Anda di halaman 1dari 8

Karakteristik manusia sebagai makhluk tuhan

1. An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi (tafsir)


Menurutnya, Sifat-sifat/karakteristik yang baik itu tidak dianugerahkan atau tidak akan
diberikan, melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan
kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yakni pahala yang besar.
 Sifat yang tidak dianugerahkan oleh Allah itu karena sesungguhnya dirinya telah
menjadi tabiat tidak terpuji contohnya dimana membalas orang yang telah berbuat
buruk dengan berbuat buruk balik kepadanya dan tidak memaafkannya. Lalu,
karakteristik terpuji yang dianugerahkan karena mereka mampu dalam menghadapi
hal – hal yang tidak disukai Allah sehingga mereka tunduk kepada apapun yang
dicintai Allah. Apabila seseorang mampu mengndalikan dirinya, mematuhi peraturan
penciptanya, mengetahui bahwa membalas orang yang berbuat buruk dengan
keburukan yang serupa itu sama sekali tidak berguna baginya tetapi menambah
besarnya rasa kebencian dan sikap bijak yang dilakukan dalam menghadapi orang
tersebut niscaya Allah akan mengangkat derajatnya serta dipermudahkan segala
masalahnya dan memperoleh pahala yang besar. Seseorang yang dianugerahkan
dengan keberuntungan besar maksudnya adalah dimana ia mendapat karakteristik
istimewa dari tuhan yang merupakan sifat-sifat besar mulia yang dengannya
seseorang akan memperoleh derajat tinggi.
2. Masnur Muslich (pendapat ahli)
menyatakan bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, & adat istiadat.
 Maksudnya adalah setiap manusia telah dikaruniai karakteristik yang bernilai positif
dalam berperilaku di kehidupan sehari – hari, yang dimana seseorang dapat menjaga
perkataan maupun perbuatan sesuai dengan nilai, norma, juga adat istiadat yang
berlaku dalam masyarakat dan tetap mengedepankan sifat – sifat mulia yang telah
dipelajari serta menjalani segala kewajiban dan larangan Allah SWT sehingga akan
terciptanya bentuk – bentuk pikiran maupun sikap positif yang dapat mengembangkan
karakter pribadi seseorang.
3. Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim
‫ فليقل خيراً أو ليصمت‬، ‫من كان يؤمن باهلل واليوم اآلخر‬
“man kaana yu’minu billahi wal yaumil aakhiri falyaqul khairan au liyashmut”
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka ucapkanlah yang baik-baik atau
diam”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Menurut hadist tersebut, karakteristik manusia sebagai makhluk tuhan yaitu seseorang
mampu meningkatkan sifat dalam diri yang bernilai positif dengan mengontrol dan
menjaga ucapan lisan supaya individu lain yang berkaitan tidak merasa tersinggung
karena kita lalai dalam berucap, maka dari itu saling menghargai terhadap sesama sangat
penting. Seorang muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhir pandai dalam berfikir
maupun bertindak, karena sesungguhnya kita telah dikaruniai beberapa kelebihan maupun
karakteristik sebagai seorang muslim oleh Allah SWT dan sangat dianjurkan untuk
dipergunakan dengan sebaik mungkin. (bagaimana seseorang memanfaatkan seabik
mungkin

Persamaan : berdasarkan ketiga pendapat tersebut, sebuah karakter manusia sebagai


makhluk bertuhan itu dimana seseorang mampu mengendalikan dirinya sebaik mungkin
dan berperilaku baik terhadap sesama yang akan berdampak baik pula terhadap dirinya
sendiri dengan didasarkan keyakinan terhadap sang pencipta.

Perbedaan : a. poin pertama menjelaskan mengenai sifat mulia yang telah dikaruniai
tuhan kepada hambanya dan cara menghadapi permasalahan yang sedang terjadi.
b. poin kedua menjelaskan tentang peranan manusia dalam berperilaku sesuai nilai dan
norma dimasyarakat supaya selalu berkembang.
c. poin ketiga menjelaskan bagaimana cara berinteraksi dengan pemilihan kalimat yang
baik antar sesama manusia beragama dan dengan karakteristik dari dalam diri.
implikasi kebertuhanan terhadap sikap pribadi dan sosial
1. Friedrich Heiler
Implikasi kebertuhanan terhadap sikap pribadi dan sosial itu berkaitan dengan
toleransi yang dimana menurut Friedrich heiler yakni sikap seseorang yang mengakui
adanya pluralitas dalam agama serta menghargai pendapat para pemeluk agama
tersebut. Menurut Heiler, setiap pemeluk agama berhak menerima perlakuan yang
sama dari semua masyarakat.
o Yang artinya sikap atau perilaku menghargai dan menghormati setiap tindakan
dan juga keputusan orang lain dalam memilih agama kepercayaannnya
masing-masing dan bersikap adil, juga tidak membedakan antar umat
beragama selagi tidak memberikan dampak negatif bagi individu yang
berkaitan.
2. Hadist Riwayat muslim no. 2607
‫ق‬َ ‫ ْد‬V‫الص‬
ِّ ‫ رَّى‬V‫ق َويَتَ َح‬ ْ َ‫ ُل ي‬V‫ َزا ُل ال َّر ُج‬Vَ‫ا ي‬VV‫ ِدى إِلَى ْال َجنَّ ِة َو َم‬V‫ق يَ ْه ِدى إِلَى ْالبِ ِّر َوإِ َّن ْالبِ َّر يَ ْه‬
ُ ‫ ُد‬V‫ص‬ َ ‫ق فَإ ِ َّن الصِّ ْد‬ِ ‫ص ْد‬ِّ ‫َعلَ ْي ُك ْم بِال‬
ِ َّ‫ ِدى إِلَى الن‬V‫و َر يَ ْه‬VV‫ور َوإِ َّن ْالفُ ُج‬V
‫زَ ا ُل‬VVَ‫ا ي‬VV‫ار َو َم‬ ِ V‫ ِدى إِلَى ْالفُ ُج‬V‫ب يَ ْه‬ َ ‫ ِذ‬V‫إ ِ َّن ْال َك‬Vَ‫ب ف‬ َ ‫صدِّيقًا َوإِيَّا ُك ْم َو ْال َك ِذ‬ِ ِ ‫َب ِع ْن َد هَّللا‬َ ‫َحتَّى يُ ْكت‬
‫َب ِع ْن َد هَّللا ِ َك َّذابًا‬ َ ‫ال َّر ُج ُل يَ ْك ِذبُ َويَتَ َحرَّى ْال َك ِذ‬
َ ‫ب َحتَّى يُ ْكت‬
Artinya: “Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran
akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan
pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka
dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat
dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan
akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk
berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.”
o Menurut hadist tersebut, Implikasi kebertuhanan terhadap sikap pribadi dan
sosial yaitu rasa tanggunggung jawab dan berperilaku jujur yang dimana
terdapat Tuhan yang selalu mencatat amal baik dan buruk manusia, sehingga
akan mendorongnya untuk selalu jujur dan bertanggung jawab atas semua
perbuatan yang telah dilakukan karena semua perbuatan baik maupun buruk
manusia selama di dunia akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah
SWT di akhirat kelak.
3. KBBI
Implikasi kebertuhanan terhadap sikap pribadi dan sosil yakni orang yang menjunjung
tinggi & memperjuangakan kehidupan masyarakat yang mengedepankan asas
perikemanusiaan dan mementingkan kepentingan umat manusia.
o Maksudnya adalah seseorang dapat menyadari dan percaya bahwa walaupun
berbeda agama antara satu manusia dengan manusia lain tetapi tetap dapat
menciptakan kehidupan yang lebih baik sesuai dengan peri kemanusiaan.

Persamaan : ketiga pendapat tersebut menyangkut tentang kehidupan beragama dengan sikap
positif yang ada pada dalam diri individu dan juga sifat sosial yang berdampak baik bagi diri
sendiri maupun lingkungan sekitar.

Perbedaan : a. poin pertama membahas tentang bertoleransi antar umat beragama yang baik
dengan selalu menerapkan rasa adil terhadap siapapun.

b. poin kedua berkaitan dengan rasa jujur dengan pertanggungjawaban baik selama hidup
didunia maupun diakhirat

c. poin ketiga mengenai rasa sosial dimasyarakat dengan mengedepankan kemanusiaan.


implikasi membangun pribadi mulia

1. Al-Misbah karya M. Quraish Shihab


Membangun pribadi mulia yakni dengan menerapkan tauhid dan keimanan yang
dimana merupakan pondasi utama yang ditanamkan dalam diri setiap muslim.
o Maksudnya adalah dalam membangun pribadi yang mulia tentunya
membutuhkan waktu, proses yang bertahap, niat, dan usaha yang gigih disertai
dengan istiqomah dan merupakan asset berharga yang harus diterapkan
dalam hubungan baik antara manusia dengan Allah SWT karena
kepribadian manusia yang baik dapat dilihat dari penampilan, perkataan, dan
tingkah lakunya.
2. Menurut T. Ramli
Dalam membangun pribadi yang mulia yaitu dengan pendidikan yang
mengedepankan esensi dan makna terhadap moral dan akhlak sehingga hal tersebut
akan mampu membentuk pribadi seseorang dengan lebih baik lagi.
o Untuk menjadi pribadi yang mulia kita harus mulai melakukan aktivitas yang
positif mulai dari hal kecil sampai besar, seperti memperdalam ilmu-ilmu
agama, menjalankan kewajiban shalat 5 waktu dengan tepat waktu,
belajar bersyukur, belajar sabar, dan pembiasaan dalam diri untuk bertata
krama yang baik. Dengan hal tersebut, seseorang dapat secara perlahan
berubah dan membangun pribadi yang berkarakter mulia.
3. Syaiful Bahri Djamarah
Pembangunan pribadi yang mulia yakni sesuatu yang mencakup keseluruhan dari
individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik, dimana seluruh sikap dan perbuatan
seseorang merupakan gambaran dari kepribadian orang tersebut yang dilakukan
secara sadar.
o Maksudnya adalah manusia memiliki kepribadian yang merupakan salah
satu pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya diciptakan, karena
manusia diciptakan secara utuh karena manusia memiliki akal dan pikiran
yang dapat menciptakan sikap, perilaku, motivasi dan keterampilan yang
menjadi dasar dari pembentukan kepribadian. Sebagai makhluk yang
bertuhan, manusia tentunya mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan sesuai
dengan kaidah moral atau disebut sebagai kepribadian mulia.
Persamaan : keterampilan tiap individu dalam mengembangkan pribadi yang mulia dengan
didasari oleh nilai dan moral yang menyangkut akhlak tiap umat beragama.

Perbedaan : a. poin pertama membahas tentang dasar atau utama bagi seseorang dalam
membangun pribadi mulia

b. poin kedua mengenai cara – cara atau aktivitas yang dapat dilakukan seseorang dalam
proses pengembangan diri

c. poin ketiga menyangkut kepribadian manusia dan tingkah lakunya.


interpretasi kebertuhanan antroposentris

1. Resmussen
Menurutnya, antroposentrisme sebagai teori etika ligkungan yang memandang
pusat alam semesta adalah manusia sehingga kepentingan manusia paling menentukan
dalam pengambilan kebijakan berkaitan dengan alam secara langsung maupun tidak.
o Di dalam antroposentrisme, etika, nilai dan prinsip moral hanya berlaku bagi
manusia, dan bahwa kebutuhan dan kepentingan manusia mempunyai nilai
paling tinggi dan paling penting diantara mahkluk hidup lainnya. Manusia dan
kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem
dan dalam kebijakan yang berkaitan dengan alam, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dan nilai tertinggi adalah manusia dan
kepentingannya.
2. Andi Handiyanto
Menurut Andy Hadiyanto, pengalaman bertuhan dapat mempengaruhi kepribadian
seseorang & tujuan kehidupan manusia lebih mengutamakan aspek fisik-material
yang dapat membuat aspek keberagamaan dan spiritualitas semakin tersingkirkan dan
terasingkan.
o Bahkan, akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era
modernisasi dapat menciptakan budaya materialistis, hedonis, konsumtif,
mekanis, dan individualistis sehingga manusia modern mengalami ketiadaan
spiritual, ketenangan, dan kedamaian dalam dirinya.
3. Prof. Fazlur Rahman
Menurut pendapat ahli tersebut, islam dan Al-Qur’an itu bersifat “Antroposentris”
yang dimana sebuah agama dan teks dapat menjadikan manusia dan kemanusiaan
sebagai pusat.
o Maksudnya yaitu manusia dianggap sebagai makhluk yang paling istimewa,
yang dimana saat semua makhluk hidup bergantung pada lingkungan
sekitarnya yaitu alam yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari, namun
dengan cara pandang antroposentris, manusia yang hanya melihat alam
sebagai sumber pemenuhan kebutuhan, dan urusan dunia sebagai urusan
manusia, bukan lagi sebagai urusan tuhan seperti cara pandang teosentris.
Persamaan : dalam ketiga pendapat ahli tersebut, diterangkan bahwa persamaan yang terjadi
yakni antroposentris menjadikan manusia sebagai pusat dan beberapa aspek menjadi
memudar.

Perbedaan : a. pada poin pertama dijelaskan bahwa manusia dan kepentingannya memiliki
nilai tertinggi dalam kebijakan alam dan memiliki peranan paling utama.

b. pada poin kedua membahas tentang dampak dari pengalaman bertuhan dan modernisasi

c. pada poin ketiga beranggapan bahwa apapun yang terjadi didunia adalah urusan yang
berkaitan hanya dengan manusia.

Anda mungkin juga menyukai