Anda di halaman 1dari 10

Promosi kesehatan berperan penting dalam mempengaruhi perilaku seseorang karena melalui

pengetahuan dapat mempengaruhi tindakan seseorang, dan melalui promosi kesehatan pengetahuan
mengenai tindakan pencegahan covid-19 dapat diberikan kepada target sasaran. Pada penelitian di Poli
Pulmonari Rumah Sakit Haji Medan, para pasien yang memiliki pengetahuan yang memadai tentang
covid-19 lebih mematuhi penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penularan covid-19 di
lingkungan rumah sakit (Zuidah, 2021)

Adanya promosi kesehatan di lingkungan rumah sakit masih menjadi hal yang penting karena mampu
memberikan pengetahuan bagi orang yang ada di lingkungan rumash sakit, sehingga mereka
mengetahui apa yang harus dilakukan untuk menerapkan protokol kesehatan dalam rangka pencegahan
covid-19. Berdasarkan survei penelitian di Rumah Sakit Haji Medan, tiga dari lima orang di lingkungan
rumah sakit tidak mengetahui cara pencegahan covid-19 melalui protokol kesehatan (Zuidah, 2021)

Pada penelitian yang lain di lingkungan RSUD Munyang Kute Redelong, masih ditemukan pengunjung
rumah sakit yang tidak mematuhi protokol kesehatan pencegahan covid-19 seperti menggunakan
masker dan mencuci tangan selama observasi. Setelah penggalian informasi lebih dalam, diperoleh
bahwa sikap pengunjung terhadap protokol kesehatan masih kurang mendukung adanya penerapan
protokol kesehatan ini karena masih ada unsur keterpaksaan, dan setelah dilihat aspek pengetahuannya
pengunjung belum memiliki pengetahuan yang baik terkait protokol kesehatan pencegahan covid-19 ini
(Fajriani, Nababan and Tarigan, 2021)

Dai survei di RS Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso,diperoleh salah satu masalah yaitu pengunjung
rumah sakit belum mengetahui tata cara protokol kesehatan pencegahan covid-19 karena di lingkungan
rumah sakit belum pernah diadakan edukasi kepada keluarga serta pasien di ruang tunggu poliklinik,
sehingga perlu adanya promosi kesehatan melalui video series yang diterapkan di ruang tunggu
poliklinik rumah sakit serta media leaflet yang berisi tata cara penggunaan masker, cuci tangan pakai
sabun atau handsanitizer, social and physical distancing, stay at home, serta tidak berkerumun. Hasilnya
melalui kegiatan promosi kesehatan ini ada peningkatan pengetahuan yang signifikan mengenai materi
tersebut pada pengunjung rumah sakit (Setiyowati et al., 2021).
upaya pencegahan covid-19

Dalam Panduan Protokol Kesehatan Bagi Staf ,Pasien Dan Pengunjung Dalam Rangka
Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Di Rumah Sakit Umum
Daerah Muntilan, dijelaskan mengenai protokol kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
untuk pencegahan covid-19 yang dikembangkan dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27
Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
a. Menetapkan kebijakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), dan secara
konsisten melaksanakan program PPI.
b. Membentuk komite/tim PPI sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan fasilitas
pelayanan Kesehatan. Pembentukan komite/tim PPI dikecualikan untuk praktik mandiri
tenaga Kesehatan (pelaksanaan PPI dibawah koordinasi dinas Kesehatan daerah
kabupaten/kota).
c. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan PPI bagi seluruh tenaga yang
memberikan pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan.
d. Memiliki tenaga epidemiolog kesehatan atau tenaga kesehatan lain yang memiliki
kemampuan untuk melakukan surveilans epidemiologi berbasis fasilitas pelayanan
kesehatan.
e. Memasang media informasi untuk mengikuti ketentuan protokol kesehatan antara lain
memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M). Mencuci tangan dilakukan
dengan menggunakan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer.
f. Menetapkan standar prosedur operasional skrining dan tata laksana penyakit
(panduan praktik klinik) terhadap pasien Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).
g. Melakukan analisis beban kerja terhadap kebutuhan dan kemampuan pelayanan
kesehatan, dengan jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia yang dimiliki oleh
rumah sakit. Khusus untuk tenaga medis perlu dilakukan strategi pengaturan tenaga
secara tim sesuai dengan standar pelayanan.
h. Mengatur jadwal tenaga kesehatan dan nonkesehatan yang memberikan pelayanan di
semua unit pelayanan kesehatan dengan memperhatikan jam kerja maksimal 8
(delapan) jam dalam 1 (satu) hari. Khusus bagi tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan langsung kepada pasien COVID-19 menggunakan APD sesuai risiko serta
mematuhi pergantian jam kerja maksimal 6 (enam) jam dalam 1 (satu) hari (terutama
tenaga kesehatan di ruang isolasi dan ruang rawat intensif). Jadwal tenaga kesehatan
dan nonkesehatan tersebut juga harus mempertimbangkan daftar tenaga kesehatan
dan nonkesehatan yang memiliki riwayat penyakit komorbid.
i. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala termasuk pemeriksaan
laboratorium PCR untuk tenaga kesehatan dan non kesehatan yang memberikan
pelayanan kepada pasien COVID 19, serta memberikan dukungan pelayanan kesehatan
jiwa dan psikososial untuk tenaga kesehatan.
j. Bagi rumah sakit yang memberikan pelayanan perawatan pasien COVID-19, memiliki
alur khusus pelayanan pasien COVID-19, ruang isolasi dan ruang intensif sesuai dengan
persyaratan tata udara dan ventilasi dalam perawatan COVID-19.
k. Mempersiapkan lonjakan kebutuhan pasien COVID-19 terhadap pelayanan Kesehatan
di fasilitas pelayanan kesehatan, antara lain kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD), ruang
isolasi, ruang rawat intensif beserta peralatan kesehatan (untuk rumah sakit).
l. Melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan surveilans berbasis fasilitas
pelayanan kesehatan (notifikasi penemuan kasus di fasilitas pelayanan kesehatan).
m. Melakukan audit internal terkait mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien COVID-
19 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
n. Mengawasi dan memperingatkan tenaga kesehatan, tenaga nonkesehatan, pasien, dan
pengunjung yang tidak mematuhi protokol kesehatan di lingkungan fasilitas pelayanan
kesehatan.
2. Tenaga Kesehatan dan Tenaga Nonkesehatan yang Memberikan Pelayanan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
a. Umum.
1) Memastikan diri dalam kondisi sehat sebelum berangkat. Jika mengalami gejala
klinis COVID-19 tetap di rumah dan periksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan,
dan melaporkan kepada pimpinan/atasan langsung.
2) Saat perjalanan ke atau dari fasilitas pelayanan kesehatan, dan selama di lingkungan
fasilitas pelayanan kesehatan selalu menggunakan masker dan jika diperlukan dapat
menggunakan tambahan pelindung mata (eye protection) atau pelindung wajah
(face shield), menjaga jarak dengan orang lain minimal 1 (satu) s.d. 2 (dua) meter,
dan menghindari menyentuh area wajah. Apabila terpaksa akan menyentuh area
wajah, pastikan tangan bersih dengan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau
menggunakan hand sanitizer. Selain itu, diupayakan tidak berbicara selama berada
di transportasi umum atau fasilitas umum yang ramai.
3) Menghindari kontak fisik langsung dengan orang lain, seperti bersalaman,
berpelukan, dan sebagainya.
4) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat
5) (PHBS), seperti mengkonsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30 (tiga puluh)
menit sehari dan istirahat yang cukup dengan tidur minimal 7 (tujuh) jam, serta
menghindari faktor risiko penyakit.
6) Mematuhi protokol kesehatan yang berlaku di fasilitas umum, khususnya di
lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti lift, tempat ibadah, kantin, toilet,
dan fasilitas umum lainnya.
7) Selalu membawa masker pengganti, hand sanitizer, dan kebutuhan pribadi
termasuk perlengkapan ibadah, peralatan makan dan minum pribadi. Apabila
sedang makan dan minum agar tidak saling berbicara serta masker diletakkan di
tempat yang higienis agar tidak menjadi media penularan penyakit.
8) Saat tiba di rumah dan sebelum kontak dengan anggota keluarga, segera mandi dan
berganti pakaian serta membersihkan handphone, kacamata, tas, dan barang
lainnya dengan cairan disinfektan.
b. Khusus.
Pelaksanaan kegiatan di ruang kerja pada fasilitas pelayanan kesehatan:
1) Mematuhi kebijakan PPI terutama kewaspadaan standar dan kewaspadaan
transmisi yang telah ditetapkan oleh pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan.
2) Selalu melakukan anamnesa tambahan sebagai skrining kepada semua pasien yang
berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan terkait dengan adanya infeksi Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19).
3) Melakukan pembersihan area kerja masing-masing sebelum dan sesudah
memberikan pelayanan, serta mengoptimalkan sirkulasi udara di ruang kerja.
4) Seluruh tenaga kesehatan dan tenaga nonkesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan harus berpartisipasi aktif mengingatkan satu sama lain dalam penerapan
protokol kesehatan dan mematuhi kebijakan PPI.
3. Pasien.
a. Mematuhi peraturan yang berlaku di fasilitas pelayanan kesehatan
b. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuannya tentang masalah kesehatannya.
c. Menghormati hak pasien lain, pengunjung dan hak tenaga kesehatan serta tenaga
nonkesehatan yang bekerja fasilitas pelayanan kesehatan.
d. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan setelah mendapatkan penjelasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4. Pengunjung Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
a. Mematuhi peraturan yang berlaku di fasilitas pelayanan Kesehatan.
b. Jika sakit, tidak boleh melakukan kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan baik
sebagai penunggu maupun pembesuk pasien. Jika sakit berlanjut periksakan diri ke
fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Selama di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan selalu menerapkan protokol
kesehatan antara lain memaka masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M).
d. Menghindari kontak fisik langsung dengan orang lain, seperti bersalaman, berpelukan,
dan sebagainya.
e. Melaporkan ke petugas di fasilitas pelayanan Kesehatan jika mempunyai gejala/tanda
klinis COVID-19.
f. Saat tiba di rumah dan sebelum kontak dengan anggota keluarga, segera mandi dan
berganti pakaian serta membersihkan handphone, kacamata, tas, dan barang lainnya
dengan cairan disinfektan.
g. Mematuhi protokol kesehatan yang berlaku di fasilitas umum, khususnya di lingkungan
fasilitas pelayanan kesehatan, seperti lift, tempat ibadah, kantin, toilet, dan fasilitas
umum lainnya.
h. Selalu membawa masker pengganti, hand sanitizer, dan kebutuhan pribadi termasuk
perlengkapan ibadah, peralatan makan dan minum pribadi. Apabila sedang makan dan
minum agar tidak saling berbicara serta masker diletakkan di tempat yang higienis agar
tidak menjadi media penularan penyakit.
i. Pengunjung tidak boleh menunggu atau membesuk pasien COVID-19.

manfaat promkes RS
Menurut PMK No. 44 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit, promosi
kesehatan rumah sakit bertujuan memampukan masyarakat mencapai derajat kesehatan setinggi-
tingginya melalui advokasi kepada pengambil keputusan, pemberdayaan masyarakat sasaran, serta
dukungan sosial atau kemitraan dari berbagai sektor secara langsung atau tidak langsung. Pelaksanaan
promosi kesehatan rumah sakit, khususnya rumah sakit rujukan covid-19 diharapkan dapat
memampukan masyarakat sasaran seperti pengunjung rumah sakit hingga tenaga kesehatan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dirinya serta lingkungannya (Onikananda, 2021)

PABCAR

Model PABCAR merupakan alat pembuat keputusan untuk perencanaan program kesehatan dengan
lima tahap kunci sebagai berikut: (Green and Tones, 2010)

1. Problem (signifikansinya terhadap komunitas, biaya, epidemiologi)


2. Amenable to change (apakah dapat diperbaiki? bagaimana bisa?)
3. Intervention Benefits are greater than Costs (dampak sosial, pertimbangan etika, ekonomi, efikasi)
4. Acceptable for the intervention (apakah kelompok target, komunitas, dan industri akan menerima
adanya intervensi?)
5. Action Recommended and monitoring (jika ada tingkat penerimaan tinggi, dapat diproses langsung
untuk penerapan itervensi kesehatan masyarakat, namun jika penerimaan lemah, maka advokasi
terhadap pihak yang menentang intervensi diperlukan dengan memastikan terus berjalannya
dukungan dari pihak yang menerima intervensi)

Berikut ini adalah contoh penerapan PABCAR dalam program kesehatan reproduksi untuk remaja CaLD
(CERIPH, 2018)

Problem dan signifikansinya


Masalah: risiko tinggi transmisi IMS di kalangan orang muda yang memiliki keragaman budaya dan
bahasa di Perth

Signifikansi: tingkat penularan IMS dalam komunitas CaLD merupakan masalah serius bagi kaum
muda. Banyak IMS yang tidak diperhatikan dan tidak diobati yang dapat mengakibatkan konsekuensi
kesehatan yang serius di masa depan. Pemuda CaLD cenderung tidak mencari bantuan karena
hambatan budaya yang membuat mereka menjadi kelompok yang rentan
Amenable to change
Bukti menunjukkan bahwa tingkat penularan IMS akan berkurang dengan pengenalan program
kesehatan seksual dalam komunitas CaLD untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan
keterampilan.
Intervention Benefits are greater than Costs
Dengan diperkenalkannya program kesehatan seksual, kaum muda CaLD dan komunitas mereka akan
mendapat manfaat pada tingkat sosial, etika, dan keuangan, misalnya biaya perawatan medis
berkurang.
Acceptable for the intervention
Ada dukungan komunitas dan politik yang kuat untuk program ini dan ada penerimaan untuk program
di antara komunitas CaLD lokal.
Action Recommended and monitoring
Implementasi dan pemantauan program kesehatan seksual yang sedang berlangsung di wilayah
metropolitan Perth

HBM

Pada penelitian (Sahputri and Sofia, 2021) yang dilakukan terhadap mahasiswa angkatan 2017 Program
Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh, dijelaskan bahwa:

1. pada aspek perceived susceptible, seseorang yang tidak merasa berisiko tinggi mengalami covid-
19 akan mengabaikan atau tidak memperhatikan protokol kesehatan, dan sebaliknya saat
seseorang merasa memiliki risiko tinggi untuk mengalami covid-19 akan lebih patuh dalam
menerapkan protokol kesehatan
2. pasa aspek perceived seriousness/severity, seseorang yang merasakan keparahan covid-19 dan
konsekuensi yang diterima akibat penyakit tersebut akan lebih patuh untuk melakukan tindakan
pencegahan, salah satunya dengan protokol kesehatan
3. pasa aspek perceived benefits, di saat seseorang merasakan manfaat seperti terhindar dari
covid-19 saat patuh menerapkan protokol kesehatan, maka ia akan lebih termotivasi untuk terus
menerapkan protokol kesehatan tersebut
4. pada aspek perceived barriers, seseorang akan tercegah untuk menerapkan protokol kesehatan
covid-19 akibat adanya hambatan yang dirasakan saat penerapan seperti masih perlu adanya
adaptasi menerapkan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari

Pada penelitian lain yang dilakukan oleh (Sari, 2021) terhadap warga yang melanggar protokol
kesehatan di wilayah Ciracas, Jakarta Timur, diketahui bahwa mereka melanggar protokol kesehatan
karena masih banyak yang belum memahami covid-19 dengan pasti, bahaya penularan serta manfaat
dari penerapan protokol kesehatan. Selain itu, jika ditinjau dari teori HBM diperoleh hasil bahwa:

1. perceived barriers menjadi salah satu penyebab masyarakat melanggar protokol kesehatan akibat
adanya hambatan dari dalam dan luar dirinya seperti hambatan dalam memperoleh, memahami ,
serta mengakses informasi lengkap covid-19, faktor lebih mementingkan pekerjaan daripada
mencari informasi covid-19, kurang aktifnya tenaga kesehatan dalam mensosialisasikan dan
meyakinkan masyarakat mengenai bahaya covid-19, sosialisasi yang belum menyentuh semua
lapisan masyarakat, serta penggunaan istilah atau kata-kata yang asing dan berat dalam sosialisasi
2. perceived benefit, perceived susceptibility, dan perceived severity/seriousness pada masyarakat
terkait protokol kesehatan bersifat negatif karena dinilai tidak bermanfaat. Hal ini terlihat dari
masih ditemukan kebiasaan berkumpul dan nongkrong di kafe atau warung karena ketidak
konsistenan pemerintah dalam melarang mudik serta mulai munculnya istilah new normal , dan
mereka yang berkumpul merasa kondisi fisiknya masih kuat dan imunitasnya masih baik. Hal ini
menjadi dasar bagi mereka dalam menyatakan bahwa meski terpapar covid-19, tingkat keparahan
yang diterima akan lebih rendah daripada orang yang berusia tua
CERIPH (2018) SHBBV Program Planning toolkit 2nd Edition. Perth: Curtin University.

Fajriani, R., Nababan, D. and Tarigan, F. L. (2021) ‘Behavior ( Knowledge Of Attitude And Action ) Of The
Patient ’ s Family In The Prevention Of Covid 19 At The Munyang Kute Redelong Regional Public Hospital
Polyclinic, Bener Meriah Regency’, Journal of Healthcare Technology and Medicine, 7(2).

Green, J. and Tones, K. (2010) Health Promotion Planning and Strategies. London: SAGE Publication.

Notoatmodjo, S. (2010) Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Onikananda, A. K. (2021) ‘PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN PADA PERAWAT YANG MENANGANI


PASIEN COVID-19 DI RUANG ISOLASI RUMAH SAKIT X’, Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal,
11(1), pp. 5–6.

Sahputri, J. and Sofia, R. (2021) ‘GAMBARAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN CORONAVIRUS


DISEASE (COVID-19) DENGAN PENDEKATAN HEALTH BELIEF MODEL PADA MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH ANGKATAN 2017’, AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan Malikussaleh, 7(1), pp. 45–52.

Sari, R. K. (2021) ‘Identifikasi Penyebab Ketidakpatuhan Warga Terhadap Penerapan Protokol Kesehatan
3M Di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Pelanggar Protokol Kesehatan 3m Di Ciracas Jakarta Timur)’,
Jurnal AKRAB JUARA, 6(1), pp. 84–94.

Setiyowati, E. et al. (2021) ‘Sosialisasi Peningkatan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Sebagai Upaya
Memutus Rantai Penularan Virus Corona dalam Situasi Pandemi Covid-19’, Madaniya, 2(2), pp. 129–136.
doi: 10.53696/27214834.65.
Zuidah (2021) ‘The Relationship of Knowledge with the Actions of the Patients of Pulmonary
Tuberculosis About the Prevention of Covid – 19 in Pulmonary Poly Rumah Sakit Haji Medan 2021’,
Science Midwifery, 10(1), pp. 6–8.

jelaskan pentingnya promosi kesehatan dalam setting tersebut

Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan, sehingga adanya promosi kesehatan
di lingkungan ini diperlukan bagi masyarakat rumah sakit seperti tenaga kesehatan, pasien maupun
keluarga agar mereka mampu mengatasi masalah kesehatannya, terutama untuk mempercepat
sembuhnya penyakit. Apabila ditinjau dari sisi psikologis, pasien atau keluarganya orang yang termasuk
dalam kondisi yang tidak nyaman seperti adanya kecemasan, rasa sakit, khawatir, bingung dan lainnya.
Sehingga mereka tidak hanya membutuhkan pengobatan, namun hal lain seperti nasehat, informasi,
hingga petunjuk dari petugas rumah sakit dalam menghadapi masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2010)

Tujuan promosi kesehatan rumah sakit dibagi berdasarkan sasarannya, yaitu bagi pasien, keluarga
pasien, dan rumah sakit. Tujuannya adalah: (Notoatmodjo, 2010)

1. Bagi pasien
a. mengembangkan perilaku kesehatan (health behavior). pengambangan ini diawali dari
pengembangan pengetahuan, sikap, hingga perilaku. pengetahuan yang dikembangkan
adalah mengenai penyakit dan prosesnya, serta cara mencegah penyakit tersebut
b. mengembangkan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan (health seeking behavior).
tujuannya agar pasien memiliki pengetahuan mengenai cara mencari penanganan yang
tepat terhadap penyakit melalui pemanfaatan fasilitas kesehatan
2. Bagi keluarga pasien
a. membantu mempercepat proses penyembuhan penyakit
b. mencegah keluarga terserang penyakit
c. membantu agar tidak menularkan penyakit ke orang lain
3. Bagi rumah sakit
a. meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
b. meningkatkan citra rumah sakit
c. meningkatkan angka hunian rumah sakit

berikan contoh-contohnya

CERIPH (2018) SHBBV Program Planning toolkit 2nd Edition. Perth: Curtin University.

Fajriani, R., Nababan, D. and Tarigan, F. L. (2021) ‘Behavior ( Knowledge Of Attitude And Action ) Of The
Patient ’ s Family In The Prevention Of Covid 19 At The Munyang Kute Redelong Regional Public Hospital
Polyclinic, Bener Meriah Regency’, Journal of Healthcare Technology and Medicine, 7(2).

Green, J. and Tones, K. (2010) Health Promotion Planning and Strategies. London: SAGE Publication.

Notoatmodjo, S. (2010) Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Onikananda, A. K. (2021) ‘PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN PADA PERAWAT YANG MENANGANI


PASIEN COVID-19 DI RUANG ISOLASI RUMAH SAKIT X’, Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal,
11(1), pp. 5–6.

Sahputri, J. and Sofia, R. (2021) ‘GAMBARAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN CORONAVIRUS


DISEASE (COVID-19) DENGAN PENDEKATAN HEALTH BELIEF MODEL PADA MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH ANGKATAN 2017’, AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan Malikussaleh, 7(1), pp. 45–52.

Sari, R. K. (2021) ‘Identifikasi Penyebab Ketidakpatuhan Warga Terhadap Penerapan Protokol Kesehatan
3M Di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Pelanggar Protokol Kesehatan 3m Di Ciracas Jakarta Timur)’,
Jurnal AKRAB JUARA, 6(1), pp. 84–94.

Setiyowati, E. et al. (2021) ‘Sosialisasi Peningkatan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Sebagai Upaya
Memutus Rantai Penularan Virus Corona dalam Situasi Pandemi Covid-19’, Madaniya, 2(2), pp. 129–136.
doi: 10.53696/27214834.65.

Zuidah (2021) ‘The Relationship of Knowledge with the Actions of the Patients of Pulmonary
Tuberculosis About the Prevention of Covid – 19 in Pulmonary Poly Rumah Sakit Haji Medan 2021’,
Science Midwifery, 10(1), pp. 6–8.

CERIPH (2018) SHBBV Program Planning toolkit 2nd Edition. Perth: Curtin University.

Fajriani, R., Nababan, D. and Tarigan, F. L. (2021) ‘Behavior ( Knowledge Of Attitude And Action ) Of The
Patient ’ s Family In The Prevention Of Covid 19 At The Munyang Kute Redelong Regional Public Hospital
Polyclinic, Bener Meriah Regency’, Journal of Healthcare Technology and Medicine, 7(2).

Green, J. and Tones, K. (2010) Health Promotion Planning and Strategies. London: SAGE Publication.

Notoatmodjo, S. (2010) Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Onikananda, A. K. (2021) ‘PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN PADA PERAWAT YANG MENANGANI


PASIEN COVID-19 DI RUANG ISOLASI RUMAH SAKIT X’, Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal,
11(1), pp. 5–6.

Sahputri, J. and Sofia, R. (2021) ‘GAMBARAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN CORONAVIRUS


DISEASE (COVID-19) DENGAN PENDEKATAN HEALTH BELIEF MODEL PADA MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH ANGKATAN 2017’, AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan Malikussaleh, 7(1), pp. 45–52.

Sari, R. K. (2021) ‘Identifikasi Penyebab Ketidakpatuhan Warga Terhadap Penerapan Protokol Kesehatan
3M Di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Pelanggar Protokol Kesehatan 3m Di Ciracas Jakarta Timur)’,
Jurnal AKRAB JUARA, 6(1), pp. 84–94.
Setiyowati, E. et al. (2021) ‘Sosialisasi Peningkatan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Sebagai Upaya
Memutus Rantai Penularan Virus Corona dalam Situasi Pandemi Covid-19’, Madaniya, 2(2), pp. 129–136.
doi: 10.53696/27214834.65.

Zuidah (2021) ‘The Relationship of Knowledge with the Actions of the Patients of Pulmonary
Tuberculosis About the Prevention of Covid – 19 in Pulmonary Poly Rumah Sakit Haji Medan 2021’,
Science Midwifery, 10(1), pp. 6–8.

PANDUAN PROTOKOL KESEHATAN BAGI STAF ,PASIEN DAN PENGUNJUNG DALAM RANGKA
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) DI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH MUNTILAN

CERIPH (2018) SHBBV Program Planning toolkit 2nd Edition. Perth: Curtin University.
Fajriani, R., Nababan, D. and Tarigan, F. L. (2021) ‘Behavior ( Knowledge Of Attitude And Action )
Of The Patient ’ s Family In The Prevention Of Covid 19 At The Munyang Kute Redelong Regional
Public Hospital Polyclinic, Bener Meriah Regency’, Journal of Healthcare Technology and
Medicine, 7(2).
Green, J. and Tones, K. (2010) Health Promotion Planning and Strategies. London: SAGE
Publication.
Notoatmodjo, S. (2010) Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Onikananda, A. K. (2021) ‘PELAKSANAAN PROMOSI KESEHATAN PADA PERAWAT YANG
MENANGANI PASIEN COVID-19 DI RUANG ISOLASI RUMAH SAKIT X’, Jurnal Ilmiah Permas:
Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 11(1), pp. 5–6.
Sahputri, J. and Sofia, R. (2021) ‘GAMBARAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN
CORONAVIRUS DISEASE (COVID-19) DENGAN PENDEKATAN HEALTH BELIEF MODEL PADA
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH ANGKATAN 2017’,
AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh, 7(1), pp. 45–52.
Sari, R. K. (2021) ‘Identifikasi Penyebab Ketidakpatuhan Warga Terhadap Penerapan Protokol
Kesehatan 3M Di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Pelanggar Protokol Kesehatan 3m Di
Ciracas Jakarta Timur)’, Jurnal AKRAB JUARA, 6(1), pp. 84–94.
Setiyowati, E. et al. (2021) ‘Sosialisasi Peningkatan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Sebagai
Upaya Memutus Rantai Penularan Virus Corona dalam Situasi Pandemi Covid-19’, Madaniya,
2(2), pp. 129–136. doi: 10.53696/27214834.65.
Zuidah (2021) ‘The Relationship of Knowledge with the Actions of the Patients of Pulmonary
Tuberculosis About the Prevention of Covid – 19 in Pulmonary Poly Rumah Sakit Haji Medan
2021’, Science Midwifery, 10(1), pp. 6–8.

Anda mungkin juga menyukai