HUKUM PERSEPSI
Oleh kelompok 2 :
1. Andiani Dwi Siswati 191FK01009
2. Firman Alpian 191FK01044
3. Novi Widya Pratama 191FK01084
4. Sinta Amalia 191FK01119
5. Sitti Maliyya A. 191FK01125
6. Vamaura Ashabil D. 191FK01136
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Psikologi dengan tepat pada
waktunya. Salawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjugan kita Nabi besar Muhammad
SAW, keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang senantiasa bertasbih sepanjang masa.
Makalah ini berisikan tentang “HUKUM PERSEPSI” Diharapkan Makalah ini dapat
memberikan informasi mengenai perkembangan keperawatan dunia dan Indonesia.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala
usaha kita. Aamiin.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 4
1.2 Rumusan masalah 4
1.3 Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Persepsi 5
2.2 Macam-macam Hukum Persepsi 5
2.3 Konstansi dalam Persepsi 7
2.4 Bentuk-bentuk dalam Persepsi Kedalaman 8
2.5 Pengertian Ilusi dan jenis-jenisnya 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki
kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di
sekelilingnya melalui indera yang dimilikinya, membuat persepsi terhadap apa-apa yang
dilihat atau dirabanya, serta berfikir untuk memutuskan aksi apa yang hendak dilakukan
untuk mengatasi keadaan yang dihadapinya. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kemampuan
kognitif pada manusia meliputi tingkat intelejensi,kondisi fisik, serta kecepatan sistem
pemrosesan informasi pada manusia. Bila kecepatan sistem pemrosesan informasi
terganggu, maka akan berpengaruh pada reaksi manusia dalam mengatasi berbagai kondisi
yang dihadapi.
Keterbatasan kognitif terjadi apabila terdapat masalah atau gangguan pada
kemampuan kognitif. Masalah yang dialami bisa terjadi sejak lahir, atau terjadi perubahan
pada tubuh manusia seperti terluka, terserang penyakit, mengalami kecelakaan yang dapat
menyebabkan kerusakan salah satu indera, fisik atau juga mental. Akibat dari adanya
keterbatasan kognitif ini, manusia menjadi tidak mampu untuk memproses informasi dengan
sempurna.
Persepsi dalam arti sempit melibatkan pengalaman kita tapi secara psikis pengertian
itu tidaklah tepat. Tetapi lebih tepatnya persepsi merupakan proses yang menggabungkan
dan mengorganisir data-data indera kita ( penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian
rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar dengan diri kita
sendiri. Dan didalam mempersepsi keadaan sekitar maka kita harus melibatkan indra kita
maka akan lahir sebuah argumen yang berasal dari informasi yang dikumpulkan dan
diterima oleh alat reseptor sensorik kita sehingga kita dapat menggabungkan atau
mengelompokkan data yang telah kita terima sebelumnya melalui pengalaman awal kita.
a. Persepsi Visual
Persepsi visual didapatkan dari pengihatan. Penglihatan adalah kemampuan untuk
mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu dari indra. Alat tubuh yang
digunakan untuk melihat adalah mata. Banyak binatang yang indra penglihatannya
tidak terlalu tajam dan menggunakan indra lain untuk mengenali lingkungannya,
misalnya pendengaran untuk kelelawar. Manusia yang daya penglihatannya menurun
dapat menggunakan alat bantu atau menjalani operasi plastic untuk memperbaiki
penglihatannya. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awa berkembang pada bayi,
dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual
merupakan topic utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang
biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.
b. Persepsi Auditori
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga, pendengaran
adalah kemampuan untuk mengenali suara.Dalam manusia dan binatang bertulang
belakang,hal ini dilakukan terutama oleh system pendengaran yang terdiri dari
telinga, syaraf-syaraf, dan otak.6 Tidak semuasuara dapat dikenali oleh semua
binatang.Beberapa spesies dapat mengenali amplitudo dan frekuensi tertentu.
Manusia dapat mendengar dari 20 Hz 6 Ibid. 21:30 WIB 26 sampai 20.000 hz. Bila
dipaksa mendengar frekuensi yang terlalu tinggai terus menerus, system pendengaran
dapat menjadi rusak.
c. Persepsi Perabaan
Persepsi perabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit. Kulit dibagi menjadi 3
bagian, yaitu bagian epidermis, dermis, dan subkutis.Kulit berfungsi sebagai alat
pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang, sebagai alat peraba dilengkapi
dengan bermacam respector yang peka terhadap rangsangan, sebagai alat ekskresi
untuk mengatur suhu tubuh.Sehubungan dengan fungsinya sebagai alata peraba, kulit
dilengkapi dengan respector respector khusus.Respector untuk rasa sakit ujungnya
menjorok masuk ke daerah epidermis.Respector untuk tekanan, ujungnya berada di
dermis yang jauh dari epidermis.Respector untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung
respectornya terletak di dekat epidermis.
d. Persepsi Penciuman
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu
hidung.Pemciuman, penghiduan, atau olfaksi, adalah penangkapan atau perasaan
bau.Perasaan ini dimediasi oleh sel sensor tespesialisasi pada rongga hidung
vertebrata, dan dengan analogi, sel sensor pada antenna invertebrate. Untuk hewan
penghirup udara, system olfaktori mendeteksi zat kimia asiri atau, pada kasus system
olfaktori aksesori, fase cair.Pada organisme yang hidup di air, seperti ikan atau
krustasea, zat kimia terkandung pada medium air di sekitarnya.
e. Persepsi Pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.
Pengecapan atau gustasi adalah suatu bentuk kemoreseptor langsung dan merupakan
satu dari lima indera tradisional. Indera ini merujuk pada kemampuan mendeteksi
rasa suatu zat seperti makanan atau racun. Pada manusia dan banyak hewan
vertebrata lain, indera pengecapan terkait dengan indera penciuman pada persepsi
otak terhadap rasa. Sensasi pengecapan klasik mencakup manis, asin, masam, dan
pahit. Belakangan, ahli-ahli psikofisik dan neurosains mengusulkan untuk
menambahkan kategori lain, terutama rasa gurih (umami) dan asam
lemak.Pengecapan adalah fungsi sensoris sistem saraf pusat. Sel reseptor pengecapan
pada manusia ditemukan pada permukaan lidah, langit-langit lunak, serta epiterlium
faring dan epiglottis.
b. Konstatansi Warna
Kain beludru hitam akan terlihat sama oleh mata ketika dilihat di bawah sinar
matahari,tempat rindnag, walaupun kain tersebut lebih banyak memantulkan sinar
dibawah sinar matahari, fakta ini disebut konstansin kejernihan. Konstansi warna
menunjukan ketergantungan yanhg serupa akan adanya medan yang beragam.
a. Ilusi Fisiologis
Seperti afterimages atau kesan sebuah gambar yang terjadi setelah melihat cahaya
yang sangat terang atau melihat pola gambar tertentu dalam waktu yang lama. Hal ini
dianggap sebagai efek yang terjadi pada mata atau otak setelah menerima rangsangan
tertentu atau rangsangan yang cukup berlebihan.
b. Ilusi Kognitif
Ilusi kognitif diasumsikan terjadi karena pikiran asumsi untuk sesuatu di luar.
Secara umum, ilusi kognitif dibagi menjadi ilusi ambigu, ilusi distorsi, paradoks dan ilusi
ilusi fiksi.
Ilusi distorsi, ada distorsi ukuran, panjang atau sifat kurva (lengkung lurus).
Istilah Imajinasi Dalam mengerjakan fisika adalah untuk berpikir secara abstrak
apa yang telah ditulis dan tersirat. Imajinasi adalah gambaran dan visualisasi otak dalam
bentuk gambar, suara, dan rasa. (St. Gentlefolk (2013).
Manusia di perjalanan hidup selalu penuh dengan rasa ingin tahu tentang realitas
berurusan dengan diri mereka sendiri dan alam, karena itu apa pun di yang sudah
saksikannya selalu memotivasi dia untuk belajar lebih banyak dan lebih dalam, pada
tingkat ini kinerja pikiran manusia mulai mulai bergerak ke arah itu lebih memahami sifat
realitas wajud, kesaksian dan pengamatan awal alami untuk menjadi imajinatif. Tapi
untuk sampai pada gerakan imajinasi run tepat dan benar tentu harus didukung oleh
prinsip-prinsip alasan.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/8368684/Makalah_persepsi_psikologi
http://arianitriutari.blogspot.com/2009/06/persepsi.html
http://repository.radenfatah.ac.id/5260/3/BAB%20II.pdf
http://charasusanti.weebly.com/uploads/1/4/9/8/14985582/04_ppt_persepsi.pdf
https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-ilusi/