Anda di halaman 1dari 15

RESUME

AUDIT KEUANGAN DAN PERPAJAKAN

AUDIT KEUANGAN

Pengertian Audit Manajemen Keuangan


Audit manajemen keuangan adalah analisis dan dan penilaian yang dilakukan secara
sistematis, periodik, dan terdokumentasi terhadap pengambilan keputusan serta segala
kebijakan dalam pengelolaan sumber daya keuangan perusahaan. Dalam melakukan
aktivitasnya, auditor lebih menekankan pada ekonomisasi, efesien, dan efektivitas
pengelolaan sumber daya keuangan perusahaan.
Sedangkan audit laporan keuangan adalah penilaian atas suatu perusahaan sehingga
dapat dihasilkan dapat dihasilkan pendapat yang independen tentang laporan keuangan yang
relevan, akurat, lengkap, dan disajikan secara wajar.
Tujuan Dan Manfaat Dari Audit Manajemen Keuangan
1. Menilai ketepatan strategi dan kebijakan keuangan yang ditetapkan perusahaan, baik
kebijakan investasi, operasi, maupun pendanaan.
2. Menilai apakah dokumentasi peraturan, pemantauan dan pelaporan manajemen
keuangan telah memadai sebagai elemen penting dalam kerangka kerja menejemen
keuangan termasuk perencanaan, kebijakan pengembangan keuangan, akuntabilitas,
dan lain-lain.
3. Menilai ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas tata kelola keuangan perusahaan baik
aktivitas investasi, operasi, maupun pendanaan telah sesuai strategi dan kebijakan
keuangan yang telah ditetapkan.
Manfaat Audit Manajemen Keuangan
1. Deskripsi tentang ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas tata kelola keuangan
perusahaan saat ini.
2. Kekurangan-kekurangan yang masih memerlukan perbaikan dalam tata kelola
keuangan perusahaan.
3. Diperolehnya umpan balik untuk pencegahanterjadinya kerugian karena kurang
baiknya tata kelola keuangan perusahaan.
Ruang Lingkup Audit Manajemen Keuangan
1. Ketetapan posisi organisasi manajemen keuangan dalam struktur organisasi
perusahaan dan kapabilitas sumber daya manusia pada organisasi departemen
keuangan,
2. Penetapan tugas, wewenang dan tanggungjawab pada setiap fungsi keuangan,
3. Prosedur dan pedoman tata kelola keuangan perusahaan,
4. Ketetapan keputusan dan kebijakan keuangan yang ditetapkan perusahaan,
5. Tata kelola manajemen keuangan perusahaan.
Pendekatan Dan Metodologi
Beberapa pendekatan yang sesuai dengan audit manajemen keuangan antara lain:
1. Pengujian terhadap ketepatan kebijakan tata kelola keuangan
2. Penilaian keselarasan tujuan dan program manajemen keuangan dengan tujuan
perusahaan secara keseluruhan
3. Penilaian terhadap ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas pelaksanaan program-
program manajemen keuangan.
Beberapa teknik pengumpulan data yang sesuai meliputi (metodologi) :
1. Review terhadap dokumen-dokumen penting
2. Wawancara terhadap beberapa personel kunci
3. Audit di lokasi (observasi)
Tujuan dan Fungsi Manajemen Keuangan
a. Mendapatkan dana yang tepat dalam jumlah yang memadai
b. Meningkatkan profitabilitas
c. Penggunaan dana dengan tepat
d. Memaksimalkan nilai perusahaan
Untuk membantu perencanaan audit dan dalam menentukan area dan prioritas dari audit,
auditor harus mempertimbangkan risiko-risiko berikut ini.
1. Aturan, wewenang, dan tanggung jawab khusus dalam manajemen keuangan tidak
secara jelas didokumentasikan dan dikomunikasikan.
2. Manajemen senior tidak menerima informasi keuangan yang akurat dan tepat waktu
sebagai dasar pengambilan keputusan berkaitan dengan kalkulasi biaya dan progress
dari masing-masing bagian dalam pencapaian tujuan strategisnya
3. Kebijakan dan prosedur manajemen keuangan tidak stabil dan/atau tidak secara
konsisten diikuti atau dimonitori di kantor pusat, cabang,and unit-unit operasional.
Struktur organisasi yang efektif berkaitan dengan tata kelola manajemen keuangan tidak
ditetapkan dan/atau tidak dikomunikasikan secara tepat.
Audit Organisasi Manajemen Keuangan
Pencapaian tujuan fungsi keuangan dalam perusahaan sangat tergantung pada
efektivitas organisasi manajemen keuangan. Manajemen keuangan harus ditempatkan pada
posisi yang strategis dalam struktur organisasi yang efektif. Menempatkan manajemen
keuangan pada lapisan bawah direksi menjadikan organisiasi tidak optimal dalam
memberikan kontribusinya pada keberhasilan perusahaan.
Audit atas Keputusan Investasi
Empat unsur penting yang harus diperhatikan dalam keputusan investasi adalah:
a. Jumlah investasi bersih yang dikeluarkan
b. Potensi keuntungan (arus kas masuk operasi bersih) yang diperoleh
c. Periode waktu investasi untuk menghasilkan keuntungan (umur ekonomis investasi)
d. Pemulihan modal pada akhir umur investasi (nilai akhir)
Audit atas Keputusan Operasi
Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengendalikan pendapatan dan beban
yang membentuk laba:
1. Siapkan laporan keuangan bulanan, gunakan untuk menganalisis kinerja dan bandingkan
bisnis dengan rata-rata industry
2. Pahami keuntungan yang bisa diperoleh dari setiap barang dan/jasa yang dijual.
3. Konsentrasi pada peningkatan penjualan yang sangat menguntungkan pada barang dan/
jasa
4. Jangan memberikan diskonto pada produk yang marginnya rendah
5. Jangan memberikan diskonto pada produk yang sangat menguntungkan kecuali diskonto
tersebut mendorong peningkatan penjualan dengan keuntungan minimal sama
6. Identifikasi pengeluaran penting yang menjaga jalannya usaha, jangan dipotong biaya
ini.
7. Lakukan review terhadap proses bisnis untuk melihat beberapa beban yang bisa
dihilangkan secara penuh
8. Review rencana penyusunan staf
9. Pertahankan karyawan yang professional, ingat penggantian keryawan itu berbiaya
mahal.
a) Jumlah Optimal Aset Lancar
Dua pertimbangan penting yang memengaruhi penentuan jumlah asset lancar
yang harus disediakan perusahaan adalah: 1) tingkat output yang akan dicapai, dan 2)
tingkat laba (ROI) yang diharapkan dari penggunaan asset lancar tersebut. Tingkat
optimal asset lancar yang paling produktif adalah ketersediaan asset lancar pada
tingkat minimum yang tidak mengganggu operasional perusahaan.
b) Manajemen Kas
Manajemen kas menyangkut pengelolaan secara efektif dan efisien sumber-
sumber dan penggunaan kas. Laporan kas harian sangat membantu manajemen
mengatur pemenuhan kebutuhan kas dalam operasional perusahaan dan
memanfaatkan kelebihan kas jangka pendek untuk menghindari inefisiensi.
Beberapa kebijakan lain yang dapat diambil dalam mengendalikan jumlah kas
yang tepat antara lain:
1. Siapkan rencana arus kas secara regular
2. Tingkatkan kas melalui penjualan, tapi bukan penjualan produk di bawah harga
3. Hanya membayar komisi penjualan pada saat penjualan sudah diterima
pembayarannya
4. Jangan sembunyikan permasalahan dari bank, sampaikan lebih awal jika
perusahaan membutuhkan tambahan dana atau mengalami masalah arus kas.
c) Manajemen Piutang
Beberapa kebijakan yang bisa diambil untuk mengendalikan piutang antara lain:
1. Lakukan komunikasi secara regular dengan pelanggan, terutama pelanggan yang
memiliki utang kepada perusahaan
2. Buat analisis umur piutang
3. Negosiasikan pembayaran periodic jika hal tersebut dapat membantu untuk
menyelesaikan piutang kepada pelanggan yang telah jatuh tempo
4. Sebelum memberikan penjualan kredit kepada pelanggan, lakukan analisis kredit
dan\ sepakati jangka waktu yang tepat untuk pemberian kredit atas penjualan.
5. Dorong pelanggan melakukan pembayaran segera dengan memberikan beberapa
keuntungan seperti potongan penjualan.
d) Manajemen persediaan
Beberapa kebijakan pengelolaan persediaan berikut ini bisa dijadikan referensi dalam
manajemen persediaan yang ekonomis, efisien, dan efektif.
1) Setiap pembelian harus berdasarkan permintaan dari unit penjualan
2) Tentukan batas maksimal dan diatas minimal persediaan
3) Pertahankan jumlah persediaan yang tepat untuk mengamankan pasokan kepada
pelanggan
4) Identifikasi persediaan termasuk kategori slow moving dan dead stock , usahakan
dijual walaupun dengan harga di bawah harga normal.
5) Lakukan negosiasi dengan pemasok untuk mendapatkan kepastian pasokan dalam
jumlah yang fleksibel.
6) Lakukan perhitungan fisik persediaan secara periodic untuk menentukan fisik
persediaan yang benar dan menemukan persediaan yang tidak sesuai dengan standar
kualitas.
Audit atas Keputusan Pendanaan
a) Kebijakan Pendanaan
Kebijakan pendaan berkaitan dengan pemilihan sumber pendanaan yang paling
ekonomis (biaya modal paling kecil dari berbagai alternative yang ada) untuk memenuhi
kebutuhan dana bagi perusahaan, baik untuk aktivitas operasi maupun investasi.
b) Kebutuhan Dana
Secara umum kebutuhan dana bagi perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
1) kebutuhan dana jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan operasional (modal kerja
perusahaan), dan 2) kebutuhan dana jangka panjang (investasi) untuk pengembangan
perusahaan.
c) Sumber Dana
Sumber dana dikelompokkan menjadi dua sesuai dengan tujuan penggunaannya, yaitu
sumber dana jangka pendek dan sumber dana jangka panjang. Sumber dana jangka
pendek dapat berupa utang usaha dari pemasok, utang wesel, pinjaman bank jangka
pendek, dan lain-lain. Sementara sumber dana panjang meliputi utang jangka panjang,
saham preferen, saham biasa, leasing, pinjaman bank jangka panjang, dan lain-lain.
d) Pertimbangan dalam Memilih Sumber Dana
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan sumber dana meliputi: (1)
biaya incremental, (2) fleksibilitas, (3) waktu, (4) pengendalian, dan (5) kemungkinan
resiko.
Audit atas kebijakan Dividen
Perusahaan harus mempertimbangkan beberapa hal dalam pengambilan keputusan
berkaitan
dengan pembagian dividen kepada pemegang sahamnya. Hal tersebut antara lain:
1. Tingkat likuiditas saham
2. Rencana ekspansi
3. Ketentuan-ketentuan yang membatasi pembagian dividen

AUDIT PERPAJAKAN

Definisi Audit Perpajakan


Istilah audit pajak lebih mewakili kepentingan fiskus dalam melakukan pemeriksaan
terhadap ketaatan wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya dan memaksimalkan
penerimaan Negara dari pajak yang harus diterima. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan
menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara
objektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Audit perpajakan yang dibahas adalah audit yang dilakukan secara internal
berkelanjutan, yang menyatu dengan system pengendalian operasional perusahaan, menilai
ketaatan pelaksanaan aturan perpajakan dan teknik pengelolaan transaksi yang mampu
meminimalkan pembayaran pajak tanpa melanggar aturan-aturannya yang mencakup
penilaian terhadap :
1. Kebijakan perpajakan yang ditetapkan perusahaan yang biasanya terintegrasi dengan
kebijakan operasional dan kebijakan akuntansinya
2. Aplikasi manajemen pajak yang mengelola transaksi perpajakan perusahaan , untuk
meminimalkan pembayaran pajak tanpa melanggar ketentuan dan peraturan perpajakan
3. Pelaksanaan menyeluruh terhadap kewajiban perpajakan yang diatur UU dan peraturan
perpajakan lainnya yang secara umum menyangkut pemungutan/pemotongan ,
penghitungan , penyetoran, dan pelaporan pajak baik pajak penghasilan, pajak
pertambahan nilai maupun pajak pajak lainnya
Tujuan dan Manfaat
Tujuan audit perpajakan adalah untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap
pengelolaan kewajiban perpajakan perusahaan yang meliputi penilaian terhadap:
1. Ketepatan kebijakan perpajakan dan kemampuannya dalam memberikan panduan untuk
pengelolaan kewajiban perpajakan yang efektif dan efisien
2. Kemampuan meminimalkan konsekuensi perpajakan dari transaksi yang terjadi di
perusahaan tersebut
a. Memaksimalkan biaya fiscal dalam setiap pengeluaran perusahaan
b. Meminimalkan pendapatan fiscal dalam setiap penerimaan perusahaan
3. Kemampuan perusahaan dalam menaati ketentuan dan peraturan perpajakan
a. Melakukan pemungutan/ pemotongan seluruh pajak yang harus dilakukan
b. Melakukan penghitungan pajak dengan benar
c. Menyetor dan melaporkan seluruh kewajiban perpajakan dengan benar dan tepat
waktu
Audit internal perpajakan lebih berfungsi sebagai pencegahan terhadap kegagalan
perusahaan dalam mengelola kewajiban perpajakannya yang seharusnya berjalan secara
ekonomis, efisien dan efektif
Ruang Lingkup
Keseluruhan aspek perpajakan perusahaan, baik dalam rangka meminimalkan
pembayaran pajak maupun ketaatan pelaksanaan kewajiban perpajakan.
Dari aspek efisiensi pembayaran pajak audit melakukan penilaian terhadap kemampuan
perusahaan dalam:
1. Meminimalkan Taxable revenue
2. Memaksimalkan Deductible expense
Dari aspek ketaatan dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan, melakukan penilaian terhadap
ketaatan perusahaan dalam melakukan :
1. Pemungutan dan pemotongan pajak
2. Penghitungan pajak dengan benar
3. Penyetoran pajak tepat waktu
4. Pelaporan pajak secara lengkap dan tepat waktu
Meminimalkan Penghasilan Kena Pajak
Taxable revenue menyangkut strategi pengelolaan transaksi pendapatan agar tidak
mengandung dampak perpajakan baik final maupun tidak final maka pendapatan sebagai
dasar pengenaan pajak akan menjadi lebih kecil dan secara otomatis juga akan mengurangi
pajak terutang. Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak berdasarkan Pasal 4 ayat 3
UU Pajak Penghasilan :
1. Bantuan, Sumbangan, Hibah
2. Warisan
3. Harta
4. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura
5. Pembayaran dari perusahaan kepada orang pribadi
6. Dividen
7. Iuran yang diterima dana pensiun yang disahkan Menteri Keuangan
8. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun
9. Bagian laba diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi
10. Penghasilan yang diterima perusahaan modal ventura
11. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu
12. Sisa lebih yang diterima badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang
pendidikan atau penelitian dan pengembangan
13. Bantuan atau santunan yang dibayar oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Memaksimalkan Deductible Expense
Deductible expense menyangkut strategi pengelolaan transaksi dimana setiap beban
yang terjadi bisa diperhitungkan dalam penentuan besarnya pajak terutang. Intinya,
bagaimana mengelola transaksi beban, agar seluruh beban yang terjadi dapat diidentifikasi
sebagai beban untuk mendapatkan, menangih dan memelihara penghasilan seperti yang diatur
dalam Pasal 6 UU Pajak Penghasilan.
Efisiensi pengelolaan kewajiban perpajakan dari sisi beban, mengarahkan pengelolaan
transaksi beban untuk semaksimal mungkin menjadikan beban tersebut masuk ke dalam
criteria beban fiscal yang disebut non-deductible expense
Tax Review
Tax review dilakukan untuk menelaah dan menilai bagaimana kemampuan perusahaan
dalam memenuhi seluruh kewajiban perpajakannya agar mampu memberikan gambaran yang
komprehensif. Berdasarkan Laporan Keuangan dan SPT (Masa dan/atau Tahunan) seorang
tax reviewer melakukan analisis untuk menentukan ketaatan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban perpajaknnya. Beberapa manfaat yang diperoleh wajib pajak dari pelaksanaan tax
review adalah :
1. Menghindari sanksi perpajakan
2. Menghindari adanya pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan karena baru ditemukan
pada saat pemeriksaan
3. Menghindari kadaluarsa masa pengkreditan pajak masukan
4. Menghindari adanya pajak masukan yang tidak bida dikreditkan karena pajak masukan
tersebut tidak dapat di konfirmasikan oleh pemeriksa
5. Menghindari daluwarsa pengajuan keberatan pajak yakni tiga bulan setelah peneribitan
SKP
6. Mengusahakan persetujua pengurangan angsuran PPh Pasal 25
7. Mengusahakan Surat Keterangan Bebas pajak
Hak dan Kewajiban Wajib Pajak
Hak Wajib Pajak
1. Wajib pajak dapat memperpanjang waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan
2. Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat Pemberitahuan yang
telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis
Kewajiban Wajib Pajak
1. Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri
pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak dan wajib pajak diberikan Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) (Pasal 2 ayat 1)
2. Setiap wajib pajak sebagai pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang-undang
Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya ke kantor
Direktorat Jenderal Pajak dan kegiatan usahanya dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena
Pajak (Pasal 2 ayat 2)
3. Setiap wajib pajak wajib mengisi Surat Pemeberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas
dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin, angka arab, satuan mata uang
rupiah dan menandatanginya (Pasal 3 ayat 1)
4. Wajib pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemeberitahuan dengan benar,
lengkap dan jelas dan menandatanganinya (Pasal 4 ayat 1)
5. Wajib pajak wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan
Surat Setoran Pajak ke kas Negara (Pasal 10 ayat 1)
Audit Atas PPh Pasal 21
Pasal 21 : pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau
kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh wajib pajak
orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh :
1. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorium, tunjangan , dan pembayaran lain
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan oleh pegawai atau bukan pegawai
2. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorium, tunjangan dan pembayaran
lain sehubungan dengan pekerjaan jasa atau kegiatan
3. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain
4. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa
5. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan
suatu kegiatan
Penyetoran pajak PPh pasal 21 paling lama tanggal 10 bulan berikutnya dari waktu
pemotongan dan pelaporan SPT Masa PPh 21 paling lama 20 hari setelah masa pajak
berakhir.
Memiliki rekening sendiri untuk menjadi sumber pemotongan dan pemungutan dari
pajak dan dibutuhkan saat pembuatan SPT PPh 21.
Untuk menghindari terjadinya kesalahan baik dalam perhitungan, pemotongan,
penyetoran maupun pelaporannya, internal audit perpajakan harus memastikan bahwa data-
data karyawan yang dihitung pajaknya adalah data yang terbarukan, penerapa tarif PTKP dan
tarif pajaknya serta pengisian SPT-nya akurat, penyetoran dan pelaporan pajaknya tidak
terlambat
Audit atas PPh Pasal 26
Pasal 26: atas penghasilan tersebut dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang
dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan
pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha
tetap di Indonesia :
1. Dipotong pajak sebesar 20% dari jumlah bruto
2. Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta di Indonesia dipotong pajak 20%
3. Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham dipotong pajak sebesar 20%
4. Penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak suatu bentuk usaha tetap di Indonesia,
dikenai pajak sebesar 20%
5. Pemotongan pajak bersifat final
Penyetoran PPh 26 paling lama tanggal 10 bulan berikutnya dari waktu pemotongan
dan melaporkannya paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir. PPh 26 hanya dipotong
dan dipungut dari Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN)
Audit atas PPh Pasal 22
Pasal 22 : Meneteri Keuangan menetapkan :
1. Bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan pembayaran atas
penyerahan barang
2. Badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan kegiatan
di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain
3. Wajib pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang
yang tergolong sangat mewah
4. Penyetoran PPh 22 paling lama tanggal 10 bulan berikutnya dan pelaporannya paling
lama 20 hari setelah masa pajak berakhir.
5. Besarnya pungutan yang diterapkan pada Wajib Pajak yang tidak memilik NPWP lebih
tinggi 100% daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang memiliki NPWP
6. Sebagai pemungut, Wajib pajak harus menyerahkan bukti pemungut kepada Wajib
Pajak, sebagai yang dipungut, wajib pajak harus mendapat bukti pemungutan
Audit atas PPh Pasal 23
Pasal 23: Atas penghasilan tersebut dibawah ini dengan nama dan dalam bentuk apa
pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan atau telah jatuh tempo pembayarannya
oleh badan pemerintah, Subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk
usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri
atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan :
1. Sebesar 15% dari jumlah bruto atas:
a. Dividen
b. Bunga
c. Royalty
d. Hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya
2. Sebesar 2% dari jumlah bruto atas :
a. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
b. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik,manajemen, konstruksi, konsultan
3. Penyetoran PPh pasal 23 paling lama tanggal 10 bulan berikutnya dan pelaporannya
paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir
Untuk menghindari terjadinya perbedaan antara objek pajak pada SPT Masa PPh 23
dengan biaya-biaya yang menjadi objek pemotongan PPh 23, perusahaan harus melakukan
penyertaan antara biaya-biaya yang merupakan objek pemotongan PPh 23 yang seharusnya
dibuat dalam rekening-rekening tersendiri dengan objek pajak pada SPT masa PPh 23.
Sebelum SPT masa dilaporkan harus cari penyebabnya yang menimbulkan kewajiban
pemotongan pajak
Audit atas PPh Pasal 25
1. Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh
Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang
2. Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk bulan-bulan
sebelum SPT Pajak Penghasilan disampaikan sebelum batas waktu penyampaian
3. Besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan surat ketetapan pajak
4. Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menetapkan penghitungan besarnya angsuran
pajak dalam tahun pajak berjalan dalam hal:
a. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian
b. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur
c. SPT Pajak Penghasilan tahun lalu disampaikan setelah lewat batas waktu
d. Wajib Pajak diberikan perpanjangan waktu penyampaian SPT Pajak Penghasilan
e. Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Pajak Penghasilan
f. Terjadi perubahan keadaan usaha
5. Menteri Keuangan menetapkan penghitungan besarnya angsuran pajak bagi:
a. Wajib Pajak baru
b. Bank
c. Wajib pajak orang pribadi pengusaha dengan tariff paling tinggi 0,75% dari
peredaran bruto
6. Wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang tidak memiliki NPWP dan telah berusia 21
tahun yang bertolak ke luar negeri wajib membayar pajak
7. Penyetoran PPh 25 paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya
Audit atas Perhitungan Pajak Akhir Tahun
Pasal 28 :
1. Bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, pajak terutang dikurangi dengan
kredit pajak untuk tahun pajak yang bersangkutan
2. Sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda
yang berkenaan dengan pelaksanaan peraturan UU pajak
Pasal 29 :
Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih besar daripada
kredit pajak, maka kekurangan pajak yang terutang harus dilunasi sebelum SPT Pajak
Penghasilan disampaikan. Dasar penghitungan pajak terutang adalah laba yang diperoleh
perusahaan.
Untuk meminimalkan pembayaran pajak penghasilan badan, wajib pajak dapat
melakukan pengelolaan kewajiban perpajakan akhir tahun melalui :
1. Review dan Analisis Pajak terutang Akhir Tahun PPh Badan
2. Strategi Menghemat Pajak Penghasilan Akhir Tahun
3. Menghindari Pajak Lebih Bayar dan Rugi Fiskal
4. Melakukan ekualisasi PPh Badan dan PPN, dan langkah starategi lainnya
Audit atas Kewajiban PPN
Kewajiban wajib pajak yang telah ditetapkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)
meliputi pemungutan, penyetoran dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang diserahkan seperti yang
diatur pada pasal 3a dan pasal 4 UU No 42 Tahun 2009 tentang PPN
1. Pengusaha yang melakukan:
a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah Pabean
b. Impor Barang Kena Pajak
c. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah Pabean
d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean
e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
f. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
g. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
2. Pengusaha kecil dapat memilih untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
3. Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari
luar Daerah Pabean (Pasal 4 ayat (1) huruf d) dan/atau yang memanfaatkan Jasa Kena
Pajak dari luar Daerah Pabean (Pasal 4 ayat (1) huruf e) wajib memungut, menyetor dan
melaporkan PPN yang terutang
4. Ketentuan mengenai batasan kegiatan dan jenis Jasa Kena Pajak yang atas ekspornya
dikenai PPN
UU PPN mengecualikan dari pemungutan PPN atas penyerahan BKP/JKP berikut
1. Jenis barang yang tidak dikenai PPN
- Barang hasil pertambangan
- Uang,emas batangan dan surat berharga
- Barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan rakyat
- Makanan dan minuman yang disajikan hotel, restoran, rumah makan, warung
2. Jenis jasa yang tidak dikenai PPN
- Jasa pelayanan social
- Jasa asuransi
- Jasa keuangan
- Jasa kesenian dan hiburan, dll
Atas penyerahan BKP/JKP yang dilakukan sesuai dengan KMK No. 84/PMK.03/2012,
Wajib Pajak wajib menerbitkan Faktur Pajak untuk setiap :
1. Penyerahan Barang Kena Pajak (Pasal 4 ayat (1) huruf a dan Pasal 16D UU PPN )
2. Penyerahan Jasa Kena Pajak (Pasal 4 ayat (1) huruf c UU PPN)
3. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud (Pasal 4 ayat (1) huruf f UU PPN)
4. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud (Pasal 4 ayat (1) huruf g UU PPN)
5. Ekspor Jasa Kena Pajak (Pasal 4 ayat (1) huruf h UU PPN)
Faktur pajak ini harus dibuat pada saat :
1. Saat penyerahan BKP dan/atau JKP
2. Saat penerimaan pembayaran dalam hal pembayaran terjadi sebelum penyerahan
BKP/JKP
3. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan
4. Saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada Bendahara Pemerintah sebagai
Pemungut PPN
Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan,
selisihnya merupakan PPN yang harus disetor oleh PKP. Penyetoran PPN yang telah
dipungut (PPN Keluaran), setelah dikompensasikan dengan PPN Masukan pada masa yang
sama, paling lama 15 bulan berikutnya dan harus dilaporkan paling lama akhir bulan
berikutnya setelah masa pajak berakhir.
Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar
daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dikompensasi ke
Masa Pajak berikutnya dan dapat diajukan permohonan pengembalian pada akhir tahun buku.
Memaksimalkan PPN masukan yang dapat dikreditkan adalah bagian dari strategi
Wajib Pajak untuk meminimalkan arus kas keluarnya untuk penyetoran PPN dan menunda
penerbitan faktur pajak terhadap penjualan yang belum diterima pembayarannya dengan
menunda pengakuan penjualan sampai akhir bulan berikutnya.

REFERENSI
https://pdfcoffee.com/bab-9-audit-perpajakan-pdf-free.html
https://www.coursehero.com/file/13584947/AUDIT-MANAJEMEN-BAB-8/
https://www.coursehero.com/u/file/23581272/Audit-Manajemen-Keuangan/#question
https://accurate.id/ekonomi-keuangan/pengertian-tujuan-dan-tahapan-audit-keuangan/

Anda mungkin juga menyukai