Anda di halaman 1dari 8

Jurnal ABDINUS : Jurnal Pengabdian Nusantara, X (X), 20XX, XX-XX

Pengembangan Bank Sampah


Pada Banjar Campuan Asri Kangin Desa Dalung

Ni Putu Sari Wahyuni


ayuichi26@gmail.com
Program Studi Akuntansi
Universitas Pendidikan Nasional

Abstract: The development of a waste bank with its own recycling concept and creating
appropriate products and involving UMKM in an effort to improve the operational
performance of the waste bank is carried out in community service activities in 2021 in
Dalung Village. The purpose of carrying out this activity is to increase the capital
turnover of the waste bank. The efforts made are to provide creative ideas in the form of
products that can be produced by waste banks with used goods, explain organic waste
processing techniques and recommend organic waste counter tools for waste banks. can
accept types of organic waste in waste bank transactions, and explain the procedures for
implementing CRS to UMKM so that members of the waste bank can invite UMKM
around the area to participate in protecting the environment. This effort is stated in the
presentation of the Blueprint which is divided into 3 blueprints, namely a blueprint for
handicraft techniques, a blueprint for composting techniques, and a blueprint for
implementing CRS. With the presentation of the idea of developing a waste bank, it is
hoped that the community can participate in helping improve the performance of the
waste bank.
Keywords: Waste bank, capital turover, recycling, CRS

Abstrak: Pengembangan bank sampah dengan konsep daur ulang sendiri dan
menciptakan produk tepat guna serta mengikutsertakan UMKM dalam upaya
meningkatkan kinerja operasional bank sampah dilakukan pada kegiatan pengabdian
masyarakat tahun 2021 di Desa Dalung. Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah
untuk meningkatkan perputaran modal bank sampah .Adapun upaya yang dilakukan
yaitu memberikan ide-ide kreatif berupa produk yang dapat dihasilkan oleh bank
sampah dengan barang bekas yang dimiliki, memaparkan teknik pengolahan sampah
organic serta merekomendasikan alat pencacah sampah organic agar bank sampah
dapat menerima jenis sampah organic pada transaksi bank sampah, dan
memaparkan prosedur penerapan CRS kepada UMKM agar anggota bank sampah
dapat mengajak UMKM di sekitar wilayah untuk ikut berpartisipasi dalam menjaga
lingkungan. Upaya tersebut dituangkan dalam pemaparan Blueprint yang dibagi
menjadi 3 blueprint yaitu blueprint teknik kerajinan tangan, blueprint teknik
pembuatan pupuk kompos, dan blueprint penerapan CRS. Dengan adanya
pemaparan ide mengenai pengembangan bank sampah ini, diharapkan masyarakat
dapat ikut berpartisipasi dalam membantu meningkatkan kinerja dari bank sampah.
Kata kunci: Bank sampah, perputaran modal, daur ulang, CRS.

ANALISIS SITUASI
Permasalahan sampah merupakan salah satu hal yang lumrah terjadi pada generasi saat
ini. Peningkatan penduduk di dunia menurut Worldmeters terjadi dengan kisaran pertumbuhan
1-1,2% per tahun yang juga dibarengi dengan peningkatan sampah dari kegiatan konsumsi
mereka. Sampah dari kegiatan konsumsi didominasi oleh sampah yang tidak dapat diurai oleh
alam. Menurut data dari Sustainable Waste Indonesia (SWI) yang dikutip dari CNN Indonesia,
menyebutkan bahwa di Indonesia sendiri sebanyak 24% sampah masih tidak dapat dikelola.
Hal tersebut dapat diartikan bahwa sekitar 15 juta ton sampah dari total sekitar 65 juta ton
sampah di Indonesia masih mengotori lingkungan karena tidak dapat diurai dan tidak ditangani
dengan baik. Untuk itu, pengolahan sampah yang tidak dapat diurai dengan beberapa solusi
gencar dilakukan agar dapat mengurangi tumpukan sampah dan permasalahan sampah lainnya.
Salah satu metode pengurangan sampah yang diterapkan di Indonesia saat ini yaitu dengan
Jurnal ABDINUS : Jurnal Pengabdian Nusantara, X (X), 20XX, XX-XX
mendirikan bank sampah pada setiap wilayah di Indonesia.
Bank sampah merupakan salah satu kegiatan pengelolaan sampah guna mengatasi
permasalahan sampah yang sering terjadi. Bank sampah pada Banjar Campuan Asri Kangin
memiliki sistem kerja berupa pengumpulan sampah yang sudah digolongkan oleh warga
kemudian ditukarkan dalam bentuk tabungan bank. Sampah yang telah ditukarkan akan dijual
ke pengepul sampah. Sampah yang diterima oleh bank sampah Banjar Campuan Asri Kangin
berupa sampah daur ulang. Dengan sistem kerja tersebut, Bank sampah Banjar Campuan Asri
Kangin masih menghadapi beberapa kendala yang mengakibatkan perputaran modal mereka
terhambat. Menurut Ibu Desak selaku ketua bank sampah, kendala yang dihadapi oleh
organisasi mereka berupa anggota bank sampah yang belum memiliki ketrampilan untuk
mengubah barang-barang bekas yang terkumpul menjadi barang yang bernilai jual tinggi
sehingga mereka hanya menjual barang-barang bekas ke pengepul sampah. Kendala kedua
yaitu tidak memiliki alat untuk mengolah sampah basah sehingga mereka tidak dapat
menerima jenis sampah basah yang diberikan oleh warga. Untuk itu, program kerja yang akan
diuraikan dalam laporan KKN ini berupa “Pengembangan Bank sampah pada Banjar Campuan
Asri Kangin Desa Dalung”

SOLUSI DAN TARGET


Permasalahan dari bank sampah pada Banjar Campuan Asri Kangin yaitu terletak pada
sistem operasional dari bank sampah tersebut. Terdapat 3 permasalahan utama yang menjadi
focus penelitian ini yaitu kurangnya kreativitas dari anggota bank sampah, tidak terdapatnya
alat pengelola sampah organic sehingga bank sampah Banjar Campuan Asri Kangin menolak
menerima sampah organic dari warga sekitar, dan kurangtegasnya bank sampah kepada
UMKM di wilayah sekitar untuk penanganan sampah dari kegiatan operasional mereka. Untuk
itu, solusi yang dapat diberikan berupa upaya meningkatkan kreativitas dan ikut melibatkan
komunitas sekitar Banjar Campuan Asri Kangin untuk mengurangi permasalahan sampah
dengan merepresentasikan ide tersebut dalam bentuk blueprint yang berisi ide-ide kreatif
dalam pengolahan sampah daur ulang, menyarankan merk dari alat pengolah sampah organic
tersebut pada blueprint beserta cara pembuatan pupuk kompos dan memberikan uraian terkait
CSR agar anggota bank sampah dapat melakukan sosialisasi kepada UMKM yang berdiri di
sekitar lingkungan banjar dan memberikan beberapa aturan-aturan mengenai pelaksanaan CSR
agar UMKM dapat berpartisipasi dalam menjaga lingkungan. Ketiga solusi tersebut akan
dituangkan dalam blueprint dan akan diajukan kepada Kepala Desa Dalung selaku coordinator
dari bank sampah Banjar Campuan Asri Kangin untuk ditindaklanjuti. Blueprint ini juga akan
dilengkapi dengan rincian estimasi biaya untuk dapat menjalankan beberapa saran tersebut.
Target dari pelaksanaan KKN ini berupa peningkatan permodalan dari Bank Sampah
Banjar Campuan Asri Kangin, Desa Dalung sehingga bank sampah dapat mandiri dan tidak
lagi mengandalkan alokasi dana desa dalam hal pembiayaan operasional.

METODE PELAKSANAAN
Metode yang digunakan yaitu berupa penyusunan 3 buah blueprint yang terdiri dari:
1. Teknik kerajinan tangan. Blueprint ini berisi ide kreatif pengolahan 4 kategori barang –
barang bekas dan merinci produk apa yang dapat dihasilkan dari barang-barang bekas
tersebut beserta estimasi biaya yang dikeluarkan juga memaparkan teknik
pembuatannya.
2. Teknik pembuatan pupuk kompos. Dalam blueprint ini memaparkan cara pembuatan
pupuk kompos dari sampah organic dan merekomendasikan alat pengolah sampah
organic agar pembuatan pupuk kompos dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Jurnal ABDINUS : Jurnal Pengabdian Nusantara, X (X), 20XX, XX-XX
3. Implementasi CRS untuk UMKM di sekitar lingkungan. Isi dari blueprint ini akan
menjabarkan hal-hal yang berkaitan dengan CRS agar anggota bank sampah dapat
mensosialisasikan CRS kepada UMKM dengan efektif dan efisien.

HASIL DAN LUARAN


Hasil dari pengabdian masyarakat ini berupa Blueprint atau model pembahasan
mengenai pemecahan masalah untuk diterapkan oleh Bank Sampah Banjar Campuan
Asri Kangin antara lain:
1. Blueprint mengenai teknik kerajinan tangan.
Tujuan dirancangnya blueprint ini yaitu untuk menambah pendapatan dari hasil
penjualan kerajinan tangan yang lebih bernilai dibandingkan hanya menjual barang
bekas tersebut ke pengepul dan melatih ketrampilan dari anggota bank sampah agar
dapat menciptakan produk kreatif dari barang bekas secara independen.

Gambar 3.1
Jurnal ABDINUS : Jurnal Pengabdian Nusantara, X (X), 20XX, XX-XX

Gambar 3.2
Dalam rancangan blueprint pada gambar 3.1 dan 3.2, pemaparan awal ide
berupa jenis barang bekas yang digunakan untuk membuat produk. Jenis barang bekas
yang tergolong mudah untuk dikreasikan dan diperkirakan memiliki nilai jual tinggi
jika diubah menjadi produk yaitu botol bekas, koran, kaleng kemasan, dan kardus.
Kemudian, dipaparkan produk yang akan dibuat dari keempat jenis barang bekas
tersebut yaitu botol bekas akan dikreasikan menjadi sapu untuk membersihkan
pekarangan rumah, koran akan diubah menjadi produk jam dinding, kaleng akan dibuat
menjadi produk kotak pensil bagi pelajar, dan kardus akan diubah menjadi tempat tidur
kucing bagi pencinta binatang. Tahap selanjutnya yaitu berupa pemaparan bahan dan
alat yang diperlukan.
Untuk pembuatan produk pertama yaitu sapu memerlukan bahan dan alat
berupa botol bekas, kayu polos, gunting/pisau, dan kawat bekas. Estimasi biaya yang
dikeluarkan untuk membuat 1 sapu sebesar Rp9.500,-. Biaya tersebut dikeluarkan
untuk membeli botol dari warga sebesar Rp800,- per kg, membeli sebuah tongkat
sebagai pegangan sapu sebesar Rp8.500,- dan biaya membeli kawat bekas dari warga
sebesar Rp200,- per kg. Untuk harga jual sebesar Rp13.000 sehingga anggota bank
sampah mendapat keuntungan sebesar Rp3.500,- dari hasil penjualan sapu dan jika
bank sampah memproduksi 10 sapu maka estimasi keuntungan yang diperoleh sekitar
Rp35.000,-.
Pembuatan produk kedua berupa jam dinding memerlukan bahan dan alat
berupa koran bekas/majalah bekas, gunting, kepingan cd bekas, mesin jam dinding,
jarum jam dinding, lem, penggaris, dan pensil. Estimasi biaya yang dikeluarkan yaitu
Jurnal ABDINUS : Jurnal Pengabdian Nusantara, X (X), 20XX, XX-XX
sebesar Rp12.500,- per produk. Biaya ini mencakup pembelian koran bekas dari warga
sebesar Rp2.000,- per kg, kepingan cd bekas dari warga sebesar Rp1.000,- per kg, dan
mesin jam dinding & jarum jam sebesar Rp9.500,- per satu buah sehingga harga jual
per satuan dapat dipatok di harga Rp15.500,-
Produk ketiga berupa kotak pensil memerlukan bahan dan alat berupa kaleng
bekas, lem besi, dan gunting seng. Biaya yang diperkirakan untuk membeli bahan dan
alat sebesar Rp18.000,-. Biaya tersebut mencakup pembelian kaleng bekas dari warga
sebesar Rp7.000,- per kg, lem besi Rp11.000,-. Untuk 1 produk harga jual yang
disarankan sebesar Rp8.000,- dengan estimasi biaya sebesar Rp18.000,- dikeluarkan
untuk memproduksi kotak pensil sebanyak 3 buah.
Produk terakhir berupa tempat tidur kucing. Bahan dan alat yang diperlukan
berupa kardus bekas, gunting, dan lem. Estimasi biaya sebesar Rp26.000,- untuk
membeli kardus bekas dari warga sebesar Rp1.000,- per kg. lem tembak sebesar
Rp25.000,- sehingga harga jual yang disarankan sebesar Rp30.000,-
Rincian terakhir dari blueprint yaitu pemaparan teknik pembuatan dari 4 produk
tersebut. Teknik yang dipaparkan merupakan teknik dasar dan untuk tahapan terakhir
setelah pembuatan produk yaitu tahap finishing berupa pewarnaan dari produk. Dalam
tahap ini, akan menyerahkan kembali kepada setiap anggota untuk berkreasi karena
pada dasarnya produk sudah dapat dijual walaupun tidak diberikan sentuhan warna
karena produk ini diciptakan untuk menunjang aktivitas rumah tangga.
2. Blueprint mengenai teknik pembuatan pupuk kompos.
Tujuan dari pengajuan blueprint ini yaitu agar Bank Sampah Banjar Campuan
Asri Kangin dapat membeli sampah organic dari warga sekitar bukan hanya membeli
kompos jadi dari warga tetapi juga dapat menciptakan kompos sendiri sehingga
kemungkinan aliran dana dari penjualan kompos hasil produksi bank sampah sendiri
dapat meningkatkan modal bank sampah.
Jurnal ABDINUS : Jurnal Pengabdian Nusantara, X (X), 20XX, XX-XX
Gambar 3.3

Dapat dilihat dari gambar 3.3, rincian awal blueprint dipaparkan mengenai
bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan pupuk kompos yaitu sampah organic,
serbuk gergaji, activator (em4), dan air. Setelah itu, pada blueprint ini , dipaparkan alat
yang akan digunakan dalam proses pembuatan pupuk kompos ini berupa mesin
pencacah sampah organic untuk mempercepat proses pemisahan sampah organis, 2
tong/ember bekas, alat pengaduk berupa kayu bekas.
Estimasi biaya yang diperlukan sebesar Rp7.029.500,- untuk pembelian sampah
organic dari warga sebesar Rp500,- per kg, serbuk gergaji Rp5.000,- per kg, activator
jenis em4 sebesar Rp24.000,- per liter, dan alat pencacah sampah sebesar
Rp7.000.000,-. Estimasi biaya tersebut dikeluarkan pada awal proses produksi karena
Bank Sampah Banjar Campuan Asri Kangin belum memiliki alat pencacah sampah
organic sehingga biaya yang dikeluarkan di awal cukup besar. Oleh karena itu,
disarankan untuk harga jual sebesar Rp8.500,- per kg untuk pupuk kompos yang
dihasilkan.
3. Blueprint mengenai implementasi CRS untuk UMKM.
Di sekitar lingkungan Banjar Campuan Asri Kangin banyak UMKM yang
berdiri dan beberapa diantaranya merupakan supermarket yang banyak dikunjungi
masyarakat untuk berbelanja. Dari wawancara yang telah dilakukan, diinformasikan
oleh kepada Kelian Dinas Banjar Campuan Asri Kangin, I Gusti Ngurah Suastika
bahwa belum ada pungutan yang dilakukan oleh banjar kepada pelaku UMKM dalam
hal partisipasi mereka untuk menjaga lingkungan sekitar banjar.
Untuk itu, blueprint ini akan diusulkan kepada Kepala Desa Dalung sebagai
coordinator wilayah Banjar Campuan Asri Kangin untuk menerapkan CRS kepada
UMKM yang berdiri di wilayah sekitar banjar agar mereka dapat berpartisipasi
menjaga lingkungan dan dapat membantu mengembangkan bank sampah banjar.
Adapun isi dari blueprint ini yaitu tahapan perencanaan CRS untuk
diimplementasikan nantinya oleh Kelian Dinas dibawah koordinasi dari Kepala Desa
Dalung. Perancangan diagram ini dikutip dari Nor Hadi (2009 : 112). Beliau
merumuskan diagram yang menggambarkan tahapan perencanaan, evaluasi, dan
implementasi CSR seperti yang dipaparkan pada gambar 3.6
Jurnal ABDINUS : Jurnal Pengabdian Nusantara, X (X), 20XX, XX-XX
Gambar 3.6
Nama, Nama, Dkk

SIMPULAN
Dari hasil pengabdian kepada masyarakat di wilayah Banjar Campuan Asri Kangin,
maka dapat disimpulkan bahwa Bank Sampah Banjar Campuan Asri Kangin memiliki potensi
yang tinggi untuk dikembangkan menjadi bank penunjang perekonomian wilayah tersebut
karena dengan kreatifitas para anggota untuk mendaur ulang sampah-sampah yang telah
dikumpulkan dari masyarakat sekitar secara independent maka kemungkinan pendapatan yang
diterima oleh bank juga tinggi

DAFTAR RUJUKAN
Buku Panduan. 2021. Buku Panduan Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata. Denpasar: Universitas
Pendidikan Nasional.
Hadi, Noor. 2011. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sekarningrum, dkk. 2017. Pengembangan Bank Sampah Pada Masyarakat di Bantaran Sungai
Cikapundung. Jurnal Pengabdian Masyarakat (ISSN 1410 – 5675).
Asteria dan Heruman. 2016. Bank Sampah Sebagai Alternatif Strategi Pengelolaan Sampah
Berbasis Masyarakat di Tasikmalaya. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 23(1), 136 –
141.
Haryani, dkk. 2020. Studi Penerapan Bank Sampah Dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan
Hidup di Kota Yogyakarta. Journal Bioeksperimen, 6(1), 60 – 68.
Sri Suryani, Anih. 2014. Peran Bank Sampah Dalam Efektivitas Pengelolaan Sampah (Studi
Kasus Bank Sampah Malang). Jurnal Pusat Pengkajian, Pengolahan Data, dan
Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI Kompleks DPR MPR RI Jl. Gatot
Subroto Senayan Jakarta.
Nabilah, dkk. 2019. Perancangan Model Bisnis Bank Sampah di Kota Bandung Menggunakan
Model Bisnis Canvas. Journal Universitas Padjadjaran, 23(1).
Hasnam, dkk. 2017. Strategi Pengembangan Bank Sampah di Wilayah Depok. Jurnal Aplikasi
Bisnis dan Manajemen (ISSN 2528 – 5149).
Bachtiar, dkk. 2019. Pengembangan Bank Sampah Sebagai Bentuk Partisipasi Masyarakat
Dalam Pengelolaan Sampah (Studi Pada Koperasi Bank Sampah Malang). Jurnal
Administrasi Publik, 3(1), 128 – 133.
Andriana, dkk. 2019. Pengelolaan Sampah di Era Revolusi Industri 4.0 Berbasis Startup
Digital. Jurnal Sistem Informasi (ISSN 2579 – 5341).

M 2 Vol 4 No 1
Tahun 2020

Anda mungkin juga menyukai