Disusun Oleh :
Tina Suhartina 0432950119006
Aryanti 0432950119008
Cindy Nadya 0432950119032
Faqih Wardani 0432950119011
Rino Adhisatyo 0432950119024
Helena Melisa 0432950119028
Dosen Pengampu :
Ns.1 Yusrini, M.Kep, Sp. Kep.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah- Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Perilaku Kekerasan. Adapun tujuan penulisan
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa yang di berikan
oleh dosen Ns. Yusrini, M.Kep, Sp. Kep.Demikian yang dapat penulis sampaikan,
semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Penulis yakin dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, Saran dan kritik dari pembaca
sangat penulis butuhkan untuk memperbaiki makalah ini nantinya.
(Penulis)
2
DAFTAR ISI
COVER ···············································································i
KATA PENGANTAR······························································ii
DAFTAR ISI·········································································iii
BAB I PENDAHULUAN··························································4
I.2 Tujuan····································································5
DAFTAR PUSTAKA·······························································iv
3
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Menurut UU No. 18 Tahun 2014 Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana
seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan konstribusi
untuk komunitasnya. Sehat jiwa merupakan suatu kondisi mental sejahtera yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari
kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia
(Badan PPSDM, 2013). Ciri-ciri sehat jiwa yaitu seseorang mampu menghadapi
kenyataan, mendapat kepuasan dari usahanya, bebas dari rasa cemas,
mengarahkan rasa bermusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif
(Herman Ade, 2011)
Orang dengan masalah kejiwaan adalah orang yang mempunyai masalah
fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan atau kualitas hidup
sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah
respon maladaptif dari lingkungan internal dan eksternal, dibuktikan melalui
pikiran, perasaan dan perilaku yang tidak sesuai dengan norma lokal atau budaya
setempat dan mengganggu fungsi sosial, pekerjaan dan atau fisik (Ruti,dkk 2010).
Gangguan jiwa ditemukan di semua negara, pada perempuan dan laki-laki, pada
semua tahap kehidupan, orang miskin maupun kaya baik di pedesaan maupun
perkotaan mulai dari yang ringan sampai yang berat (Abdul,dkk 2013).
Penderita gangguan jiwa berat dengan usia diatas 15 tahun di Indonesia
mencapai 0,4%. Hal ini berarti terdapat lebih dari satu juta orang di indonesia
yang mengalami gangguan jiwa berat. Berdasarkan data tersebut diketahui 11,6%
penduduk indonesia mengalami gangguan mental emosional (Riskesdas, 2007).
Pada tahun 2013 jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 1,7% per 1000
penduduk atau sekitar 400.000 jiwa (Riskesdas, 2013). Begitu juga di Sumatera
Barat Jumlah penderita gangguan jiwa pada tahun 2008 data Dinas Provinsi
Sumatera Barat dari jumlah penduduk 3.198.726 orang ada 0,26 % yang
menderita gangguan jiwa. Data Dinas Kesehatan Kota Padang pada tahun 2009
4
dari jumlah penduduk di kota Padang 839.190 orang, yang mengalami gangguan
jiwa di kota Padang sebanyak 0,75 %.
World Health Organisation (WHO) menyebutkan masalah utama
gangguan jiwa di dunia adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah gangguan pada
otak dan pola pikir, skizofrenia mempunyai karateristik dengan gejala positif dan
negatif. Gejala positif antara lain : delusi, halusinasi, waham,disorganisasi pikiran.
Gejala negatif seperti : sikap apatis, bicara jarang, afek tumpul, menarik diri dari
masyarakat dan rasa tidak nyaman (Ruti,dkk 2010). Menurut Stuart dan
Sundeen,1995 dalam Fitria Nita 2012, salah satu gejala positif dari skizofrenia
yang sering muncul adalah Perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan adalah suatu
bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
secara psikologis (Keliat, dkk 2011). Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi
perilaku kekerasan secara verbal dan fisik. Setiap aktivitas bila tidak di cegah
dapat mengarah pada kematian. Beberapa tanda dan gejala yang biasanya muncul
pada pasien dengan perilaku kekerasan baik secara verbal maupun secara fisik.
Tanda dan gejala verbal yang muncul biasanya mengancam, mengumpat dengan
katakata kotor, berbicara dengan nada keras, dan kasar (Fitria Nita, 2012).
Sedangkan tanda dan gejala fisik nya dapat berupa mata melotot/pandangan tajam,
tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, postur tubuh
kaku, serta riwayat melakukan perilaku kekerasan (Badan PPSDM, 2013)
Penyebab dari perilaku kekerasan yaitu kehilangan harga diri karena tidak
dapat memenuhi kebutuhan sehingga individu tidak berani bertindak, cepat
tersinggung dan lekas marah. Akibatnya frustasi tujuan tidak tercapai atau
terhambat sehingga individu merasa cemas dan terancam, individu berusaha
mengatasi tanpa memperhatikan hak-hak orang lain, kebutuhan aktualisasi diri
yang tidak tercapai sehingga menimbulkan ketegangan dan membuat individu
cepat tersinggung. Dampak atau perubahan yang terjadi dapat berupa perasaan
tidak sabar, cepat marah, dari segi sosial kasar, menarik diri, dan agresif (Dalami,
dkk 2009). Melihat dampak dan kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan
pasien dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh
tenaga kesehatan yang profesional, salah satunya yaitu keperawatan jiwa.
I.2 Tujuan
I. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan ditunjukan
pada diri sendiri atau orang lain secara verbal maupun non verbal dan
pada lingkungan. (Depkes RI,2006). Perilaku kekerasan atau agresif
merupakan suatau bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki tujuan
khusus, tapi lebih merujuk pada suatu perangkat perasaan-perasaan
tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993
dalam Dermawan,Deden, 2013).
Menurut Keliat, dkk perilaku kekerasan adalah suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun
psikologis (Keliat, dkk, 2011). Sedangkan, Stuart dan Laraia (2005),
menyatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil dari marah yang
ekstrim atau ketakutan sebagai respon terhadap perasaan terancam, baik
berupa ancaman serangan fisik ataupun konsep diri.
Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanisfestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan
merupakan suatu komunikasi atau proses penyampaian pesan individu.
Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaian pesan
bahwa ia “tidak setuju, merasa tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa
6
tidak dituntut atau diremehkan” (Yosep, 2011).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada
dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh
gelisah yang tidak terkontrol (Kusumawati, 2010).
2 Psikodinamika
Ancaman atau
kebutuhan
Stres
↓
Ansietas
↓
Marah
Mengungkapkan
Merasa bersalah Merasa kebutuhannya
↓ kemarahan
tidak terpenuhi
Menantang
↓ Menyadarkan akan Memaksakan kehendak
kebutuhannya
Tidak ada
penyelesaian Menantang dan
Memenuhi
masalah mengancam
↓ kebutuhannya
Marah
Marah teratasi Kebutuhan tidak
berkepanjangan
↓
terpenuhi
Kemarahan diarahkan
Perilaku kekerasan keluar
2.Faktor Biologis
Berdasarkan teori biologi, ada beberapa yang mempengaruhi
perilaku kekerasan:
a) Beragam komponen sistem neurologis mempunyai
implikasi dalam menfasilitasi dan menghambat impuls
8
agresif.
b) Peningkatan hormon adrogen dan norefineprin serta
penurunan serotin pada cairan serebro spinal merupakan
faktor predisposisi penting menyebabkan timbulnya
perilaku agresif seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif
sangat erat kaitannya dengan genetic termasuk genetik
tipe kariotipe XYY, yang umumnya dimiliki oleh
penghuni penjara atau tindak criminal.
d) Gangguan otak, sindrom otak genetik berhubungan
dengan berbagai gangguan serebral, tumor otak
(khususnya pada limbic dan lobus temporal), kerusakan
organ otak, retardasi terbukti berpengaruh terhadap
perilaku agresif dan perilaku kekerasan.
3.Faktor Sosial Budaya
Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini
mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima
atau tidak diterima akan menimbulkan sanksi. Budaya
dimasyarakat dapat mempengaruhi perilaku kekerasan.
B. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam,
baik berupa injuri secara fisik, psikis atau ancaman konsep diri.
Beberapa faktor perilaku kekerasan sebagai berikut:
1. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan,
kehidupan yang penuh agresif, dan masa lalu yang tidak
menyenangkan.
2. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang
berarti, merasa terancam baik internal maupun eksternal.
3. Lingkungan : panas, padat, dan bising.
a. Faktor Predisposisi9
b. Faktor Presipitasi
c. Komplikasi
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan
1
suatu tindakan yang kemungkinan
0 dapat melukai/membahayakan diri, orang
lain dan lingkungan.
.Bunuh diri.
Perilaku merusak diri, serta melukai diri sendiri.
Depresi.
Penyalahgunaan alkohol, obat atau resep obat.
Kemiskinan.
Tidak punya tempat tinggal.
Masalah dengan keluarga.
Ketidakmampuan bekerja atau hadir di sekolah.
.Masalah kesehatan akibat pengiobatan antipsikotik.
Menjadi korban kekerasan atau menjadi pelaku.
Penyakit jantung, kerap dikaitkan dengan perokok berat
a. Respon Adaptif
1) Asertif : Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan
orang lain dan memberikan ketenangan.
2) Frustasi : Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan
tidak dapat menemukan alternative.
b. Respon Maladaptif
1) Pasif : Individu tidak dapat mengungkapkan perasaan nya.
2) Agresif : Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk
menuntut tetapi masih terkontrol.
3) Kekerasan : Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilang
nya control.
1. Pengkajian Keperawatan
a) Identitas
- Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang : nama perawat, nama klien, tujuan, waktu, tempat
1
pertemuan, topik yang
1 akan dibicarakan.
c) Faktor presipitasi
d) Manifestasi klinis
Menurut Stuart & Sundeen (1995)
a. Emosi :Jengkel, marah (dendam), rasa terganggu, merasa takut, tidak aman,
cemas.
b. Fisik :Muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, keringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat.
c. Intelektual : Mendominasi, bawel, berdebat, meremehkan.
d. Spiritual :Keraguan, kebijakan / keberanian diri, tidak bermoral, kreativitas
terhambat.
e. Sosial :Menarik diri, pengasingan,
1 penolakan, kekerasan, ejekan, humor.
2
e) Mekanisme Koping
Menurut Eko Prabowo (2014) mekanisme koping yang dipakai pada pasien
perilaku kekerasan untuk melindungi diri antara lain:
a) Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyalurannya secara normal.
b) Proyeksi
Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya yang tidak
baik.
c) Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kealam sadar.
d) Reaksi
formasi Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan.
Dengan melebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan
menggunakan nya sebagai rintangan.
e) Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan. Pada objek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya
membangkitkan emosi.
Mekanisme Koping Biasanya data yang didapat melalui wawancara pada
pasien/keluarga, bagaimana cara pasien mengendalikan diri ketika menghadapi
masalah:
1) Koping Adaptif
Bicara dengan orang lain
Mampu menyelesaikan masalah
Teknik relaksasi
Aktifitas konstrutif
Olahraga, dll.
2) Koping Maladaptif
Minum alkohol
Reaksi lambat/berlebihan
Bekerja berlebihan
1
3
Menghindar
Mencederai diri
f) Sumber-sumber koping
Menurut Widi Astuti (2017), mengungkapkan bahwa sumber koping
dibagi menjadi 4, yaitu:
1). Kemampuan personal
Meliputi kemampuan untuk mencari informasi terkait masalah,
kemampuan mengidentifikasi masalah, pertimbangan alternative,
kemampuan untuk untuk mengungkapkan masalah, tidak semangat
menyelesaikan masalah, kemampuan mempertahankan hubungan
interpersonal, dan identitas ego tidak adekuat.
2). Dukungansosial
Meliputi dukungan dari keluarga dan masyarakat, keterlibatan atau
perkumpulan dimasyarakat dan pertentangan nilai budaya.
3) Asetmeteri
Meliputi penghasilan yang layak, tidak mempunyai tabungan untuk
mengantisipasi hidup, tidak mampu menjangkau pelayanan kesehatan.
4) kinanpositif
Adanya motivasi dan penilaian terhadap pelayanan kesehatan.
Perilaku kekerasan
Isolasi sosial
kepada klien
4.Klien dapat
mengidentifikasi 1. Klien dapat 1. Anjurkan klien untuk cara mengontrol
perilaku kekerasan mengungkapkan mengungkapkan
yang biasa perilaku kekerasan perilaku kekerasan perilaku
dilakukan yang biasa dilakukan yang biasa dilakukan
2. Klien dapat bermain klien (verbal, pada kekerasan
peran sesuai perilaku orang lain, pada diri
kekerasan yang biasa sendiri, dan secara aktivitas
dilakukan lingkungan) fisik
2. Bantu klien bermain
peran sesuai dengan 5. Mengajarkan
perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan hal yang positif
selalu
5. Klien dapat 1. Klien dapat
mengidentifikasi menjelaskan akibat dari 1. Bicarakan memikirkan hal
akibat perilaku cara yang digunakan akibat/kerugian dari
kekerasan oleh klien cara yang dilakukan kekerasan
1. Akibat pada oleh klien
klien sendiri 2. Bersama klien
2. Akipat pada menyimpulkan akibat
orang lain dari cara yang
3. Akibat pada dilakukan oleh klien
lingkungan 3. Tanyakan kepada
klien “Apakah ia ingin
mempelajari cara baru
yang sehat.”
1. Bantu keluarga
7. Klien 3. Klien mempunyai mendemonstrasikan
jadwal untuk melatih cara merawat klien
mendapatkan cara pencegahan fisik 2. Bantu keluarga
dukungan keluarga yang telah dipelajari mengungkapkan
sebelumnya
dalam melakukan 4. Klien mengevaluasi perasaan setelah
kemampuan dalam
cara pencegahan melakukan cara fisik melakukan demonstrasi
sesuai jadwal yang
perilaku kekerasan telah disusun 3. Anjurkan keluarga
1. Keluarga dapat
mendemonstrasikan mempraktikkan pada
cara merawat klien
klien selama dirumah
sakit dan
melanjutkannya setelah
pulang kerumah
2. Harga diri TUM Bina hubungan saling Hubungan saling
Pasien memiliki Setelah 2 x interaksi: percaya merupakan
percaya dengan
rendah konsep diri yang 1. Pasien
positif menunjukan menggunakan prinsip dasar untuk hubungan
kronik espresi wajah interaksi selanjutnya.
komunikasi terapeutik:
TUK bersahabat,
1. Pasien dapat menunjukan 1. Sapa pasien dengan
membina rasa senang
ramah baik verbal
hubungan saling 2. Ada kontak
percaya dengan mata maupun non verbal.
perawat. 3. Mau berjabat
2. Perkenalkan diri
tangan, mau
menyebutkan dengan sopan.
nama
3. Tanyakan nama
4. Mau menjawab
salam lengkap dan nama
5. Pasien mau
panggilan yang
duduk
berdampingan disukai pasien.
dengan
4. Jelaskan tujuan
1 perawaat, mau
7
mengutarakan pertemuan.
masalah yang
5. Jujur dan menepati
dihadapi
janji.
6. Tunjukan sikap
empati dan
menerima pasien
apa adanya.
7. Beri perhatian dan
perhatikan
kebutuhan dasar
pasien.
1. Diskusikan dengan
pasien tentang:
Menilai realitas, kontrol
2. Pasien dapat a. Aspek positif
1. Aspek positif dan diri atau integritas ego
mengidentifikas yang dimiliki diperlukan sebagai
kemampuan yang
i aspek positif pasien, dasar asuhan
dimiliki pasien.
dan kemampuan 2. Aspek positif keluarga, keperawatannya,
yang dimiliki. lingkungan. reinforcement positif
keluarga.
b. Kemampuan akan meningkatkan
3. Aspek positif
yang dimiliki harga diri pasien, dan
lingkungan pasien.
pujian yang realistik
pasien.
tidak menyebabkan
2. Bersama pasien
pasien melakukan
buat daftar tentang:
kegiatan hanya karena
a. Aspek positif
ingin mendapatkan
pasien,
pujian.
keluarga,
lingkungan.
b. Kemampuan
yang dimiliki
1
8 pasien.
3. Beri pujian yang
realistis, hindarkan
memberi penilaian
negatif.
1. Diskusikan dengan
pasien kemampuan
yang dapat Prasarat untuk berubah
dan mengerti tentang
dilaksanakan. kemampuan yang
3. Pasien dapat
pasien menyebutkan 2. Diskusikan dimiliki dapat
menilai memotivasi pasien
kemampuan yang dapat
kemampuan yang untuk tetap
kemampuan dilaksanakan dan
mengikuti rehabilitasi dapat dilanjutkan mempertahankan
yang dimiliki penggunaannya
pelaksanaannya.
untuk
3. Motivasi dan ikut
dilaksanakan
sertakan pasien
untuk mengikuti
rehabilitasi
1. Rencanakan
bersama pasien
Pasien adalah individu
aktivitas yang dapat
yang bertanggung
dilakukan setiap
jawab terhadap dirinya
4. Pasien dapat hari sesuai
sendiri, pasien perlu
merencanakan pasien membuat kemampuan pasien: bertindak secara
rencana kegiatan harian
kegiatan sesuai a. Kegiatan realistis dalam
1. Diskusikan
pentingnya peran
serta keluarga
sebagai pendukung
untuk mengatasi
perilaku menarik Keterlibatan
keluarga sangat
diri mendukung
6. Pasien
keluarga dapat 2. Diskusikan potensi terhadap proses
mendapat
perubahan
mempraktekan cara keluarga untuk perilaku pasien.
dukungan 2
merawat
0 pasien membantu pasien
keluarga dalam
menarik diri dan mengatasi perilaku
memperluas
menjelaskan tentang: menarik diri
hubungan
1. Pengertian 3. Jelaskan pada
menarik diri
keluarga tentang:
2. Tanda dan
gejala menarik a. Pengertian
diri
menarik diri
3. Penyebab dan
akibat menarik b. Tanda dan gejala
diri
menarik diri
Cara merawat
pasien menarik c. Penyebab dan
diri
akibat menarik
diri
d. Cara merawat
pasien menarik
diri
4. Latih keluarga cara
merawat pasien
menarik diri
5. Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan
6. Beri motivasi
keluarga agar
membantu pasien
untuk bersosialisasi
7. Beri pujian kepada
keluarga atas
keterlibatnnya
merawat pasien di
rumah sakit
a. Tanyakan pada
pasien tentang:
2. Pasien mampu pasien
2 dapat
2 a. orang yang
menyebutkan menyebutkan minimal tinggal serumah
penyebab satu penyebab menarik Diketahuinya penyebab
atau teman
menarik diri diri dari: akan dapat
sekamar pasien
1. Diri sendiri b. orang yang dihubungkan dengan
2. Orang lain paling dekat faktor presipitasi yang
3. Lingkungan dengan pasien di dialami pasien
rumah atau di
ruang perawatan
c. Apa yang
membuat pasien
dekat dengan
orang tersebut
d. Orang yang tidak
dekat dengan
pasien di rumah
atau di ruang
perawatan
e. Apa yang
membuat pasien
tidak dekat
dengan orang
tersebut
f. Upaya yang
sudah dilakukan
agar dekat
dengan orang
lain
b. Diskusikan dengan
pasien penyebab
menarik diri
c. Beri pujian terhadap
kemampuan pasien
mengungkapkan
perasaannya
2
3
1. Tanyakan pada
pasien tentang:
3. Pasien mampu pasien dapat a. Manfaat
menyebutkan menyebutkan hubungan Dengan mengetahui
keuntungan keuntungan sosial keuntungan dari
berhubungan berhubungan sosial, b. Kerugian berinteraksi pasien
sosial dan misalnya: menarik diri diharapkan terdorong
kerugian 1. Banyak teman 2. Diskusikan bersama untuk berinteraksi
menarik diri. 2. Tidak kesepian pasien tentang
3. Bisa diskusi manfaat
4. Saling menolong berhubungan sosial
Dan kerugian menarik dan kerugian
diri, misalnya: menarik diri
1. Sendiri 3. Beri pujian terhadap
2. Kesepian kamampuan pasien
3. Tidak bisa diskusi mengungkapkan
perasaannya
d. Observasi perilaku
pasien saat
berhubungan
4. Pasien dapat sosial
Setelah 3x interaksi
melaksanakan e. Beri motivasi dan Pasien harus mencoba
pasien dapat
hubungan sosial bantu pasien berinteraksi secara
melaksanakan
secara untuk berkenalan bertahap agar terbiasa
hubungan sosial
bertahap. atau membina hubungan
secara bertahap
berkomunikasi yang sehat dengan
dengan:
dengan: orang lain
a. Perawat
b. Perawat lain a. Perawat lain
d. Kelompok c. Kelompok
2
4
f. Libatkan pasien
dalam Terapi
Aktivitas
Kelompok
Sosialisasi
g. Diskusikan jadwal
harian yang dapat
dilakukan untuk
meningkatkan
kemampuan
pasien
bersosialisasi
h. Beri motivasi
pasien untuk
melakukan
kegiatan sesuai
dengan jadwal
yang telah dibuat
i. Beri pujian
terhadap
kemampuan
pasien
memperluas
pergaulannya
melalui aktivitas
yang dilaksanakan
1. Diskusikan dengan
pasien tentang
Setalah 3x interaksi perasaannya
5. Pasien mampu pasien dapat setelah Mengungkapkan
menjelaskan menjelaskan berhubungan sosial perasaan akan
perasaannya perasaannya setelah dengan: membantu pasien
setelah berhubungan sosial c. Orang lain menilai keuntungan
berhubungan dengan:
2
d. Kelompok berinteraksi dengan
5
sosial. 3. Orang lain 2. Beri pujian orang lain
4. Kelompok terhadap
kemampuan pasien
mengungkapkan
perasaannya
1. Diskusikan
pentingnya peran
Setelah 1x pertemuan serta keluarga
6. Pasien keluarga dapat sebagai pendukung
mendapat mempraktekan cara untuk mengatasi Keterlibatan keluarga
dukungan merawat pasien perilaku menarik sangat mendukung
keluarga dalam menarik diri dan diri terhadap proses
memperluas menjelaskan tentang: 2. Diskusikan potensi perubahan perilaku
hubungan sosial 1. Pengertian menarik keluarga untuk pasien.
diri membantu pasien
2. Tanda dan gejala mengatasi perilaku
menarik diri menarik diri
3. Penyebab dan 3. Jelaskan pada
akibat menarik diri keluarga tentang:
4. Cara merawat a. Pengertian
pasien menarik diri menarik dirI.
b. Tanda dan
gejala menarik
diri
c. Penyebab dan
akibat menarik
diri
d. Cara merawat
pasien menarik
diri
4. Latih keluarga cara
2 merawat pasien
6
menarik dirI
5. Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan
6. Beri motivasi
keluarga agar
membantu pasien
untuk bersosialisasi
7. Beri pujian kepada
keluarga atas
keterlibatnnya
merawat pasien di
rumah sakit
keluarga percaya
Respon
Respon
ada
untuk ibunya
perbuatannya
membating barang-barang di
maaf
perbuatannya dan
P : pertahankan Sp 1
Sp 1
dilakukan
mengendalikan perilaku
kekerasan
Sp 2 3 1. Mempraktikkan latihan cara
0
dalam 3 kali
istifar
pertahankan Sp2
Harga Diri rendah Sp 1 Sp 1
1. Membina hubungan saling S : Pasien mengatakan baru
kronis
percaya saja mengikuti rehabilitasi
2. Mendiskusikan dengan bertani, pasien mengatakan
pasien tentang: senang bekerja, pasien
a. Aspek positif yang dimiliki mengatakan pernah mengikuti
pasien, keluarga, rehabilitasi membuat telur asin
lingkungan. di RSJ Grhasia, pasien
b. Kemampuan yang dimiliki mengatakan kegiatan di rumah
3
pasien.
1 membantu pekerjaan rumah,
3. Memberi pujian yang realistis kolam ikan lele dan sawah
O : Pasien terlihat senang dan
antusias ketika diajak berbicara
mengenai kerja dan aktivitas,
kontak mata cukup, pasien mau
duduk berdampingan
A : Pasien dapat menyebutkan
aspek positif dan kemampuan
yang dimiliki pasien, aspek
positif keluarga, aspek positif
lingkungan pasien
P : N : Diskusikan dengan
pasien kemampuan pasien
K : Mengidentifikasi
kemampuan yang dapat
dilaksanakan dan dilanjutkan
Sp 2 Sp 2
1. Merencanakan bersama S : Pasien mengatakan akan
pasien aktivitas yang dapat giat beraktivitas di bangsal agar
dilakukan setiap hari sesuai cepat pulang, pasien
kemampuan pasien mengatakan selama di rumah
2. Meningkatkan kegiatan sesuai sering membantu mengerjakan
kondisi pasien perkerjaan rumah, pasien
mengatakan masih mampu
untuk bekerja, pasien
mengatakan akan membantu
pasien lainnya untuk
membersihkan peralatan makan
dan membersihkan serta
merapikan tempat makan
setelah selesai makan
O : Pasien terlihat antusias,
3 kooperatif, pasien mampu untuk
2
mengidentifikasi
kemampuannya
A : Pasien dapat membuat
rencana kegiatan harian
P : N : Lanjutkan TUK 5
K : Melakukan aktivitas sesuai
rencana
Sp 3
1. Memotivasi dan mengikut
Sp 3
sertakan pasien untuk mengikuti
rehabilitasi S : Pasien mengatakan senang
mengikuti rehabilitasi karena
bisa beraktivitas di luar bangsal
O : Pasien terlihat antusias,
pasien mengikuti rehabilitasi
pertanian
A : Pasien mengikuti rehabilitasi
P : N : Ikut sertakan dan
motivasi pasien mengikuti
rehabilitasi
K : Mengikuti rehabilitasi
Sp 4
bersama
Sp 5
3
K : Memanfaatkan support
4
Sp 6 sistem di keluarga
Mendiskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah Sp 6
pulang S : Pasien mengatakan sempat
merasakan dirinya tidak
berguna dan merasa malu,
pasien mengatakan khawatir
terhadap menantunya yang
sedang hamil, pasien
mengatakan ingin mencoba
usaha membuat telur asin di
rumah, pasien mengatakan
akan teratur minum obat dan
rutin kontrol 3 hari sebelum obat
habis, pasien mengatakan akan
berusaha mencari pekerjaan
setelah pulang dengan tempat
tetap di dakam provinsi tidak
jauh dari keluarga dekat
O : Pasien terlihat antusias,
kooperatif
A : Pasien melakukan kegiatan
sesuai rencana yang dibuat
P : N : Beri edukasi mengenai
obat
K : Memanfaatkan sistem
pendukung di rumah
Isolasi social Sp 1 Sp 1
1. Membina hubungan saling S : Pasien mengatakan “Kula
percaya dengan Minarni”, pasien mengatakan
menggunakan prinsip senang dijenguk anaknya,
komunikasi terapeutik ketika diajak ngobrol pasien
2. Dengarkan dengan penuh mengatakan “Mboten, kula
perhatian3 ekspresi perasaan kesel, pengen turu mawon”,
5
pasien pasien mengatakan tidak ada
3. Tanyakan pada pasien keluhan fisik, pasien
tentang: mengatakan kadang-kadang
a. Orang yang tinggal masih merasa sedih
serumah atau teman O : Pembicaraan koheren,
sekamar pasien kontak mata kurang, mau
b. Orang yang paling dekat berjabat tangan, pasien mau
dengan pasien di rumah menjawab salam, pasien terlihat
atau di ruang perawatan berpaling dan menolak ketika
c. Apa yang membuat pasien diajak duduk berdampingan,
dekat dengan orang pasien tidak mau mengutarakan
tersebut masalah yang dihadapi, anak
d. Orang yang tidak dekat pasien datang menjenguk dan
dengan pasien di rumah membawakan barang
atau di ruang perawatan kebutuhan pasien
e. Apa yang membuat pasien A : Pasien belum menunjukkan
tidak dekat dengan orang tanda-tanda percaya kepada
tersebut atau terhadap perawat
f. Upaya yang sudah P : N : Lanjutkan TUK 1 dan 2
dilakukan agar dekat K : Membina hubungan saling
dengan orang lain percaya dengan perawat,
4. Diskusikan dengan pasien mengidentifikasi dan
penyebab menarik diri menguraikan perasaan
5. Beri pujian terhadap
kemampuan
Sp 2
1. Tanyakan pada pasien Sp 2
tentang: S : Pasien mengatakan belum
a. Orang yang tinggal pernah curhat kepada teman
serumah atau teman satu bangsal, pasien
sekamar pasien mengatakan ketika ada
b. Orang yang paling dekat masalah sering memendam
dengan
3 pasien di rumah sendirian dan menangis, pasien
6
atau di ruang perawatan mengatakan jarang
c. Apa yang membuat pasien menceritakan permasalahannya
dekat dengan orang dengan orang lain, pasien
tersebut mengatakan belum hafal teman
d. Orang yang tidak dekat satu bangsal, pasien
dengan pasien di rumah mengatakan ingin tidur tidak
atau di ruang perawatan ingin diganggu karena capek
e. Apa yang membuat pasien ikut rehabilitasi, pasien
tidak dekat dengan orang mengatakan tinggal satu rumah
tersebut dengan anak, ibu dan bapaknya
f. Upaya yang sudah O : Pasien terlihat segan
dilakukan agar dekat membicarakan masalah
dengan orang lain pribadinya, pasien berpaling
2. Diskusikan dengan pasien dan blocking ketika diajak
penyebab menarik diri mengungkapkan perasaan dan
3. Beri pujian terhadap permasalahannya,
kemampuan pasien A : Pasien dapat menyebutkan
mengungkapkan perasaannya penyebab menarik diri dari diri
sendiri, orang lain, lingkungan
P : N : Lanjutkan TUK 3
K : Mengungkapkan perasaan
dan masalahnya kepada orang
yang dapat dipercaya
Sp 3
1. Mengobservasi perilaku
pasien saat berhubungan
sosial Sp 3
2. Memberi motivasi dan S : Pasien mengatakan senang
membantu pasien untuk mengikuti TAKS sesi 3, pasien
berkenalan atau mengatakan makin banyak
berkomunikasi dengan: teman
a. Perawat lain O : Pasien kooperatif, mampu
b. Pasien lain bercakap-cakap dengan teman
c. Kelompok sebelahnya, pasien aktif dalam
3. Melibatkan
3 pasien untuk terapi TAKS sesi 3
7
mengikuti kegiatan terapi A : Pasien dapat melaksanakan
aktivitas kelompok : hubungan sosial secara
Sosialisasi Sesi 3 bertahap dengan perawat,
4. Memberi pujian terhadap perawat lain, pasien lain da
kemampuan pasien kelompok
memperluas pergaulannya P : N :Ikut sertakan dan
melalui aktivitas yang motivasi pasien mengikuti
dilaksanakan TAKS sesi 4
K : Berperan aktif dalam TAKS
sesi 4
Implementasi sp 1
STRATEGI PELAKSANAAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien (narasi)
DS
Klien mengatakan pernah melakukan tindakan kekerasanasan
Kengatakan sering merasa marah tanpa sebab
DO
Klien tampak tegang saat bercerita
Pembicaraan klien kasar jika menceritakan kejadian
Klien mengatakan dengan nada tinggi
2. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan
3. Tujuan umum :
Klien tidak mencederai diri
SP 1
Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi Pak. Perkenalkan nama saya Tina, panggil saja suster tina. Saya
adalah mahasiswa dari JURUSAN KEPERAWATAN. STIKES BANI SALEH
Hari ini saya dinas pagi dari pkl. 07.00-14.00. Saya yang akan merawat bapak
Nama Bapak siapa dan suka dipanggil siapa? Baiklah mulai sekarang saya akan
panggil Bapak JoJo saja, ya”
“Bagaimana perasaan bapak jojo saat ini?
“ Masih ada perasaan kesal & marah?
“Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah yang
bapak rasakan sekarang
2. Evaluasi/ validasi ( evaluasi pembicaraan sebelumnya)
“kalau boleh tahu, sudah berapa lama Bapak Jojo di sini ? Apakah
Bapak Jojo masih ingat siapa yang membawa kesini ? Saya lihat
Bapak sering tampak marah dan kesal, sekarang Bapak
masih merasa kesal atau marah ?”
3. Kontrak:
1. Topik
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang hal-hal yang
membuat Bapak Jojo marah dan bagaimana cara mengontrolnya? Ok.
Pak?”
2. Waktu
Berapa lama Bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan
saya? Bagaimana kalau 15 menit saja?
3
3. Tempat 9
Fase Kerja :
“Nah, sekarang coba Bapak ceritakan, Apa yang membuat Bapak Jojo
merasa marah? ”
Apakah sebelumnya Bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa?
Samakah dengan yang sekarang?”
“Lalu saat Bapak sedang marah apa yang Bapak rasakan? Apakah Bapak
merasa sangat kesal, dada berdebar-debar lebih kencang, mata melotot,
rahang terkatup rapat dan ingin mengamuk dan membanting barang
barang? ”
“Setelah itu apa yang Bapak lakukan? ”
“Apakah dengan cara itu marah/kesal Bapak dapat terselesaikan? ” Ya tentu
tidak, apa kerugian yang Bapak Jojo alami?”
“Menurut Bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah Bapak belajar
cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?”
Fase Terminasi
1. Evaluasi
· Subyektif
“Bagaiman perasaan Bapak setelah kita berbincang-bincang
dan melakukan latihan teknik relaksasi napas dalam tadi? Ya...betul,
dan kelihatannya Bapak terlihat sudah lebih rileks”.
· Obyektif
”Coba Bapak sebutkan lagi apa yang membuat Bapak marah, lalu
apa yang Bapak rasakan dan apa yang akan Bapak lakukan untuk
meredakan rasa marah”. Coba tunjukan pada saya cara teknik nafas
dalam yang benar.
“Wah...bagus, Bapak masih ingat semua...”
“Bagaimana kalau kegiatan ini rutin dilakukan 5 kali dalam 1 hari dan di
tulis dalam jadwal kegiatan harian Bapak.
3. Kontrak yang akan datang
· Topik :
4
“ Nah, Pak. Cara
1 yang kita praktikkan tadi baru salah 1 nya saja.
Masih ada cara yang bisa digunakan untuk mengatasi marah Bapak.
Cara yang ke-2 yaitu dengan teknik memukul bantal .
· Waktu :
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang ke-2 ini besok, Bagaimana
kalau 15 menit lagi saja?
· Tempat :
“Kita latihannya dimana, Pak? Di teras ruangan ini saja lagi , Pak”.
“ok, Pak.
Evaluasi
Perilaku kkerasan Perilaku kekerasan
Sp 1 Sp 1
bercerita
Respon
dan jengkel
kekerasan
mengelungangi perbuatannya
yang dilakukan
maaf
perawat
A: masalah teratasi sebagian
P : pertahankan Sp 1
Sp 2
jadwal
kegiatan selanjutnya
jadwal kegiatan
pertahankan Sp2
Harga diri rendah
Sp 1 Sp 2
S : Pasien mengatakan baru saja
S : Pasien mengatakan akan giat
mengikuti rehabilitasi bertani, pasien
beraktivitas di bangsal agar cepat
mengatakan senang bekerja, pasien
pulang, pasien mengatakan
mengatakan pernah mengikuti rehabilitasi
membuat telur asin di RSJ Grhasia, pasien selama di rumah sering
mengatakan kegiatan di rumah membantu membantu mengerjakan
pekerjaan rumah, kolam ikan lele dan perkerjaan rumah, pasien
sawah mengatakan masih mampu untuk
O : Pasien terlihat senang dan antusias bekerja, pasien mengatakan akan
ketika diajak berbicara mengenai kerja dan membantu pasien lainnya untuk
aktivitas, kontak mata cukup, pasien mau membersihkan peralatan makan
duduk berdampingan dan membersihkan serta
A : Pasien dapat menyebutkan aspek merapikan tempat makan setelah
positif dan kemampuan yang dimiliki selesai makan
pasien, aspek positif keluarga, aspek O : Pasien terlihat antusias,
positif lingkungan pasien kooperatif, pasien mampu untuk
P : N : Diskusikan dengan pasien mengidentifikasi kemampuannya
kemampuan pasien A : Pasien dapat membuat
K : Mengidentifikasi kemampuan yang rencana kegiatan harian
P : N : Lanjutkan TUK 5
dapat dilaksanakan dan dilanjutkan
K : Melakukan aktivitas sesuai
rencana
Sp 3
Sp 1 Sp 2
S : Pasien mengatakan “Kula Minarni”, S : Pasien mengatakan belum
pasien mengatakan senang dijenguk pernah curhat kepada teman satu
anaknya, ketika diajak ngobrol pasien bangsal, pasien mengatakan
mengatakan “Mboten, kula kesel, pengen ketika ada masalah sering
turu mawon”, pasien mengatakan tidak memendam sendirian dan
ada keluhan fisik, pasien mengatakan menangis, pasien mengatakan
kadang-kadang masih merasa sedih jarang menceritakan
O : Pembicaraan koheren, kontak mata permasalahannya dengan orang
kurang, mau berjabat tangan, pasien mau lain, pasien mengatakan belum
menjawab salam, pasien terlihat berpaling hafal teman satu bangsal, pasien
dan menolak ketika diajak duduk mengatakan ingin tidur tidak ingin
berdampingan, pasien tidak mau diganggu karena capek ikut
mengutarakan masalah yang dihadapi, rehabilitasi, pasien mengatakan
anak pasien datang menjenguk dan tinggal satu rumah dengan anak,
membawakan barang kebutuhan pasien ibu dan bapaknya
A : Pasien belum menunjukkan tanda- O : Pasien terlihat segan
tanda percaya kepada atau terhadap membicarakan masalah
perawat pribadinya, pasien berpaling dan
P : N : Lanjutkan TUK 1 dan 2 blocking ketika diajak
K : Membina hubungan saling percaya mengungkapkan perasaan dan
dengan perawat, mengidentifikasi dan permasalahannya,
menguraikan perasaan A : Pasien dapat menyebutkan
penyebab menarik diri dari diri
sendiri, orang lain, lingkungan
4
7 P : N : Lanjutkan TUK 3
K : Mengungkapkan perasaan
dan masalahnya kepada orang
yang dapat dipercaya
Sp 3
S : Pasien mengatakan senang mengikuti
TAKS sesi 3, pasien mengatakan makin
banyak teman
O : Pasien kooperatif, mampu bercakap-
cakap dengan teman sebelahnya, pasien
aktif dalam terapi TAKS sesi 3
A : Pasien dapat melaksanakan hubungan
sosial secara bertahap dengan perawat,
perawat lain, pasien lain da kelompok
P : N :Ikut sertakan dan motivasi pasien
mengikuti TAKS sesi 4
K : Berperan aktif dalam TAKS sesi 4
DAFTAR PUSTAKA
4
Direja, Ade Herman Surya.
8 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta : Andi
Kania, I., Kawanishi, C., Suda, A., & Hirayasu, Y. (2012). Effects of educating
local government officers and healthcare and welfare professionals in suicide
prevention. International joumal of Environmental Research and Public Health.
g(3)712-21.
Ackley, B. J., Ladwing, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis
Handbook, An Evidence-Based Guide to planning care. 11th Ed. St. Louis:
Elsevier.
Carpernito-moyet, L.J (2013). Nursing Diagnosis Application to Cliniacal
Practice. 14th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Yusuf, Ah, dkk. 2015. Buku Ajara Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika
Keliat, B. A. 2009. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: ECG
4
9