NIM: 2013091016
Pendidikan Kewarganegaraan
Tugas 1,2,3 dan 4
Tugas 1
Tugas 2
A. MENGAPA DI DALAM UNDANG-UNDANG DASAR 1945 SEDIKIT MENGATUR
TENTANG HAK AZASI MANUSIA. JELASKAN PENDAPAT SAUDARA DENGAN
ARGUMEN YANG KUAT DAN ENGAN MENUNJUK FAKTA-FAKTA SEJARAH
KETATANEGARAAN KITA!
Indonesia, telah mencantumkan beberapa hak asasi di dalam undang-undang dasarnya,
baik dalam Undang-Undang Dasar 1945, Konstitusi Republik Indonesia Serikat, maupun
UndangUndang Dasar Sementara 1950. Hak-hak asasi yang tercantum dalam Undang-
Undang Dasar 1945 (sebelum amandemen) tidak termuat dalam suatu piagam yang terpisah
tetapi tersebar dalam beberapa pasal, terutama Pasal 27 sampai Pasal 34.
Hak-hak asasi dimuat dimuat terbatas jumlahnya dan dirumuskan secara singkat,
tampaknya hal ini tidak mengherankan, mengingat bahwa naskah Undang-Undang Dasar
1945 (sebelumamandemen) disusun pada akhir masa pendudukan Jepang dan dalam
suasana yang mendesak. Hal ini mengakibatkan tidak cukup waktu untuk membicarakan hak
asasi secara mendalam. Selain itu, tokoh-tokoh pendiri Indonesia juga berbeda pendapat
mengenai peranan hak-hak asasi manusia di dalam negara demokratis. Tokoh tersebut
adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta yang masingmasing mempunyai argumen perlu
tidaknya pengaturan hak asasi manusia di dalam undang-undang dasar.
Oleh karena itu, dapat dimengerti mengapa hak-hak asasi manusia tidak lengkap dimuat
dalam Undang-Undang Dasar 1945 (sebelum amandemen), karena undang-undang dasar
tersebut dibuat beberapa tahun sebelum pernyataan hak asasi manusia dideklarasikan oleh
PBB pada tanggal 10 Desember 1948. Sejarah ketatanegaraan Indonesia menghendaki
bahwa hak asasi manusia dimuat dalam Undang-Undang Dasar 1945, dengan tumbangnya
rezim pemerintahan orde baru yang cenderung otoriter telah mengakibatkan perubahan
hampir seluruh tatanan bernegara. Perubahan yang sangat penting diantaranya adalah
terhadap materi muatan atau substansi Undang-Undang Dasar 1945, baik materi yang
dihapus, direvisi, maupun ditambah materi yang baru, diantaranya adalah tentang
Pemilihan Umum, Mahkamah Konstitusi, Dewan Perwakilan Daerah, Pertahanan dan
Keamanan, serta Hak Asasi Manusia.
B. INDONESIA ADALAH NEGARA BERDASARKAN PANCASILA. BAGAIMANAKAH
MENURUT PENDAPAT SAUDARA APAKAH PELAKSANAAN HUKUMAN MATI
MENURUT SAUDARA BERTENTANGAN DENGAN HAK AZASI MANUSIA SESUAI
DENGAN PANDANGAN PANCASILA? JELASKAN PENDAPAT SAUDARA DENGAN
ARGUMEN YANG KUAT.
hukuman mati di Indonesia bukanlah sesuatu yang melanggar hak asasi manusia. Hak
asasi manusia dalam undang-undang dapat dibatasi semata-mata demi menghormati hak
asasi orang lain.
Indonesia menganut HAM yang bisa dibatasi oleh undang-undang, bukanlah HAM yang
tanpa batas atau bukan HAM liberal yang tanpa batas. Di mana pembatasan diberlakukan
semata mata untuk terlindunginya HAM orang lain dan untuk menghormati orang lain.
Tugas 3
A. JELASKAN YANG SAUDARA KETAHUI TENTANG PERBEDAAN YANG POKOK
DIANTARA DEMOKRASI PARLEMENTER, DEMOKRASI TRIAS POLITIKA, DAN
DEMOKRASI DENGAN SISTEM REFRENDUM! JAWABAN SUPAYA DI LENGKAPI
DENGAN CONTOH-CONTOH!
Adapun macam-macam demokrasi pemerintahan yang dianut oleh berbagi bangsa di
dunia adalah demokrasi parlementer, demokrasi dengan pemisahan kekuasaan dan
demokrasi melalui referendum.
Demokrasi Parlementer
Adalah suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan badan legislatif lebih tinggi dari
pada badan eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang Perdana Menteri.
Perdana menteri dan menteri-menteri dalam kabinet diangkat dan diberhentikan oleh
parlemen. Dalam demokrasi parlementer Presiden menjabat sebagai kepala negara.
Demokrasi dengan sistem pemisahan kekuasaan
Yaitu sestem demokrasi yang dianut sepenuhnya oleh Amerika Serikat. Dalam sistem ini,
kekuasaan legislatif dipegang oleh Kongres, kekuasaan eksekutif dipegang Presiden, dan
kekuasaan yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung. Dengan adanya pemisahan kekuasaan
seperti itu, akan menjamin keseimbangan dan menghindari penumpukan kekuasaan dalam
pemerintah.
Demokrasi melalui Referendum
Yang paling menarik perhatian dari sistem demokrasi melalui referendum adalah
pengawasan dilakukan oleh rakyat dengan cara referendum. Sistem referendum
menunjukkan suatu sistem pengawasan langsung oleh rakyat.
Ada 2 cara referendum, yaitu referendum obligator dan fakultatif.
Referendum obligator atau wajib lebih menekankan pada pemungutan suara rakyat yang
wajib dilakukan dalam merencanakan pembentukan UUD negara, sedangkan referendum
fakultatif, menenkankan pada pungutan suara tentang rencana undang-undang yang
sifatnya tidak wajib.
Tugas 4
A. JELASKAN YANG SAUDARA KETAHUI TENTANG PERBEDAAN YANG POKOK
ANTARA KONSTITUSI DENGAN UUD, DAN MENGAPA UUD 1945 DISEBUT MEMILIKI
PENGERTIAN YANG UNIK? JELASKAN JAWABAN SAUDARA!
Konstitusi berasal dari kata “constituer” (bahasa Prancis), “constitution” (bahasa
Inggris), dan “constitutie” (bahasa Belanda) yang artinya membentuk, menyusun, atau
menyatakan. Istilah konstitusi sering diterjemahkan atau disamaartikan dengan UUD.
Beberapa istilah dari UUD seperti gronwet (bahasa Belanda) dan groundgesetz (bahasa
Jerman). Namun, L. J. Apeldoorn mengemukakan bahwa antara konstitusi dan UUD tidak
sama artinya. UUD hanyalah sebatas hukum dasar tertulis, sedangkan konstitusi memuat
hukum dasar tertulis dan tidak tertulis.
Dalam praktik kenegaraan di Indonesia, konstitusi sering disebut dengan UUD. Konstitusi
diartikan sebagai hukum dasar atau undang-undang dasar. Istilah hukum dasar itu
menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara.
B. PASAL 37 UUD 1945, DALAM MASYARAKAT AKADEMIK ORANG SERING
MENGANDAIKAN SEPERTI PINTU DARURAT YANG ADA DI DALAM PESAWAT
TERBANG. APA MAKNA PENDAPAT TERSEBUT? JELASKAN JAWABAN ANDA!.
Pasal 37
(1)Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakan dalam sidang
Majelis Permu-syawaratan Rakyat apabila diajukan oleh sekurang- kurangnya 1/3 dari
jumlah anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(2)Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan secara tertulis dan
ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya.
(3) Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, Sidang Majelis
Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
(4)Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar dilakukan dengan
persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persen ditambah satu anggota dari seluruh
anggota Majelis Permu-syawaratan rakyat.
(5)Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan
perubahan.