Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

GAGAL GINJAL KRONIK

Oleh:

Annisa Kusumawati

Nim: 191049

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUMAH SAKIT HUSADA


1. Pengertian

 gagal ginjal kronis (GGK) adalah kondisi saat fungsi ginjal menurun secara bertahap karena
kerusakan ginjal.

Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal
dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta
komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal

Ggk adalah kondisi dimana terjadi kerusakan permanen pada ginjal. Ginjal tdk mampu melakukan
fungsinya untuk membuang sampah sisa metabolism dlm tubuh, mempertahankan keseimbangan
cairan,elektrolit dan asam basa dalam tubuh.

2. Etiologi

a. Glomerulonefritis Kronis (peradangan saringan kecil dalam ginjal (glomeruli))

Glomerulonefritis adalah inflamasi nefron, terutama pada glomerulus.

Glomerulonefritis kronis tidak hanya merusak glomerulus tetapi

juga tubulus. Inflamsi ini mungkin diakibatkan infeksi streptokokus,

b. Pielonefritis kronis

Pielonefritis adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi

bakteri. Inflamasi dapat berawal di traktus urinaria bawah (kandung

kemih) dan menyebar ke ureter, atau karena infeksi yang dibawa darah

dan limfe ke ginjal. Obstruksi kaktus urinaria terjadi akibat pembesaran

kelenjar prostat, batu ginjal, atau defek kongenital yang memicu

terjadinya pielonefritis (Sloane, 2004).

c. Batu ginjal

Batu ginjal atau kalkuli urinaria terbentuk dari pengendapan garam

kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein. Batu-batu kecil dapat

mengalir bersama urine, batu yang lebih besar akan tersangkut dalam

ureter dan menyebabkan rasa nyeri yang tajam (kolik ginjal) yang
menyebar dari ginjal ke selangkangan (Sloane, 2004).

d. Penyakit polikistik ginjal

Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kista multiple, bilateral, dan

berekspansi yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan

parenkim ginjal normal akibat penekanan (Price dan Wilson, 2012).

e. Penyakit endokrin (nefropati diabetik)

Nefropati diabetik (peyakit ginjal pada pasien diabetes) merupakan

salah satu penyebab kematian terpenting pada diabetes mellitus yang

lama. Lebig dari sepertiga dari semua pasien baru yang masuk dalam

program ESRD (End Stage Renal Disease) menderita gagal ginjal.

Diabetes mellitus menyerang struktur dan fungsi ginjal dalam

berbagai bentuk. Nefropati diabetik adalah istilah yang mencakup

semua lesi yang terjadi di ginjal pada diabetes mellitus (Price dan

William, 2012).

3. Gejala

 Mual
 Muntah.
 Kehilangan nafsu makan.
 Kulit gatal yang berkepanjangan.
 Penurunan berat badan atau malah meningkat akibat penumpukan cairan.
 Lebih sering ingin buang air kecil, terutama di malam hari atau bila tahap lebih lanjut lagi
urine semakin sedikit.
 Terdapat darah dalam urine.
 Edema atau pembengkakan pada mata kaki, tungkai, atau tangan akibat penumpukan
cairan.
 Nyeri dada, terutama jika ada penumpukan cairan pada jaringan jantung.
 Sesak napas, jika ada penumpukan cairan di paru-paru.
 Tekanan darah tinggi yang sulit dikendalikan.
 Gangguan tidur atau insomnia.
 Kram dan kejang otot.
 Pucat.
 Pusing.
 Disfungsi ereksi pada pria.

4. Patofisiologi

5. Klasifikasi

dapat dikatakan memiliki penyakit gagal ginjal kronik apabila penurunan fungsi ginjal yang di
alami terjadi selama kurang lebih 3 bulan secara berturut turut. Penurunan fungsi ginjal ini juga
memiliki beberapa tingkatan sebelum mencapai stadium akhir.Tingkatan ini diukur dari
penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) atau bisa juga disebut Glomerular Filtration Rate
(GFR) dengan tingkatan sebagai berikut:

 Stadium 1: Kerusakan pada ginjal dengan GFR yang normal atau di atas ≥ 90 mL/min/
1.73 m²
 Stadium 2:Kerusakan pada ginjal dengan penurunan GFR yang ringan 60-89 mL/min/
1.73 m²
 Stadium 3:Penurunan pada GFR yang sedang 30-59 mL/min/ 1.73 m²
 Stadium 4:Penurunan pada GFR yang parah 15-29 mL/min/ 1.73 m²
 Stadium akhir: Anda mengalami gagal ginjal kronis apabila GFR anda kurang dari <15
mL/min/ 1.73 m²

6. Komplikasi
1. Kelebihan Cairan

Selama ini banyak orang yang beranggapan bahwa banyak minum akan membuat ginjal sehat. Hal ini
ternyata tidak sepenuhnya benar, jika seseorang dengan fungsi ginjal yang masih baik minum 2-3 liter air
dalam sehari memang baik untuk ginjalnya. Tetapi jika seseorang dalam kondisi memiliki gejala penyakit
ginjal minum 5-6 liter dalam sehari, hal tersebut bisa berbahaya. Karena bisa menyebabkan kadar garam
di dalam tubuh berkurang, dan bisa membuat seseorang lemah atau bahkan kejang-kejang.

Seseorang dengan penyakit ginjal kronis, memiliki dengan pembuangan cairan yang ada di dalam
tubuhnya. Sehingga ketika ia minum air dalam jumlah yang banyak, tidak semua air yang ia minum
keluar dan malah menumpuk di pembuluh darah, dan membuat jantung menjadi bekerja lebih keras.
2. Hiperkalemia

Komplikasi ini merupakan keadaan di mana kalium yang ada di dalam darah seseorang tinggi. Kalium
yang tinggi ini, akan membuat jantung bekerja dengan tidak sempurna. Sehingga menyebabkan gangguan
pada jantung, yang bisa berujung pada kematian mendadak. Pada orang dengan gangguan fungsi ginjal
kronis, kemampuannya untuk membuang kalium sangatlah rendah.

Sumber kalium bisa didapatkan dari buah-buahan dan juga sayuran, sehingga dokter menyarankan kepada
orang dengan penyakit ginjak kronis untuk tidak mengonsumsi buah-buahan dalam jumlah yang banyak.

3. Metabolik Asidosis

Salah satu fungsi ginjal adalah mengatur elektrolit, cairan, dan juga asam basa di dalam darah. Jika fungsi
tersebut terganggu, maka darah akan asam dan pH darah akan turun. Jika pH darah turun, maka akan
membuat pembuluh darah melebar, dan juga kontraksi jantung menjadi terganggu. Jika hal tersebut tidak
dikendalikan, maka akan membawa dampak yang sangat buruk

4. Gangguan Mineral dan Tulang

Penyakit ginjal kronik yang sudah lama dibiarkan, bisa menganggu mineral dan juga tulang. Asupan
kalsium yang kurang, bisa menyebabkan tulang menjadi mudah patah. Orang dengan penyakit ginjal
kronis, memiliki tulang yang tidak kuat dan mudah patah, karena gangguan tulang yang dialaminya.

5. Hipertensi

Hipertensi bisa membuat seseorang terkena penyakit ginjal, tetapi penyakit ginjal kronis juga bisa
menyebabkan hipertensi. Karena gangguan glomeruler, seseorang bisa mengalami hipertensi. Hipertensi
juga bisa disebabkan karena terlalu banyak cairan atau tekanan darah yang naik.

6. Anemia

Anemia disebabkan karena kurangnya hormon eritrokosit, sehingga kemampuan sum-sum tulang untuk
membentuk darah juga akan berkurang.

7. Dislipidemia

Gangguan kolesterol ternyata juga bisa mengganggu. Pada orang dengan gangguan ginjal kronik bisa
mengalami kolesterol yang tinggi.

8. Disfungsi Seksual

Untuk seseorang yang berusia muda dan memiliki penyakit ginjal kronis, terutama pria, terkadang sering
merasakan cepat lelah saat melakukan hubungan intim.

7. Faktor resiko

a. Usia. Karena usia yang makin bertambah, maka risiko penyakit ini juga meningkat.
b. Suku. Mereka yang merupakan keturunan Afrika, Amerika, dan suku asli Amerika
memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan ras lainnya.
c. Jenis Kelamin. Umumnya laki-laki memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit ini.
d. Riwayat Keluarga. Riwayat keluarga juga merupakan salah satu faktor pemicu diabetes
dan hipertensi yang berakhir pada gagal ginjal kronis.
e. Sering Konsumsi Makanan Tinggi Protein dan Lemak. Konsumsi makanan tinggi
protein dan lemak bisa tingkatkan risiko terkena gagal ginjal.
f. Penggunaan Jenis Obat Tertentu. Ada baiknya untuk menghentikan penggunaan obat-
obatan tertentu yang dapat merusak ginjal, misalnya golongan analgesik (obat penghilang
rasa sakit)

8. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan darah lengkap: ureum meningkat, kreatinin serum

meningkat.

b. Pemeriksaan elektrolit: hyperkalemia, hipokalsemia,

hipermagnesemia

c. Pemeriksaan kadar glukosa darah, profil lipid: hiperkolesterolemia,

hipertrigliserida, LDL meningkat

d. Analisis gas darah: asidosis metabolic (pH menurun, HCO3

menurun)
1. Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk menetapkan
adanya GGK, menentukan ada tidaknya kegawatan, menentukan derajat GGK,
menetapkan gangguan sistem, dan membantu menetapkan etologi.

2.  Pemeriksaan EKG:Untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda


perikarditis (misalnya voltase rendah), aritmia dan gangguan elektrolit (hiperkalemia,
hipokalsemia).

3. Ultrasonografi (USG):Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi sistem, pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta
prostat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari adanya factor yang reversibel seperti
obstruksi oleh karena batu atau masa tumor, juga untuk menilai apakah proses sudah
lanjut (ginjal yang lisut). USG ini sering dipakai oleh karena non-infasif, tak memerlukan
persiapan apapun.

4. Foto Polos Abdomen:Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi akan memperburuk fungsi
ginjal, menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain. Foto
polos yang disertai tomogram memberi keterangan yang lebih baik.

5. Pielografi Intra-Vena (PIV):Pada GGK lanjut tak bermanfaat lagi oleh karena ginjal tak
dapat memerlukan kontras dan pada GGK ringan mempunyai resiko penurunan faal
ginjal lebih berat, terutama pada usia lanjut, diabetes melitus, dan nefropati asam urat.
Saat ini sudah jarang dilakukan pada GGK. Dapat  dilakukan dengan cara intravenous
infusion pyelography, untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter.

6. Pemeriksaan Pielografi Retrograd:Dilakukan bila dicurigai ada obsstruksi yang


reversibel.

7. Pemeriksaan Foto Dada:Dapat terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air
(fluid overload), efusi pleura, kardiomegali dan efusi pericardial. Tak jarang ditemukan
juga infeksi spesifik oleh karena imunitas tubuh yang menurun.

8. Pemeriksaan Radiologi Tulang:Mencari osteodistrofi (terutama falang/jari), dan


kalsifikasi metastatik.
Pengobatan Gagal Ginjal Kronis
Pengobatan gagal ginjal kronis dapat dilakukan dengan transplantasi ginjal dan cuci darah.
Selain itu pola hidup sehat bagi pengidapnya juga harus dijalani. Pengidap dapat rutin
berolahraga dan juga menjaga pola makan sehari-hari. 
 

Pencegahan Gagal Ginjal Kronis


Pengidap kondisi-kondisi tertentu yang berisiko mengarah ke penyakit ginjal kronis, seperti
diabetes dan tekanan darah tinggi, disarankan untuk mewaspadai perkembangan penyakit yang
dialami.

 Perubahan gaya hidup seperti pola makan sehat,


 berolahraga teratur,
 menghindari konsumsi obat-obatan yang dapat merusak ginjal, dan
 menghindari kelebihan konsumsi minuman keras akan membantu mencegah terjadinya
gagal ginjal.
Proses hemodialisa sangat membantu pasien penderita penyakit gagal ginjal kronik sebagai
upaya untuk memperpanjang usia penderita

Diet pasien ggk

1. Hindari produk dengan tambahan garam


Turunkan jumlah sodium yang Anda makan setiap hari dengan menghindari produk
makanan yang ditambah dengan garam. Ini juga termasuk makan malam yang dibekukan,
sup kaleng, junk food, sayuran kalengan, daging olahan dan keju.

2. Pilih makanan dengan potasium rendah


Ahli diet Anda mungkin menyarankan agar mengonsumsi makanan dengan kandungan
potasium rendah, setiap kali Anda makan.

Makanan dengan potasium tinggi yang harus Anda hindari yaitu pisang, jeruk, kentang,
bayam, dan tomat. Sedangkan potasium yang rendah, yaitu apel, kubis, wortel, kacang
hijau, anggur, dan stroberi. Selain itu, sadarilah bahwa banyak pengganti garam yang juga
mengandung potasium, sehingga Anda harus menghindari makanan-makanan tersebut jika
Anda memiliki gagal ginjal.

3. Batasi jumlah protein


Ahli diet Anda mungkin akan memperkirakan jumlah yang tepat dalam mengonsumsi
protein yang Anda butuhkan setiap hari, serta kemudian membuat rekomendasi
berdasarkan jumlah tersebut. Makanan tinggi protein termasuk daging tanpa lemak, telur,
susu, keju, kacang. Sedangkan makanan rendah protein yaitu sayuran, buah-buahan, roti,
dan sereal.

C. MANIFESTASI KLINIS Menurut (Sylvia A Price, 1995:813). Perjalanan umum pada gagal
ginjal kronis dapat di bagi mnjadi tiga stadium :

1. Stadium I Penurunan cadangan ginjal, selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN
normal. Penderita asimtomatik gangguaan fungsi ginjal diketahui dengan tes pemekatan urine
yang lama.

2. Stadium II Insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75% jaringan telah rusak (GFR besarnya 25%
dari normal). Pada tahap ini kadar BUN dan kreatinin mulai meningkat. Azotemia ringan kecuali
jika stress (infeksi, payah jantung), nokturia dan poliuria karena gagal pemekatan.

3. Stadium III Uremia dimana 90% massa nefron telah hancur. GFR 10% dari normal, krelin
kreatinin < 5-10 ml/menit. BUN dan kreatinin meningkat sangat menyolok. Urine BD = 1,010,
oliguria < 50 ml/24 jam, terjadi perubahan biokimia yang komplek dan gejalanya

Anda mungkin juga menyukai