Disusun oleh:
1. Ahmad Anis (2110110074)
2. Afifatul Jinan N.M (2110110082)
3. Ilma Novi Riyanti (2110110101)
4. Hikma Kurniawati (2110110103)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami
dapat menyelesaikan Makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Pancasila tentang “Dinamika Dan Tantangan Pancasila”. Selain
itu tujuan dari penyusunan Makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang
pembahasan Pancasila .
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sanusi selaku dosen Mta
Kuliah Pancasila kami yang telah membimbing kami agar dapat menyelesaikan
makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran
agar penyusunan Makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami
mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi
teman–teman semua.
Penyusun
Kelompok 09 PAI-1C
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah............................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika..............................3
B. Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
..............................................................................................................................5
C. Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Ideologi Negara........................6
D. Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem Fisafat............................7
E. Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik
Indonesia..............................................................................................................9
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila adalah jati diri bangsa Indonesia, sebagai falsafah, ideologi, dan
alat pemersatu bangsa Indonesia. Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar
negara, dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk. begitu besar pengaruh
Pancasila terhadap bangsa dan negara Indonesia, Kondisi ini dapat terjadi karena
perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti
keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya,
serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.
1
mengembangkan metode pembelajaran Pendidikan Pancasila melalui media
pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dinamika dan tantangan pancasila sebagai dasar negara,
ideologi negara, sistem filsafat dll?
2. Apa saja dinamika dan tantangan pancasila sebagai dasar negara,
ideologi negara, sistem filsafat dll?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut para ahli, Tantangan adalah suatu hal atau bentuk usaha yang
memiliki tujuan untuk menggugah kemampuan. Hambatan adalah usaha yang ada
dan berasal dari dalam diri sendiri yang memiliki sifat atau memiliki tujuan untuk
melemahkan dan menghalangi secara tidak konsepsional. Jadi, tantangan
Pancasila adalah semua hal yang menjdi tantangan bagi Pancasila.
Pertama, pada zaman Orde Lama, pemilu diikuti oleh banyak partai, dan
dimenangkan 4 partai politik yaitu, Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai
Muslimin Indonesia (PARMUSI), Partai Nadhlatul Ulama (PNU), dan Partai
Komunis Indonesia (PKI). Tidak dapat dikatakan bahwa pemerintahan di zaman
orde lama mengikuti sistem etika Pancasila, karena pada saat pemilihan umum di
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia
3
zaman Orde Lama dianggap terlalu liberal karena pemerintahan Soekarno
menganut sistem demokrasi terpimpin yang cenderung otoriter.2
Kedua, pada zaman Orde Baru sistem etika Pancasila diletakan dalam
bentuk Penataran P-4. Pada zaman orde baru itu pula muncul konsep manusia
Indonesia seutuhnya sebagai cerminan manusia yang berperilaku dan berakhlak
mulia sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Manusia Indonesia seutuhnya adalah
makhluk mono-pluaris yang terdiri atas susunan kodrat, jiwa dan raga, kedudukan
kodrat yaitu makhluk Tuhan dan makhluk berdiri sendiri, sifat kodrat yaitu
makhluk sosial dan makhluk individual. Keenam unsur manusia tersebut saling
melengkapi satu sama lain dan merupakan satu kesatuan yang bulat. Manusia
Indonesia menjadi pusat persoalan, pokok dan perilaku utama dalam budaya
pancasila.
Ketiga, sistem etika Pancasila pada era reformasi, tenggelam dalam euforia
demokrasi. Namun seiring dengan perjalanan waktu, disadari bahwa demokrasi
tanpa dilandasi sistem etika politik akan menjurus pada penyalahgunaan
kekuasaan serta machiavelisme (menghalalkan segala cara untuk mencapai
tujuan). Keempat, pada masa sekarang, Indonesia menuju pada Indonesia yang
dewasa, yang dimana semakin maraknya terjadi kasus pembunuhan. Ditinjau dari
sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, kasus ini termasuk melanggar sila
pertama yang dimana dijelaskan bahwa Negara Indonesia adalah rakyat yang
beragama. Membunuh sama dengan mengambil nyawa seseorang dengan sengaja
maupun tidak, dalam kasus ini seorang pembunuh telah melanggar nilai-nilai
agama. Agama manapun tidak memperbolehkan umatnya melakukan
pembunuhan. Manusia diciptakan Tuhan saling menjaga, mengasihi dan saling
menyayangi satu sama lain. Di setiap agama tentunya mengajarkan nilai-nilai
kebaikan. Dari kasus ini sungguh menjadi suatu keprihatinan bagi Bangsa
Indonesia dimana semakin maraknya kejahatan menjadi-jadi setiap tahunnya yang
dipengaruhi oleh berkembangnya teknologi dan pengaruh ekonomi.
2
Llilis Rrohayati, “Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika”, diakses dari
https://id.scribd.com/document/489099964/KEL-5-DINAMIKA-DAN-TANTANGAN-
PANCASILA-SEBAGAI-SISTEM-ETIKA-1 pada tanggal 2 Desember pukul 18.05
4
Di setiap tahunnya pengganguran semakin meningkat, lapangan perkerjaan
yang tidak sebanding dengan tenaga kerja yang dibutuhkan ini juga suatu hal yang
mempengaruhi semakin meningkatnya kriminalitas di Indonesia termasuk kasus
pembunuhan ini. Banyak hal yang mempengaruhi pelaku melakukan hal ini baik
faktor ekonomi atau faktor lainnya sehingga pelaku dengan teganya melakukan
hal yang tidak berperikemanusiaan dan seperti bukan umat beragama. Seharusnya
umat beragama saling menghargai satu sama lain, mengasihi serta menebarkan
kebaikan kepada sesama sesuai pancasila sila pertama “Ketuhanan Yang Maha
Esa” bukan saling membunuh dan mengambil nyawa orang lain yang dilarang
oleh agama manapun.
3
Llilis Rrohayati, ibid.
5
masalah pentingnya keterkaitan antara pengembangan ilmu dan dimensi
kemanusiaan(humanism). Kajian tentang Pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan ilmubaru mendapat perhatian yang lebih khusus dan eksplisit oleh
kaumintelektual di beberapa perguruan tinggi, khususnya Universitas Gadjah
Madayangmenyelenggarakan Seminar Nasional tentang Pancasila
sebagaipengembangan ilmu, dan Simposium dan Sarasehan Nasional
tentangPancasila sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan
Nasional,2006. Namun pada kurun waktu akhir-akhir ini, belum ada lagi suatu
upaya untuk mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kaitan
denganpengembangan Iptek di Indonesia. 4
4
Paristiyanti Nurwadani, dkk, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. (Jakarta: Direktorat
Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, 2016). Hal. 214
6
d. Pragmatisme yang berorientasi pada tiga ciri, yaitu: workability(keberhasilan),
satisfaction (kepuasan), dan result (hasil)mewarnai perilaku kehidupan sebagian
besar masyarakat Indonesia.5
5
Ibid, Hal. 215
6
Yovanda Dwi Putra, “Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila
sebagai Ideologi Negara”, diakses dari https://osf.io/a4xce/ pada tanggal 29 Desember 2021 pukul
12.00
7
bubarnya negara Soviet sehingga Amerika menjadi satu-satunya
negara super power.
7
Ibid
8
sidang, dan bersifat teoritis. Pada masa itu, Soekarno lebih menekankan
bahwa Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diangkat dari
akulturasi budaya bangsa Indonesia.8
b. Pada era Soeharto, kedudukan Pancasila sebagai sistem filsafat
berkembang ke arah yang lebih praktis (dalam hal ini istilah yang lebih
tepat adalah weltanschauung). Artinya, filsafat Pancasila tidak hanya
bertujuan mencari kebenaran dan kebijaksanaan, tetapi juga digunakan
sebagai pedoman hidup sehari-hari. Atas dasar inilah, Soeharto
mengembangkan sistem filsafat
c. Pancasila menjadi penataran P-4. Pada era reformasi, Pancasila sebagai
sistem filsafat kurang terdengar resonansinya. Namun, Pancasila sebagai
sistem filsafat bergema dalam wacana akademik, termasuk kritik dan
renungan yang dilontarkan oleh Habibie dalam pidato 1 Juni 2011.
Habibie menyatakan bahwa: “Pancasila seolah-olah tenggelam dalam
pusaran sejarah masa lalu yang tidak lagi relevan untuk disertakan dalam
dialektika reformasi. Pancasila seolah hilang dari memori kolektif bangsa
Indonesia. Pancasila semakin jarang diucapkan, dikutip, dan dibahas baik
dalam konteks kehidupan ketatanegaraan, kebangsaan maupun
kemasyarakatan. Pancasila seperti tersandar di sebuah lorong sunyi justru
di tengah denyut kehidupan bangsa Indonesia yang semakin hiruk-pikuk
dengan demokrasi dan kebebasan berpolitik” (Habibie, 2011: 1--2).
2. Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat
a). Pertama, kapitalisme, yaitu aliran yang meyakini bahwa kebebasan individual
pemilik modal untuk mengembangkan usahanya dalam rangka meraih keuntungan
sebesar-besarnya merupakan upaya untuk menyejahterakan masyarakat. Salah
satu bentuk tantangan kapitalisme terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat ialah
meletakkan kebebasan individual secara berlebihan sehingga dapat menimbulkan
berbagai dampak negatif, seperti monopoli, gaya hidup konsumerisme, dan lain-
lain.
8
Tatik Rohmawati, “Dinamika Pancasila sebagai Sistem Filsafat”, diakses dari
https://repository.unikom.ac.id/65497/1/Materi%20Pertemuan%20ke%2010.pptx pada tanggal 2
Desember 2021 pukul 20.02
9
b). Kedua, komunisme adalah sebuah paham yang muncul sebagai reaksi atas
perkembangan kapitalisme sebagai produk masyarakat liberal. Komunisme
merupakan aliran yang meyakini bahwa kepemilikan modal dikuasai oleh negara
untuk kemakmuran rakyat secara merata. Salah satu bentuk tantangan komunisme
terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat ialah dominasi negara yang berlebihan
sehingga dapat menghilangkan peran rakyat dalam kehidupan bernegara.
9
Enny Octaviani, “Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Dasar Negara”, diakses dari
https://www.scribd.com/document/429825640/DINAMIKA-DAN-TANTANGAN-PANCASILA-
SEBAGAI-DASAR-NEGARA-REPUBLIK-INDONESIA pada tanggal 3 Desember 2021
10
murni dan konsekuen. Kemudian, diterbitkan ketetapan MPR No.II/MPR/1978
tentang PedomanPenghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4). Namun,
pemerintahan Presiden Soeharto dianggap menyimpang dari garis Politik
Pancasila dan UUD 1945. Beliau cenderung dianggap melakukan praktik
Liberalisme-Kapitalisme dalam mengelola Negara.
Pada era globalisasi ini, banyak hal yang merusak mental dan nilai moral
Pancasila yang menjadi kebanggaan Bangsa dan Negara Indonesia. Demikian,
Indonesia perlu waspada dan berupaya agar ketahanan mental-ideologi Bangsa
10
Indonesia tidak tergerus. Pancasila harussenantiasa menjadi banteng moral
dalam menjawab tantangan-tantangan terhadap unsurkehidupan bernegara. Yaitu
sosial, politik, ekonomi, budaya, dan agama.Tantangan yang muncul berasal dari
derasnya arus paham-paham yang bersandar padaotoritas materi, seperti
liberalisme, kapitalisme, komunisme, sekularisme, pragmatisme, dan hedonisme,
yang meggerus kepribadian Bangsa bernilai Pancasila. Apabila ditarik benang
merah terkait dengan tantangan yang melanda Bangsa Indonesia sebagaimana
tersebut diatas, maka dapat didefinisikan sebagai berikut :
10
Ibid
11
a.Dilihat dari kehidupan masyarakat, terjadi kegamangan kehidupan bernegara
dalam era reformasi ini karena perubahan sistem pemerintahan yang begitu cepat
termasuk digulirkannya otonomi daerah yang seluas-luasnya, disatu pihak dan
dipihak lain.Masyarakat merasa bebas tanpa tuntutan nilai dan norma dalam
kehidupan bernegara.Sering ditemukan perilaku anarkisme yang dilakukan oleh
elemen masyarakat terhadapfasilitas publik dan asset milik masyarakat lainnya
yang dipandang tidak cocok dengan paham yang dianutnya. Masyarakat menjadi
beringas karena code of conduct yang bersumber pada nilai Pancasila mengalami
deglarasi. Selain itu, kondisi euphoria politik tersebut dapat memperlemah
integrasi nasional.
Tantangan lainnya yang dihadapi oleh Pancasila sebagai Dasar Negara dan
Ideologi Negara:
12
Tantangan berat yang harus dihadapi ke dalam adalah masalah mentalitas
bangsa. Sikap-sikap yang melemahkan bangsa Indonesia seperti oportunis dan
pragmatis yang melemahkan ketahanan bangsa dan merenggangkan solidaritas
terhadap sesama. Sikap-sikap itu membuka lebar-lebar merajalelanya nafsu
serakah di segala bidang, keserakahan untuk menguasai harta benda, untuk
berkuasa dan untuk dihormati.Kondisi itu mendorong orang untuk berlaku tidak
jujur, tidak adil, dan bahkan bertindak semena-mena dengan menyalahgunakan
wewenang, menjalankan KKN, dan tidak segan-segan melakukan tindakan
kekerasan dan kriminalitas. Di posisi mental seperti itu membuat seseorang
mudah berbohong, munafik, sanggup berkhianat terhadap sahabatnya, hingga tega
menjual bangsa dan tanah airnya. Kondisi demikian memberi peluang yang makin
besar bagi dominasi kelompok kepentingan global. Oleh karena itu untuk
mengatasi keterpurukan bangsa dan membangun bangsa yang seutuhnya,kita perlu
meningkatkan ketahanan budaya dan ketahanan pangan bangsa
danmengintegrasikannya melalui tindakan-tindakan komunikatif ke semua
instituasi.11 Sehingga dengan ketahanan pangan, maka bangsa ini mampu
memenuhi kebutuhannya sendiri. Sedangkanketahanan budaya akan menjadi
benteng bagi derasnya budaya global yang tidak sesuai dengan budaya bangsa.
11
Ibid
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila adalah sumber dari segala sumber yang ada di Negara Republik
Indonesia di berbagai bidang kehidupan. Pancasila menjadi dasar Negara, ideologi
negara, sistem etika, dasar pengembangan ilmu, sistem filsafat dst.
Namun, tentu dalam pelaksanaan atau realisasinya tak lepas dari pasang
surut (dinamika) dan tantangan yang terjadi baik sebagai dasar Negara, ideologi
negara dst. Artinya, dalam pelaksanaan atau realisasinya tak mudah membalikkan
telapak tangan, ada tantangan dan pasang surutnya, tidak selalu berjalan mulus.
B. Saran
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
14
DAFTAR PUSTAKA
15