Anda di halaman 1dari 5

Bahan Tugas

Epistemologi

A. Definisi Epistemologi
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme
berarti pengetahuan, sedangkan logos berarti teori, uraian atau alasan. Jadi
epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan (theory of
knowledge). Sedangkan dalam segi terminologi epistemologi merupakan suatu
cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam dan radikal tentang asal mula
pengetahuan, struktur, metode, dan validitas pengetahuan Epistemologi merupakan
salah satu cabang filsafat yang membahas tentang suatu hakikat, makna, kandungan,
sumber dan proses ilmu. Jadi dapat dikatakan bahwa epistemologi itu berarti
“pembahasan tentang ilmu pengetahuan” (Syahrial, 2020).
Epistemologi merupakan bagian filsafat yang meneliti asal-usul, asumsi dasar,
sifatsifat, dan bagaimana memperoleh pengetahuan menjadi penentu penting dalam
menentukan sebuah model filsafat. Dengan pengertian ini epistemologi tentu saja
menentukan karakter pengetahuan, bahkan menentukan kebenaran, mengenai hal
yang dianggap patut diterima dan apa yang patut ditolak.(Sumitro, 2019).

Objek dan Tujuan Epistemologi


Jacques Martain mengatakan, “ tujuan epistemologi bukanlah hal yang utama
untuk menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-
syarat yang memungkinkan saya dapat tahu.”hal ini menunjukkan, bahwa tujuan
epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendati pun keadaan ini tak bisa
dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemology adalah
hal lebih penting dari itu, yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh
pengetahuan. Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna strategis dalam
dinamika pengetuhuan.Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran seseorang bahwa
jangan sampai kita puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan, tanpa disertai
dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan, sebab keadaan memperoleh
pengetahuan. melambangkan sikappasif, sedangkan cara memperoleh pengetahuan
melambangkan sikap dinamis.
Landasan Epistemologi
Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yang
dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi,
ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang di dapatkan lewat metode
ilmiah.Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan
pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat
tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut
ilmu yakni tercantum dalam metode ilmiah.

B. Metode memperoleh pengetahuan


Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal, indera mempunyai metode
tersendiri dalam teori pengetahuan, diantaranya adalah:
1. Metode induktif
Metode induktif adalah metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil
observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Menurut suatu
pandangan yang luas diterima, ilmu-ilmu empiris ditandai oleh metode induktif,
suatu inferensi bisa disebut induktif bila bertolak dari pernyataan-pernyataan
tunggal, seperti gambaran mengenai hasil pengamatan dan penelitian orang
sampai pada pernyataan-pernyataan universal.
2. Metode deduktif
Metode deduktif adalah metode yang menyimpulkan data empirik diolah lebih
lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Metode ini merupakan proses
bepikir yang bertolak dari hal-hal yang abstrak kepada yang konkrit, atau dari
pernyataan yang bersifat umum ke pernyataan yang bersifat khusus dengan
menggunakan kaedah logika tertentu, yaitu logika deduktif. Cara berpikir deduktif
itu sudah dimulai oleh Aristoteles dan para pengikutnya, yaitu melalui
serangkaian pernyataan yang disebut silogisme.
3. Metode Positivisme
Adanya problem pada empirisme dan rasionalisme yang menghasilkan metode
ilmiah melahirkan aliran positivisme oleh August Comte dan Immanuel Kant.
August Comte berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh
ilmu pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat
dengan eksperimen. Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta
yang positif sesuatu yang di luar fakta atau kenyataan dikesampingkan dalam
pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan. Kekeliruan indera dapat dikoreksi
lewat eksperimen dan eksperimen itu sendiri memerlukan ukuran-ukuran yang
jelas seperti panas diukur dengan derajat panas, jauh diukur dengan meteran, dan
lain sebagainya. Kita tidak cukup mengatakan api panas atau matahari panas, kita
juga tidak cukup mengatakan panas sekali, panas, dan tidak panas. Kita
memerlukan ukuran yang teliti. Dari sinilah kemajuan sains benar-benar dimulai.
Kebenaran diperoleh dengan akal dengan dukungan bukti-bukti empiris yang
terukur (Ontologi & Dan, 2016)
4. Metode Kontemplatif/ Empirisme ??
Empirisme Aliran ini berpendirian bahwa semua pengetahuan manusia
diperoleh melalui pengalaman indera. Indera memperoleh pengalaman (kesan-
kesan) dari alamempiris, selanjutnya kesan-kesan tersebut terkumpul dalam diri
manusia menjadi pengalaman. Tokohnya antara lain John Locke (1632-1704),
berpendapat bahwa pengalaman dapat dibedakanmenjadi dua macam yaitu:
(a) pengalaman luar (sensation), yaitu pengalaman yang diperoleh dari luar,
(b) pengalaman dalam, batin (reflexion); kedua pengalaman tersebut merupakan
idea yang sederhana yang kemudian dengan proses asosiasi membentuk idea
yang lebih kompleks (Sumitro, 2019). Namun aliran ini mempunyai banyak
kelemahan, antara lain:
a. Indera terbatas, benda yang jauh kelihatan kecil, apakah ia benar-benar kecil?
Ternyata tidak. Keterbatasan inderalah yang menggambarkan seperti itu. Dari
sini akan terbentuk pengetahuan yang salah.
b. Indera menipu, pada yang sakit malaria gula rasanya pahit, udara akan terasa
dingin. Ini akan menimbulkan pengetahuan empiris yang salah juga.
c. Objek yang menipu, contohnya fatamorgana dan ilusi. Jadi, objek itu
sebenarnya tidak sebagaimana ia ditangkap oleh indera, ia membohongi
indera.
d. Berasal dari indera dan objek sekaligus. Dalam hal ini indera mata tidak
mampu melihat seekor kerbau secara keseluruhan, dan karena itu juga tidak
dapat memperlihatkan bedanya secara keseluruhan. Kesimpulannya adalah
empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia.
5. Metode Dialektis
"Dialektika" adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan metode
argumen filosofis yang melibatkan semacam proses yang bertentangan antara
pihak yang berlawanan.  Dalam apa yang memungkinkan versi paling klasik
dari "dialektika", filsuf Yunani kuno, Plato,  misalnya, ia memperkenalkan
argumen filosofisnya sebagai dialog atau perdebatan dua arah atau bolak-balik,
umumnya antara karakter Socrates, di satu sisi, dan beberapa orang atau
sekelompok orang kepada siapa Socrates berbicara (lawan bicaranya),
(Pengetahuan, 2007)
Dalam serangkaian dialog, lawan bicara Socrates mengusulkan definisi konsep
filosofis atau mengungkapkan pandangan bahwa Socrates mempertanyakan atau
menentang. Perdebatan bolak-balik antara pihak lawan menghasilkan semacam
perkembangan linier atau evolusi dalam pandangan atau posisi filosofis:  selama
dialog berlangsung, lawan bicara Socrates mengubah atau memperbaiki
pandangan mereka dalam menanggapi tantangan Socrates dan datang untuk
mengadopsi pandangan yang lebih maju.  Dialektika bolak-balik antara Socrates
dan lawan bicaranya dengan demikian menjadi cara Plato berdebat melawan
yang sebelumnya, pandangan atau posisi yang kurang maju dan untuk yang
lebih maju nanti
DAPUS

Ontologi, T. F., & Dan, E. (2016). Tinjauan Filsafati (Ontologi, Epistemologi Dan Aksiologi
Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori Sibernetik. Edukasi, 1(2).
Pengetahuan, A. T. (2007). “Sosio-Epistemologi” sebagai “Program Kritis” atas Teori
Pengetahuan. “Sosio-Epistemologi” Sebagai “Program Kritis” Atas Teori
Pengetahuan, 10(2), 225–243. https://doi.org/10.22146/jf.31348
Suaedi. 2016. Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: PT Penerbit IPB Press.
Sumitro, S. (2019). Epistemologi Ilmu Manajamen. Jurnal Informatika, 2(1).
https://doi.org/10.36987/informatika.v2i1.194
Syahrial, A. (2020). Epistemologi : Teori , Konsep dan Sumber-Sumber Ilmu dalam Tradisi
Islam Abstrak Pendahuluan. Jurnal Dakwatul Islam, 7(2).
Devinta, Syifa Maully., Ni’matul Azizah dan Reny Hanim Anggraini. Epistemologi
Pendidikan Menurut Beragam Filsafat Dunia: Idealisme, Realisme, Pragmatisme,
Eksistensialisme.

Anda mungkin juga menyukai