Disusun Oleh :
Aryanti 0432950119008
Dosen Pengampu :
Ns. Yusrini, M.Kep, Sp. Kep.
KATA PENGANTAR
2
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah- Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Perilaku Kekerasan. Adapun tujuan penulisan
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa yang di berikan
oleh dosen Ns. Yusrini, M.Kep, Sp. Kep.Demikian yang dapat penulis sampaikan,
semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Penulis yakin dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, Saran dan kritik dari pembaca
sangat penulis butuhkan untuk memperbaiki makalah ini nantinya.
(Penulis)
DAFTAR ISI
3
COVER ···············································································i
KATA PENGANTAR······························································ii
DAFTAR ISI·········································································iii
BAB I PENDAHULUAN··························································4
I.2 Tujuan····································································5
DAFTAR PUSTAKA·······························································iv
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
4
pada pasien dengan perilaku kekerasan baik secara verbal maupun secara fisik.
Tanda dan gejala verbal yang muncul biasanya mengancam, mengumpat dengan
katakata kotor, berbicara dengan nada keras, dan kasar (Fitria Nita, 2012).
Sedangkan tanda dan gejala fisik nya dapat berupa mata melotot/pandangan tajam,
tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, postur tubuh
kaku, serta riwayat melakukan perilaku kekerasan (Badan PPSDM, 2013)
Penyebab dari perilaku kekerasan yaitu kehilangan harga diri karena tidak
dapat memenuhi kebutuhan sehingga individu tidak berani bertindak, cepat
tersinggung dan lekas marah. Akibatnya frustasi tujuan tidak tercapai atau
terhambat sehingga individu merasa cemas dan terancam, individu berusaha
mengatasi tanpa memperhatikan hak-hak orang lain, kebutuhan aktualisasi diri
yang tidak tercapai sehingga menimbulkan ketegangan dan membuat individu
cepat tersinggung. Dampak atau perubahan yang terjadi dapat berupa perasaan
tidak sabar, cepat marah, dari segi sosial kasar, menarik diri, dan agresif (Dalami,
dkk 2009). Melihat dampak dan kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan
pasien dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh
tenaga kesehatan yang profesional, salah satunya yaitu keperawatan jiwa.
I.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN KASUS
I. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan ditunjukan
pada diri sendiri atau orang lain secara verbal maupun non verbal dan
pada lingkungan. (Depkes RI,2006). Perilaku kekerasan atau agresif
merupakan suatau bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki tujuan
khusus, tapi lebih merujuk pada suatu perangkat perasaan-perasaan
tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993
dalam Dermawan,Deden, 2013).
Menurut Keliat, dkk perilaku kekerasan adalah suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis (Keliat, dkk, 2011). Sedangkan, Stuart dan Laraia (2005),
menyatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil dari marah yang
ekstrim atau ketakutan sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik
berupa ancaman serangan fisik ataupun konsep diri.
Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanisfestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan
merupakan suatu komunikasi atau proses penyampaian pesan individu.
Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaian pesan
bahwa ia “tidak setuju, merasa tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa
tidak dituntut atau diremehkan” (Yosep, 2011).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada
dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh
gelisah yang tidak terkontrol (Kusumawati, 2010).
7
2 Psikodinamika
↓
A
↓
M
M
M
↓
M
M
↓
T
M
↓
M
M
K
↓
M
M
M
K
P
R
B
8
P
R
a. Etiologi
Faktor penyebab terjadinya kekerasan sebagai berikut (Direja, 2011):
A. Faktor Preedisposisi
1.Faktor psikologi
a) Terjadi asumsi, seseorang untuk mencapai suatu
tujuan mengalami hambatan akan timbul dorongan
agresif yang memotivasi perilaku kekerasan.
b) Berdasarkan pengunaan mekanisme koping individu
dan masa kecil yang tidak menyenangkan dan
frustasi.
c) Adanya kekerasan rumah tangga, keluarga, dan
lingkungan.
2.Faktor Biologis
Berdasarkan teori biologi, ada beberapa yang mempengaruhi
perilaku kekerasan:
a) Beragam komponen sistem neurologis mempunyai
implikasi dalam menfasilitasi dan menghambat impuls
agresif.
b) Peningkatan hormon adrogen dan norefineprin serta
penurunan serotin pada cairan serebro spinal merupakan
faktor predisposisi penting menyebabkan timbulnya
perilaku agresif seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif
sangat erat kaitannya dengan genetic termasuk genetik
9
a. Faktor Predisposisi
b. Faktor Presipitasi
c. Komplikasi
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/membahayakan diri, orang
lain dan lingkungan.
.Bunuh diri.
Perilaku merusak diri, serta melukai diri sendiri.
Depresi.
Penyalahgunaan alkohol, obat atau resep obat.
Kemiskinan.
1
1
a. Respon Adaptif
1) Asertif : Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan
orang lain dan memberikan ketenangan.
2) Frustasi : Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan
tidak dapat menemukan alternative.
b. Respon Maladaptif
1) Pasif : Individu tidak dapat mengungkapkan perasaan nya.
2) Agresif : Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk
menuntut tetapi masih terkontrol.
3) Kekerasan : Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilang
nya control.
1. Pengkajian Keperawatan
a) Identitas
- Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang : nama perawat, nama klien, tujuan, waktu, tempat
pertemuan, topik yang akan dibicarakan.
- Usia dan No. Rekam Medik.
b) Faktor Predisposisi
c) Faktor presipitasi
d) Manifestasi klinis
Menurut Stuart & Sundeen (1995)
a. Emosi :Jengkel, marah (dendam), rasa terganggu, merasa takut, tidak aman,
cemas.
b. Fisik :Muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat.
c. Intelektual : Mendominasi, bawel, berdebat, meremehkan.
d. Spiritual :Keraguan, kebijakan / keberanian diri, tidak bermoral, kreativitas
terhambat.
e. Sosial :Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.
e) Mekanisme Koping
Menurut Eko Prabowo (2014) mekanisme koping yang dipakai pada pasien
perilaku kekerasan untuk melindungi diri antara lain:
a) Sublimasi
1
3
d) Reaksi
formasi Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan.
Dengan melebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakan nya sebagai rintangan.
e) Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada objek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya
membangkitkan emosi.
Mekanisme Koping Biasanya data yang didapat melalui wawancara pada
pasien/keluarga, bagaimana cara pasien mengendalikan diri ketika menghadapi
masalah:
1) Koping Adaptif
Bicara dengan orang lain
Mampu menyelesaikan masalah
Teknik relaksasi
Aktifitas konstrutif
Olahraga, dll.
2) Koping Maladaptif
Minum alkohol
Reaksi lambat/berlebihan
Bekerja berlebihan
Menghindar
Mencederai diri
f) Sumber-sumber koping
Menurut Widi Astuti (2017), mengungkapkan bahwa sumber koping
dibagi menjadi 4, yaitu:
1). Kemampuan personal
1
4
3) Asetmeteri
Meliputi penghasilan yang layak, tidak mempunyai tabungan untuk
mengantisipasi hidup, tidak mampu menjangkau pelayanan kesehatan.
4) kinanpositif
Adanya motivasi dan penilaian terhadap pelayanan kesehatan.
kepada klien
4.Klien dapat
mengidentifikasi 1. Klien dapat 1. Anjurkan klien untuk cara mengontrol
perilaku kekerasan mengungkapkan mengungkapkan
yang biasa perilaku kekerasan perilaku kekerasan perilaku
dilakukan yang biasa dilakukan yang biasa dilakukan
2. Klien dapat bermain klien (verbal, pada kekerasan
peran sesuai perilaku orang lain, pada diri
kekerasan yang biasa sendiri, dan secara aktivitas
1
6
selalu
5. Klien dapat 1. Klien dapat
mengidentifikasi menjelaskan akibat dari 1. Bicarakan memikirkan hal
akibat perilaku cara yang digunakan akibat/kerugian dari
kekerasan oleh klien cara yang dilakukan kekerasan
1. Akibat pada oleh klien
klien sendiri 2. Bersama klien
2. Akipat pada menyimpulkan akibat
orang lain dari cara yang
3. Akibat pada dilakukan oleh klien
lingkungan 3. Tanyakan kepada
klien “Apakah ia ingin
mempelajari cara baru
yang sehat.”
1. Bantu keluarga
7. Klien 3. Klien mempunyai mendemonstrasikan
jadwal untuk melatih cara merawat klien
mendapatkan cara pencegahan fisik 2. Bantu keluarga
1
7
sakit dan
melanjutkannya setelah
pulang kerumah
2. Harga diri TUM Bina hubungan saling Hubungan saling
Pasien memiliki Setelah 2 x interaksi: percaya merupakan
percaya dengan
rendah konsep diri yang 1. Pasien
positif menunjukan menggunakan prinsip dasar untuk hubungan
kronik espresi wajah interaksi selanjutnya.
komunikasi terapeutik:
TUK bersahabat,
1. Pasien dapat menunjukan 1. Sapa pasien dengan
membina rasa senang
ramah baik verbal
hubungan saling 2. Ada kontak
percaya dengan mata maupun non verbal.
perawat. 3. Mau berjabat
2. Perkenalkan diri
tangan, mau
menyebutkan dengan sopan.
nama
3. Tanyakan nama
4. Mau menjawab
salam lengkap dan nama
5. Pasien mau
panggilan yang
duduk
berdampingan disukai pasien.
dengan
4. Jelaskan tujuan
perawaat, mau
mengutarakan pertemuan.
masalah yang
5. Jujur dan menepati
dihadapi
janji.
6. Tunjukan sikap
empati dan
menerima pasien
apa adanya.
1
8
1. Diskusikan dengan
pasien tentang:
Menilai realitas, kontrol
2. Pasien dapat a. Aspek positif
1. Aspek positif dan diri atau integritas ego
mengidentifikas yang dimiliki diperlukan sebagai
kemampuan yang
i aspek positif pasien, dasar asuhan
dimiliki pasien.
dan kemampuan 2. Aspek positif keluarga, keperawatannya,
yang dimiliki. lingkungan. reinforcement positif
keluarga.
b. Kemampuan akan meningkatkan
3. Aspek positif
yang dimiliki harga diri pasien, dan
lingkungan pasien.
pujian yang realistik
pasien.
tidak menyebabkan
2. Bersama pasien
pasien melakukan
buat daftar tentang:
kegiatan hanya karena
a. Aspek positif
ingin mendapatkan
pasien,
pujian.
keluarga,
lingkungan.
b. Kemampuan
yang dimiliki
pasien.
3. Beri pujian yang
realistis, hindarkan
memberi penilaian
negatif.
1
9
1. Diskusikan dengan
pasien kemampuan
yang dapat Prasarat untuk berubah
dan mengerti tentang
dilaksanakan. kemampuan yang
3. Pasien dapat
pasien menyebutkan 2. Diskusikan dimiliki dapat
menilai memotivasi pasien
kemampuan yang dapat
kemampuan yang untuk tetap
kemampuan dilaksanakan dan
mengikuti rehabilitasi dapat dilanjutkan mempertahankan
yang dimiliki penggunaannya
pelaksanaannya.
untuk
3. Motivasi dan ikut
dilaksanakan
sertakan pasien
untuk mengikuti
rehabilitasi
1. Rencanakan
bersama pasien
Pasien adalah individu
aktivitas yang dapat
yang bertanggung
dilakukan setiap
jawab terhadap dirinya
4. Pasien dapat hari sesuai
sendiri, pasien perlu
merencanakan pasien membuat kemampuan pasien: bertindak secara
rencana kegiatan harian
kegiatan sesuai a. Kegiatan realistis dalam
1. Diskusikan dengan
pasien tentang
perasaannya
setelah
Mengungkapkan
berhubungan perasaan akan
5. Pasien mampu sosial dengan: membantu pasien
pasien dapat menilai keuntungan
menjelaskan a. Orang lain berinteraksi dengan
perasaannya menjelaskan orang lain.
b. kelompok
setelah perasaannya setelah
2. Beri pujian
berhubungan berhubungan sosial
terhadap
sosial. dengan:
kemampuan pasien
1. Orang lain
mengungkapkan
2. Kelompok
perasaannya
1. Diskusikan
pentingnya peran
serta keluarga
sebagai pendukung
untuk mengatasi
perilaku menarik Keterlibatan
keluarga sangat
diri mendukung
6. Pasien
keluarga dapat 2. Diskusikan potensi terhadap proses
mendapat
perubahan
mempraktekan cara keluarga untuk perilaku pasien.
dukungan
merawat pasien membantu pasien
keluarga dalam
menarik diri dan mengatasi perilaku
memperluas
menjelaskan tentang: menarik diri
hubungan
1. Pengertian 3. Jelaskan pada
menarik diri
keluarga tentang:
2. Tanda dan
gejala menarik a. Pengertian
diri
menarik diri
3. Penyebab dan
2
1
a. Tanyakan pada
pasien tentang:
2. Pasien mampu pasien dapat a. orang yang
menyebutkan menyebutkan minimal tinggal serumah
penyebab satu penyebab menarik Diketahuinya penyebab
atau teman
menarik diri diri dari: akan dapat
sekamar pasien
1. Diri sendiri b. orang yang dihubungkan dengan
2. Orang lain paling dekat faktor presipitasi yang
3. Lingkungan dengan pasien di dialami pasien
rumah atau di
2
3
ruang perawatan
c. Apa yang
membuat pasien
dekat dengan
orang tersebut
d. Orang yang tidak
dekat dengan
pasien di rumah
atau di ruang
perawatan
e. Apa yang
membuat pasien
tidak dekat
dengan orang
tersebut
f. Upaya yang
sudah dilakukan
agar dekat
dengan orang
lain
b. Diskusikan dengan
pasien penyebab
menarik diri
c. Beri pujian terhadap
kemampuan pasien
mengungkapkan
perasaannya
1. Tanyakan pada
pasien tentang:
3. Pasien mampu pasien dapat a. Manfaat
menyebutkan menyebutkan hubungan Dengan mengetahui
keuntungan keuntungan sosial keuntungan dari
2
4
d. Observasi perilaku
pasien saat
berhubungan
4. Pasien dapat sosial
Setelah 3x interaksi
melaksanakan e. Beri motivasi dan Pasien harus mencoba
pasien dapat
hubungan sosial bantu pasien berinteraksi secara
melaksanakan
secara untuk berkenalan bertahap agar terbiasa
hubungan sosial
bertahap. atau membina hubungan
secara bertahap
berkomunikasi yang sehat dengan
dengan:
dengan: orang lain
a. Perawat
b. Perawat lain a. Perawat lain
d. Kelompok c. Kelompok
f. Libatkan pasien
dalam Terapi
Aktivitas
Kelompok
Sosialisasi
g. Diskusikan jadwal
harian yang dapat
dilakukan untuk
2
5
meningkatkan
kemampuan
pasien
bersosialisasi
h. Beri motivasi
pasien untuk
melakukan
kegiatan sesuai
dengan jadwal
yang telah dibuat
i. Beri pujian
terhadap
kemampuan
pasien
memperluas
pergaulannya
melalui aktivitas
yang dilaksanakan
1. Diskusikan dengan
pasien tentang
Setalah 3x interaksi perasaannya
5. Pasien mampu pasien dapat setelah Mengungkapkan
menjelaskan menjelaskan berhubungan sosial perasaan akan
perasaannya perasaannya setelah dengan: membantu pasien
setelah berhubungan sosial c. Orang lain menilai keuntungan
berhubungan dengan: d. Kelompok berinteraksi dengan
sosial. 3. Orang lain 2. Beri pujian orang lain
4. Kelompok terhadap
kemampuan pasien
mengungkapkan
perasaannya
2
6
1. Diskusikan
pentingnya peran
Setelah 1x pertemuan serta keluarga
6. Pasien keluarga dapat sebagai pendukung
mendapat mempraktekan cara untuk mengatasi Keterlibatan keluarga
dukungan merawat pasien perilaku menarik sangat mendukung
keluarga dalam menarik diri dan diri terhadap proses
memperluas menjelaskan tentang: 2. Diskusikan potensi perubahan perilaku
hubungan sosial 1. Pengertian menarik keluarga untuk pasien.
diri membantu pasien
2. Tanda dan gejala mengatasi perilaku
menarik diri menarik diri
3. Penyebab dan 3. Jelaskan pada
akibat menarik diri keluarga tentang:
4. Cara merawat a. Pengertian
pasien menarik diri menarik dirI.
b. Tanda dan
gejala menarik
diri
c. Penyebab dan
akibat menarik
diri
d. Cara merawat
pasien menarik
diri
4. Latih keluarga cara
merawat pasien
menarik dirI
5. Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan
6. Beri motivasi
keluarga agar
2
7
membantu pasien
untuk bersosialisasi
7. Beri pujian kepada
keluarga atas
keterlibatnnya
merawat pasien di
rumah sakit
L
Resiko perilaku Membina hubungan saling Sp 1
keluarga percaya
Respon
Respon
ada
untuk ibunya
perbuatannya
membating barang-barang di
maaf
perbuatannya dan
P : pertahankan Sp 1
Sp 1
dilakukan
mengendalikan perilaku
kekerasan
Sp 2 1. Mempraktikkan latihan cara
dalam 3 kali
istifar
pertahankan Sp2
Harga Diri rendah Sp 1 Sp 1
1. Membina hubungan saling S : Pasien mengatakan baru
kronis
percaya saja mengikuti rehabilitasi
2. Mendiskusikan dengan bertani, pasien mengatakan
pasien tentang: senang bekerja, pasien
a. Aspek positif yang dimiliki mengatakan pernah mengikuti
pasien, keluarga, rehabilitasi membuat telur asin
lingkungan. di RSJ Grhasia, pasien
b. Kemampuan yang dimiliki mengatakan kegiatan di rumah
pasien. membantu pekerjaan rumah,
3. Memberi pujian yang realistis kolam ikan lele dan sawah
O : Pasien terlihat senang dan
antusias ketika diajak berbicara
mengenai kerja dan aktivitas,
kontak mata cukup, pasien mau
duduk berdampingan
A : Pasien dapat menyebutkan
3
2
Sp 2 Sp 2
1. Merencanakan bersama S : Pasien mengatakan akan
pasien aktivitas yang dapat giat beraktivitas di bangsal agar
dilakukan setiap hari sesuai cepat pulang, pasien
kemampuan pasien mengatakan selama di rumah
2. Meningkatkan kegiatan sesuai sering membantu mengerjakan
kondisi pasien perkerjaan rumah, pasien
mengatakan masih mampu
untuk bekerja, pasien
mengatakan akan membantu
pasien lainnya untuk
membersihkan peralatan makan
dan membersihkan serta
merapikan tempat makan
setelah selesai makan
O : Pasien terlihat antusias,
kooperatif, pasien mampu untuk
mengidentifikasi
kemampuannya
A : Pasien dapat membuat
rencana kegiatan harian
P : N : Lanjutkan TUK 5
K : Melakukan aktivitas sesuai
rencana
3
3
Sp 3
1. Memotivasi dan mengikut
Sp 3
sertakan pasien untuk mengikuti
rehabilitasi S : Pasien mengatakan senang
mengikuti rehabilitasi karena
bisa beraktivitas di luar bangsal
O : Pasien terlihat antusias,
pasien mengikuti rehabilitasi
pertanian
A : Pasien mengikuti rehabilitasi
P : N : Ikut sertakan dan
motivasi pasien mengikuti
rehabilitasi
K : Mengikuti rehabilitasi
Sp 4
K : Mempertahankan kegiatan
bersama
Sp 5
Sp 6 sistem di keluarga
Mendiskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah Sp 6
pulang S : Pasien mengatakan sempat
merasakan dirinya tidak
berguna dan merasa malu,
pasien mengatakan khawatir
3
5
Isolasi social Sp 1 Sp 1
1. Membina hubungan saling S : Pasien mengatakan “Kula
percaya dengan Minarni”, pasien mengatakan
menggunakan prinsip senang dijenguk anaknya,
komunikasi terapeutik ketika diajak ngobrol pasien
2. Dengarkan dengan penuh mengatakan “Mboten, kula
perhatian ekspresi perasaan kesel, pengen turu mawon”,
pasien pasien mengatakan tidak ada
3. Tanyakan pada pasien keluhan fisik, pasien
tentang: mengatakan kadang-kadang
a. Orang yang tinggal masih merasa sedih
serumah atau teman O : Pembicaraan koheren,
sekamar pasien kontak mata kurang, mau
b. Orang yang paling dekat berjabat tangan, pasien mau
3
6
Sp 2
1. Tanyakan pada pasien Sp 2
tentang: S : Pasien mengatakan belum
a. Orang yang tinggal pernah curhat kepada teman
serumah atau teman satu bangsal, pasien
sekamar pasien mengatakan ketika ada
b. Orang yang paling dekat masalah sering memendam
dengan pasien di rumah sendirian dan menangis, pasien
atau di ruang perawatan mengatakan jarang
c. Apa yang membuat pasien menceritakan permasalahannya
dekat dengan orang dengan orang lain, pasien
tersebut mengatakan belum hafal teman
d. Orang yang tidak dekat satu bangsal, pasien
dengan pasien di rumah mengatakan ingin tidur tidak
atau di ruang perawatan ingin diganggu karena capek
3
7
.
DAFTAR PUSTAKA
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta : Andi
3
9
Kania, I., Kawanishi, C., Suda, A., & Hirayasu, Y. (2012). Effects of educating
local government officers and healthcare and welfare professionals in suicide
prevention. International joumal of Environmental Research and Public Health.
g(3)712-21.
Ackley, B. J., Ladwing, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis
Handbook, An Evidence-Based Guide to planning care. 11th Ed. St. Louis:
Elsevier.
Carpernito-moyet, L.J (2013). Nursing Diagnosis Application to Cliniacal
Practice. 14th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Yusuf, Ah, dkk. 2015. Buku Ajara Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika
Keliat, B. A. 2009. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: ECG