Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

STANDAR PROSES PENDIDIKAN, GURU DALAM PENCAPAIAN STANDAR


PROSES PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran di SD (GD 419)

Dosen pengampu : 1. Drs. H. Ahmad Mulyadiprana, M.Pd. (0613)

2. Istikhoroh Nurzaman, M.Pd. (2723)

Disusun oleh:

Alya Aprilia Koswara (2005588)

Fazril Rizky Septiana (2006071)

Arin Yulistia (2008758)

Yandi Saepul Rinandar (2008760)

Lisna Maulidia Sari (2008797)

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA
2021

2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Illahi Rabbi
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalahmyang berjudul “Standar Proses Pendidikan, Guru Dalam Pencapaianstandar Proses
Pendidikan” tepat pada waktunya.

Makalah ini kami buat dengan usaha dan kerjasama tim yang baik, walaupun di masa
pandemi seperti ini, namun tidak melunturkan semangat kami. Tidak lupa kami ucapkan terima
kasih kepada Bapak Drs. H. Ahmad Mulyadiprana, M.Pd dan Ibu Istikhoroh Nurzaman, M.Pd
selaku dosen pengampu Mata Kuliah Pembelajaran IPS SD di Kelas Awal.

Dari makalah yang kami buat ini, kami menyadari masih terdapat kekurangan. Baik dari
segi bahasa, kelengkapan materi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun
mengharapkan kritik dan saran perbaikan makalah ini, agar kami bisa membuat makalah dengan
lebih baik.

Tasikmalaya, 6 September 2021

Penulis

3
Daftar Isi

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
Daftar Isi.........................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
Pendahuluan...................................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang........................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1.3. Tujuan......................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
2.1. STANDAR PROSES PENDIDIKAN...................................................................................5
A. PENGERTIAN STANDAR PROSES PENDIDIKAN........................................................5
B. FUNGSI STANDAR PROSES PENDIDIKAN...................................................................6
C. PENERAPAN STANDAR PROSES PENDIDIKAN (PERENCANAAN,
PELAKSANAAN, PENILAIAN, PENGAWASAN)..................................................................6
2.2. GURU DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN......................................................5
A. PENGERTIAN GURU...........................................................................................................9
B. PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN.............................................................................9
C. PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KHUSUS.........................................................17
D. TUGAS GURU DALAM PENDIDIKAN...........................................................................19
BAB III.........................................................................................................................................23
PENUTUP....................................................................................................................................23
3.1 KESIMPULAN......................................................................................................................23
3.2 SARAN....................................................................................................................................23
Daftar Pustaka.............................................................................................................................24

4
BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Bagi seorang pendidik tentunya sudah tidak asing lagi dengan kurikulum, perencanaan,
pelaksanaan, dan pengevaluasian pembelajaran untuk mencapai tujuan kompetensi. Karena hal
tersebut merupakan sebuah standar dalam proses pendidikan. Dimana berdasarkan Peraturan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005 standar proses merupakan standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan. Namun bagi sebagian kalangan mahasiswa, pelajar dam orang tua peserta
didik banyak yang tidak mengetahui akan hal tersebut. Sehingga banyak mahasiswa, pelajar atau
orang tua peserta didik sering bertanya mengenai mengapa beberapa hal seperti mewawancarai
orang tua untuk mengetahui kepribadian siswa dilakukan atau diadakan oleh seorang guru.
tentunya hal itu dapat menghambat seorang guru untuk memenuhi standar proses dengan
melaksanakan tugas dan perannya sebagai seorang pendidik, pengajar serta pembimbing.
Oleh karena itu makalah ini kami susun untuk membantu mahasiswa, pelajar atau orang
tua peserta didik untuk mengetahui standar proses dan peran guru dalam mencapai standar proses
tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Standar Proses Pendidikan?
2. Apa fungsi Standar Proses Pendidikan?
3. Bagaimana penerapan Standar Proses Pendidikan?
4. Apa pengertian Guru?
5. Apa peran Guru dalam pendidikan?
6. Apa tugss guru dalam pendidikan?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian standar proses pendidikan
2. Untuk mengetahui fungsi standar proses pendidikan
3. Untuk mengetahui penerapan standar pross pendidikan
4. Untuk mengetahui pengertian guru
5. Untuk mengetahui peran guru dalam pendidikan
6. Untuk mengetahui tugas guru dalam pendidikan

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 STANDAR PROSES PENDIDIKAN
A. PENGERTIAN STANDAR PROSES PENDIDIKAN

Pembelajaran dikatakan efektif apabila adanya penerapan standar proses dalam kegiatan
(Siti, 2018), dengan demikian standar proses pendidikan dimaksudkan untuk dijadikan sebuah
pedoman bagi para guru dalam mengelola pembelajaran (Haerana, 2016: 29). Standar proses
pendidikan dalam Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Pasal 1
ayat 1 menyatakan bahwa standar proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran
pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar menengah untuk mencapai
kompetensi kelulusan. Dengan demikian standar proses pendidikan ini akan sangat berguna
dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan.

B. FUNGSI STANDAR PROSES PENDIDIKAN

Fungsi standar proses Pendidikan sangat erat kaitannya dengan tujuan Pendidikan.
Standar proses pendidikan berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan dari pendidikan. Secara
lebih lanjut dalam Permendikbud No 22 Tahun 2016 menyatakan bahwa standar proses adalah
kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan

Adapun fungsi standar Pendidikan dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Fungsi Standar Proses Pendidikan dalam rangka mencapai standar kompetensi yang harus
dicapai adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan Pendidikan serta program yang harus
dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Fungsi Standar Proses Pendidikan bagi Guru adalah Sebagai pedoman bagi guru dalam
membuat perencanaan program pembelajaran, baik program untuk periode tertentu
maupun program pembelajaran harian.

6
3. Fungsi Standar Proses Pendidikan bagi Kepala Sekolah adalah Sebagai barometer
keberhasilan program Pendidikan di sekolah

4. Fungsi Standar Proses Pendidikan bagi Supervisor adalah Sebagai pedoman, patokan atau
ukuran dalam menetapkan bagian mana yang perlu disempurnakan atau diperbaiki oleh
setiap guru dalam pengelolaan pembelajaran.

5. Fungsi Standar Proses Pendidikan bagi Dewan Sekolah dan Dewan Pendidikan adalah
Sebagai sumber dalam merumuskan kebijakan sekolah khususnya dalam menentukan
ketersediaan berbagai keperluan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang
keberhasilan proses Pendidikan.

C. PENERAPAN STANDAR PROSES PENDIDIKAN (PERENCANAAN,


PELAKSANAAN, PENILAIAN, PENGAWASAN)

Standar Proses pendidikan merupakan pelaksanaan proses pembelajaran secara interaktif,


inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

1. Perencanaan

Tahap pertama penerapan pembelajaran penurut standar proses Pendidikan yaitu perencaan
pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP).

Pada hakikatnya rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang


dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema yang mengacu pada silabus. RPP
mencankup: (1) identitas/data sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3)
alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi
pembelajaran, metode pembelajaran, media, alat dan sumber belajar; (6) Langkah-langkah
kegiatan pembelajaran; dan (7) penilain.

7
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun pada setiap mata pelajara untuk setiap
pertemuan pembelajaran. RPP yang disusun menurut keterangan yang diperoleh harus
berdasarkan pada sistematika dan prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh BSNP. RPP yang
disusun harus sesuai dengan BSNP baik muatan yang dimasukkan maupun sistematika yang
dianjurkan.

Sebagian besar guru mengalami kesulitan dalam pembuatan RPP terutama untuk
memasukkan kegiatan yang sesuai dengan scientific approach. Kesulitan ini dikarenakan guru
mematok kegiatan 5 M (menanya, menganalisis, mengamati, mengumpulkan informasi dan
mengkomunikasikan) dalam bentuk prosedural pengajaran, bukan sebagai proses berpikir yang
dapat dilakukan oleh peserta didik kapan saja selama proses pembelajaran

2. Pelaksanaan

Tahap kedua dalam pembelajaran menurut standar proses Pendidikan yaitu pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

a) Kegiatan pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

- Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran
- Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait
dengan materi yang akan dipelajari
- Mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan
untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan
dicapai
- Menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan tentang kegiatan yang akan
dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas.
b) Kegiatan inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang dilakukan
secara interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik secara aktif menjadi
pencari informasi serta memberikan ruang yang cuku bagi Prakarsa, kreatifitas dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

8
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
dan mata pelajaran yang meliputi proses mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
menganalisis , dan mengkomunikasikan hasil.

c) Kegiatan penutup

Dalam kegiatan penutup, guru bersama dengan peserta didik membuat rangkuman atau
simpulan pelajaran, melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan bali terhadap proses dan hasil
pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program
pengayaan, layanan konseling atau pemberian tugas baik individu maupun kelompok sesuai
dengan hasil belajar peserta didik, kemudian menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.

Proses pembelajaran melibatkan banyak hal mulai dari rombongan belajar, sumber
pembelajaran, pengelolaan kelas serta pelaksanaan pembelajaran. Untuk rombongan belajar atau
sebagian besar guru menyebutkan dengan kelas tidak terdapat permasalahan yang berarti dalam
proses pengimplementasiannya. Hal ini berbeda dengan sumber belajar dimana sebagian besar
guru mengeluhkan sumber belajar yang digunakan masih kurang lengkap materinya sehingga
mereka memilih menggunakan sumber belajar dari kurikulum sebelumnya. Pada aspek
pengelolaan kelas kendala yang dihadapi adalah kurang siapnya guru untuk mengikuti perubahan
proses pembelajaran dalam kurikulum 2013.

3. Penilaian

Dalam konteks Pendidikan, standar diperlukan sebagai acuan minimal yang harus dipenuhi.
Dengan diterapkannya standar sebagai acuan dalam pengelolaan Pendidikan akan mengarahkan
upaya pada pencapaian standar yang dimaksud.

Strategi penilaian disiapkan untuk memfasilitasi guru dalam mengembangkan pendekatan,


Teknik dan instrument penilaian hasil belajar dengan pendekatan autentik. Penilaian
memungkinkan para pendidik mampu menerapkan program remedial bagi peserta didik yang
tergolong pelajar lambat dan program pengayaan bagi peserta didik yang termasuk kategori
pelajar cepat.

9
10
4. Pengawasan (bimbingan dan konseling)

Adapun substansi bimbingan dan konseling disiapkan untuk memfasilitasi satuan Pendidikan
dalam mewujudkan proses Pendidikan yang memperhatikan dan menjawab ragam kemampuan,
kebutuhan dan minat yang sesuai dengan karakteristik siswa. Selain itu, bimbingan dan
konseling juga dimaksudkan untuk menangani dan membantu peserta didik yang secara
individual mengalami masalah psikologis atau psikososial, seperti sulit berkonsentrasi, rasa
cemas, dan gejala perilaku penyimpang.

2.2 GURU DALAM STANDAR PROSES PENDIDIKAN


A. PENGERTIAN GURU

Jika dilihat secara etimologi guru sering disebut juga sebagai pendidik. Menurut
Ramaliyus (dalam Wardan, 2019: 108) mengatakan bahwa secara terminologis guru diartikan
sebagai orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap perkembangan siswa dengan cara
mengupayakan perkembangan seluruh potensi yang dimiliki oleh siswa, baik potensi kognitif,
afektif maupun psikomotorik. Dijelaskan juga pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen, yaitu pada Bab 1, Pasal 1, ayat 1: Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.

B. PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN

Guru yang dipahami oleh masyarakat umum adalah orang yang memiliki tugas dan
tanggung jawab mengajar pada lembaga pendidikan tertentu. Dalam kamus Besar Bahasa
Indonersia, guru dipahami sebagai orang yang kerjanya mengajar perguruan sekolah, gedung
tempat belajar, perguruan tinggi sekolah tinggi dan universitas. Pandangan lain guru dipahami
adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga
pendidikan formal, tetapi bias juga di masjid, mushallah di rumah dan sebagainya.

Guru dalam fungsinya dapat disebut sebagai ”arsitek pembelajaran”, merancang


pembelajaran secara baik dan sempurna. Peran guru dapat dijalankan dengan sempurna apabila
dilandasi dengan rancangan pembelajaran yang baik, dalam proses pembelajaran dapat diukur
ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan. Secara spesifik guru memiliki peran utama yaitu

11
”mendidik, mengajar dan melatih atau membimbing. Guru sebagai pelaku utama dalam
penerapan program pendidikan di sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai
tujuan pendidikan yang diharapkan.

Adapun peran guru dalam pendidikan sebagai berikut :

Pendidik

Dalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 didefinisikan dengan tenaga


kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan.5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Bab XI Pasal 39 Ayat 2 menyatakan
bahwa Guru sebagai pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Peran guru sebagai pendidik merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas
memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor)
serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh
terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Peran guru
sebagai pendidik merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan
dan dorongan, tugas-tugas pengawasan dan pembinaan serta tugas-tugas yang berkaitan dengan
mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma
hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut.
Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pemeliharaan anak.

Mengajar dan Membimbing

Guru adalah seseorang yang pekerjaannya mengajar. Maka, dalam hal ini guru yang
dimaksudkan adalah guru yang memberi pelajaran atau memberi materi pelajaran pada sekolah-
sekolah formal dan memberikan pelajaran atau mengajar materi pelajaran yang diwajibkan
kepada semua siswanya berdasarkan kurikulum yang ditetapkan. Mengajar artinya proses
penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa.8 Pendapat lain mengatakan
bahwa mengajar atau pengajar artinya membantu pengembangan intelektual, afeksi dan

12
psikomotor melalui penyampaian pengetahuan, pemecahan masalah latihan-latihan afektif dan
keterampilan.

Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan


dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah
perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreativitas,
moral, dan spiritual yang lebih alami dan kompleks. Bimbingan artinya proses pemberian
bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut
dapat memahami dirinya. Sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar
sesuai dengan ketentuan dan keadaan keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, dia dapat
mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti. Sebagai
pembimbing perjalanan, guru memerlukan kompetensi yang tinggi untuk melaksanakan empat
hal berikut: 1) Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak
dicapai., 2) Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dan yang paling
penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar itu tidak hanya secara jasmaniyah,
tetapi mereka juga harus terliat secara psikologis, 3) Guru harus memaknai kegiatan belajar, 4)
Guru harus melaksanakan penilaian.

Pelatih dan Penasihat

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual


maupun motorik, sehingga menuntut guru bertindak sebagai pelatih. Tanpa latihan tidak akan
mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai
keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar. Guru adalah seorang penasihat
bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai
penasihat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasihati orang. Peserta didik
senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan
lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan
penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan
mental.

Pembaharu (Inovator)

13
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna
bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu
dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak dari pada
nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang secara psikologis berada jauh dari
pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Tugas
guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang berharga ini ke dalam istilah atau
bahasa modern yang akan diterima oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan
generasi muda, yang juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.

Sebagai Pribadi, Model dan Teladan

Guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seseorang pendidik. Ungkapan


yang sering dikemukakan adalah bahwa "guru bisa digugu dan ditiru". Digugu maksudnya
bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya
bisa ditiru atau diteladani. Jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka
dengan cara yang tepat disikapi sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan masyarakat
yang berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik. Guru perlu juga memiliki
kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain melalui
kegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab jika
tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima
oleh masyarakat.

Dengan kepribadian yang mantap dan stabil guru akan menjadi model dan teladan. Guru
merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia
sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak
mudah untuk ditentang, apalagi ditolak sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang
dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang
menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
guru: sikap dasar, bicara dan gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman dan
kesalahan, pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berpikir, perilaku neurotis, selera keputusan,
kesehatan, gaya hidup secara umum perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi
peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Guru yang baik

14
adalah yang menyadari kesalahan ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap
merasa dan berusaha untuk tidak mengulanginya.

15
Pembangkit Pandangan (Motivator) dan Pendorong Kreativitas

Dalam proses pembelajaran. motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat
penting. Sering terjadi peserta didik yang kurang berprestasi bukan disebabkan kemampuannya
yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar. Dengan demikian, peserta
didik yang berprestasi rendah belum tentu disebabkan oleh kemampuannya yang rendah pula,
tetapi mungkin disebabkan tidak ada dorongan motivasi dalam dirinya (motivasi instrinsik). Oleh
sebab itu, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar peserta didik, karena pada
hakikatnya aktivitas belajar adalah aktivitas yang berhubungan dengan keadaan mental
seseorang. Dengan demikian apabila peserta didik belum siap (secara mental) menerima
pelajaran yang akan disampaikan, maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan
tersebut akan berjalan dengan sia-sia dan tanpa makna."

Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan guru dituntut
untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut .Kreativitas merupakan
sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan di sekitar kita.
Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan
tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Akibatnya, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani
peserta didik sehingga peserta didik akan menilainya bahwa ia memang kreatif dan tidak
melakukan secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh
guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.

Pekerja Rutin dan Aktor

Sebagai aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas pada materi yang harus
ditransfer-kan, melainkan juga tentang kepribadian manusia sehingga mampu memahami respon-
respon pendengarnya dan merencanakan kembali pekerjaannya sehingga dapat dikontrol.
Sebagai aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam yang akan
mengarahkan kegiatannya. Tahun demi tahun, sang aktor berusaha mengurangi respon bosan dan
berusaha meningkatkan minat para pendengar.

16
Dengan perannya sebagai aktor, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi
pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkan dan meningkatkan
kemampuannya. Dengan terus belajar, diharapkan akan tercipta peserta didik yang unggul.
Menurut The Liang Gie, yang dikutip oleh Sunardi Nur dan Sri Wahyuningsih, karakteristik
peserta didik yang unggul ada tiga, yaitu 1) gairah belajar yang mantap, 2) semangat maju yang
menyala dalam menuntut ilmu, dan 3) kerajinan mengusahakan studi sepanjang waktu.

Pemindah Kemah dan Pembawa Cerita

Hidup ini selalu berubah-ubah, dan guru adalah seorang pemindah kemah yang sering
memindah-mindahkan dan membantu peserta didik dalam meningkatkan hal lama menuju
sesuatu yang baru yang bias peserta didik alami. Guru berusaha keras untuk mengetahui masalah
peserta didik, kepercayaan, dan kebiasaan yang menghalangi kemajuan serta membantu
menjauhi dan meninggalkannya untuk mendapatkan cara-cara baru yang lebih sesuai. Guru harus
memahami hal yang bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi peserta didiknya.

Sudah menjadi sifat manusia secara umum untuk dapat mengenal dirinya dan
menanyakan keberadaannya serta bagaimana berhubungan dengan keberadaannya tersebut.
Tidak mungkin bagi manusia hanya muncul dalam lingkungannya dan berhubungan dengan.
lingkungan tanpa mengetahui asal usulnya. Semua itu diperoleh melalui sebuah cerita. Guru
tidak takut menjadi alat untuk menyampaikan cerita-cerita tentang kehidupan, karena ia tahu
sepenuhnya bahwa cerita itu sangat bermanfaat bagi manusia khususnya peserta didik. Cerita
adalah cermin yang bagus dan merupakan tongkat pengukur. Dengan cerita manusia bisa
mengamati bagaimana memecahkan masalah yang sama dengan. yang dihadapinya,menemukan
gagasan dan kehidupan yang Nampak diperlukan oleh manusia lain, yang bias disesuaikan
dengan kehidupan mereka. Guru berusaha mencari cerita untuk membangkitkan gagasan
kehidupan di masa mendatang.

Emansipator, Pengawet dan Kulmintor

Guru harus memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insan dan menyadari
bahwa kebanyakan insan merupakan "budak" stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa
pengalaman, pengakuan, dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari self-image
yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan bertolak dan rendah diri. Guru telah

17
melaksanakan peran sebagai emansipator ketika peserta didik yang dicampakkan secara moril
dan mengalami berbagai kesulitan, dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri.

Salah satu tugas guru adalah mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi
berikutnya, karena hasil karya manusia terdahulu banyak yang bermakna bagi kehidupan
manusia sekarang maupun di masa yang akan datang. Sarana pengawet terhadap apa yang telah
dicapai manusia terdahulu adalah kurikulum. Guru juga harus mempunyai sikap positif terhadap
apa yang diawetkan.

Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari awal hingga
akhir (kulminasi). Dengan rancangannya, peserta didik akan melewati tahap kulminasi, yaitu
suatu tahap yang memungkinkansetiap peserta didik bias mengetahui kemajuan belajarnya. Di
sini peran kulminator terpadu dengan peran sebagai evaluator. Guru sejatinya adalah seorang
pribadi yang harus serba bias dan serba tahu serta mampu mentransferkan kebisaan dan
pengetahuannya kepada peserta didiknya dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan
potensi mereka.

Peneliti dan Evaluator

Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan penyesuaian


penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian, yang
didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu, guru adalah seorang pencari atau peneliti.
Menyadari akan kekukrangannya, guru berusaha mencari apa yang belum diketahui untuk
meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Sebagai orang yang telah mengenal
metodologi tentunya ia tahu pula apa yang harus dikerjakan, yakni penelitian.

Peran guru lainnya adalah melakukan evaluasi. Evaluasi atau penilaian merupaka aspek
pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan,
serta variable lain yang mempunyai arti apabila berhuungan dengan konteks yang hampir tidak
mungkin dapat dipisahkan dengan setap segi penilaian. Teknik apapun yang dipilih, dalam
penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap yakni persiapan,
pelaksanaan, dan tindak lanjut.

Peran guru sebagai evaluator dimaksudkan agar guru mengetahui apakah tujuan yang
telah dirumuskan telah tercapai atau belum, dan apakah materi yang sudah diajarkan sudah

18
cukup tepat atau belum. Dengan melakukan penilaian guru akan dapat mengetahui keberhasilan
pencapaian tujuan, penguasaan peserta didik terhadap pelajaran serta keefektifan metode
mengajar. Dalam peran ini, guru menyimpulkan data atau informasi tentang keberhasilan
pembelajaran yang telah dilakukan.

Pendidikan Khusus

Pendidikan khusus adalah bentuk pendidikan yang diselenggarakan berdasarkan


kebutuhan yang khusus dari peserta didik yang berkebutuhan khusus (Obani, 2004). Pendidikan
khusus sendiri didesain sedemikian rupa agar sesuai dengan kebutuhan khusus yang dialami oleh
peserta didik (Gargiulo, 2005).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1991 Tentang. Pendidikan


Luar Biasa menegaskan tentang tujuan dari pendidikan khusus yang sebelumnya disebut dengan
pendidikan luar biasa adalah sebagai berikut:

Pendidikan luar biasa bertujuan membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik
dan/atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai
pribadi maupun anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal-balik dengan
lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam
dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan.

Bentuk pendidikan khusus di Indonesia dikategorikan menjadi pendidikan khusus. dan


pendidikan layanan khusus (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pendidikan khusus ditujukan bagi peserta didik yang
memiliki kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional,
mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Sedangkan pendidikan
layanan khusus ditujukan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat
adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari
aspek ekonomi.

Seiring perkembangannya, pendidikan khusus di Indonesia diselenggarakan ke dalam 3


(tiga) sistem, yaitu: integrasi, segregasi, dan inklusi. Sistem integrasi memungkinkan seorang
peserta didik berkebutuhan khusus bersekolah pada sekolah regular, tetapi menerima
pembelajaran pada unit atau kelas khusus. Sistem segregasi memungkinkan peserta didik

19
berkebutuhan khusus terpisah dari sistem pendidikan peserta didik pada umumnya. Sementara
sistem inklusi merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan
dengan meniadakan hambatan hambatan yang dapat menghalangi setiap peserta didik termasuk
peserta didik berkebutuhan khusus untuk berpartisipasi penuh daam pendidikan (Biwako, 2002).

C. PERAN GURU DALAM PENDIDIKAN KHUSUS

Standar proses pendidikan khusus mencakup perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan


pengawasan. Berdasarkan cakupan tersebut, dapat dijelaskan secara luas bahwa peran guru
dalam standar proses pendidikan khusus adalah sebagai berikut:

1. Dalam perencanaan

a. Guru sebagai inovator.

Guru berperan sebagai pengembang sistem nilai ilmu pengetahuan (Syamsudin, 2003).
Nilai ilmu pengetahuan perlu dikembangkan bagi peserta didik, karena pembelajaran tanpa nilai
akan mengurangi esensi dari pendidikan itu sendiri. Bagi peserta didik berkebutuhan khusus,
nilai-nilai ilmu pengetahuan yang dikombinasikan dengan nilai-nilai kehidupan akan lebih
bermakna sehingga peserta didik berkebutuhan khusus dapat memandang positif pembelajaran
yang didapatkannya. Implikasinya adalah peserta didik berkebutuhan khusus akan memiliki
sudut pandang yang positif terhadap kondisi yang dialaminya.

b. Guru sebagai Designer of Interactions (perancang pengajaran)

Peran ini berarti bahwa guru senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan belajar
mengajar yang efektif dan efisien (Muhibbin, 1995). Rancangan proses pembelajaran bagi
peserta didik berkebutuhan khusus harus disesuaikan dengan tingkatan kemampuan dan kondisi
yang dialami oleh peserta didik. Hal ini bersesuaian dengan prinsip dan tujuan pendidikan
khusus seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Karena standar proses pendidikan khusus
memiliki keterkaitan dengan standar kompetensi lulusan dan standar isi, maka capaian
pembelajaran dan kedalaman serta keluasan materi yang akan diajarkan harus disesuaikan agar
peserta didik mampu mengikuti pembelajaran secara optimal.

20
2. Dalam pelaksanaan

a. Guru sebagai Manager of Interactions (pengelola interaksi antara guru dengan peserta
didik)

Guru menyelenggarakan dan mengendalikan seluruh tahapan proses belajar mengajar.


Dimulai dari kegiatan awal, inti, dan penutup. Guru bertanggungjawab untuk mengatur ritme,
pola, alokasi waktu pembelajaran dari I hingga Interaksi di dalam proses pembelajaran menjadi
poin penting karena bukan hanya peserta didik yang mendapatkan manfaat, namun juga guru
memperoleh umpan balik (feedback) dari peserta didik (BHP UNY, 2010).

b. Guru sebagai motivator

Peran guru sebagai motivator menjadi penting dalam rangka meningkatkan semangat belajar
peserta didik (Sadirman, 2011). Motivasi yang diberikan oleh guru akan menjadi reinforcement
(bantuan) untuk mengembangkan potensi peserta didik, karena hal tersebut dapat berfungsi
sebagai dasar bagi peserta didik berkebutuhan khusus untuk menerima dirinya dan
menumbuhkan rasa percaya diri akan potensi yang dimilikinya (Dimyati, 2006).

c. Pembimbing atau Director..

Guru sebagai pembimbing dituntut untuk mampu mengidentifikasi setiap potensi maupun
hambatan yang dialami oleh peserta didik di kelasnya (Syamsuddin, 2003). Dengan kondisi yang
dialaminya, peserta didik berkebutuhan khusus memerlukan arahan atau bimbingan yang terpadu
dari guru sehingga dapat mengikuti proses pembelajaran secara seksama.

d. Inisiator

Guru diharapkan menghadirkan ide-ide pembelajaran yang mampu menginspirasi peserta


didik berkebutuhan khusus untuk mengeksplorasi pembelajaran secara aktif. Hal ini
dimaksudkan agar pembelajaran tidak bersifat monoton, sehingga diperlukan kreativitas dari
guru untuk memulai ide-ide pembelajaran yang mampu menarik minat peserta didik (Soekartini,
1995).

e. Guru sebagai fasilitator

21
Guru perlu memfasilitasi peserta didik berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran,
dikarenakan kondisi dan kemampuan mereka yang terbatas. Oleh karena demikian, peran guru
dalam "menjembatani" antara kebutuhan belajar dan tujuan pembelajaran menjadi penting.

3. Dalam penilaian

Guru berperan sebagai evaluator, yaitu sebagai pihak yang mengevaluasi pembelajaran
itu sendiri dan mengevaluasi hasil belajar peserta didik (Mulyasa, 2005). Evaluasi pembelajaran
dapat memberikan guru informasi terkait keberhasilan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran, sementara itu evaluasi hasil belajar peserta didik dapat memberikan guru
informasi terkait dengan kemajuan peserta didik terhadap pembelajaran yang telah diikutinya.

4. Dalam pengawasan

Guru sebagai pelaksana dan penjamin ketercapaian isi standar. Guru memegang peranan
sebagai pihak yang menjadi pelaksana isi standar proses pendidikan. Terkait dengan pelaksanaan
isi standar, guru berkewajiban untuk melakukan monitoring secara berkala selama rangkaian
proses pembelajaran misalnya 7/9 minggu, setiap bulan, dan setiap akhir tahun ajaran. Dalam
praktiknya, guru harus memperhatikan rambu-rambu yang terdapat dalam standar proses
pendidikan khusus dalam merencanakan, melaksanakan, menilai, dan mengawasi proses
pembelajaran.

D. TUGAS GURU DALAM PENDIDIKAN

Seperti yang kita ketahui bahwa seorang guru merupakan orang yang bertugas untuk
mendidik dan memberikan pengetahuannya untuk mencerdaskan para generasi muda.
Sebagaimana tercantum dalam Permendikbud nomor 15 tahun 2018 Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Berdasarkan hal tersebut maka tugas dasar dari
seorang guru berada dalam ranah pembelajaran, dan sesuai dengan penjabaran guru
Permendikbud menjelaskan mengenai tugas guru dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut :

a) merencanakan pembelajaran atau pembimbingan

22
Dalam pembelajaran seorang guru bertugas untuk merencanakan pembelajaran dan
bimbingan dengan melakukan pengkajian kurikulum dan silabus
pembelajaran/pembimbingan/program kebutuhan khusus pada satuan pendidikan, pengkajian
program tahunan dan semester,dan pembuatan rencana pelaksanaan
pembelajaran/pembimbingan sesuai standar proses atau rencana pelaksanaan pembimbingan.
b) melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan
Selain merencanakan pembelajaran seorang guru juga bertugas melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Dan seorang guru juga harus
melakukan bimbingan terhadap siswa yang biasanya dilakukan oleh seorang guru bimbingan
konseling.
c) menilai hasil pembelajaran atau pembimbingan
Setelah melaksanakan pembelajaran maka seorang huru juga bertugas menilai proses
pembelajaran. Dimana penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi
untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik pada aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
d) membimbing dan melatih peserta didik
Selain tugas dalam pembelajaran di dalam kelas, seorang guri juga bertugas membimbing
dan melatih siswa melalui kegiatan kokurikuler dan/atau kegiatan ekstrakurikuler
e) melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan
Beban Kerja Guru.
Seorang guru selain memiliki tugas dalam mendidik peserta didik juga memiliki tugas di
luar hal tersebut seperti memiliki tugas untuk menjadi kepala sekolah, ketua program
keahlian, kepala perpustakaan, dan lain-lain.

Sejalan dengan permendikbud, Hazmi N (2019) menjelaskan 3 tugas guru dalam proses
pembelajaran, yaitu

a) Merencanakan
Dalam proses pembelajaran tugas pertama seorang guru adalah merencanakan, hal-hal
yang perlu direncanakan oleh seorang guru adalah
1) Tujuan Pembelajaran

23
Tujuan pembelajaran adalah prilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki
atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu
salah satu hal penting yang harus dilakukan seorang guru adalah menyiapkan dan
menyampaikan tujuan pembelajaran.

24
2) Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan seperangkat alat atau sarana pembelajaran yang berisikan
materi pembelajaran, metode, batasan-batasan yang dirancang secara sistematis dan
menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga bahan ajar sangat
penting untuk dipersiapkan oleh guru agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
3) Proses pembelajaran yang akan diciptakan
Proses pembelajaran merupakan interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, sehingga pada diri peserta didik terjadi proses pengolahan informasi
menjadi pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil dari proses belajar. Proses
pembelajaran sangat penting untuk dipersiapkan agar kesempatan pembelajaran dapat
dimaksimalkan, dan tercipta suasana nyaman dalam pembelajaran.
4) Alat untuk mengukur ketercapaian tujuan
Untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran maka seorang guru harus
menyiapkan sebuah alat untuk mengukur ketercapaian tujuan seperti tes baik itu yang
dilakukan secara lisan maupun tulisan, seperti ulangan harian, ulangan semester ataupun
ujian praktik. Sehingga guru dapat menilai kemampuan peserta didik dalam memahami
apa yang telah dipelajari dan memudahkan guru mengukur keberhasilan tujuan
pembelajaran terhadap peserta didik.
b) Melaksanakan
Tugas seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran adalah menciptakan situasi
dan kondisi belajar yang nyaman dan tidak ada gangguan. Hal ini karena apabila situasi dan
kondisi belajar tidak nyaman atau ada gangguan maka proses pembelajaran dapat dikatakan
mengalami kegagalan. Situasi atau kondisi belajar adalah suatu keadaan yang mana terjadi
aktifitas pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan mental. Kondisi
belajar adalah suatu situasi belajar yang dapat menghasilkan perubahan perilaku pada
seorang peserta didik setelah ia ditempatkan pada situasi tersebut.
c) Evaluasi
Setelah melaksanakan proses pembelajaran tugas seorang guru adalah mengevaluasi apa
yang telah dilaksanakan dalam pembelajaran yang dinamakan dengan evaluasi program.
Evaluasi program adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi dan

25
mengetahui pencapaian tujuan program pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dengan hasil
dari evaluasi program pembelajaran ini digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan
kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya

Berdasarkan penjelasan dari permendikbud no 15 tahun 2015 dan Hazmi N (2019) maka
tugas seorang guru dalam proses pembelajaran dapat dikelompokan menjadi 3, yaitu
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Namun lebih dari itu, tugas guru menurut
kemendiknas tahun 2013 dalam (Darmadi, H. 2015) tugas utama seorang guru adalah sebagai
berikut

a) Tugas guru sebagai profesi/jabatan


Guru merupakan sebuah profesi yang tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang karena
memerlukan keahlian khusus. Tugas guru sebagai profesi yaitu mendidik, mengajar dan
melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan. Mengajar
berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Melatih berarti
mengembangkan keterampilan kepada peserta didik.
b) Tugas guru di sekolah
Tugas guru di sekolah dapat dikatakan sama dengan tugas guru sebagai profesi. Namun
lebih dari itu tugss guru di sekolah yaitu sebagai orang tua kedua sehingga guru harus
menarik simpati dan menjadi idola serta teladan bagi para peserta didiknya dalam proses
belajar. Untuk memenuhi tugas tersebut seorang guru harus senantiasa berpenampilan
menarik dan selalu dapat ditiru dalam berbagai hal. Hal tersebut karena penampilan dan sikap
guru dapat menjadi faktor pendorong untuk siswa dalam memahami pelajaran.
c) Tugas guru di masyarakat
Masyarakat menempatkan guru sangat terhormat dan menjadi panutan, karena dari
seorang guru masyarakat percaya dapat mendapatkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
guru bertugas untuk memelihara kepercayaan masyarakat dengan meneruskan kebudayaan
kepada peserta didik, membentuk kepribadian peserta didik yang harmonis, dan menyiapkan
peserta didik menjadi warga negara yang baik, serta mencerdaskan kehidupan bangsa dan
memelihara empat pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan
NKRI.

26
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Standar proses pendidikan merupakan sebuah standar yang harus dicapai dalam
pelaksanaan pembelajaran dimana pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh peran guru. Peran
guru dalam pencapaian standar proses yaitu dengan mempersiapkan proses pembelajaran sesuai
dengan kondisi oeserta didik, melaksanakan proses pendidikan sesuai dengan rencana yang
sudah disiapkan, dan mengevaluasi apa yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu sangat penting bagi seorang guru untuk melaksanakan tugas dan perannya dengan
sebaik mungkin agar standar proses dapat dicapai karena guru merupakan pelaksana dari standar
proses pendidikan.

3.1 Saran

Setelah mengetahui mengenai standar proses pendidikan dan tugas serta peran guru
diharapkan dapat saat akan mendidik atau mengajar peserta didik dapat mempersiapkan terlebih
dahulu proses pembelajaran dengan melaksanakan tugas serta peran guru untuk mencapai
standar proses pendidikan.

27
Daftar Pustaka

Darmadi. (2016). Tugas, Peran, Kompetisi, dan Tanggungjawab Menjadi Guru Profesional.
Edukasi : Jurnal Pendidikan 13 (2), 161-174.
Juhji. (2017). Peran urgen guru dalam Pendidikan . Studia Didaktika, 52-62.
N Nazmi. (2019). Tugas Guru Dalam Proses Pembelajaran . JOEAI : Jurnal of Education and
Instruction 2 (1), 56-65.
Nasyirwan. (2015). Pencapaian 8 (Delapan) Standar Nasional Pendidikan. Manajer Pendidikan,
Vol. 9, 724-736.
Oktaviani, N. M. (2019). Implementasi Standar Proses Dalam Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar.
Primary : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Vol 8 No 2, 182-189.
Rahmat. (2019). Pendidikan Agama Islam : Analisis Kebiakan Pendidikan Agama Islam
Indonesian Era 4.0. Sumedang: CV. Literasi Nusantara Abadi .
Rusman. (2017). Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media.
Sanjay, W. (2010). Strategi Berorientasi Proses Pendidikan . Jakarta: Kencana Prenada Media.
Septiana, F. I. (2017). Peran Guru Dalam Standar Proses Pendidikan Khusus Pada Lingkup
Pendidikan Formal (Sekolah Luar Biasa/Sekolah Khusus). Inclusive : Journal of Special
Education Volume III Nomor 02, 131-139.
Siti Nurjanah, R. M. (2018). Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses Pendidikan
Anak Usia Dini. Jurna PPKM III, 247-258.
Wardan. (2019). Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: CV Budi Utama.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Pasal 1 ayat 1

28

Anda mungkin juga menyukai