Askep DHF Kelompok 1
Askep DHF Kelompok 1
DI
S
U
S
U
N
OLEH :
KELOMPOK 1
1. Nur Maladewi 11. Suriani
(1914201066B) (1914201092B)
2. Sri Widyani 12. Rusmayani
(1914201091B) (1914201083B)
3. Marlina R Sitanggang 13. Nurafrida Hasibuan
(1914201045B) (1914201067B)
4. Rizal Asmar 14. Surya Feri
(1914201077B) (1914201093B)
5. Muhammad Rizal 15. Rimson Saor Parasian Simamora
(1914201056B) (19142010754B)
6. Muhammad Fakhreza 16. Abdul Khalil
(1914201055B) (1914201002B)
7. Emelia Afrianti 17. Hendrix Pracoyo
(1914201016B) (1914201025B)
8. Yusnizar 18. Roslinda Susi Manalu
(1914201100B) (1914201078B)
9. Norma Yunita 19. Nelsi Siahaan
(1914201061B) 20. Harli Diana Sihombing
10. Salmiah
(1914201084B)
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
a. Pembuluh Darah
1) Struktur
2
c) Tunika intima, lapisan dalam yang endotelial
2) Jenis – Jenis
3
c) Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil dan disitu arteriol
berakhir dan venula mulai (Pearce, 1997 : 145). Kapiler membentuk jalinan
pembuluh darah bercabang – cabang di dalam sebagian besar jaringan
tubuh.
Dinding kapiler tidak memiliki otot polos maupun adventisia dan
tersusun hanya oleh satu lapis sel endotel. Diameter kapiler ± 5 – 10 µm.
Struktur dinding kapiler yang tipis ini memungkinkan transpor nutrisi yang
cepat dan efisien ke sel dan mengangkut sisa metabolisme.
d) Pembuluh Limfe
3) Sirkulasi Darah
4
b) Sirkulasi Pulmonal
Darah dari ventrikel kanan (jantung) → arteri pulmonalis → paru – paru
kanan dan kiri → vena pulmonalis → atrium kiri (jantung)
Presentasi aliran darah yang diterima oleh organ atau jaringan tertentu
ditentukan oleh kecepatan metabolisme jaringan, ketersediaan oksigen, dan
fungsi jaringan. Ketika terjadi peningkatan kebutuhan metabolisme, pembuluh
darah akan berdilatasi untuk meningkatkan aliran O2 dan nutrisi ke jaringan.
Apabila pembuluh darah gagal berdilatasi, maka akan terjadi ischemic
jaringan.
5) Aliran Darah
6) Tahanan Hemodinamika
b. Darah
Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain karena
berbentuk cairan. Darah diproduksi di sumsum tulang dan nodus limfa. Cairan
darah tersusun atas komponen – komponen, yaitu :
5
d) Bahan organik : glukosa, lemak, urea, asam urat,
kreatinin, kolesterol, asam amino
e) Gas : O2 dan CO2
f) Hormon – hormon
g) Enzim
h) Antigen
2) Sel Darah
6
Eosinofil: granula berwarna merah terang dalam
sitoplasmanya
Basofil : granula berwarna biru
Netrofil : granula berwarna ungu pucat
Eosinofil dan Basofil berfungsi sebagai tempat penyimpanan berbagai
material biologis kuat, seperti histamin, serotonin, dan heparin.
Monosit
b. Etiologi
Etiologi dari DHF adalah virus dengue tipe1 – 4 (golongan enthropoda bome
golongan B) yang berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi
oleh dietil eter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70OC yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti (betina).
c. Klasifikasi DHF
8
ii. Derajat II : derajat I disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
iii. Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi, nadi cepat dan lemah, tekanan darah
lemah dan rendah, gelisah, sianotis di sekitar mulut, hidung, dan
ujung jari (tanda dini renjatan).
iv. Derajat IV : renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
d. Patofisiologi
Hal pertama yang terjadi setelah virus masukke dalam tubuh penderita adalah
viremia yang menyebabkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot, pegal – pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik – bintik merah pada kulit
(ptekie), hiperemi tenggorokan, dan hal lain yang mungkin terjadi, seperti pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali), dan pembesaran limfa
(splenomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia, serta efusi
dan renjatan (syok).
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama, maka akan timbul anoksia
jaringan, metabolik asidosis, dan kematian.
Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut tiga faktor, yaitu : perubahan
vaskuler, trombositopenia, dan gangguan koagulas
9
10
e. Manifestasi Klinis
f. Komplikasi
g. Pemeriksaan Diagnostik
i. Darah
11
ii. Urine
iv. Serologi
Uji serologi untuk infeksi dengue dapat dikategorikan atas dua kelompok
besar, yaitu :
1. Uji serologi memakai serum ganda
Serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalesen. Pada uji ini
yang dicari adalah kenaikan antibodi antidengue sebanyak minimal empat kali.
Termasuk dalam uji ini ialah pengikatan komplemen (PK), uji neutralisasi
(NT), dan uji dengue blot.
Pada uji ini yang dicari adalah ada tidaknya atau titer tertentu antibodi
antidengue. Termasuk dalam golongan ini adalah uji dengue blot yang
mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas antibodinya; uji Ig M
antidengue yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas Ig M.
v. Isolasi Virus
h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan DHF adalah sebagai berikut :
i. Lakukan tirah baring atau istirahat baring
ii. Pemberian diet makanan lunak
iii. Berikan minum banyak (2 – 2,5 liter / hari) dapat berupa : susu, teh manis, sirup,
dan beri penderita oralit.
Pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF
12
iv. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali).
Ringer Laktat merupakan cairan intravena yang paling sering digunakan karena
mengandung Na+ 130 mEq / L, K+ 4 mEq / L, korektor basa 28 mEq / L, Cl - 109
mEq / L, dan Ca2+ 3 mEq / L.
v. Monitor tanda – tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tekanan darah, dan
pernapasan); jika kondisi pasien memburuk, maka observasi ketat tiap jam.
vi. Periksa Hb, Ht, dan trombosit setiap hari.
vii. Pemberian obat antipiretik.
Sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin atau dipiron (kolaborasi dengan
dokter). Dan juga pemberian kompres dingin atau hangat.
viii. Monitor tanda – tanda perdarahan lebih lanjut.
ix. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder (kolaborasi dengan
dokter).
x. Monitor tanda – tanda dini renjatan, meliputi : keadaan umum, perubahan tanda –
tanda vital, hasil – hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
xi. Apabila timbul kejang, dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
xii. Transfusi darah bila penderita mengalami perdarahan yang membahayakan.
13
3. Konsep Dasar Keperawatan Dengue Haemorrhagic Fever ( Dhf )
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF, paling sering menyerang anak – anak dengan
usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan Utama
Alasan / keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah
sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
e. Kondisi Lingkungan
f. Pola Kebiasaan
14
2) Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang –
kadang anak mengalami diare / konstipasi. Sementara DHF grade III – IV bisa
terjadi melena.
3) Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji
apakah sering kencing, sedikit / banyak, sakit / tidak. Pada DHF grade IV
sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami
kurang tidur karena mengalami sakit / nyeri otot dan persendian sehingga
kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga
kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk
membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang
sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
g. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Integumen
Adanya ptekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab. Kuku sianosis / tidak.
15
2) Kepala dan leher
3) Dada
Bentuk simetris dan kadang – kadang terasa sesak. Pada foto thorax
terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura),
rales +, ronchi + yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
4) Abdomen
5) Ekstremitas
h. Pemeriksaan Laboratorium
2. Diagnosa Keperawatan
16
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah.
b. Resiko tinggi terjadinya hipovolemik syok berhubungan dengan
berkurangnya volume intravaskular.
c. Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan penurunan trombosit.
d. Gangguan aktivitas sehari – hari berhubungan dengan kelemahan fisik.
e. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah, nyeri ulu hati.
3. Intervensi
17
c. Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan penurunan
trombosit.
Intervensi :
18
2) Hidangkan makanan dalam bentuk menarik,
keadaan hangat, dan tidak dengan bau yang merangsang mual.
3) Berikan makanan yang mudah ditelan dan dicerna.
4) Berikan makan dalam porsi kecil dan frekuensi
sering.
5) Berikan motivasi pada klien untuk makan.
6) Observasi dan catat jumlah makanan dan minuman
yang dihabiskan oleh klien setiap hari.
7) Jelaskan manfaat nutrisi / makanan dan cairan.
8) Timbang berat badan bila memungkinkan.
9) Laksanakan program pengobatan : berikan terapi
antisida (anti emetik).
19