Dosen Pembimbing
Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Peneliti dapat
menyelesaikan Proposal dengan judul “Pengaruh Aroma Terapi Lavender Terhadap Insomnia Pada
Lansia Di Panti Sosial Tresna Werda kota Bengkulu”
Proposal ini merupakan sebagai salah satu syarat pengantar dalam rangka menyelesaikan Tugas
Akhir Kuliah Peneliti menyadari bahwa penulisan proposal ini tidak akan bisa terselesaikan dengan baik
tanpa adanya bantuan dari ibu/bapak dosen sekalian .
Peneliti menyadari bahwa isi dan cara penyajian proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran sangat peneliti harapkan guna meningkatkan mutu dari penulisan
proposal ini. Peneliti juga berharap, penulisan proposal ini dapat bermanfaat dan menjadi acuan bagi
peneliti lain yang tertarik untuk mendalaminya dimasa yang akan datang
KELVIN PRATAMA
NPM 1880200021
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN...................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Definisi..............................................................................................................................9
2.1.1 Definisi Lansia.......................................................................................................9
2.2.1 Batasan Usia Lanjut...............................................................................................9
2.3.1 Klasifikasi Lansia..................................................................................................10
2.4.1 Karekteristik Lansia...............................................................................................10
2.2 Insomnia ...........................................................................................................................13
2.2.1 Definisi Insomnia..................................................................................................13
2.2.2 Konsep Insomnia Lansia.......................................................................................13
2.2.3 Etiologi dan Fatofisiologi......................................................................................14
2.2.4 Fakto-Faktor Insomnia..........................................................................................15
2.2.5 Jenis -Jenis Insomnia.............................................................................................15
2.2.6 Tanda dan Gejala Insomnia ..................................................................................16
2.2.7 Komplikasi Insomnia.............................................................................................
2.2.8 Klasifikasi Insomnia..............................................................................................
2.2.9 Penatalaksanaan Insomnia pada lansia.................................................................
2.2.10 Intervensi Keperawatan Insomnia pada lansia.....................................................
2.2.11 Alat Ukur Insomnia...............................................................................................
2.3 Konsep Aroma Terapi Lavender.......................................................................................17
2.3.1 Pengertian aroma terapi ........................................................................................17
2.3.2 Manfaat minyak aroma terapi lavender ................................................................18
2.3.3 Teknik pemberian aroma terapi ............................................................................
2.3.4 Manfaat minyak aroma terapi lavender.................................................................
2.3.5 Teknik pemberian aroma terapi.............................................................................
2.4 Kerangka Teori.................................................................................................................18
2.5 Kerangka penelitian .........................................................................................................19
2.6 Hipotesis............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lansia
Usia lanjut merupakan usia emas dari tahap perkembangan manusia .usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam,2012). Lansia bukan
merupakan suatu penyakit melainkan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan .Lansia
merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis .Kegagalan tersebut dikaitkan dengan
penurunan daya kemampuan hidup dan peningkatan kepekaan secra individual (Effendi,2009).
Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari,berjalan dan terus-
menerus,dan berkesinambungan.Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis
,fisiologis,dan biokimia pada tubuh.Sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan
tubuh secara keseluruhan (Maryam,2012).
Usia lanjut dapat dikatakan usia emas karena tidak semua orang dapat mencapai usia
tersebut .Orang yang berusia lanjut (lansia)memerlukan tindakan keperawatan ,baik promotif
maupun preventif,agar dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang
berguna dan bahagia.Istilah untukmanusia yang berusia lanjut belum ada yang baku.Orang
memiliki sebutan yang berbeda-beda terhadap keberadaan usia lanjut.Ada yang menyebut
manusia usia lanjut (manula),manusia lanjut usia (lansia),golongan lanjut umur(glamur),usia
lanjut (usila),bahkan di Inggris orang menyebutnya warga Negara senior (Maryam,2012).
Lansia dapat ditentukan dari batasan-batasan umur seseorang. Dari beberapa pendapat
para ahli dalam Effendi (2009) batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia
adalah sebagai berikut :
a) Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 pasal 1 ayat 2 yang
berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60(enam puluh)tahun ke
atas”.
b) Menurut World Health Organization (WHO),usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria
berikut: usia pertengahan (middle age) ialah 45-49 tahun,lanjut usia (elderly) ialah 60-74
tahun,lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun,usia sangat tua (very old) ialah diatas 90
tahun.
c) Menurut Drs.jos Masdani (psikolog UI) terdapat empat fase yaitu ,pertama ( fase
inventus ) ialah 25-40 tahun,kedua (fase virilities)ialah 40-55 tahun,ketiga (fase
prasenium)ialah 55-65 tahun,keempat (fasesenium) ialah 65 hingga tutup usia.
d) Menurut prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age)>65 tahun
atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan
umur,yaitu young old (70-75 tahun),old (75-80 tahun),dan very old (>80 tahun)
(Effendi,2009).
a) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang
kesehatan ).
b) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,dari kebutuhan
bipsikososial sampai spiritual,serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptive.
c) Lingkungan tempat tinggal bervariasi.
2.2 Insomnia
a) Kondisi fisik
Yaitu kondisi yang menyakitkan atau tidak menyenangkan, sindrom apnea tidur, sakit kepala
atau migrain, kulit dibawah mata tampak kehitaman.
b) Usia lanjut
Insomnia lebih sering terjadi pada orang berusia diatas 60 tahun. Gangguan tidur atau
insomnia pada kelompok usia lanjut cukup tinggi, waktu normal orang tidur pada orang
dewasa adalah 7-8 jam, namun bagi orang tua/lansia orang yang berusia 60 tahun keatas
durasi tidur cinderung memendek sekitar 6 jam sehari (Prayitno, 2002).
c) Riwayat depresi/penurunan
1. Stres
2. Suasana ramai/berisik.
3. Perubahan lingkungan sekitar.
4. Efek samping pengobatan.
d) Masalah lingkungan
Penyebab ini terkait dengan lingkungan ketika tidur, bisa seperti suara denguran pasangan,
suasana pencahayaan dikamar, tempat tidur yang kurang nyaman, lingkungan yang ribut, dll.
Beberapa gejala bagi penderita insomnia menurut (Yates, 2004). Adalah sebagai berikut :
1. Lansia sering tidak dapat tidur, tidur tidak nyenyak ataupun bangun terlalu dini.
5. Mudah marah.
6. Meta merah.
Komplikasi yang ditimbulkan akibat pwnyakit insomnia sebagai berikut (Raknowledge, 2004) :
1. Penurunan konsentrasi
Pola tidur yang baik berperan penting untuk berfikir dan berkonsentrasi. Kurang tidur dapat
mempengaruhi beberapa hal. Yang pertama adalah terganggunya kewaspadaan, konsentrasi,
penalaran dan pemecahan masalah.
2. Masalah kesehatan yang serius
Gangguan tidur dan kurang tidur kronis dapat menyebabkan resiko serius seperti penyakit
jantung, denyut jantung tidak teratur, tekanan darah tinggi dan diabetes.
3. Kecelakaan
Kurang tidur adalah faktor bencana besar, harus diakui bahwa kurang tidur juga berdampak
pada keselamatan saat berkendara di jalan. Kelelahan adalah penyebab utama human error
dari kecelakaan mobil, dan resikonya setara dengan mengemudi sambil mabuk. Kurang tidur
atau memiliki kualitas tidur yang buruk juga dapat menyebabkan kecelakaan dan ciderai
tempat kerja.
1. Insomnia Akut
Insomnia dapat dijumpai dan sebagaian besar individu sering mengalami insomnia akut ini,
dimana insomnia ini ditandai dengan keadaan stress terhadap pekerjaan maupun masalah
hidup atau gagal ujian, teteapi tidak disertai komplikasi yang dapat terganggu aktivitas sehari
hari.
2. Insomnia Kronik
Kronik yaitu insomnia yang dapat menganggu kualitas hidup, gangguan mental atu fisik.
Dimana penderita insomniakronikini rawan mengalami kecelakaan akibat insomnia yang
menganggu aktivitas sehari-hari.
Ada beberapa kegiatan yang membantu mendapatkan tidur yang higienis, menurut
(Rafknowledge, 2004) :
4. Jaga agar tempat tidur bebas dari bisingan dan gangguan, seperti telepon atau televisi.
8. Bila anda terus menjaga di malam hari, hindari waktu yang terang.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur (insomnia) dari subjek adalah menggunakan
KSPBJ-IRS (Kelompok Studi Psikiatri Biologik Jakarta Insomnia Rating Scale). Alat ukur ini
mengatur masalah insomnia secara terperinci, misalnya masalah gangguan masuk tidur, lamanya
tidur, kualitas tidur, serta kualitas setelah bangun. Berikut merupakan butir-butir dari KSPBJ
Insomnia Rating
Scale dan nilai skoring dari item yang ipilih oleh subjek adalah sebagai berikut (Siti A, 2013) :
1. Lamanya tidur
Butir ini untuk mengevaluasi jumlah jam tidur total, nilai butir ini tergantung dari lamanya
subjek tertidur dalam satu. Untuk subjek normal tidur biasanya lebih dari 6,5 jam, sedangkan
pada penderita insomnia memiliki lama tidur lebih sedikit. Nilai yang diperoleh untuk setiap
jawaban adalah :
Nilai 0 : Untuk jawaban tidur lebih dari 6,5 jam Nilai 1 : Untuk jawaban tidur antara 5,5-
6,5jam
Nilai 2 : Untuk jawaban tidur antara 4,505,5 jam untuk insomnia sedang
Nilai 3 : Untuk jawaban tidur antara 4,5 jam untuk insomnia berat
2. Mimpi
Subjek normal biasanya tidak bermimpi atau megingat bila ia mimpi, sedangkan penderita
insomnia mempunyai mimpi yang lebih banyak. Nilai yang diperoleh untuk setiap jawaban :
Nilai 2 : Untuk jawaban selalu bermimpi Nilai 3 : Untuk jawaban mimpi buruk
3. Kualitas tidur
Kebanyakan subjek normal tidurnya dalam, sedangkan penderita insomnia biasanya tidur
dangkal. Nilai yang diperoleh dalam setiap jawaban :
Nilai 1 : Untuk jawaban terhitung tidur yang baik, tetapi sulit terbangun
Nilai 2 : Untuk jawaban terhitung tidur yang baik, teteapi mudah terbangun
4. Masuk tidur
Subjek normal biasanya dapat tidur dalam waktu 5-15 menit atau rata-rata kurang dari 30
menit. Penderita insomnia biasanya lebih lama dari30 menit. Nilai yang diperoleh dalam
setiap jawaban adalah :
Nilai 1 : Untuk jawaban antara ½ jam sampai 1 jam untuk insomnia ringan
Nilai 3 : Untuk jawaban lebih deri 4 kali terbangun untuk insomnia berat
Nilai 3 : Untuk jawaban lebih deri 3jam atau tidak dapat tidur lagi untuk insomnia berat
Nilai 1 : Untuk jawaban lama tidur antara 1 – 3 jam Nilai 2: Untuk jawaban lama tidur ½ -
1jam
Nilai 0 : Untuk jawaban lama gangguan tidur terbangun dini hari tidak sama sekali atau pagi
Nilai 1 : Untuk jawaban 2 -7 hari untuk insomnia ringan Nilai 2 : Untuk jawaban 2 – 4
minggu
Nilai 3 : Untuk jawaban lama gangguan sudah lebih dari 4 minggu untuk insomnia berat
Nilai 2 : Untuk jawaban bangun jam 3.30 dan tidak dapat tidur lagi untuk insomnia sedang
Nilai 3 : Untuk jawaban bangun sebelum 3.30 dan tidak dapat tidur lagi untuk insomnia berat
Nilai 0 : Untuk jawaban lamanya perasaan tidak segar setiap bangun pagi tidak ada
Nilai 1 : Untuk jawaban 2- 7 hari untuk insomnia ringan Nilai 2 : Untuk jawaban 2 -4
minggu
Nilai 3 : Untuk jawaban lama gangguan sudah lebih dari 4 minggu untuk insomnia berat
Menurut Iskandar dan Setyonegoro (1985), setelah semua nilai terkumpul kemudian di hitung
dan di golongkan kedalam tingkat insomnia :
Aromaterapi adalah terapi atau pengobatan dengan mengunakan bau-bauan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan, bungga, pohon yang berbau harum dan enak. Minyak atsiri digunakajn
untuk mempoertahankan dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, seiring diganbungkan
untuk menenangkan sentuhan penyembuhan dengan sifat terapeutik dari minyak atsiri (Craig
Hospital, 2013).
2.3.2 Mekanisme Aroma Terapi
Efek fisiologis dari aroma terapi dapat dibagi menjadi dua jenis mereka yang
bertindak melalui simulasi sistem saraf dan organ- organ yang bertindak langsung pada organ
atau jaringan melalui efektor-efektor mekanisme (Hongratanaworakit, 2014).
Aroma terapi didasarkan berdasarkan pada teori bahwa inhalasi atau penyerapan minyak
esensial memicu perubahan dalam sistem limbik, bagian dari otak yang berhubungan engan
memori dan emosi, endokrin atau sistem kekebalan tubuh, yang mempengaruhi denyut jantung,
tekanan darah, pernafasan, aktifitas gelombang otak dan pelepasan berbagai hormon di seluruh
tubuh. Efek pada otak dapat menjadikan tenang atau merangsang sistem saraf, serta mungkin
membantu dalam menormalkan sekresi hormon. Menghirup minyak esensial dapat meredakan
gejala pernafasan, sedangkan aplikasi lokal minyak yang diencerkan dapat membantu untuk
kondisi tertentu. Pijat dikombinasikan dengan minyak esensial memberikan relaksasi, serta
bantuan dari nyeri, kekuatan otot dan kejang. Beberapa minyak esensial yang diterapkan pada
kulit dapat menjadi anti mikroba, antiseptik, anti jamur, dan anti inflamasi.
Dianggap paling bermanfaat dari semua minyak atsiri. Lavender dikenal untuk
membantu meringakankan nyeri, sakit kepala, insomnia, ketegangan dan stres (depresi) melawan
kelelahan dan mendapatkan untuk relaksasi, merawat agar tidak tidak infeksi paru-paru, sinus,
termasuk jamur vaginal, radang tenggorokan, asma, kista dan peradangan lain. Meningkatkan
daya tahan tubuh, regenerasi sel, luka terbuka, infeksi kulit dan sangat nyaman untuk kulit bayi.
b. Perbedaan suhu.
Faktor-faktor penyebab
ramai/berisik.
a. Usia lanjut.
lingkungan
c. Perubahan
Faktor eksternal :
Faktor internal :
a. Suasana
sekitar.
b. Stres
insomnia :
3.9
Populasi
Semua lansia yang mengalami insomnia di Panti Jompo Tresna Werda Kota
Bengkulu sebanyak 25 lansia.
Sampel
Sampel pada penelitian ini mengunakan total sampling yang berjumlah 25 lansia
yang mengalami insomnia.
Teknik sampling
Total sampling
Desain penelitian
One group pre-post test design
Pengolahan data
Editing, Coding, Scoring, Cleaning, Tabulasi
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan design Quasi Experiment yang bertujuan
untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol
2013).
Rancangan penelitian ini mengguanakan pre eksperimen ,yaitu dengan ciri dari tipe
penelitian ini untuk mengungkapkan sebab dan akibat dengan cara melibatkan 2 kelompok control
yang tidak di berikan aroma terapi lavender hanya diperiksa dan intervensi yang diberikan aroma
terapi masing masing kelompok akan di observasi terlebih dahulu sebelum dilakukannya
intervensi akan di observasi lagi setelah dilakukan intervensi (Nursalam, 2017 dalam Jurnal Risty
Dwi,dkk.2019).
Penilitian tentang Pengaruh aroma terapi Terhadap Penurunan insomnia Pada Lansia ini
dilakukan pada bulan Februari 2022-Maret 2022 di Wilayah Panti Sosial Tresna werda Kota
Bengkulu.
a. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek peneliti dari suatu populasi target yang
terjangkau dan akan di teliti (Nursalam, 2013).
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
padawaktu penelitian mengunakan suatu metode (Arikunto, 2010). Instrumen yang digunakan
kuesioner KSPBJ-IRS dengan 8 butir soal (Sari, 2016)
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya, Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel Independen dan
variable Dependent (Sugiyono 2014 dalam Jurnal Risty Dwi,dkk.2019).
3.6 Teknik Analisa Data
3.6.1 Pengolaan Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu diprosesdan dianalisa secara
sistematis supaya bisa terdeteksi. Data tersebut di tabulasi dan dikelompokan sesuai dengan
variabel yang diteliti. Langkah-langkah pengolaan data (Notoatmodjo, 2012) meliputi :
1. Editing
Editing adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk melihat kembali apakah isian
pada lembar pengumpulan data sudah cukup baik sebagai upaya menjaga kualitas data agar
dapat di proses lebih lanjut. Pada saat melakukan penelitian, apabila ada soal yang belum
diidi oleh responden maka responden diminta untuk mengisi kembali.
2. Coding
Coding atau pengodean yaitu mengubah data yang berbentuk kalimat menjadi bentuk
angka. Pada penelitian ini diberikan kode antara lain (Kesehatan RI, 2013) :
a. Umur
b. Jenis kelamin
Laki-laki 1
Perempuan 2
c. Pendidikan
Tidak sekolah 1
SD 2
SMP 3
SMA/SMK 4
Diploma/Sarjana 5
d. Pekerjaan
Tidak bekerja 1
Pedagang 2
Petani 3
Pegawai negeri 4
Swasta 5
TNI/Polri 6
3. Entry
Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam master
tabel atau data komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi.
4. Cleaning
Apabila semua data setiap sumber data atau responden selesai dimasukan perlu
dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan dan
sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
5. Tabulating
Tabulating adalah penyajian data dalam bentuk tabel sehingga memudahkan para
pembaca memahami laporan penelitian tersebut. Tahap akhir dari proses pengolahan data.
Tahap analisa data merupakan bagian penting untuk mencapai tujuan penelitian,
dimana tujuan pokok penelitian yaitu dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian
yang mengungkapkan suatu fenomena. Data mentah yang didapat tidak dapat mengambarkan
informasi yang diinginkan untuk menjawab masalah penelitian tersebut (Nursalam, 2016).
Masalah etika pada penelitian yang mengunakan subjek manusia menjadi isu sentral yang
berkembang saat ini. Penelitian hampir 90% subjek yang dipergunakan adalah manusia, maka peneliti
harus memahami prinsip- prinsip etika penelitian. Apabila hal ini tidak dilaksanakan, maka peneliti
akan melanggar hak-hak (otonomi) manusia yang sebagai klien. Peneliti sering memperlakukan
subjek peneliti seperti memperlakukan klienya, sehingga subjek harus menurut semua anjuran yang
diberikan. Padalah pada kenyataanya hal ini sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip etika
penelitian (Nursalam, 2016) dalam melakukan penelitian ini, masalah etika meliputi :
2. Kerahasiaan
Setiap subjek mempunyai hak-hak dasar termasuk privasi dan kebebasan dalam
memberikan informasi. Subjek berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahunya
kepada orang lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai
identitas dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti cukup mengunakan coding sebagai
penganti identitas responden.
Menurut peneliti di dalam hal ini menjamin bahwa semua subjek penelitian
memperoleh perlakuan dan kuntungan yang sama, tanpa membedakan jander, agama, etnis
dan sebagainya serta perlunya prinsip keterbukaan dan adil pada kelompok. Keadilan
dalam penelitian ini pada setiap calon responden semua diberi intervensi.
DAFTAR PUSTAKA
Aspiarini, Yuli. 2014. Pengaruh aroma terapi lavender terhadap kualitas tidur lansia di wisma cinta
kasih.Padang: Stikes Landbauw Padang.
Dinas Kesehatan Provinsi. 2018. Data Pravalensi Lansia. Fatihah. 2012.Gizi Usia Lanjut. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
M.Ricky Ramadhan, 2018. Aroma Terapi Bungga Lavender Dalam Menurunkan Insomnia. Bungga
Lavender (Lavandula Angustifolia) Dalam Menurunkan Rsiko Insomnia.
Wanda Siti Wardana, 2017.Hubungan Antara Kecemasan Dengan Insomnia Pada Lansia Di Uptd
Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri
Potter, P.A & Perry, A.G. (2015).Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan Praktik.
(Ed. Ke-4). Jakarta: Egc
Maryani Herti. 2006. Tanaman Obat Untuk Mengatasi Penyakit Pada Usia Lanjut.
Jakarta : Agromedia Pustaka.
Wanda Siti Wardana, 2017.Hubungan Antara Kecemasan Dengan Insomnia Pada Lansia
Di Uptd Panti Sosial Tresna Werdha.
Nuris.dini. 2014. Aneka Manfaat Bungga Untuk Kesehatan. Jakarta :Gava Media
Jakarta : EGC.