparlemen dan partai,
anggota kabinet dapat mengusai parlemen.
4. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif.
Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi
bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.

2.4 Lembaga-lembaga pada Masa Konstitusi RIS 1949-1950


1. Presiden
Presiden ialah kepala Negara yang tidak dapat diganggu gugat.
Presiden dan menteri-menteri bersama-sama merupakan pemerintah.
Presiden berkedudukan di tempat kedudukan pemerintah. Jika Presiden
berhalangan, maka beliau memerintahkan perdana menteri menjalankan
pekerjan jabatan sehari-hari (pasal 27 (1) Konstitusi RIS).
Sistem pemerintahan yang digunakan pada masa berlakunya
Konstitusi RIS adalah sistem parlementer, sebagaimana diatur dlm pasal 118
ayat 1 & 2 Konstitusi RIS. Pada ayat (1) ditegaskan bahwa 'Presiden tidak
dapat diganggu gugat'. Artinya presiden tidak dapat dimintai pertanggung
jawaban atas tugas-tugas pemerintahan, karena presiden adalah kepala
negara, bukan kepala pemerintahan.
Di dalam sistem parlementer pada konstitusi RIS, Kepala Negara
tidak merupakan pimpinan yang nyata daripada pemerintahan Negara atau
Kabinet. Jadi, yang memikul segala pertanggungjawaban adalah kabinet,

7
atau Pemerintah; termasuk Kepala Negara, artinya segala akibat perbuatanya
atau tindakannya itu dipikul oleh kabinet. (Soehino, 1992: 70)
2. Menteri
Menurut pasal 73 Konstitusi RIS, yang dapat diangkat menjadi
menteri ialah orang yang telah berusia 25 tahun dan bukan orang yang tidak
diperkenankan serta dalam atau menjalankan hak pilih ataupun orang yang
telah dicabut haknya untuk dipilih.
Kabinet atau dewan Menteri mempunyai tugas eksekutif, yaitu
menjalankan pemerintahan. Menteri ini bertanggung jawab atas
kebijaksanaannya, terutama dalam lapangan pemerintahan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.
Dalam sistem parlementer RIS, Kabinet bertanggung jawab kepada
Parlemen (DPR), artinya kalau pertanggungan jawab Kabinet itu tidak dapat
diterima baik oleh DPR (pertanggungan jawab politis), maka DPR dapat
menyatakan tidak percaya (mosi tidak percaya) terhadap kebijaksanaan
kkabinet; dan sebagai akibat dari pertanggungan jawab politis tadi, Kabinet
harus mengundurkan diri Tetapi jika ada keragu-raguan dari pihak Kabinet
yang menganggap bahwa DPR tidak lagi bersifat representatif, maka Kabinet
mempunyai kekuasaan untuk membubarkan DPR yang tidak representatif itu
(Soehino, 1992:69).
3. Senat
Di dalam konstitusi RIS dikenal adanya Senat. Senat tersebut
mewakili Negara-negara bagian, setiap negara bagian mempunyai dua
anggota dalam Senat. Setiap anggota Senat mengeluarkan satu suara. Jadi
dengan demikian, Senat adalah suatu badan perwakilan negara bagian, yang
anggota-anggotanya ditunjuk oleh masing-masing pemerintah negara bagian
masing-masing (Innu Kencana, 2005: 38)
Keanggotaan Senat RIS berjumlah 32 orang, yaitu masing-masing

dua anggota dari tiap negara/negara bagian. Secara keseluruhan, cara kerja

Senat RIS diatur dalam Tata Tertib Senat RIS. Senat RIS diketuai oleh M A

Pellaupessy, sedangkan Wakil Ketua Senat RIS adalah Mr Teuku Hasan.

8
4. Dewan Perwakilan Rakyat

Dewan Perwakilan Rakyat merupakan lembaga perwakilan yang


masing-masing mewakili seluruh rakyat Indonesia dan terdiri dari 150
anggota (pasal 98 Konstitusi RIS) dan yang mewakili daerah-daerah bagian
(pasal 80 ayat (1) konstitusi RIS)
DPR-RIS berwenang mengontrol pemerintah, dengan catatan
presiden tidak dapat diganggu gugat, tetapi para menteri bertanggung jawab
kepada DPR atas seluruh kebijaksanaan pemerintah, baik bersama-sama
untuk seluruhnya, maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri.
Di samping itu, DPR-RIS juga memiliki hak menanya dan
menyelidik. Dalam masa kerjanya selama enam bulan, DPR-RIS berhasil
mengesahkan tujuh undang-undang.Ketua Dewan Perwakilan rakyat saat itu
adalah Mr Sartono, dengan Wakil Ketua I Mr M Tambunan dan Wakil Ketua
II Arudji Kartawinata.
5. Mahkamah Agung
Ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah Agung diangkat oleh
Presiden setelah mendengarkan Senat. Pengangkatan itu adalah untuk
seumur hidup. Mereka diberhentikan apabila mencapai usia tertentu dan
dapat diberhentikan oleh Presiden atas permintaan sendiri.
6. Dewan Pengawas Keuangan
Organ dari Dewan Pengawas Keuangan dapat dipecat atau
diberhentikan menurut cara dan dalam hal ditentukan dengan undang-undang
federal. Mereka dapat juga diberhentikan oleh Presiden atas permintaannya.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perubahan bentuk negara dari negara kesatuan menjadi negara serikat
mengharuskan adanya penggantian UUD, sehingga disusunlah naskah UUD RIS
& dibuat oleh delegasi RI serta delegasi BFO pada KMB. UUD yang diberi nama
Konstitusi RIS tersebut mulai berlaku tanggal 27 Desember 1949. Negara
Kesatuan Republik Indonesia berubah menjadi Negara Federasi Republik
Indonesia Serikat (RIS). Perubahan tersebut berdasarkan pada Konstitusi RIS.
Sedangkan sistem pemerintahannya adalah parlementer. Periode Republik
Indonesia Serikat berlangsung dari tanggal 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus
1950.
Dalam Konstitusi RIS pada BAB III mengenai Perlengkapan Republik
Indonesia Serikat, terdapat ketentuan umum yang menyatakan bahwa alat
perlengkapan federal Republik Indonesia Serikat adalah:
1. Presiden
2. Menteri-menteri
3. Senat
4. Dewan Perwakilan Rakyat
5. Mahkamah Agung
6. Dewan Pengawas Keuangan
3.2 Saran
Indonesia menjalankan sistem Parlementer namun dalam penerapannya
sistem tersebut masih dijalankan setengah-hati atau bisa dibilang sebagai sistem
semi-parlementer. Hal ini dapat dilihat dari penerapan selama 15 tahun dalam
sistem pemerintahan Indonesia.
Pada periode pembentukan RIS (Republik Indonesia Serikat) yang
merupakan negara federasi yang didasarkan pada KMB (Konferensi Meja
Bundar). Pada periode ini sistem pemerintahan masih menjalankan parlementer
namun dengan kabinet semu, sehingga fungsi – fungsi kekuasaan perdana

10
menteri selaku pimpinan tertinggi tidak dilaksanakan dengan maksimal. Namun
karena berbentuk RIS maka pada periode ini , pemerintahan terbagi atas dua
yakni: Senat dan DPR-RIS.
Namun pada akhirnya sistem yang diberlakukan pada periode ini yakni
UUDS 1950 tidak menemukan solusi yang tepat untuk bangsa , maka Presiden
mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959 yang menetapkan kembali UUD 1945 sebagai
dasar negara.
Seharusnya dalam masalah ketatanegaraan Indonesia tidak perlu meganut
atau mencontoh dari Negara lain. Melainkan dapt dikelola menurut karakter dan
budaya di Indonesia sehingga masalah dalam pemerintahan di Indonesia tidak
bongkar pasang yang mengakibatkan tidak berjalannya pemerintahan di
Indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Harmaily.1988. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta:CV


Sinar Bakti.
Joeniarto.2001. Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Kencana, Innu.2005.Sistem Politik Indonesia. Bandung: Refika Aditama.
Internet
http://hitamandbiru.blogspot.co.id/2011/01/lembaga-lembaga-negara-pada-
masa.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Federasi

12

Anda mungkin juga menyukai