Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PSIKOLOGI

HUKUM PERSEPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi


Dosen pengampu : Ermilda, S.Psi., M.Psi., Psikologi

Oleh kelompok 2 :
1. Andiani Dwi Siswati 191FK01009
2. Firman Alpian 191FK01044
3. Novi Widya Pratama 191FK01084
4. Sinta Amalia 191FK01119
5. Sitti Maliyya A. 191FK01125
6. Vamaura Ashabil D. 191FK01136

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN 2C
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Psikologi dengan tepat pada
waktunya. Salawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjugan kita Nabi besar Muhammad
SAW, keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang senantiasa bertasbih sepanjang masa.

Makalah ini berisikan tentang “HUKUM PERSEPSI” Diharapkan Makalah ini dapat
memberikan informasi mengenai perkembangan keperawatan dunia dan Indonesia.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Aamiin.

Bandung, 15 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 4
1.2 Rumusan masalah 4
1.3 Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Persepsi 5
2.2 Macam-macam Hukum Persepsi 5
2.3 Konstansi dalam Persepsi 7
2.4 Bentuk-bentuk dalam Persepsi Kedalaman 8
2.5 Pengertian Ilusi dan jenis-jenisnya 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki
kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di
sekelilingnya melalui indera yang dimilikinya, membuat persepsi terhadap apa-apa yang
dilihat atau dirabanya, serta berfikir untuk memutuskan aksi apa yang hendak dilakukan
untuk mengatasi keadaan yang dihadapinya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kemampuan
kognitif pada manusia meliputi tingkat intelejensi,kondisi fisik, serta kecepatan sistem
pemrosesan informasi pada manusia. Bila kecepatan sistem pemrosesan informasi
terganggu, maka akan berpengaruh pada reaksi manusia dalam mengatasi berbagai kondisi
yang dihadapi.
Keterbatasan kognitif terjadi apabila terdapat masalah atau gangguan pada
kemampuan kognitif. Masalah yang dialami bisa terjadi sejak lahir, atau terjadi perubahan
pada tubuh manusia seperti terluka, terserang penyakit, mengalami kecelakaan yang dapat
menyebabkan kerusakan salah satu indera, fisik atau juga mental. Akibat dari adanya
keterbatasan kognitif ini, manusia menjadi tidak mampu untuk memproses informasi dengan
sempurna.

Persepsi dalam arti sempit melibatkan pengalaman kita tapi secara psikis pengertian
itu tidaklah tepat. Tetapi lebih tepatnya persepsi merupakan proses yang menggabungkan
dan mengorganisir data-data indera kita ( penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian
rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar dengan diri kita
sendiri. Dan didalam mempersepsi keadaan sekitar maka kita harus melibatkan indra kita
maka akan lahir sebuah argumen yang berasal dari informasi yang dikumpulkan dan
diterima oleh alat reseptor sensorik kita sehingga kita dapat menggabungkan atau
mengelompokkan data yang telah kita terima sebelumnya melalui pengalaman awal kita.

1.2 Rumusan masalah


Bagaimanakah Hukum Persepsi?
1.3 Tujuan
Mahasiswa mampu mengetahui dan mengidentifikasi Hukum Persepsi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian persepsi
Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman
terhadap suatu benda ataupun sesuatu kejadian yang dialami.
Proses pemaknaan yang bersifat psikologis sangat dipengaruhi oleh pengalaman,
pendidikan dan lingkungan sosial secara umum. Sarwono mengemukakan bahwa persepsi
juga dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan cara berpikir serta keadaan perasaan atau
minat tiap-tiap orang sehingga persepsi seringkali dipandang bersifat subjektif. Karena itu
tidak mengherankan jika seringkali terjadi perbedaan paham yang disebabkan oleh perbedaan
persepsi antara 2 orang terhadap 1 objek. Persepsi tidak sekedar pengenalan atau pemahaman
tetapi juga evaluasi bahkan persepsi juga bersifat inferensional (menarik kesimpulan)
(Sarwono).
Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan
kejadian obyektif dengan bantuan indera. Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena
adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat kompleks,
stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui
proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi.

2.2 Macam-macam Hukum Persepsi


Menurut Walgito ( 2004 : 118) Macam macam persepsi adalah sebagai berikut :

a. Persepsi Visual
Persepsi visual didapatkan dari pengihatan. Penglihatan adalah kemampuan untuk
mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu dari indra. Alat tubuh yang
digunakan untuk melihat adalah mata. Banyak binatang yang indra penglihatannya
tidak terlalu tajam dan menggunakan indra lain untuk mengenali lingkungannya,
misalnya pendengaran untuk kelelawar. Manusia yang daya penglihatannya menurun
dapat menggunakan alat bantu atau menjalani operasi plastic untuk memperbaiki
penglihatannya. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awa berkembang pada bayi,
dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual
merupakan topic utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang
biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.

b. Persepsi Auditori
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga, pendengaran
adalah kemampuan untuk mengenali suara.Dalam manusia dan binatang bertulang
belakang,hal ini dilakukan terutama oleh system pendengaran yang terdiri dari
telinga, syaraf-syaraf, dan otak.6 Tidak semuasuara dapat dikenali oleh semua
binatang.Beberapa spesies dapat mengenali amplitudo dan frekuensi tertentu.
Manusia dapat mendengar dari 20 Hz 6 Ibid. 21:30 WIB 26 sampai 20.000 hz. Bila
dipaksa mendengar frekuensi yang terlalu tinggai terus menerus, system pendengaran
dapat menjadi rusak.

c. Persepsi Perabaan
Persepsi perabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit. Kulit dibagi menjadi 3
bagian, yaitu bagian epidermis, dermis, dan subkutis.Kulit berfungsi sebagai alat
pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang, sebagai alat peraba dilengkapi
dengan bermacam respector yang peka terhadap rangsangan, sebagai alat ekskresi
untuk mengatur suhu tubuh.Sehubungan dengan fungsinya sebagai alata peraba, kulit
dilengkapi dengan respector respector khusus.Respector untuk rasa sakit ujungnya
menjorok masuk ke daerah epidermis.Respector untuk tekanan, ujungnya berada di
dermis yang jauh dari epidermis.Respector untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung
respectornya terletak di dekat epidermis.

d. Persepsi Penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu
hidung.Pemciuman, penghiduan, atau olfaksi, adalah penangkapan atau perasaan
bau.Perasaan ini dimediasi oleh sel sensor tespesialisasi pada rongga hidung
vertebrata, dan dengan analogi, sel sensor pada antenna invertebrate. Untuk hewan
penghirup udara, system olfaktori mendeteksi zat kimia asiri atau, pada kasus system
olfaktori aksesori, fase cair.Pada organisme yang hidup di air, seperti ikan atau
krustasea, zat kimia terkandung pada medium air di sekitarnya.

e. Persepsi Pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.
Pengecapan atau gustasi adalah suatu bentuk kemoreseptor langsung dan merupakan
satu dari lima indera tradisional. Indera ini merujuk pada kemampuan mendeteksi
rasa suatu zat seperti makanan atau racun. Pada manusia dan banyak hewan
vertebrata lain, indera pengecapan terkait dengan indera penciuman pada persepsi
otak terhadap rasa. Sensasi pengecapan klasik mencakup manis, asin, masam, dan
pahit. Belakangan, ahli-ahli psikofisik dan neurosains mengusulkan untuk
menambahkan kategori lain, terutama rasa gurih (umami) dan asam
lemak.Pengecapan adalah fungsi sensoris sistem saraf pusat. Sel reseptor pengecapan
pada manusia ditemukan pada permukaan lidah, langit-langit lunak, serta epiterlium
faring dan epiglottis.

2.3 Konstansi Dalam Persepsi


Ada tiga macam konstatansi, yakni:
a. Konstatansi Tempat
Walaupun banyak terdapat kesan yang berubah mengenai selaput jala pada waktu kita
bergerak,kita menghayati benda dalam suatu konteks yang pada dasrnya tepat yaiti
konstansi tempat yang tergantung pada pengalaman lampau.

b. Konstatansi Warna
Kain beludru hitam akan terlihat sama oleh mata ketika dilihat di bawah sinar
matahari,tempat rindnag, walaupun kain tersebut lebih banyak memantulkan sinar
dibawah sinar matahari, fakta ini disebut konstansin kejernihan. Konstansi warna
menunjukan ketergantungan yanhg serupa akan adanya medan yang beragam.

c. Konstatansi Bentuk dan Ukuran


Bila sebuah pintu bergerak membuka di depan kita bentiknya mengalami serangkain
perubhan,bentuk segi empat menjadi trape zoid,kemudian bentuk itu akan mengecil
sampai dipriyeksikan pada selaput jala adalah garis lurus yang merepakan tebal pintu.
Kita pasti menyadari perubahan ini tapi pengalamn psikologi menyatakn pintu tidak
berubah melainkan hanya nergerak pada engselnya. Fakta bahwa bentuk pintu itu
kalihatan tidak berubah merupaka konstantansi bentuk.

2.4 Bentuk-bentuk dalam Persepsi Kedalaman


Presepsi kita terhadap dunia merupakan olahan semua informasi yang diterima oleh
indera-indera yang dipengaruhi oleh kondisi psikologis dan pengalaman kita. Gejala-
gejala yang kita lihat selalu melekat pada konteks tersebut menjadi suatu totalitas.
a. Konstansi
 Presepsi tidak selalu terjadi disaat objek atau gejala itu langsung ditangkap
oleh panca indera
 Konstasi ini lebih bersifat psikologis karena arti dari suatu objek atau gejala
bagi kita bersifat tetap atau konstan.
Konstansi tempat atau lokasi
Bila kita naik kereta api walaupun benda-benda dan hubungan antar benda
penglihatan, tetapi secara psikologis kits menyadari bahwa keadaan tempat atau lokasi
mereka tidak berubah.
Konstan warna
Kalo kita melihat tas berwarna merah, tetapi tiba-tiba lampu padam, maka warna tas
tersebut akan terlihat lebih kehitam-hitaman. Meskipun demikian, gambar psikologis
dalam diri kita menyatakan tas tersebut tetap merah
Konstansi bentuk ukuran
Benda yang jauh akan terlihat lebih kecil, dan benda-benda yang berubah posisinya
dalam medan penglihatannya kita akan nampak berbeda bentuknya.
b. Pigur dan latar belakang
 Keberadaan suatu objek pengamatan menggejala sebagai suatu figur yang
menonjol diantara objek-objek lain, baik karena sifatnya memang menyolok
atau karena dengan sengaja pengamat memusatkan perhatianya pada objek
tertentu.
c. Hukum-hukum Gestalt
 Gestalt merupakan suatu totalitas terapi bukan penjumlahan dari totalitas
tersebut. Hukum gestalt mengatur pola hubungan antar bagian dalam totalitas
sehingga tercipta suatu presepsi tertentu. Struktur dan arti ditemukan oleh
bagian dalam totalitas tersebut.
Hukum kedekatan (proximity)
 Objek yang berdekatan akan diamati sebagai suatu kesatuan
- garis akan disatukan secara berpasangan dan tanda X akan dipersepsikan
secara vertikal
Hukum kesamaan (Similarity)
Objek yang cirinya sama cenderung diamati sebagai suatu totalitas
- Tanda O dan X akan dipersepsikan sebagai horizontal karena terpengaruh oleh
kesamaan ciri dari objek
Hukum bentuk tertutup (Closure)
 Bentuk yang sudah kita kenal, walau nampak tidak sempurna cenderung
dipersepsikan secara sempurna.
- Gambar lingkaran yang tertutup akan dipersepsikan tertutup dengan sempurna
Hukum kesinambungan (continuity)
Pola yang sama dan berkesinambungan walau ditutup dengan pola lain tetap diamati
sebagai satu kesatuan.
Hukum gerak bersama (common fute)
Unsur yang bergerak dengan cara dan arah yang sama dilihat sebagai suatu kesatuan
d. Presepsi kedalaman (depth percaption)
 Presepsi kedalam merupakan kemampuan indera penglihatan untuk
mengindera ruang. Akan tetapi ruang berdimensi tiga, sedangkan
penginderaan visual kita hanya berdimensi dua. Maka itu, penginderaan ruang
merupakan penghayatan yang menyeluruh, bukan sekedar penginderaan visual
saja.
Patikan yang digunakan manusia dalam presepsi kedalaman :
 Perseptik atmosferik : semakin jauh objek, semakin kabur.
 Persepektif linear : semakin jauh, garis-garis akan semakin menyatu menjadi
satu titik (kovergensi)
 Kualitas permukaan (texture gradient). Berkurangnya ketajaman kualitas
teksture karena jarak makin jauh.
 Posisi relatif, objek jauh akan ditutupi atau kualitasnya menurun karena
bayangan objek-objek yang lebih dekat.
 Sinar dan bayangan, bagian permukaan yang lebih jauh dari sumber cahaya
akan lebih gelap dibandingkan yang lebih dekat.
 Patokan yang sudah dikenal, benda-benda yang sudah kita kenal ukurannya
akan lebih kelihatan lebih kecil dari kejauhan.
Patokan-patokan diatas sering dipakai oleh seniman (pelukis) untuk membuat
efek efek tertentu dalam melukisnya.
e. Persepsi gerak
Untuk mengamati gerak dibutuhkan patokan dengan demikian gerakan adalah
suatu yang berpindah posisinya dari patokan. Kalo patokan kabur, maka kita bisa
memperoleh informasi gerakan semu. Gerakan semu terjadi bila ada dua rangsang
yang berbeda muncul hampir bersamaan waktunya.
2 MACAM GERAK SEMU
 Efek otokinetik
Bila kita memandang setitik cahaya dalam keadaan gelap gulita, cahaya tersebut
akan nampak bergerak keatas, kebawah, kesamping kiri, kesamping kanan.
 Gerakan stroboskopik
Terjadinya karena ada dua rangsang yang berbeda yang muncul hampir
bersamaan. Dalam gerakan stroboskopik ini ada gejala yang disebut phi-
penomenon. Gejala ini terjadi bila ada dua rang sang atau lebih yang muncul
dalam waktu yang amat pendek dan waktu diamati sebagai gerakan yang diamati
oleh satu rangsang saja. Contohnya seperti lampu-lampu iklan ditoko atau jalan
besar, demikian juga dalam pemutaran film menggunakan teknik ini.
f. Ilusi
Ilusi adalah kesalahan dalam presepsi, yaitu memperoleh kesan yang salah
terhadap fakta-fakta objektif yang disajikan alat-alat indera kita
Ilusi disebabkan oleh faktor-faktor eksternal
Gambar atau bayangan dicermin kelihatannya terletak dibelakang cermin
Ilusi disebabkan kebiasaan
Rangsang-rangsang yang disajikan sesuai dengan kebiasaan kita dalam mengenali
rangsang akan dengan mudah menimbulkan ilusi.
Ilusi karena kesiapan mental atau harap tertentu
Kita akan lebih sering melihat sesuatu yang mirip dengan barang yang hilang
yang sangat kita harapkan untuk kembali.
Ilusi karena kondisi rangsang terlalu kompleks
Bila rangsang yang diamati terlalu kompleks, maka rangsang tersebut dapat
menutup-nutupi atau menyamarkan fakta-fakta objektif.
g. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap presepsi
 Perhatian yang selektif : pemusatan perhatian pada rangsang-rangsang tertentu
saja.
 Ciri-ciri rangsang rangsang yang bergerak diantara rangsang-rangsang yang diam
akan lebih menarik perhatian.
 Nilai-nilai dan kebutuhan individu : seorang seniman mempunyai pengamatan
yang berbeda dengan yang bukan seorang seniman dalam mengamati objek
tertentu.
 Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi
dunianya.

2.5 Pengertian Ilusi dan jenis-jenisnya


Ilusi adalah suatu ilusi panca indera yang disebabkan adanya rangsangan panca
indera yang ditafsirkan secara salah. Dengan kata lain, ilusi adalah interpretasi yang salah
dari suatu rangsangan pada panca indera. Sebagai contoh, seorang penderita dengan
perasaan yang bersalah, dapat meng-interpretasikan suara gemerisik daun-daun sebagai
suara yang mendekatinya. Ilusi sering terjadi pada saat terjadinya ketakutan yang luar
biasa pada penderita atau karena intoksikasi, baik yang disebabkan oleh racun, infeksi,
maupun pemakaian narkotika dan zat adiktif.
Jenis-jenis ilusi
Berikut ini terdapat beberapa jenis-jenis ilusi, terdiri atas:

a. Ilusi Fisiologis

Seperti afterimages atau kesan sebuah gambar yang terjadi setelah melihat cahaya
yang sangat terang atau melihat pola gambar tertentu dalam waktu yang lama. Hal ini
dianggap sebagai efek yang terjadi pada mata atau otak setelah menerima rangsangan
tertentu atau rangsangan yang cukup berlebihan.

b. Ilusi Kognitif

Ilusi kognitif diasumsikan terjadi karena pikiran asumsi untuk sesuatu di luar.
Secara umum, ilusi kognitif dibagi menjadi ilusi ambigu, ilusi distorsi, paradoks dan ilusi
ilusi fiksi.

 Ilusi ambigu, merupakan gambar atau objek yang dapat di ditafsirkan secara


berbeda.

Contohnya adalah : kubus Necker dan vas Rubin.

 Ilusi distorsi, ada distorsi ukuran, panjang atau sifat kurva (lengkung lurus).

Contohnya adalah: ilusi dinding kafe dan ilusi Mueller -Lyer.

 Ilusi paradoks, disebabkan oleh benda yang paradoks atau tidak mungkin,


misalnya, segitiga Penrose atau ‘tangga yang mustahil’, seperti yang ditunjukkan
dalam seni grafis MC Escher, berjudul “Up and Down” dan “Niagara”.
 Ilusi fiksi, didefinisikan sebagai persepsi objek yang sama sekali berbeda bagi
seseorang tetapi tidak untuk orang lain, seperti yang disebabkan oleh skizofrenia
atau halusinogen. Hal ini lebih tepat disebut sebagai halusinasi.

c. Imajinasi dan Realita

Kadang-kadang persepsi sering salah dalam memahami makna imajinasi. Pada


kenyataannya, imajinasi adalah rasa kerja dalam mengembangkan ide yang lebih luas dari
apa yang telah dilihat, didengar, dan dirasakan. Dengan imajinasi, manusia dapat
mengembangkan sesuatu dari kesederhanaan menjadi lebih bernilai dalam pikiran. Dia
bisa mengembangkan sesuatu ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam pikirannya. Untuk
tujuan mengembangkan hal yang lebih berharga dalam bentuk benda, atau hanya berpikir
yang datang ke pikiran. Alfan Arrasuli (2001).

Istilah Imajinasi Dalam mengerjakan fisika adalah untuk berpikir secara abstrak
apa yang telah ditulis dan tersirat. Imajinasi adalah gambaran dan visualisasi otak dalam
bentuk gambar, suara, dan rasa. (St. Gentlefolk (2013).

Manusia di perjalanan hidup selalu penuh dengan rasa ingin tahu tentang realitas
berurusan dengan diri mereka sendiri dan alam, karena itu apa pun di yang sudah
saksikannya selalu memotivasi dia untuk belajar lebih banyak dan lebih dalam, pada
tingkat ini kinerja pikiran manusia mulai mulai bergerak ke arah itu lebih memahami sifat
realitas wajud, kesaksian dan pengamatan awal alami untuk menjadi imajinatif. Tapi
untuk sampai pada gerakan imajinasi run tepat dan benar tentu harus didukung oleh
prinsip-prinsip alasan.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/8368684/Makalah_persepsi_psikologi
http://arianitriutari.blogspot.com/2009/06/persepsi.html
http://repository.radenfatah.ac.id/5260/3/BAB%20II.pdf
http://charasusanti.weebly.com/uploads/1/4/9/8/14985582/04_ppt_persepsi.pdf
https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-ilusi/

Anda mungkin juga menyukai