Anda di halaman 1dari 37

UJIAN AKHIR SEMESTER

ARSITEKTUR TROPIS

LAPORAN PRAKTIKUM
EVALUASI DESAIN HUNIAN TETAP (HUNTAP) ARCOM MAMBORO
BERDASARKAN KONSEP DESAIN ARSITEKTUR TROPIS

NURHAYATI
F 221 17 102

PRODI S1 ARSITEKTUR
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS TADULAKO
GENAP 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang


telah diberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga penulisan laporan
dengan judul “Evaluasi Desain Hunian Tetap (Huntap) Arcom Mamboro Berdasarkan
Konsep Desain Arsitektur Tropis” dapat terselesaikan dengan baik. Kami menyadari
sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini sangat kami
harapkan. Mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak
membantu kami dalam penyusunan laporan ini. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan balasan yang setimpal atas bantuan mereka kepada kami dan
melimpahkan rahmat dan karunia –Nya kepada kita semua. Amin ya Rabbal Al
Amin.

Palu, 01 Juli 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum..........................................................................................2
1.3 Lingkup dan Batasan Pembahasan................................................................2
1.4 Manfaat Kegiatan dan Laporan.....................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA...................................................................................3
2.1 Pengertian Arsitektur Tropis.........................................................................3
2.2 Arsitektur Tropis dan Desain Klimatik.........................................................4
2.3 Prinsip Desain Arsitektur Tropis...................................................................5
2.3.1 Strategi Desain Arsitektur Tropis.......................................................5
2.3.2 Kriteria Perancangan Untuk Arsitektur Tropis...................................12
2.4 Kenyamanan Termal di Daerah Tropis.........................................................14
BAB III METODE PRAKTIKUM.........................................................................16
3.1 Alat dan Bahan..............................................................................................16
3.2 Objek Penelitian............................................................................................17
3.3 Metode Praktikum.........................................................................................21
3.4 Metode Analisis Data....................................................................................21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................22
4.1 Lokasi Tapak.................................................................................................22
4.2 Analisis Karakteristik Iklim di Luar Bangunan............................................23
4.2.1 Temperatur dan Kelembaban..............................................................23
4.2.2 Intensitas Cahaya................................................................................24
4.2.3 Curah Hujan........................................................................................25
4.2.4 Kecepatan dan Arah Angin.................................................................26
4.2.5 Distribusi Frekuensi Kecepatan..........................................................26
4.3 Analisis Kondisi Termal Bangunan..............................................................27
4.3.1 Temperatur dan Kelembaban..............................................................27
4.3.2 Kecepatan dan Arah Angin.................................................................28
4.4 Analisis Kondisi Visual Bangunan...............................................................29
4.4.1 Intensitas Cahaya................................................................................29
4.4.2 Intensitas Cahaya Kolong Lantai........................................................30
4.5 Rekomendasi Desain.....................................................................................31

ii
4.5.1 Sketsa Site Plan dan Potongan Site.....................................................31
4.5.2 Sketsa Denah dan Potongan................................................................31
BAB V PENUTUP....................................................................................................32
5.1 Kesimpulan dan Saran..................................................................................32
5.1.1 Kesimpulan.........................................................................................32
5.1.2 Saran....................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................33

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arsitektur merupakan bidang studi yang selalu berkaitan dengan kegiatan
manusia, apalagi kebutuhannya terhadap ruang. Secara garis besar, ruang untuk
kegiatan manusia dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: ruang luar dan ruang dalam.
Dalam proses perancangan ruang, banyak faktor yang harus diperhatikan, salah
satunya adalah faktor kenyamanan yang sekaligus menjadi syarat utama dalam
perancangan bangunan.
Faktor kenyamanan pada bangunan terbagi menjadi 4, yaitu: kenyamanan
ruang (spatial comfort), kenyamanan visual (visual comfort), kenyamanan yang
berhubungan dengan suara (audiobility comfort), dan kenyamanan panas/termal
(thermal comfort). Tidak tercapainya faktor-faktor kenyamanan dalam sebuah ruang
akan menyebabkan kegiatan manusia di dalamnya menjadi tidak optimal. Hal ini
menandakan proses perancangan yang telah dilakukan kurang berhasil (Fitriani,
1997).
Kemajuan teknologi pun memberi dampak yang sangat besar terhadap
lingkungan, salah satunya adalah efek rumah kaca, sebagai akibat dari kurang
ramahnya bangunan terhadap lingkungannya. Pendekatan statistik menunjukkan lebih
dari 60% energi listrik pada bangunan digunakan untuk mesin pengkondisian udara
(AC), yang juga berarti konsumsi energi listrik menjadi sangat besar.
Sebagai perancang, kita bertanggungjawab atas efek negatif yang ditimbulkan
bangunan. Hal yang bisa kita lakukan adalah dengan meminimasasi efek negatif
tersebut dan benar-benar memperhatikan aspek fisika bangunan dalam proses
perancangan.

1
1.2 Tujuan Praktikum
Dadi latar belakang di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana kinerja kenyamanan termal suatu bangunan, dan bagaimana desain yang
baik dalam merespon ikilm setempat.
Tanggung jawab kita sebagai perancang terhadap aspek fisik bangunan dan
juga efek negatif yang ditimbulkan oleh bangunan dapat direduksi dengan
mempelajari bangunan yang memperhatikan iklim tropis lembap di Indonesia.

1.3 Lingkup dan Batasan Pembahasan


Lingkup dan Batasan Pembahasan pada penelitian ini, yaitu:
1. Kenyamanan bangunan difokuskan hanya pada kenyamanan termal. Ruang
lingkup penelitiannya adalah faktor-faktor kenyamanan termal, yaitu kelembaban
udara, intensitas cahaya, dan kecepatan aliran angin.
2. Objek penelitiannya adalah Hunian Tetap (Huntap) Arcom Mamboro

1.4 Manfaat Kegiatan dan Laporan


Kegiatan dan Laporan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana desain
bangunan yang baik dalam merespon iklim setempat.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Arsitektur Tropis


Menurut Marcus Pollio Vitruvius (1486), arsitektur adalah kesatuan dari
kekuatan/kekokohan (firmitas), keindahan (venustas), dan kegunaan/fungsi (utilitas).
Menurut Francis DK Ching (1979) arsitektur membentuk suatu tautan yang
mempersatukan ruang, bentuk, teknik dan fungsi. Menurut Amos Rappoport (1981)
arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia, yang lebih dari sekedar fisik, tapi juga
menyangkut pranata-pranata budaya dasar. Pranata ini meliputi: tata atur kehidupan
sosial dan budaya masyarkat, yang diwadahi dan sekaligus memperngaruhi arsitektur.
Sedangkan menurut JB. Mangunwijaya (1992) arsitektur sebagai vastuvidya
(wastuwidya) yang berarti ilmu bangunan. Dalam pengertian wastu terhitung pula tata
bumi, tata gedung, tata lalu lintas (dhara, harsya, yana).
Pengertian tropis berasal dari kata tropicos dalam bahasa Yunani Kuno berarti
garis balik. Daerah tropis dapat dibagi dalam dua kelompok iklim utama yaitu tropis
basah dan tropis. Indonesia termasuk dalam daerah tropis lembab yang ditandai oleh
kelembaban udara yang relatif tinggi pada umumnya di atas 90%, curah hujan yang
tinggi, serta temperatur rata-rata tahunan di atas 18ÛC dan biasanya sekitar 23ÛC dan
dapat mencapai 38ÛC dalam musim kemarau. Lebih khusus lagi, Indonesia termasuk
dalam daerah sekunder hutan hujan tropis (tropis lembab).
Arsitektur tropis merupakan representasi konsep bentuk yang dikembangkan
berdasarkan respon terhadap iklim yang dialami oleh Negara Indonesia yaitu tropis
lembab. Konsep arsitektur tropis, pada dasarnya adalah adaptasi bangunan terhadap
iklim tropis, dimana kondisi tropis membutuhkan penanganan khusus dalam
desainnya. Pengaruh utama berasal dari kondisi suhu tinggi dan kelembaban tinggi,
dimana pengaruhnya ada pada tingkat kenyamanan ketika pengguna berada dalam
ruangan. Tingkat kenyamanan seperti tingkat sejuk udara dalam bangunan, oleh
aliran udara, adalah salah satu contoh aplikasi konsep bangunan tropis. Meskipun

3
konsep bangunan tropis selalu dihubungkan dengan sebab akibat dan adaptasi bentuk
(tipologi) bangunan terhadap iklim, banyak juga interpretasi konsep ini dalam tren
yang berkembang dalam masyarakat; sebagai penggunaan material tertentu sebagai
representasi dari kekayaan alam tropis, seperti kayu, batuan ekspos, dan material asli
yang diekspos lainnya.

2.2 Arsitektur Tropis dan desain Klimatik


Pembagian iklim dalam belahan bumi dapat dibagi menjadi empat (4) jenis :
1. Iklim tropis (pada daerah khatulistiwa) dengan 0o LU – 23,5oLU dan 0o LS –
23,5oLS
2. Iklim sub tropis (23,5oLU – 40oLU dan 23,5oLS – 35oLS) Iklim sedang (40oLU
– 60,5oLU dan 35oLS – 66,5oLS)
3. Iklim dingin (60,5oLU – 90oLU dan 66,5oLS – 90oLS)
Dalam mengantisipasi perubahan iklim harus dikendalikan untuk
meningkatkan kenyamanan salah satunya adalah dengan teknologi passive cooling
melalui (Slamet Sudibyo, 1987) :
1. Penambahan sun shading untuk mengatasi sinar matahari langsung
Perencanaan terhadap cakupan di atas berkaitan dengan bentuk bangunan,
seperti: ketinggian lantai bangunan, bentuk massa dan dimensi bangunan. Gubahan
massa bangunan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi (Slamet
Sudibyo, 1987).
a. Bentuk bangunan
b. Jarak bangunan
c. Ketinggian bangunan
d. Kondisi bangunan di lingkungan sekitarnya
e. Vegetasi (penutup tanah, perdu, pohon, dan lain-lain)
f. Bentang alam (danau, sungai, tebing, bukit, dan jurang)
g. Kondisi iklim mikro
h. Perkerasan tanah.

4
2. Insulasi panas untuk radiasi matahari yang menembus permukaan luar dinding
3. Permukaan sebagai diffuser untuk radiasi matahari tidak langsung
4. Vegetasi, atap dengan ventilasi untuk konveksi / aliran udara atau aliran fluida
5. Untuk permukaan tanah yang tidak menyerap panas dipakai sistem lantai
panggung (mengatasi radiasi dari tanah)
6. Aspek kenyamanan thermal untuk perencanaan lingkungan binaan mencakup :
a. Eksterior bangunan
b. Interior bangunan
c. Selubung bangunan

2.3 Prinsip Desain Arsitektur Tropis


2.3.1 Strategi Desain arsitektur tropis
1. Housing Layout dan Shelter Desai
a) Penataan Tapak
Kondisi iklim, tapak dan lingkungan merupakan faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan lahan.
Menurut Evans (1980) dan Santamouris (1998), faktor yang mempengaruhi
kenyamanan termal adalah.
Pemilihan Site/Tapak Perletakan Bangunan Pada
Kondisi permukaan tanah Lokasi
Lokasi Layout
Topografi Bentuk
Karakteristik sekitar tanah Orientasi bangunan pada

Penataan orientasi bangunan di daerah tropis bertujuan :


1) Pertimbangan desain berkaitan dengan radiasi matahari dan angin, dimana
sinar matahari diterima hampir di sepanjang tahun( Tamimi, et.al, 2011).
2) Sebagai pengontrol parameter iklim seperti angin dan matahari yang
berpengaruh terhadap temperatur tapak.Orientasi yang berbeda akan

5
menyebabkan perbedaan temperatur udara di dalam ruangan (Jamala,
et.al, 2003).
3) Pengaruh orientasi bangunan terhadap arah angin dapat dilihat di bawah
ini

Pola grid dengan Pola grid dengan sudut Pola berselang


bangunan tegak lurus bangunan yang berbeda (jigsaw), dengan
dengan arah datang angin terhadap arah datang sudut bangunan yang
angin berbeda terhadap
arah datang angin

Pengaruh orientasi bangunan terhadap arah angin (Krisan, et. al, 2001)
b) Topografi
Topografi akan mempengaruhi pergerakan udaya yang berdampak pada
temperatur kawasan dan menggambarkan pengaruh topografi terhadap pergerakan
angin, yaitu :
a. Kemiringan bukit membelokan
angin pada tapak yang berefek
terhadap kekencangan angin. Angin
yang kencang akan lebih dirasakan
pada arah kemiringan bukit
b. Profil bukit mengalihkan angin
yang akan terasa pada jarak yang
jauh sehingga mempengaruhi
kecepatan angin pada jarak tertentu.
c. Lembah di perbukitan akan
menyalurkan angin dan

6
memberikan pengaruh terhadap
kondisi termal sebagai aliran udara
yang memberikan penyejukan pada
daerah lereng
d. Aliran udara yang disalurkan di
antara bukit akan menghasilkan
variasi kecepatan, dimana
dibelokkan sesuai dengan profil
bukit akibat aliran kecepatan angin
yang melewati celah antara bukit.
e. Pengaruh Posisi Bangunan
terhadap Pola Pergerakan Angin
Berdasarkan Kondisi Topografi
(Boutet, 1987)

c) Penataan Bangunan
Penataan bangunan dan ruang di daerah tropis harus memperhatikan hal - hal
penting untuk diperhatikan:
a. Bangunan sebaiknya terbuka dengan jarak yang cukup antara masing - masing
bangunan, untuk menjamin sirkulasi udara yang baik.
b. Orientasi Utara-Selatan (condong untuk mencegah pemanasan fasad yang
lebih lebar ke ruang internal). Orientasi bangunan juga sebaiknya tegak lurus
terhadap arah angin, namun juga harus memiliki perlindungan yang tepat
terhadap masuknya hujan.
c. Ruangan ditata side-by-side untuk mengijinkan ventilasi silang. Keterbukaan
atau tidak adanya sekat ruang didalam hunian membantu pelepasan panas
menjadi lebih mudah (Santosa, 2001).

7
d. Rangkaian ruang-ruang terbuka harus tidak memiliki koridor/ partisi internal
yang menghalangi sirkulasi udara dan tangga sebaiknya ditempatkan secara
eksternal pada ujung (nok) atap rumah (yang menonjol).

Orientasi bangunan tegak lurus dengan sumbu U-S


Ruang dengan geometri yang kompak dan sederhana dalam bentuk single
zone merupakan bentuk yang potensial untuk penghalauan panas. Sedangkan ruang
dengan tatanan multi-zone seperti di hunian modern, penghalauan panas cenderung
terhambat, sehingga suhu udara di dalam ruang (Ti) menjadi lebih tinggi dari suhu
luar (To). Ruang publik yang terbuka dilingkungan kampung tradisional sudah tidak
terdapat lagi di lingkungan hunian modern karena adanya perubahan kebutuhan
ruang. Di lingkungan modern ruang tersebut telah bergeser ke dalam hunian dalam
bentuk ruang tamu atau ruang keluarga yang lebih privat. Perubahan inilah yang
menyebabkan terjadinya kepadatan ruang di hunian modern yang menghambat
penghalauan panas.
d) Vegetasi
Tipe dan layout vegetasi pada site harus disesuaikan dengan pola aliran udara
pada tapak, dengan pertimbangan estetika dan lingkungan. Fungsi utama vegetasi
dalam memanfaatkan pergerakan angin adalah untuk perlindungan terhadap angin,
membelokkan angin, menyalurkan dan mempercepat udara serta pengkondisian
udara, sehingga dapat mengurangi kebisingan, menghalau partikel debu, menyerap
CO2 dan mengeluarkan O2 ke udara (Allard, 1998).
Menurut Mc.Clenon, 1974 (dalam S.Pranoto, 2008) dan Boutet (1987: 77),
vegetasi mempunyai potensi sebagai modifying factor untuk melakukan kontrol
terhadap aliran angin melalui berbagai cara, antara lain :

8
a. Menghalangi dan menyaring aliran (obstruction dan filtering).
b. Mengarahkan aliran angin (redirecting) atau channeling guidance.
c. Defleksi dan intesepsi

Kontrol angin oleh vegetasi (S.Pranoto, 2008 dan Lechner, 2000)

Tanaman dapat mempengaruhi temperatur ruangan dan beban pendinginan/


pemanasan bangunan melalui beberapa cara (Givoni, 1998):
a. Kanopi tinggi dan pergola pada dinding dan jendela memberikan shading
dan mengurangi solar heat gain.
b. Tanaman rambat pada dinding dan di sekitar dinding memberikan
naungan dan mengurangi kecepatan angin (efek shading dan isolasi)
c. Tanaman lebat menurunkan temperatur udara di kulit bangunan sehingga
mengurangi konduksi dan infiltrasi heat gain.
d. Tanaman penutup tanah mengurangi radiasi matahari yang dipantulkan
dan radiasi long-wave yang dipancarkan ke arah dinding dari sekitarnya.
e. Menurunkan temperatur lingkungan sekitar condeser AC bangunan
f. Mengurangi kecepatan angin sekitar bangunan, mengurangi tingkat
infiltrasi dan penggunaan energi pemanasan bangunan (efek isolasi)
Vegetasi berfungsi sebagai penyaring matahari dan penyerap radiasi panas, di
mana sekitar 5-30% sisa radiasi panas dari proses biologis berpengaruh pada iklim
internal bangunan. Dalam Wong et.al (2009) dijelaskan data awal dari penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa vegetasi dapat merefleksikan atau menyerap radiasi
matahari antara 40-80%, tergantung pada jumlah dan jenis tanaman. Perez et.al

9
(2011) menjelaskan bahwa tingkat pencahayaan dan faktor peneduh, serta temperatur
permukaan dinding bangunan menunjukan kemampuan besar dari penghijauan untuk
mencegah radiasi.

Kanopi vegetasi sebagai filter radiasi matahari dan angin (Perez et.al (2011) dan
Wong et.al (2009)

2. Elemen Bangunan
a. Dinding Bangunan
Pada dasarnya terdapat dua kategori dinding yaitu (Koenigsbergar, 1973):
1) Dinding eKsternal (line of enclosure), yaitu kulit bangunan yang memisahkan
bagian interior dengan eksteriornya dalam batasan udara dan kelembaban
2) Dinding internal (partisi dalam ruang) Tipe-tipe desain dinding bangunan
seperti berikut:
a) Thin skins
Thins skins adalah elemen dinding sebagai kulit yangberfungsi sebagai
filter iklim dengan mengacu padamaterial dalam memodifikasi iklim. Ada
2 jenis material yang digunakan, yakni, Elemen Opaque (massif) dan
Elemen Transparan
b) Inclined skin
Inclined skin merupakan dinding yang diangkat dan diorientasikan
secara bebas dengan sudut tertentu baik secaravertikal maupun horizontal,

10
bisa berbahan opaque maupun transparan.Tujuannya untuk meningkatkan
performa termal dengan mekanisme :
 Meningkatan performa dinding
 Menyediakan ventilasi
 Memberikan pembayangan yang mencegah radiasi matahari dari
sudut yang rendah untuk masuk ke bangunan
 Memberikan view dari bangunan dan ruang terbuka sekitar
bangunan.
 View dengan arah ke bawah dapat mengurangi resiko kesilauan

Potongan Inclined Skins dengan Material Kaca (Hyde, 2000) (kanan dan tengah)
dan ilustrasi desain inclined skins (kiri)
c) Thick skins
Thick skins adalah dinding bangunan dengan kedalaman fasade dan
proyeksi untuk mendapatkan efek pembayangan dari matahari. Beberapa
metode pembayangan berdasarkan orientasi matahari, yakni :
 Pada sudut matahari tinggi menggunakan alat pembayangan horizontal
 Pada sudut matahari rendah menggunakan alat pembayangan vertical

11
2.3.2 Kriteria Perancangan Untuk Arsitektur Tropis
Kondisi iklim tropis lembab memerlukan syarat-syarat khusus dalam
perancangan bangunan dan lingkungan binaan, mengingat ada beberapa factor- faktor
spesifik yang hanya dijumpai secara khusus pada iklim tersebut, sehingga teori-teori
arsitektur, komposisi, bentuk, fungsi bangunan, citra bangunan dan nilai-nilai estetika
bangunan yang terbentuk akan sangat berbeda dengan kondisi yang ada di wilayah
lain yang berbeda kondisi iklimnya.
Menurut DR. Ir. RM. Sugiyatmo, kondisi yang berpengaruh dalam
perancangan bangunan pada iklim tropis lembab adalah, yaitu :
1. Kenyamanan Termal
Usaha untuk mendapatkan kenyamanan thermal terutama adalah mengurangi
perolehan panas, memberikan aliran udara yang cukup dan membawa panas keluar
bangunan serta mencegah radiasi panas, baik radiasi langsung matahari maupun dari
permukaan dalam yang panas. Perolehan panas dapat dikurangi dengan menggunakan
bahan atau material yang mempunyai tahan panas yang besar, sehingga laju aliran
panas yang menembus bahan tersebut akan terhambat.Permukaan yang paling besar
menerima panas adalah atap. Sedangkan bahan atap umumnya mempunyai tahanan
panas dan kapasitas panas yang lebih kecil dari dinding. Untuk mempercepat
kapasitas panas dari bagian atas agak sulit karena akan memperberat atap. Tahan
panas dari bagian atas bangunan dapat diperbesar dengan beberapa cara, misalnya
rongga langit-langit, penggunaan pemantul panas reflektif juga akan memperbesar
tahan panas. Cara lain untuk memperkecil panas yang masuk antara lain yaitu :
a. Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timur dan barat.
b. Melindungi dinding dengan alat peneduh.
Perolehan panas dapat juga dikurangi dengan memperkecil penyerapan panas
dari permukaan, terutama untuk permukaan atap. Warna terang mempunyai
penyerapan radiasi matahari yang kecil sedang warna gelap adalah sebaliknya.
Penyerapan panas yang besar akan menyebabkan temperatur permukaan naik.

12
Sehingga akan jauh lebih besar dari temperatur udara luar. Hal ini menyebabkan
perbedaan temperatur yang besar antara kedua permukaan bahan, yang akan
menyebabkan aliran panas yang besar.
2. Aliran Udara Melalui Bangunan
Kegunaan dari aliran udara atau ventilasi adalah :
a. Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yaitu penyediaan oksigen untuk
pernapasan, membawa asap dan uap air keluar ruangan, mengurangi
konsentrasi gas-gas dan bakteri serta menghilangkan bau.
b. Untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan termal, mengeluarkan panas,
membantu mendinginkan bagian dalam bangunan.
Aliran udara terjadi karena adanya gaya thermal yaitu terdapat perbedaan
temperature antara udara di dalam dan diluar ruangan dan perbedaan tinggi antara
lubang ventilasi. Kedua gaya ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
mendapatkan jumlah aliran udara yang dikehendaki. Jumlah aliran udara dapat
memenuhi kebutuhan kesehatan pada umumnya lebih kecil daripada yang diperlukan
untuk memenuhi kenyamanan termal.
3. Radiasi Panas
Radiasi panas dapat terjadi oleh sinar matahari yang langsung masuk ke dalam
bangunan dan dari permukaan yang lebih panas dari sekitarnya, untuk mencegah hal
itu dapat digunakan alat-alat peneduh (Sun Shading Device). Pancaran panas dari
suatu permukaan akan memberikan ketidaknyamanan thermal bagi penghuni, jika
beda temperatur udara melebihi 40C. hal ini sering kali terjadi pada permukaan
bawah dari langit-langit atau permukaan bawah dari atap.
2.4 Kenyamanan Termal di Daerah Tropis
Kenyamanan termal adalah suatu kondisi termal yang disarankan oleh
manusia bukan oleh benda, binatang, dan arsitektur, tetapi dikondisikan oleh
lingkungan dan benda-benda disekitar arsitekturnya. Kenyamanan termal merupakan
pokok untuk membangun sebuah bangunan. Kenyamanan yang membuat penghuni
atau pengguna bangunan dapat melakukan aktivitas.

13
Kenyamanan ermal dapat diperoleh engan beberapa cara dan beberapa
penanggulangan dari beberapa sisi, yaitu dari sumber panas, kelembapan, angina,
radiasi panas sumber.
1. Sumber panas (Pembakaran karbohidrat dalam makanan, suhu udara, radiasi
matahari). Untuk itu harus ada heat transfer (menurunkan untuk pertukaran
panas) dari tubuh ke lingkungan, dengan cara :
- Konduksi, misalnya dengan memegang benda yang dingin atau berpindah ke
tempat yang lebih dingin. Penurunan panas yang terjadi sangat kecil.
- Konveksi, pertukaran udara melalui fluida bergerak. Penurunan panas yang
terjadi 40%. Misalnya, saat kepanasan kita keluar untuk mencari udara segar
atau fluida bergerak.
- Radiasi, penurunan panas yang terjadi 40%. Radiasi matahari diatasi dengan
menjauhi radiasi tersebut, atau dengan mengurangi makan, sebab makanan
menaikan suhu tubuh.
- Evaporasi, memperbanyak penguapan. Penurunan panas 20% (kipas-kipas
untuk mempercepat evaporasi
2. Kelembaban, harus mengkondisikan atau mengendalikan kelembaban yang
berasal dari :
- Keringat benda-benda
- Sumber kelembaban sumber air
- Tanaman
Teknologi dengan memakai dehumidfler (AC), mengatur kelembaban supaya
sesuai dengan yang diinginkan.
3. Angin, terjadi angina karena adanya beda tekanan :
- Gaya angin
- Gaya suhu
Biasanya gaya angina lebih besar dari suhu.
4. Radiasi panas sumber, sinar matahari langsung dan tidak langsung (pemantulan
dan konduksi), pembakaran. Dapat diartikan akan adanya cahaya langsung dan

14
radiasi yang tidak langsung. Sinar memanaskan udara di sekitar atap sehingga
panasnya akan menembus bangunan.
Pengaruh-pengaruh tersebut sangatlah penting untuk merancang sebuah
bangunan. Tujuan banguna dirancang untuk memenuhi kebutuhan manusia yang
menciptakan lingkungan yang nyaman, sehat, menyenangkan, dan mencangkup
kondisi iklin sekitar. Factor tersebut sangatlah mempengaruhi bangunan yang akan di
rancang.
View dan orientasi bangunan tropis :
1. Menghadap pada arah dimana sinar matahari diusahakan dapat memasuki
ruangan pada pagi hingga sore hari
2. Ruangan dengan fungsi public atau pusat aktifitas berada pada kawasan yang
mendapat cahaya matahari langsung, dengan suatu system pelindung yang
menambah kenyamanan manusia.
Bahan-bahan atau bagian pendukung kenyamanan pada kondisi tropis :
1. Sun protection, adalah suatu bagian yang memprotec atau menjaga bagian dalam
bangunan atau interior dengan suatu system atau bahan yang menambah
kenyamanan
2. Sun shading, adalah suatu bagian penyaring sinar matahari pada bukaan atau
ventilasi ruangan, yang biasanya terdapat pada material kaca atau penyangga
ventilasi bangunan.

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Alat :
a. Alat Pengukuran :

15
 Termometer
 Hidrometer
 Anemometer
 Hobolodger
b. Alat Pendukung :
 Rollmeter
 Kamera
 Pulpen
 Buku atau Kertas
 Stopwatch atau Alarm

3.2 Objek Praktikum

16
17
18
19
20
3.3 Metode Praktikum
Praktikum dilakukan dengan cara melakukan observasi, wawancara, survei
dan penelitian secara langsung pada lokasi survei, yaitu hunian tetap (huntap) arcom
mamboro.

3.4 Metode Analisis Data


1 Permasalahan
 Penataan Kawasan yang tidak mendukung arsitektur tropis daerah pesisir
 Bentuk bangunan yang tidak sesuai dengan arsitektur tropis daerah pesisir
Permasalahan yang lebih spesifik
 Perbandingan suhu pada siang dan malam hari cukup jauh
 Pada pukul 03.00-05.00 bumi melepaskan panas radiasi matahari dititik 0
2 Solusi
 Kawasan
Penataan bangunan yang dibuat merapat. Untuk menjaga suhu agar tetap hangat
pada malam hari
 Bangunan
Penggunaan pondasi tertanam untuk menerima panas bumi pada malam hari.
Menggunakan dinding kayu untuk memudahkan perubahan suhu. Adanya
ventilasi pada atap untuk memudahkan pertukaran udara di bangunan

21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Lokasi Tapak


Lokasi tapak berada di kota palu, Sulawesi Tengah, Indonesia Letak
astronomis (0.798540 Lintang Selatan, 119.877144 Bujur Timur dan 10-50 m dari
permukaan laut)

22
4.2 Analisis Karakteristik Iklim Luar Bangunan
4.2.1 Temperatur dan Kelembaban

Gambar 1. Hasil Pengukuran Temperatur (°C) dan Kelembaban Luar (%) di Huntap
Mamboro ARKOM

No Waktu Temperatur (Co) Kelembaban (RH)

1 10/06/2021 Tertingi : 35,2 Co Tertingi : 77 RH


GMT +08:00 Terendah : 23,2 Co Terendah : 39 RH
2 11/06/2021 Tertingi : 35,2 Co Tertingi : 76 RH
GMT +08:00 Terendah : 25 Co Terendah : 39 RH
3 12/06/2021 Tertingi : 33,5 Co Tertingi : 83 RH
GMT +08:00 Terendah : 25,8 Co Terendah : 49 RH
4 13/06/2021 Tertingi : 27,8 Co Tertingi : 86 RH
GMT +08:00 Terendah : 24 Co Terendah :71 RH
5 14/06/2021 Tertingi : 33,8 Co Tertingi : 87 RH
GMT +08:00 Terendah : 22,8 Co Terendah : 44 RH
6 15/06/2021 Tertingi : 31 Co Tertingi : 87 RH
GMT +08:00 Terendah : 25 Co Terendah : 60 RH
7 16/06/2021 Tertingi : 33 Co Tertingi : 87 RH
GMT +08:00 Terendah : 23,5 Co Terendah : 47 RH
8 17/06/2021 Tertingi : 33,2 Co Tertingi : 87 RH
GMT +08:00 Terendah : 23,5 Co Terendah :60 RH
9 18/06/2021 Tertingi : 31 Co Tertingi : 87 RH

23
GMT +08:00 Terendah : 25 Co Terendah : 58 RH
10 18/06/2021 25 Co 58 RH
GMT +08:00

4.2.2 Intensitas Cahaya

Gambar 2. Hasil Pengukuran Intensitas Cahaya Outdoor (lux) di Huntap Mamboro ARKOM

No Waktu Intensitas Cahaya (hix)


1 10/06/2021 Tertingi : 9000
GMT +08:00 Terendah : 0
2 11/06/2021 Tertingi : 9000
GMT +08:00 Terendah : 0
3 12/06/2021 Tertingi : 5500
GMT +08:00 Terendah : 0
4 13/06/2021 Tertingi : 3800
GMT +08:00 Terendah : 0
5 14/06/2021 Tertingi : 5000
GMT +08:00 Terendah : 0
6 15/06/2021 Tertingi : 4800
GMT +08:00 Terendah : 0
7 16/06/2021 Tertingi : 9000
GMT +08:00 Terendah : 0
8 17/06/2021 Tertingi : 5000
GMT +08:00 Terendah : 0
9 18/06/2021 Tertingi : 4000
GMT +08:00 Terendah :
10 18/06/2021 0
GMT +08:00

24
4.2.3 Curah Hujan

Gambar 3. Hasil Pengukuran Curah Hujan (mm) di Huntap Mamboro ARKOM

No Waktu Curah Hujan (mm)


1 10/06/2021 Tertingi : 0
GMT +08:00 Terendah : 0
2 11/06/2021 Tertingi : 0
GMT +08:00 Terendah : 0
3 12/06/2021 Tertingi : 16
GMT +08:00 Terendah : 0
4 13/06/2021 Tertingi :18
GMT +08:00 Terendah : 16
5 14/06/2021 Tertingi : 19
GMT +08:00 Terendah : 18
6 15/06/2021 Tertingi : 29
GMT +08:00 Terendah : 19
7 16/06/2021 Tertingi : 29,5
GMT +08:00 Terendah : 30
8 17/06/2021 Tertingi : 30
GMT +08:00 Terendah : 19,5
9 18/06/2021 Tertingi : 62
GMT +08:00 Terendah : 20
10 18/06/2021 30
GMT +08:00

25
4.2.4 Kecepatan dan Arah Angin

Gambar 4. Hasil Pengukuran Kecepatan (m/s)dan Arah Angin (ø) di Huntap Mamboro
ARKOM

4.2.5 Distribusi Frekuensi Kecepatan

Gambar 5. Distribusi Frekuensi Kecepatan (%) di Huntap Mamboro ARKOM

26
4.3 Analisis Kondisi Termal Bangunan
4.3.1 Temperatur dan Kelembaban

Gambar 6. Hasil Pengukuran Temperatur dan Kelembaban Indoor

No Waktu Temperatur (Co) Kelembaban (RH)

1 10/06/2021 Tertingi : 34,8 Co Tertingi : 85 RH


GMT +08:00 Terendah : 23 Co Terendah : 50 RH
2 11/06/2021 Tertingi : 35,8 Co Tertingi : 80,25 RH
GMT +08:00 Terendah : 25,5 Co Terendah : 50 RH
3 12/06/2021 Tertingi : 33 Co Tertingi : 85 RH
GMT +08:00 Terendah : 25,8 Co Terendah : 65 RH
4 13/06/2021 Tertingi : 28 Co Tertingi : 90 RH
GMT +08:00 Terendah : 24,5 Co Terendah :79 RH
5 14/06/2021 Tertingi : 34,5 Co Tertingi : 90 RH
GMT +08:00 Terendah : 23 Co Terendah : 55 RH
6 15/06/2021 Tertingi : 30 Co Tertingi : 89 RH
GMT +08:00 Terendah : 25,5 Co Terendah : 70,25 RH
7 16/06/2021 Tertingi : 32,5 Co Tertingi : 89 RH
GMT +08:00 Terendah : 23,5 Co Terendah : 60 RH
8 17/06/2021 Tertingi : 33 Co Tertingi : 89 RH
GMT +08:00 Terendah : 24 Co Terendah :60 RH
9 18/06/2021 Tertingi : 31 Co Tertingi : 89 RH
GMT +08:00 Terendah : 25 Co Terendah : 65 RH
10 18/06/2021 26 Co 65 RH
GMT +08:00

27
4.3.2 Kecepatan dan Arah Angin

28
4.4 Analisis Kondisi Visual Bangunan
4.4.1 Intensitas Cahaya

Gambar 7. Intensitas Cahaya Indoor Sampel 2 Selama 7 hari Pengukuran

No Waktu Intensitas Cahaya Indoor


(hix)
1 10/06/2021 Tertingi : 2200
GMT +08:00 Terendah : 0
2 11/06/2021 Tertingi : 3300
GMT +08:00 Terendah : 0
3 12/06/2021 Tertingi : 350
GMT +08:00 Terendah : 0
4 13/06/2021 Tertingi :200
GMT +08:00 Terendah : 0
5 14/06/2021 Tertingi : 2300
GMT +08:00 Terendah : 0
6 15/06/2021 Tertingi : 300
GMT +08:00 Terendah : 0
7 16/06/2021 Tertingi : 300
GMT +08:00 Terendah : 0
8 17/06/2021 Tertingi : 1100
GMT +08:00 Terendah : 0
9 18/06/2021 Tertingi : 400
GMT +08:00 Terendah :
10 18/06/2021 0
GMT +08:00

29
4.4.2 Intensitas Cahaya Kolong Lantai

Kondisi Pencahayaan Kolong Lantai (Lantai 1) di Siang Hari


12

10
Intensitas Cahaya (Lux)

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Cahaya Indoor (Lux) Cahaya Oudoor (Lux)

Gambar 8. Intensitas Cahaya Indoor dan Outdoor Sampel 2 Kolong Lantai (Siang Hari),
Pengukuran Manual Berdasarkan Grid

Kondisi Pencahayaan Lantai 2 di Siang Hari


12

10
Intensitas Cahaya (Lux)

0
0 2 4 6 8 10 12

Cahaya Teras Cahaya R. Tamu Cahaya R. Keluarga


Cahaya R. Makan Cahaya Dapur Cahaya Kamar

Gambar 9. Intensitas Cahaya Indoor dan Outdoor Sampel 2 Lantai 2 (Siang Hari),
Pengukuran Manual Berdasarkan Grid

30
4.5 Rekomendasi Desain
4.5.1 Sketsa Site Plan dan Potongan Site

4.5.2 Sketsa Denah dan Potongan


1. Layout Ruang
Teras
Untuk memberikan open space pada bangunaan dan sebagai penerima tamu.

Ruang Tidur
Untuk beristirahat

WC/KM
Penambahan WC/KM pada rumah untuk menjaga kesan privasi dari rumah tersebut

2. Geometri Bangunan
Ukuran ruang berdasarkan pada data arsitek. Bentuk bangunan disesuaikan
dengan kondisi iklim tropis daerah pesisir tanpa adanya transformasi bentuk

31
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan dan Saran


5.1.1 Kesimpulan
Karakteristik ikim pada iklim tropis daerah pesisir yaitu suhu tinggi pada
siang hari dan rendah pada malam hari, kecepatan angin tinggi dan kelembaban
rendah. Potensi-potensi ini dapat mendukung bentukan bangunan yang sesuai untuk
daerah pesisir
Kenyamanan termal setiap orang relatif karena dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti usia, jenis kelamin, dll.

5..1.2 Saran
Sebaiknya perlu penataan dan peninjauan kembali kawasan area huntap dan
bentuk bangunan untuk memaksimalkan potensi iklim daerah setempat.

5.2 Rekomendasi Desain Utuh

32
DAFTAR PUSTAKA

Alfata, Fajri, Nur, Muhammad., Nugroho, Agung, Murti., & Ekasiwi, Sri, Nastiti.
(2014). Kenyamanan termal pada ruang iklim di dua daerah dengan karakteristik
iklim yang berbeda. Jurnal permukiman, 9 (1), 28-40.

Imran, Mohammad. Pengaruh iklim terhadap bentuk dan bahan arsitektur bangunan.
Jurnal peradaban sains, rekayasa dan teknologi, 1 (1), 1-10.

Prasetyo, Hermawan, Yuri,. Astuti, Sri. (2017). Ekspresi bentuk klimatik tropis
arsitektur tradisional nusantara dalam regionalism. Jurnal Permukiman, 12 (2),
80-93

33

Anda mungkin juga menyukai