Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM ABDUL MANAN


MATA KULIAH : SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI
DOSEN PENGAMPU : JUWITA ANGGRAINI, MHI

Oleh :
Kelompok 10
Nispa Puspita Sari (2010602011)
Putri Aisyah (2010602022)

PRODI EJKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2021/2022

i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Kami kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, Kami tidak akan
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah “Pemikiran Ekonomi Islam Abdul Manan” dapat diselesaikan. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas dari ibu Juwita Anggraini,MHI pada mata kuliah Sejarah
pemikiran ekonomi islam . Kami berharap makalah ini dapat menjadi referensi bagi kita
semua.
Kami menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan dan
kekurangan. Kami terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini Kami memohon maaf.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Palembang, November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1. Latar belakang...................................................................................................................1
1.2. Rumusan masalah.............................................................................................................2
1.3. Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
2.1. Biografi Abdul Manan..........................................................................................................3
2.2. Pemikiran Abdul Manan tentang Ekonomi Islam................................................................4
2.3. Pemikiram Abdul Manan tentang Kebijakan Fiskal............................................................6
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................10
3.1. Kesimpulan...........................................................................................................................10
3.2. Saran.....................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Mannan mendefinisikan ekonomi islam sebagai sebuah ilmu sosial yang mempelajari
masalah–masalah ekonomi bagi suatu masyarakat yang diilhami oleh nilai – nilai islam.
Ekonomi islam itu berhubungan dengan produksi, distribusi dan konsumsi barang serta jasa
didalam kerangka masyarakat islam yang didalamnya jalan hidup islami ditegakkan
sepenuhnya. Pemikiran ekonominya dituangkan dalam karya-karyanya Islamic Economics:
Theory and Practice (1970) dan The Making of Islamic EconomicSociety (1984). Beliau
mendefinisikan ekonomi Islam sebagai “ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.” Ketika ekonomi
Islam dihadapkan pada masalah ”kelangkaan”, maka bagi Mannan, sama saja artinya dengan
kelangkaan dalam ekonomi Barat. Bedanya adalah pilihan individu terhadap alternatif
penggunaan sumber daya, yang dipengaruhi oleh keyakinan terhadap nilai-nilai Islam. Oleh
karena itu, menurut Mannan, yang membedakan sistem ekonomi Islam dari sistem sosio-
ekonomi lain adalah sifat motivasional yang mempengaruhipola, struktur, arah dan
komposisi produksi, distribusi dan konsumsi. Dengan demikian, tugas utama ekonomi Islam
adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi asal-usul permintaan dan penawaran
sehingga dimungkinkan untuk mengubah keduanya ke arah distribusi yang lebih
adil.Pemikiran ekonominya dituangkan dalam karya-karyanya; The Economic Enterprise in
Islam (1971) dan Some Aspects of The Islamic Economy (1978). Ia mendefinisikan
ekonomi Islam sebagai “respon para pemikir muslim terhadap tantangan ekonomi yang
dihadapi pada zaman mereka masing-masing. Dalam usaha ini, mereka dibantu oleh Qur’an
dan Sunnah, baik sebagai dalil dan petunjuk maupun sebagai eksprimen.” Siddiqi menolak
determinisme ekonomi Marx. Baginya, ekonomi Islam itu modern, memanfaatkan teknik
produksi terbaik dan metode organisasi yang ada. Sifat Islamnya terletak pada basis
hubungan antarmanusia, di samping pada sikap dan kebijakan-kebijakan sosial yang
membentuk sistem tersebut. Ciri utama yang membedakan perekonomian Islam dan sistem-
sistem ekonomi modern yang lain, menurutnya, adalah bahwa di dalam suatu kerangka
Islamkemakmuran dan kesejahteraan ekonomi merupakan sarana untuk mencapai tujuan
spritual dan moral. Oleh karena itu, ia mengusulkan modifikasi teori ekonomi Neo-Klasik
konvensional dan peralatannya untuk mewujudkan perubahan dalam orientasi nilai, penataan
kelembagaan dan tujuan yang dicapai.

1
1.2. Rumusan masalah
1) Bagaimana biografi abdul manan ?
2) Bagaimana pemikiran abdul manan tentang ekonomi islam?
3) Bagaimana pemikiran abdul manan tentang kebijakan fiskal ?

1.3. Tujuan
1) Bisa mengetahui tentang biografi abdul manan
2) Bisa mengetahui tentang pemikiran abdul manan tentang ekonomi islam
3) Bisa mengetahui tentang pemikiran abdul manan tentang kebijakan fiskal

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Biografi Abdul Manan
Muhammad Abdul Mannan merupakan seorang tokoh ekonomi Islam yang
menganjurkan pembentukan Bank Dunia Islam Muslim Word Bank, lima tahun sebelum
pembentukan sesungguhnya dari Islamic Development Bank (IDE) pada tahun 1975 di
Jeddah, Arab Saudi. Ia dilahirkan di Bangladesh, pada tahun 1938. Saat itu, Bangladesh
masih termasuk dalam kawasan Pakistan. Mannan menikahi seorang wanita keturunan India
bernama Nargis Mannan. Ia adalah seorang mahasiswa pasca sarjana yang mendapat gelar
magister pada bidang ilmu politik. Nargis Mannan merupakan seorang isteri yang sangat
membantu Mannan dalam menyelesaikan tulisan-tulisan yang dibuatnya. Mannan dikaruniai
dua orang anak dari hasil pernikahannya dengan Nargis Mannan. Reshmi dan Ghalib
merupakan nama dari anak perempuan dan anak laki-laki Mannan. Kedua buah hatinya itu
juga sering membantu ayahnya dalam menyelesaikan tulisan-tulisan mengenai ekonomi
Islam.
a. Riwayat pendidikan Abdul Manan
M. Abdul Mannan pada tahun 1960 menerima atas gelarnya di bidang ekonomi dari
Rajshahi University, Pakistan kemudian beliau pindah ke Amerika Serikat dan
mendaftarkan diri di Michigan State Uneversity, untuk program MA (economics). Beliau
lulus pada tahun 1973 program doktor dari universitas yang sama dalam bidang industri
dan keuangan. Beliau berpemahaman mainstream setelah mendapatkan gelar doktornya
beliau mengajar di Papua Nugini dan pada tahun 1978 beliau ditunjuk sebagai professor
di International Centre for Resarch In Islamic Economis Jeddah. Selama periode tersebut,
beliau juga menjabat sebagai Visiting Profesor di Muslim Institute London dan di
Universitas Georgetown Amerika Serikat. Kemudian ia bergabung di Islamic
Developement Bank Jeddah sejak 1984 dan menjadi ahli ekonomi senior di sana. Selama
karirnya 30 tahun, Beliau banyaak berperan dalam sejumlah organisasi besar organisasi
pendidikan dan ekonomi. Pada tahun 1970 beliau menerbitkan buku pertamanya yang
berjudul “Islamic, Theory and Practice”. Buku ini dipandang oleh kebanyakan
mahahasiswa dan sarjana ekonomi sebagai buku teks pertama ekonomi Islam. Beliau
mendapatkan penghargaan atas sumbangannya ini dari Pakistan sebagai Highest
Academic Award Of Pakistan pada tahun 1974 yang baginya setara dengan hadiah
Pulitzer. Pada tahun 1984, Mannan menerbitkan bukunya yang berjudul The Making Of
Islamic Economic Society dan The Frontier Of Islamic Economics. Hal ini didorong
akibat tahun 1970 Islam berada dalam tahapan pembentukan, berkembang dari
pernyataan tentang prinsip ekonomi secara umum dalam Islam hingga uraian lebih
seksama. Sampai pada saat itu tidak ada satu Universitas pun yang mengajarkan ekonomi
Islam. Seiring dengan perkembangan zaman, ekonomi Islam mulai diajarkan di berbagai
universitas.
b. Karya – karya abdul manan

3
1) Islamic Economics; Theory and Practice, 386 halaman, diterbitkan oleh: Sh.
Mohammad Ashraf, Lahore, Pakistan, 1970, (Memperoleh best-book Academic
Award dari Pakistan Writers' Guild, 1970) cetak ulang 1975 dan 1980 di Pakistan.
Cetak ulang di India, 1980. Buku ini bagi sebagian besar mahasiswa dan sarjana
Ekonomi Islam dijadikan sebagai buku teks pertama Ekonomi Islam. Buku tersebut
mendapat pengakuan Internasional dan telah diterbitkan 12 kali, direvisi pada tahun
1986. Buku Islamic Economics, Theory and Practice, menjadikan karya utama
Muhammad Abdul Mannan sebagai salah satu rujukan, dan kesuksesannya yang
demikian jelas haruslah dilihat di dalam konteks dan periode penulisannya.
2) The Making of Islamic Economics Society: Islamic Dimensions in Economic
Analysis; diterbitkan oleh International Association of Islamic Banks, Cairo dan
International Institute of Islamic Banking and Economics, Kibris (Cyprus Turki)
1984. Buku ini menurut Muhammad Abdul Mannan dapat dipandang sebagai upaya
yang lebih serius dan terperinci dalammenjelaskan buku yang pertama.Sebagai
seorang ilmuwan, ia mengembangkan ekonomi Islam berdasarkan pada beberapa
sumber hukum, yaitu:
1. al-Qur‟an
2. Sunnah Nabi
3. Ijma‟ dan atau Qiyas
4. Sumber hukum lainnya
3) The Frontiers of Islamic Economics, diterbitkan oleh Idarath Ada'biyah, Delhi, India,
1984. Buku ini lanjutan dari karya Mannan sebelumnya, buku ini memberikan uraian
yang luas dan terperinci tentang ekonomi Islam serta membantu dalam menegakkan
amanah ekonomi Islam.
4) Economic Development in Islamic Framework.
5) Key Issues and Questions in Islamic Economics, Finance, and Development
6) Abstracts of Researches in Islamic Economics (diedit, KAAU, 1984).
7) Islam arid Trends in Modern Banking - Theory and Practice of Interest-free
Banking". Asli dimuat dalam Islamic Review and Arab Affairs, jilid 56, Nov/Des.,
1968, jilid 5-10, dan jilid 57, January 1 London, 1969, halaman 28-33, UK
diterjemahkan kedalam bahasa Turki oleh M.T. Guran Ayyildiz Matahassi, Ankara
(1969).1

2.2. Pemikiran Abdul Manan tentang Ekonomi Islam


Abdul Manan ketika menjelaskan pengertian ekonomi Islam menyebutkan “Islamic
economics is a social science which studies the economics problems of a people imbued
with the values of islam”. Dimana menurut beliau ilmu ekonomi Islam adalah ilmu
pengetahuan sosialyang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami
oleh nilai-nilai Islam. Dalam bukunya yang sudah di terjemahkan dalam bahasa Indonesia
1
http://repository.umy.ac.id › bitstream › handle

4
dengan judul “Teori dan Praktek Ekonomi Islam”, Abdul Mannan telah memaparkan hampir
seluruh aspek ekonomi Islam secara utuh dan rinci. Mannan benar-benar ingin membangun
sebuah ekonomi Islam mulai dari kerangka paradigma teorinya, aspek individu,
kelembagaan sampai ke tingkat negara. Dalam persoalan pertumbuhan ekonomi, Mannan
berpendapat bahwa persoalan-persoalan yang berkaitan dalam masalah produksi harus
diselesaikan dan dipastikan status hukumnya. Beberapa masalah yang pokok yang berkaitan
dengan faktor produksi yang harus tuntas penyelesaiannya adalah menyangkut: sistem
penguasaan tanah dalam, kebijakan tentang kependudukan dan hubungan industrial. Ketiga
hal itu dianggap penting dan menentukan dalam kaitannya dengan produksi dalam ekonomi
Islam, sedangkan kapitalisme maupun sosialisme telah dianggap gagal dalam menyelesaikan
persoalan itu. Dalam persoalan penguasaan tanah, menurut Mannan, Islam telah
menekankan bahwa tanah harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan
masyarakat, karena itu pemilikan dan penguasaan atas tanah untuk keuntungan segelintir
orang (feodalisme) bertentangan dengan Islam, demikian juga pada sistem zamindari yang
pada hakikatnya melakukan pembagian tanah secara merata pada semua penggarap tanah
adalah bertentangan dengan Islam. Untuk mengindari hal itu, Islam menekankan arti
pentingnya penggarapan tanah pada pemiliknya sendiri. Jika tidak mampu menggarapnya,
harus diberikan kepada orang lain yang mampu menggarapnya serta melarang untuk
menyewakannya pada orang lain. Jika seseorang tidak mampu menggarap tanahnya maka
hak pemilikannya hanya sebatas maksimal tiga tahun Dalam persoalan kependudukan,
keluarga berencana (KB) melalui pembatasan kelahiran merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari suatu kebijakan pembatasan penduduk yang meluas. Hasil yang diharapkan
bukanlah untuk mencegah pertumbuhan yang terus-menerus melainkan untuk
menciptakanperkawinan yang bahagia di antara pertumbuhan ekonomi bagi suatu bangsa
secara keseluruhan. Adanya kontroversial di dunia Islam yang berkaitan dengan program
KB, Mannan lebih cenderung berpendapat untuk menyetujui diterapkannya program KB
sebagai kebijakan pengendalian penduduk yang komprehensif bagi dunia Islam. Negara
Islam membawa misi dan kewajiban yang harus dipenuhi yaitu mencapai keadilan sosial.
Jika ledakan penduduk menimbulkan kemacetan dalam mencapai keadilan sosial, maka
negara Islam berhak menanggulanginya. Dalam kaitannya dengan hubungan industrial,
perselisihan antara tenaga kerja dan majikan dianggap merupakan kutukan bagi dunia
kapitalis. Pertumbuhan organisasi pekerja dan majikan selama beberapa dekade terakhir dan
kemudian dibarengi dengan pemogokan-pemogokan dan laranganlarangan bekerja telah
menjadi fenomena yang identik dengan dunia industri. Pemogokan tidak saja berpengaruh
pada para konsumen dan para produsen, tetapi juga pada para pekerja itu sendiri. Para
konsumen akan terpengaruh oleh kelangkaanbarang yang dibuat dan hal ini akan
mengakibatkan naiknya harga. Para produsen akan terpengaruh oleh gangguan dalam
kelanjutan produksi. Selanjutnya terhentinya pekerjaan yang disebabkan oleh pemogokan
berarti kerugian kerja dan upah bagi para pekerja. Menurut Mannan, Islam tidak mengakui
penghisapan buruh oleh majikan, tetapi juga tidak menyetujui dihapuskannya kelas kapitalis
dari kerangka kerja sosial sebagaimana yang terdapat dalam analisis Marx tentang
masyarakat tanpa kelas. Oleh karena itu, apabila sebab utama pertentangan industri modern
maupun di berbagai pemerintah Islam dianalisis berdampingan, maka dapat dengan mudah
mengatakan bahwa Islam melindungi kepentingan kaum buruh maupun majikan dalam

5
kerangka suatu organisme nyata yang serba lengkap. Dengan memberikan suatu penilaian
moral bagi seluruh persoalan, Islam telah menjalin persatuan antara buruh dan majikan.
Dengan demikian, jika para pekerja dan majikan diresapi nilai Islam, maka seluruh
persoalan mengenai pemogokan dan penutupan tempat kerja relatif tidak perlu. Pokok
persoalannya bukanlah bagaimanamelarang atau membatasi pemogokan dan penutupan
tempat kerja, tetapi bagaimana cara memasukkan nilai- nilai Islam ke dalam kerangka
pengembangan industri yang terdapat di negara-negara Islam. Dalam persoalan pemerataan
ekonomi, sejumlah paket kebijakan operasional yang diharapkan mempunyai implikasi
berjangka jauh guna mengurangi kesenjangan pendapatan dan kekayaan dapat direncanakan
dengan melaksanakan tindakan pengaturan wajib dan sukarela yang secara Islami
dibenarkan, yaitu:
a. Pembayaran zakat dan ‘Usr.
b. Larangan riba atas pinjaman konsumtif maupun produktif.
c. Hak atas sewa ekonomik murni (yaitu pendapatan yang diperoleh tanpa suatu usaha
khusus oleh siapapun juga) dari semua anggota masyarakat atau negara.
d. Pelaksanaan hukum waris guna menjalin pengalihan harta benda antar generasi secara
adil.
e. Dorongan untuk memberi pinjaman secara tulus dan ikhlas serta bebas dari bunga
(qardul- hasanah).
f. Pencegahan dari habisnya sumber daya alam oleh generasi sekarang, yang akan dapat
merugikan generasi yang akan datang.
g. Dorongan untuk memberikan sadaqah kepada orang miskinoleh mereka yang memiliki
dana surplus di luar kebutuhan mereka.
h. Dorongan pengorganisasian ansuransi koperatif.
i. Dorongan didirikannya perserikatan kedermawanan (awqaf) untuk menyediakan barang-
barang kebutuhan sosial, maupun barang-barang kebutuhan pribadi bagi orang-orang
yang layak menerimanya.
j. Dorongan untuk meminjamkan modal produktif tanpa mengenakan beaya bagi mereka
yang membutuhkannya, si penerima diharapkan akan mengembalikan pada si pemilik
asli, sesudah mencapai sasaran atau tujuan peminjaman (ma’un).
k. Tindakan hukum terhadap perbendaharaan pemerintah demi terlaksananya jaminan
realisasi tingkat minimum penghidupan, segera setelah ditetapkan oleh suatu negara
Islam sesuai dengan syari’at maupun kenyataan sosio- ekonomis.
l. Pemungutan pajak tambahan di luar zakat dan ‘usr oleh suatunegara Islam untuk
menjamin pemerataan yang adil.2

2.3. Pemikiram Abdul Manan tentang Kebijakan Fiskal


Kebijakkan fiskal merupakan suatu kebijakkan pemerintah untuk mendapatkan dana negara
dan pengeluaran negara dari dana-dana yang didapatkan tersebut. Oleh sebab itu, dari

2
http://e-journal.potensi-utama.ac.id › ojs › viewFile

6
pengertian tersebut dapat dartikan bahwa ada 2 jenis instrumen pada kebijakkan fiskal,
yaitu:
1. Kebijakkan pendapatan, yaitu berupa beberapa kebijakkan yang diatur oleh pemerinrah
untuk mendapatkan dana-dana sebagai dana negara.
2. Kebijakkan pengeluaran, yakni berupa kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dalam
hal pengeluaran dana yang telah terkumpul ke dalam negara.
Kebijakan fiskal yang bersandar pada Islam merupakan hukum-hukum yang sempurna,
tidak ada permasalahan yang ada di dunia malainkan sudah di atur oleh hukum yang ada di
dalamnya, yakni hukum islam. Kesempurnaan meruapkan salah satu karakteristik dari pada
hukum islam itu sendiri. Hal ini sebagaimana dapat dilihat dari isi peraturan-peraturan yang
ada di dalamnya, yang mana hukum Islam merupakan suatu hukum yang peraturannya
mencakup semua aspek seperti masalah perdata, pidana, administrasi, kenegaraan, dan
lainnya. Dalam ajaran Islam memiliki kebijakan fiskal dengan prinsip pengembangan taraf
hidup yang mana mengarah pada lebih jauh kemajuan umat manusia dengan berlandaskan
penyebaran pembangunan yang merata, bisa juga dikatakan dengan mengacu pada hal-hal
yang bersifat duniawi dan akhirat dikedudukan setara. Dalam pandangannya, berdasarkan
seluruh alkitab terdahulu, Quranlah yang merupakan kitab yang mengajarkan ajaran yang
tidak ada keraguan didalamnya tentang sistem pemerintahan tentang Keuangan negara.
Dengan demikian pandangannya menggambarkan bagaimana berinovasi dalam penguraian
persoalan yang berhubungan dengan pengeluaran dan pendapatan negara.
a) Kebijakan Pengeluaran menurut Mannan Menurut paparan Mannan,
program kegiatan dimana dapat menambah pengeluaran negara memiliki dampak negatif
terhadap kehidupan sosial dan keuangan warga. Begitu juga apa yang tertulis pada ajaran
ketuhanan diseluruh muka bumi ini, Quran lah yang sudah mentaokan ajaran - ajaran
yang benar tentang mekanisme fiskal di dalam sistem pemerintahan. Tentu saja,
mekanismenya tidak serta merta diberikan kepada pemerintah, serta bukan diserahkan
untuk aturan-aturan yang ada saat ini. Begitu juga halnya dengan Zakat yang mana
ditujukan pada orang - orang yang kurang beruntung atau mampu, atau para pendatang
yang telah tinggal disuatu negara, dengan kembali membantunya, termasuk melepaskan
segala perbudakan serta sandera dalam peperangan, dan menolong orang-orang
berutang, para fisabilillah, serta orang-orang yang bepergian. Adalah suatu keharusan
kita sebagai umat manusia untuk membantu sesama sesuai dengan yang tertulis pada
Qur’an Surah At - Tauba 9:60
‫وبُهُ ْم َوفِى‬Zْ Zُ‫ ِة قُل‬Zَ‫ا َو ْال ُم َؤلَّف‬ZZَ‫ت لِ ْلفُقَ َر ۤا ِء َو ْال َم ٰس ِكي ِْن َو ْال َعا ِملِي َْن َعلَ ْيه‬
ُ ‫ص َد ٰق‬َّ ‫اِنَّ َما ال‬
‫ْضةً ِّم َن هّٰللا ِ َۗوهّٰللا ُ َعلِ ْي ٌم‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫ار ِمي َْن َوفِ ْي َسبِي ِْل ِ َواب ِْن ال َّسبِي ۗ ِْل فَ ِري‬ ِ ‫ب َو ْال َغ‬ ِ ‫الرِّ قَا‬
‫َح ِك ْي ٌم‬
“sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus - pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan)
budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang

7
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha
Mengetahui lagi maha bijaksana.
b) Kebijakan Pemasukan Menurut Mannan
Menurut Manna, tidak ada keraguan bahwa sistem keuangan negara dan perpajakan
Islam mempunyai elastisitas yang cukup signifikan .ini dikarenakan, Al-Quran tidak
menyatakan nominal yang dibebankan untuk umat islam secara umum serta faktor masa
lampau tentang tata pengelolaan keuangan negara, dapat kita lihat suatu evolusi secara
berangsur-angsur, mulai dari bujukan dan anjuran sampai pada memberlakukannya
kewajiban dan tugas yang dilaksanakan dengan segala kekuasan yang dapat dimiliki
masyarakat. Dimasa lampau pada masa jauh sebelum rasul meninggalkan Mekkah kita
tidak mempunyai data yang real dalam mengatakan sesuatu mengenai zakat. kekuatan
pusat tidak akan memiliki kemampuan dalam mengutip dan memberikan zakat
berdasarkan hukum Islam. Namun Seketika itu semua menjadi berbeda saat Rasulullah
beserta umat islam pada saat itu pergi dari kota Mekkah serta hijrah ke
Madinah.kemudian, ditetapkan suatu aturan mengenai Zakat dengan detail. Berdasarkan
Fakta, di era Rasulullah sejauh apa yang menjadi penghasilan umat islam merupakan
Zakat dan Sedekah menjadi sumber penghasilan negara. Pada hakikatnya zakat dan
sedekah bukan hanya pajak atas binatang piaraan (biri-biri, kambing, unta dan lembu),
termasuk pajak pada pertambangan (terutama emas dan perak), pada harta terpendam
yang ditemukan dan sebagainya.
c) Kebijakan Pemasukan terhadap Non Muslim
Menurut Mannan, bahwa suatu negara yang berlandaskan kaidah Islam akan
memprioritaskan umat islam dan yang bukan islam dengan tidak sama,mengenai
pendapatan dan pengeluaran. Dimana Apabila diperoleh melalui umat islam wajib
disalurkan kepada umat islam dan yang bukan islam, dengan begitu bisa menjadi suatu
evaluasi untuk sistem pemerintahan yang berlandaskan Islam bisa mengambil dalam
nominal yang sesuai dengan pendapatan orang-orang yang bukan islam. Dikutipnya
suatu pajak dalam administrasi tata pengelolaan ekonomi islam dimasa lampau, adalah
suatu hal yang sifatny subjektif. Pada saat inipun mengenai aturan pendapatan yang tidak
sama pada orang-orang non-Muslim sepertinya bukanlah tidak bisa diimplementasikan.
Jika Cuma umat islam yang diberikan pengenaan membayar pajak untuk tidak
memberikan kewajiban pada warga negara yang bukan islam, bisa jadi Kesejahteraan
nantinya berbubah haluan dari kaum Muslimin untuk non-Muslim yang bisa mmpunyai
perdagangan dan perniagaan yang sukses, itu menjadi kerugian umat islam.
d) Mekanisme Rencana Pengeluaran Belanja Negara
1. Di era Ini Menurut Mannan, dalam mempertimbangan pembentukan suatu kebijakan
Anggaran belanja untuk suatu sistem pemerintahan yang dimayoritasi warga muslim,
Sangat Dianjurkan melihat sistem anggaran belanja di era pemerintahan muslim saat
ini. Mengingat dikarenakan sudah berbedanya fakta dilapangan secara mendasar.
2. Defenisi Rencana Pengeluaran Belanja Yang Kontemporer bukan hanya pada era
masa pertama Islam, akan tetapi pada era-saat ini juga, cakupan anggaran begitu
kecil dan memiliki keterbatasan sehingga apabila hasil yang dianggarkan
dibelanjakan maka semua unsur petinggi pemerintahan yang memiliki kepentingan
berasumsi bahwa tanggung jawab mereka telah berakhir. Pada masa saat ini begitu

8
banyak hambatan yang ditemukan dalam keterkaitan antara pengeluaran dan
dipenuhinya persepsi-persepsi, karena persepsi dan anggaran dianggap sebagai suatu
proses yang saling membutuhkan.
3. Suatu Pemerintahan Yang sesuai dengan Ajaran Islam Kontemporer dalam persepsi
negara Islam modern diharuskan menerapkan konsep anggaran modern anggaran
modern dengan memiliki ketidaksamaan dalam hal perbaikan defisit anggaran.
Negara Islam pada masa ini diharuskan memulai keluar anggaran yang mutlak dalam
pencapaiannya, baik dengan pikiran rasional struktur pajak atau dengan mengambil
kredit dari aturan-aturan yang berlaku pada negara lain.
4. Defisit dan Pembiayaan Defisit jika pengeluaran lebih kecil dari penerimaan maka
defisit anggaran akan muncul. Namun suatu negara memiliki anggaran yang surplus,
jika penerimaan melebihi pengeluaran, dan bila penerimaan sekarang sama dengan
pengeluaran sekarang, terjadi anggaran berimbang. Maka bila pemerintah menaikan
jumlah belanja negara, tanpa menambah beban pajak kepada masyarakat,maka
pengeluaran ekstranya dapat dikatakan ditanggung dengan pembiayaan defisit. Yang
menjadi permasalahanny adalah Haruskah negara yang berlandaskan Qur’an dan
hadist harus mengadopsi sistem dengan pembiayaan defisit tersebut.
e) Aturan Pendapatan dan Pengeluaran Negara yang berlandaskan pada hal-hal yang
bersifat spirituil dan materiil
konsep Islam pada kebijakan fiskal mempunyai visi yang mana mengarah pada lebih
jauh kemajuan umat manusia dengan berlandaskan penyebaran pembangunan yang
merata, bisa juga dikatakan dengan mengacu pada hal-hal yang bersifat duniawi dan
akhirat dikedudukan yang setara. Dimana dapat diartikan bahwa semua demi
kemaslahatan umat.3

http://e-journal.potensi-utama.ac.id › ojs › viewFile

9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Muhammad Abdul Mannan merupakan seorang tokoh ekonomi Islam yang menganjurkan
pembentukan Bank Dunia Islam Muslim Word Bank, lima tahun sebelum pembentukan
sesungguhnya dari Islamic Development Bank (IDE) pada tahun 1975 di Jeddah, Arab
Saudi. Ia dilahirkan di Bangladesh, pada tahun 1938. Saat itu, Bangladesh masih termasuk
dalam kawasan Pakistan. Mannan menikahi seorang wanita keturunan India bernama Nargis
Mannan. Ia adalah seorang mahasiswa pasca sarjana yang mendapat gelar magister pada
bidang ilmu politik. M. Abdul Mannan pada tahun 1960 menerima atas gelarnya di bidang
ekonomi dari Rajshahi University, Pakistan kemudian beliau pindah ke Amerika Serikat dan
mendaftarkan diri di Michigan State Uneversity, untuk program MA (economics). Beliau
lulus pada tahun 1973 program doktor dari universitas yang sama dalam bidang industri dan
keuangan. Beliau berpemahaman mainstream setelah mendapatkan gelar doktornya beliau
mengajar di Papua Nugini dan pada tahun 1978 beliau ditunjuk sebagai professor di
International Centre for Resarch In Islamic Economis Jeddah. Selama periode tersebut,
beliau juga menjabat sebagai Visiting Profesor di Muslim Institute London dan di
Universitas Georgetown Amerika Serikat. Kemudian ia bergabung di Islamic Developement
Bank Jeddah sejak 1984 dan menjadi ahli ekonomi senior di sana. Selama karirnya 30 tahun,
Beliau banyaak berperan dalam sejumlah organisasi besar organisasi pendidikan dan
ekonomi. Pada tahun 1970 beliau menerbitkan buku pertamanya yang berjudul “Islamic,
Theory and Practice”. Abdul Manan ketika menjelaskan pengertian ekonomi Islam
menyebutkan “Islamic economics is a social science which studies the economics problems
of a people imbued with the values of islam”. Dimana menurut beliau ilmu ekonomi Islam
adalah ilmu pengetahuan sosialyang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat
yang diilhami oleh nilai-nilai Islam. Dalam bukunya yang sudah di terjemahkan dalam
bahasa Indonesia dengan judul “Teori dan Praktek Ekonomi Islam”, Abdul Mannan telah
memaparkan hampir seluruh aspek ekonomi Islam secara utuh dan rinci. Mannan benar-
benar ingin membangun sebuah ekonomi Islam mulai dari kerangka paradigma teorinya,
aspek individu, kelembagaan sampai ke tingkat negara. Dalam persoalan pertumbuhan
ekonomi, Mannan berpendapat bahwa persoalan-persoalan yang berkaitan dalam masalah
produksi harus diselesaikan dan dipastikan status hukumnya.
Kebijakkan fiskal merupakan suatu kebijakkan pemerintah untuk mendapatkan dana negara
dan pengeluaran negara dari dana-dana yang didapatkan tersebut. Oleh sebab itu, dari
pengertian tersebut dapat dartikan bahwa ada 2 jenis instrumen pada kebijakkan fiskal,
yaitu:
1. Kebijakkan pendapatan, yaitu berupa beberapa kebijakkan yang diatur oleh pemerinrah
untuk mendapatkan dana-dana sebagai dana negara.
2. Kebijakkan pengeluaran, yakni berupa kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah dalam
hal pengeluaran dana yang telah terkumpul ke dalam negara.

10
3.2. Saran
Dengan selesainya makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat
didalamnya, baik dari segi penulisan, susunan kata, bahan referensi, dan lainnya. Oleh
karena itu, kami mengharapkan masukan dari pihak pembaca sebagai pengetahuan untuk
mewujudkan perubahan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Demikianlah makalah yang sederhana ini kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi
penyusun dan khususnya pembaca pada umumnya. Oleh sebab itu kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.umy.ac.id › bitstream › handle

https://ejournal.iainbengkulu.ac.id ›

http://e-journal.potensi-utama.ac.id › ojs › viewFile

12

Anda mungkin juga menyukai