Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN


TB PARU

Disusun Oleh:
1. Puput Nurmala (210103141)
2. Riandita Ratna Puspita (210103142)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Kami ucapkan terimakasih kepada dosen
pengampu mata kuliah maternitas yang telah membantu membimbing dan
memberi saran sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak
lupa kami ucapan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan serta
wawasan mengenai Gangguan Sistem Pernafasan TB Paru, karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Purwokerto, 07 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………..….i


DAFTAR ISI ……………………………………………….…………...……….ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………….……………...1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………..…….....2
C. Tujuan Penulisan….……………………………………………………….2
D. Manfaat Penulisan.…………………………………………………….…..3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Pengertian ……………………………………………………………..4
2. Etiologi …………………………………………………………….….4
3. Manifestasi Klinik ………………………………………...…………..6
4. Patofisiologi …………………………………..…………………...….7
5. Pathway …………………………………..………………………….10
6. Komplikasi …………………………………..……………...…….…11
7. Pemeriksaan Penunjang ………………………...……...
…………….11
8. Penatalaksanaan …………………………………..……...
………......13
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian …………………………..………………………..……...13
2. Diagnosa Yang Mungkin Muncul ……………………………...……18
3. Intervensi …………………………………………………………….19
BAB III PENUTUP
A. Saran………………………………………………………………..…….28
B. Kesimpulan…………………………….……………..………………….28
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Kegiatan untuk meningkatkan
kesehatan (promotif), mencegah penyakit (preventif), terapi (kuratif) maupun
pemulihan kesehatan (rehabilitatif) adalah upaya kesehatan masyarakat
(Depkes RI, 2015).
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik
maupun solid, jinak maupun ganas. Seiring meningkatnya ilmu pengetahuan
di Indonesia, berkembang pula upaya peningkatan pelayanan kesehatan
terhadap wanita yang semakin membaik. Sarana dan prasarana di pelayanan
kesehatan menunjang terdeteksinya penyakit wanita yang bermacam-macam,
termasuk penyakit ginekologi. Berbagai macam penyakit sistem reproduksi
yang memiliki efek negatif pada kualitas kehidupan wanita dan keluarganya
dengan gejala salah satunya gangguanmenstruasi seperti menarche yang lebih
awal, periode menstruasi yang tidak teratur, panjang siklus menstruasi yang
pendek, paritas yang rendah, dan riwayat infertilitas (Prasanti, 2018).
Menurut World Health Organization (WHO, 2015) pada tahun 2015 angka
kejadian kista ovarium tertiggi ditemukan pada negara maju dengan rata-rata
10 per 100.000 kecuali di jepang (6,5 per 100.000). Insiden di Amerika
Serikat (7,7 per 100.000) relative tinggi bila dibandingkan dengan angka
kejadian di Asia dan Afrika. Terdapat variasi yang luas insidensi keganasan
ovarium, rata-rata tertinggi di Negara Skandinavia (14,515,3 per 100.000
populasi).
Kista ovarium biasanya bersifat asimtomatik dan baru menimbulkan
keluhan apabila sudah terjadi metastatis, hingga 60%-70% pasien dating

1
dengan stadium lanjut, hingga penyakit ini disebut sebagai kanker ovarium.
Di Amerika Serikat pada tahun 2013 diperkirakan jumlah penderita
keseluruhan kista ovarium sebanyak 20.180 orang, yang meninggal akibat
kista ovarium sebanyak 15.310 orang, dan yang masih menderita 4.870 dan
kista ovarium ditemukan melalui transvaginal sonogram hamper pada semua
wanita pre menopause dan hingga 14,8% pada wanita post menopause. The
American Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2014 sekitar
21.980 kasus baru kanker ovarium akan didiagnosis dan 14.270 wanita akan
meninggal karena kanker ovarium di Amerika Serikat.
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia angka kejadian kista
ovarium mencapai 37,2% dan paling sering terdapat pada wanita berusia
antara 20-50 tahun dan jarang pada pubertas. Studi epidemologi menyatakan
beberapa faktor resiko terjadinya kista ovarium adalah nullipara, melahirkan
pertama kali pada usia di atas 35 tahun dan wanita yang mempunyai keluarga
dengan riwayat kehamilan pertama pada usia bawah 25 tahun (Wiknjosastro,
2014). Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik mengambil
masalah asuhan keperawatan dengan kista ovarium ini yang merupakan
masalah pada perempuan yang berusia 20-50 tahun.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
rumusan masalahnya adalah bagaimana asuhan keperawatan dengan
gangguan sistem pernafasan TB Paru ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami lebih mengenai asuhan keperawatan
gangguan sistem pernafasan TB Paru
2. Tujuan Khusus
a. Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai konsep
dasar mengenai penyakit gangguan sistem pernafasan TB Paru

2
b. Untuk memaparkan kepada mahasiswa tentang asuhan keperawatan
gangguan sistem pernafasan TB Paru
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan di atas, maka manfaat dari makalah ini adalah:
1. Digunakan sebagai bahan pembelajaran tentang penyakit dengan
gangguan sistem pernafasan TB Paru
2. Menambah referensi terkait dengan materi penyakit gangguan sistem
pernafasan TB Paru
3. Memberikan informasi kepada pembaca tentang penyakit gangguan
sistem pernafasan TB Paru

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang
disebabkan oleh M. tuberculosis. Sebagian besar infeksi TB menyebar
lewat udara, melalui terhirupnya nucleus droplet yang berisikan organisme
basil tuberkel dari seorang yang terinfeksi. (Sylfia A. price &Lorraine M.
Willson,2012)
Tuberkulosis paru atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberculosis masuk
ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya
mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon. (Hood
Alsagaff dalam Andra S.F & Yessie M.P, 2012). Dari beberapa pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa Tuberculosis (TB) adalah suatu penyakit
infeksi menular yang disebabkan oleh M. tuberculosis yang menyebar
lewat udara (airbone infection).
2. Etiologi
Agen infeksius utama, Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri
aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap
panas dan sinar ultraviolet. (Andra S.F & Yessie M.P, 2012)
Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab terjadinya
penyakit tuberculosis. (Sholeh S.Naga, 2014)
3. Manifestasi Klinik
Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala.
Sebagian besar gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas
hormon atau komplikasi tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan Kista

4
ovarium tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang lama. Gejala
umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik menurut (Nugroho, 2014).
Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain:
a. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.
b. Perasaan penuh dan tertekan di perut bagian bawah, disertai nyeri.
c. Nyeri saat bersenggama.
d. Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan lebih
lama, mungkin lebih pendek, atau mungkin tiak keluar darah
menstruasi pada siklus biasa atau siklus menstruasi tidak teratur.
Pada stadium awal gejalanya antara lain:
a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering
mendesak untuk berkemih. Hal ini terjadi ketika kista memberi tekanan
pada kandung kemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang
menyebabkan nyeri spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggma
Pada stadium lanjut akan muncul tanda gejala:
a. Asites, cairan yang memenuhi rongga perut yang berada tepat di
bawah diafragma, di bawah rongga dada yang menyebabkan sesak
napas akibat dari pembesaran asites.
b. Kista denoma ovarium serosum menyebar ke sistem paru yang
menyebabkan sesak nafas, pernafasan cepat
c. Kista denoma ovarium serosum menyebar ke sistem pencernaan yang
menyebabkan Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu
makan, pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil.
d. (lemak perut) serta organ organ di dalam rongga perut (usus dan hati)
e. Kista denoma menyebar ke sistem perkemihan gangguan buang air
besar dan kecil.

5
f. Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga pleura
akibat penyebaran penyakit ke rongga pleura yang mengakibatkan
penderita sangat merasa sesak nafas.
4. Patofisiologi
Perkembangan ovarium setelah lahir didapatkan kurang lebih
sebanyak 1.000.000 sel germinal yang akan menjadi folikel, dan sampai
pada umur satu tahun ovarium berisi folikel kistikdalam berbagai ukuran
yang dirangsang oleh peningkatan gonadotropin secara mendadak,
bersamaan dengan lepasnya steroid fetoplasental yang merupakan umpan
balik negative pada hipotalamus-pituitari neonatal. Pada awal pubertas sel
germinal berkurang menjadi 300.000sampai 500.000 unit dari selama 35-
40 tahun dalam masa kehidupan reproduksi, 400-500 mengalamai proses
ovulasi, folikel primer akan menipis sehingga pada saat menopause tinggal
beberapa ratus sel germinal. Pada rentang 10-15 tahun sebelum menopause
terjadi peningkatan hilangnya folikel berhubungan dengan peningkatan
FSH. Peningkatan hilangnya folikel kemungkinan disebabkan peningkatan
stimulasi FSH (Arif, 2016). Pada masa reproduksi akan terjadi maturasi
folikel yang khas termasuk ovulasi dan pembentukan korpus luteum.
Proses ini terjadi akibat interaksi hipotalamus-hipofisis-gonad di mana
melibatkan folikel dan korpus luteum, hormone steroid, gonadotropin
hipofisis dan faktor autokrin atau parakrin bersatu untuk menimbulkan
ovulasi (Nanda, 2015). Kista ovarium yang berasal dari proses ovulasi
normal disebut kista fungsional jinak. Kista dapat berupa folikular dan
luteal. Kista ini terjadi karena kegagalan ovulasi (LH surge) dan kemudian
cairan intrafolikel tidak diabsorpsi kembali. Pada beberapa keadaan,
kegagalan ovulasi juga dapat terjadi secara artificial dimana gonatropin
diberikan secara berlebihan untuk menginduksi ovulasi. Hipotalamus
menghasilkan Gonadotrophin Releasing Hormone (GnRH), yang disekresi
secara pulpasi dalam rentang kritis. Kemudian GnRH memacu hipofisis
untuk menghasilkan gonadotropin (FSH dan LH) yang disekresi secara
pulpasi juga. Segera setelah menopause tidak ada folikel ovarium yang

6
tersisa. Terjadi peningkatan FSH 10-20 kali lipat dan peningkatan LH
sekitar 3 kali lipat dan kadar maksimal dicapai 1-3 tahun pasca
menopause, selanjutnya terjadi penurunan yang bertahap walaupun sedikit
pada kedua gonadotropin tersebut. Peningkatan kadar FSH dan LH pada
saat kehidupan merupakan bukti pasti terjadi kegagalan ovarium
(Prawirohardjo, 2014).
Ukuran kista ovarium bervariasi, misalnya kista korpus luteum yang
berukuran sekitar 2 cm-6 cm, dalam keadaan normal lambat dan akan
mengecil dan menjadi korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum
akan mempertahankan diri, perdarahan yang sering terjadi di dalamnya
menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan bewarna merah coklat tua
karena darah tua. Korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid,
berupa amnorea diikuti perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula
menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan perdarahan berulang
dalam kista dapat menyebabkan ruptur (Wiknjosastro, 2014).

7
5. Pathway

8
 Gaya hidup tidak sehat  Faktor genetik, status menopose,
hipotiroid

 Ekstrogen meningkat Sel telur gagal berovulasi 

 Produksi hormon meingkat

MK: Defisit  Kista


pengetahuan  Pertumbuhan folikel tidak teratur
ovariumegagala
alkohol n dekat
tingkat lain-lain. t
MK:  Kurang  Kegagalan sel telur meningkat
buang air kencing, Pre
Ansietas informasi Operasi
tentang  Post Operasi
penyakit
 Pembesaran  Komplikasi
ovarium kista  Pengaruh  Relaksasi otot
anastesi lambung menurun
 Menekan organ  Perdarahan
disekitar ovarium ke dalam kista  Peristalstik usus  Hel meningkat
menurun

 Menekan kandung  Nyeri perut


 Absorpsi air  Mual/muntah
kemih mendadak
menurun

Intake nutrisi
 Gangguan miksi MK: Nyeri  MK: menurun
akut Konstipasi
MK: Hambatan  MK: Ketidakseimbangan nutrisi
elimiasi urin  Menstruasi kurang dari kebutuhan tubuh
tidak teratur

 Menekan  Obstipasi  MK: Defisiensi  Kurang


anus pengetahuan informasi

 MK: Kerusakan  Luka


 Terputusnya
integritas kulit operasi
kontiunitas jaringan

 MK: Nyeri akut  MK: Risiko


Infeksi

Sumber: Arif (2016), Nanda (2015), Prawirohardjo (2014) & Wiknjosastro (2014)

6. Komplikasi

9
Komplikasi dari kista ovarium menurut Manuaba (2010) adalah
sebagai berikut:
a. Perdarahan intra tumor
Perdarahandi dalam kista terjadi sedikit demi sedikit kemudian
berangsur-angsur menyebabkan kista membesar dan menimbulkan
gejala klinik nyeri abdomen. Kista berpotensi untuk pecah, tidak ada
patokan mengenai besarnya kista yang berpontensi pecah.
b. Perputaran tungkai (Torsi kista)
Torsi biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista yang tidak
melekat. Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat di kuadran
abdomen bawah, mual dan muntah dapat terjadi.
c. Infeksi pada tumor
Infeksi pada kista dapat terjadi bila di dekat tumor ada sumber kuman
pathogen. Menimbulkan gejala seperti demam, nyeri pada abdomen
dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
d. Robekan dinding kista
Pada torsi tungkai kista, akibat trauma seperti jatuh atau pukulan pada
perut, ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah
kedalam rongga abdomen diserta pendarahan intra abdomen dan
menimbulkan rasa nyeri disertai tanda-tanda akut.
e. Keganasan kista
Dijumpai kista pada usia sebelum kista pada usia diatas 45 tahun.
Perubahan kearah keganasan dapat terjadi pada kista denoma ovary
serosum, kista denoma ovary musinosum dan kista dermoid.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Williams (2015) yang dapat
dilakukan pada klien dengan kista ovarium sebagai berikut:
a. Laparaskopi, pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah
sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak dan untuk menentukan
silat-sifat tumor itu.

10
b. Ultrasonografi, pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor
apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,
apakah tumor kistik atau solid dan dapatkah dibedakan pula antara
cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
c. Foto Rontgen, pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya
hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat
dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram
intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.
d. Pap smear, untuk mengetahui displosia seluler menunjukan
kemungkinan adaya kanker atau kista.
e. Pemeriksaan darah CS – 125 (menilai tinggi rendahnya kadar protein
pada darah).
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien kista ovarium menurut Yatim (2015)
yang dapat dilakukan antara lain:
a. Observasi
Kebanyakan kista ovarium terbentuk normal yang disebut kista
fungsional dimana setiap ovulasi. Telur di lepaskan keluar ovarium,
dan terbentuklah kantung sisa tempat telur. Kista ini normalnya akan
mengkerut sendiri biasanya setelah 1-3 bulan. Oleh sebab itu, dokter
menganjurkan agar kembali berkonsultasi setelah 3 bulan untuk
meyakinkan apakah kistanya sudah betul-betul menyusut.
b. Pemberian Hormon
Pengobatan gejala hormone yang tinggi, dengan pemberian obat pil
KB (gabungan estrgen dan progesteron) boleh di tambahkan obt anti
androgen dan progesterone cypoteronasetat.
c. Terapi bedah atau operasi
Cara perlu mempertimbangkan umur penderita, gejala dan ukuran
besar kista. Pada kista fungsional dan perempuan yang bersangkutan
masih menstruasi, biasanya tidak dilakukan pegobatan dengan operasi,
tetapi bila hasil pada sonogram, gambaran kista bukan kista fungsional,

11
dan kista berukuran besar, biasanya dokter menganjurkn mengangkat
kist dengan operasi, begitu pula bila perempuan sudah menopause, dan
dokter menemukan adanya kista, seringkali dokter yang bersangkutan
mengangkat kista tersebut dengan jalan operasi meskipun kejadian
kanker ovarium jarang ditemukan. Akan tetapi bila si perempuan
berusia 50-70 tahun, maka resiko tinggi terjadi kanker.
Prinsip pengobatan kista ovarium dengan operasi menurut Yatim
(2015) antara lain:
a. Laparaskopi
b. Laparostomi
c. Oferoktomi
d. Histeriktomi

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dari proses keperawatan.
Asuhan Keperawatan dimulai setelah pasien datang ke pelayanan
kesehatan dan seterusnya pasien memperoleh pelayanan. Pengkajian
memberikan dasar penentuan diagnosa keperawatan yang akurat, dan
selanjutnya digunakan untuk perencanaan tindakan keperawatan,
implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan yang akan dilakukan
(Rohmah & Walid, 2019). Pengkajian dengan kista ovarium menurut
Kozle, Glenora, Berman & Snider (2010) yaitu:
a. Pengkajian Keperawatan Pre Operasi
1) Data Biografi
a) Identitas pasien
Identitas pasien yang dikaji meliputi nama, usia, jenis kelamin,
agama, suku atau bangsa, alamat, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk Rumah sakit dan
tanggal pengkajian.

12
b) Keluarga
Keluarga pasien yang bertanggung jawab dikaji meliputi nama,
usia, alamat dan hubungan dengan pasien.
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien
datang ke fasilitas kesehatan. Keluhan juga muncul pada kasus
Kista Ovarium adalah nyeri perut pada bagian bawah
(Sulistyawati, 2011).
b) Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang disertai saat ini, apakah
keadaan ibu dengan kista ovarium menderita sakit pinggang
dan nyeri pada bagian bawah perut bagian bawah serta
mengetahui adanya penyakit kronis dan keterbatasan fisik
(Jannah, 2011).
c) Riwayat Kesehatan dahulu
Dikaji untuk mengetahui apakah ada hubungan dengan
masalah yang dihadapi oleh klien pada saat ini
d) Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji untuk mengetahui apakah ada penyakit menurun dalam
keluarga seperti asma, diabetes mellitus, hipertensi, jantung
dan riwayat penyakit menular lainya.
e) Riwayat menstruasi
Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain
menarche, siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya
darah, keluhan utama yang dirasakan saat haid.
f) Riwayat kehamilan
Dikaji untuk mengetahui jumlah kehamilam, anak yang hidup,
persalinan aterm, persalinan premature, keguguran, persalinan
dengan tindakan, riwayat pendarahan pada kehamilan,
persalinan atau nifas sebelumnya.

13
g) Riwayat persalinan
Hal yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status
menikah sah atau tidak, karena bila menikah tanpa status yang
jelas akan berkaitan dengan psikologisnya (Ambarwati &
Wulandari, 2010).
h) Riwayat genekologi
Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah mengalami
penyakit kandungan seperti infertilitas, penyakit kelamin,
tumor atau sistem reproduksi.
i) Riwayat keluarga berencana
Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah mengikuti KB
dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, ada keluhan selama
menggunakan kontrasepsi.
3) Pola Fungsional Gordon
a) Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan
kesehatan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.
b) Pola nutrisi dan metabolik
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan
elektrolit, nafsu makan, diit, peningkatan atau penurunan BB,
kesulitan menelan, mual/muntah dan makanan kesukaan.
c) Pola eliminasi
Menjelaskan pola ekskresi kandung kemih dan kebiasaan
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi dan miksi.
d) Pola aktifitas dan latihan
Menggambarkan pola latihan aktifitas, fungsi pernapasan dan
sirkulasi, pentingnya latihan dan gerak dalam keadaan sehat
dalam berhubungan dengan orang lain.
e) Pola tidur dan istirahat

14
Menggambarkan pola tidur dan istirahat, frekuensi jam tidur
siang dan malam serta masalah selama tidur.
f) Pola perseptual / kognitif
Menjelaskan persepsi sensori seperti fungsi pendengaran,
penglihatan, pembau, pengecap dan peraba serta persepsi
kognitif seperti kemampuan daya ingat.
g) Pola persepsi diri
Menggambarkan sikap diri dan persepsi terhadap kemampuan
seperti gambaran diri, harga diri, peran diri dan identitas diri.
h) Pola hubungan peran
Untuk mengetahui hubungan klien dengan keluarga seperti
apa.
i) Pola seksual dan reproduksi
Menjelaskan terkait dengan seksualitas pasien dan untuk
mengetahui berapa anak dari pasien (jika sudah menikah).
j) Pola manajemen koping dan stres
Menggambarkan terkait kemampuan klien saat menyelesaikan
masalah dan koping yang digunakan dalam menyelesaikan
masalah.
k) Pola nilai dan keyakinan
Menjelaskan nilai keyakinan spiritual pasien.
4) Pemeriksaan Fisik
Pada waktu melakukan inspeksi keadaan umum pasien
mengalami tanda-tanda penurunan mental seperti neuropati
perifer. Pada waktu palpasi adanya nyeri tekan pada perut. Dikaji
mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki untuk melibatkan
apakah ada kelainan atau tidak seperti inspeksi, palpasi, perkusi
dan auskultasi.
b. Pengkajian Keperawatan Post Operasi
Pengkajian pada pasien postoperatif yaitu pengukuran tanda-tanda
vital, observasi setiap 4jam sekali atau lebih sering, tergantung kondisi

15
klien dan kebijakan unit, jalan nafas atau pernafasan, sirkulasi, suhu,
keseimbangan cairn dan elektrolit, fungsi neurolog, fungsi
perkemihan, fungsi gastrointestinal, kenyamanan dan harapan klien
(Barbara, 2010).

1) Anamnesa
(a) Identitas
Identitas digunakan untuk mengetahui klien yang mengalami
kista ovarium.
(b) Keluhan utama
Keluhan utama pada klien post operasi kista ovarium biasanya
muncul keluhan nyeri, sehingga yang perlu dikaji untuk
meringankan nyeri, rasa nyeri yang dirasakan, keganansan atau
konsultasi.
(c) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang sering dialami klien kista ovarium adalah karena
nyeri pembedahan.
(d) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit yang pernah diderita, dikarenakan orang
yang dulunya mengalami nyeri saat menstruasi.
2) Pemeriksaan Fisik (Head to toe)
Pemeriksaan fisik post operasi pada kista ovarium menurut
Prabowo & Pranata (2014) yaitu:
(a) Mata
Lihat kelopak mata, konjungtiva (pucat atau tidak)
(b) Mulut & Gigi
Kaji bagaimana kebersihan rongga mulut dan bau mulut,
warna bibir (pucat atau kering), lidah (bersih atau kotot). Lihat
gigi, adanya karies gigi atau tidak.
(c) Leher

16
Palpasi daerah leher untuk merasakan adanya massa pada
kelenjar tiroid, kelenjar limfe, dan trakea. Kaji kemampuan
menelan klien, adanya peningkatan jurnal jugularis
(d) Dada
Lihat bentuk dada, pergerakan dinding dada saat bernafas,
apakah ada suara nafas tambahan.
(e) Abdomen
(1) Palpasi: melihat bentuk perut klien
(2) Perkusi: mengetahui batas hepar
(3) Palpasi: mengetahui keadaan organ perut
(4) Auskultasi: mengetahui bising usus
(f) Genetalia
Genetalia pada klien kista ovarium biasanya terdapat
peneluaran divagina yang berlebih.
(g) Ekstremitas
Pada klien post operasi kista ovarium dikaji kekuatan otot
dikarenakan mengalami penurunan kekuatan otot.
2. Diagnosa Yang Mungkin Muncul
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia
terhadap gangguan kesehatan kehidupan, atau kerentanan terhadap respon
tersebut dari seorang individu, keluarga, kelompok atau komunitas
(Herdman & Kamitsuru, 2017). Masalah keperawatan yang mungkin
muncul pada pasien kista ovarium menurut Arif (2016), Nanda (2015),
Prawirohardjo (2014) & Wiknjosastro (2014) adalah:
a. Pre OP
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2) Hambatan eliminasi urin berhubungan dengan gangguan sensori
motorik
3) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
4) Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
b. Post OP

17
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2) Konstipasi berhubungan dengan obstruksi usus pasca bedah
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan makan
4) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah
6) Defisiensi pengetahuan berhubungan kurang informasi
3. Intervensi
Intervensi sebagai semua penanganan yang didasarkan pada penilaian dan
keilmuan pada tatanan klinik, dimana perawat melakukan tindakan untuk
meningkatkan hasil/outcome pasien (Bulechek, Butcher, Dochterman &
Wagner, 2016).
a. Pre OP
1) Nyeri akut
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …× 24
jam diharapkan pasien dapat mengontor nyeri dengan kriteria hasil:
Tabel 2.1 Indikator Nursing Outcomes Classification (NOC)
Kontrol nyeri
Indikator Awal Tujuan
Mengenali kapan nyeri terjadi
Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik
Menggunakan analgesik yang direkomendasikan
Melaporkan nyeri yang terkontrol
Keterangan
1 : Tidak pernah menunjukan
2 : Jarang menunjukan
3 : Kadang-kadang menunjukan
4 : Sering menunjukan
5 : Secara konsisten menunjukan
Intervensi (Nursing Interventions Classification/NIC)
Manajemen Nyeri

18
a) Observasi mengenai ketidaknyamanan pasien pada bagian
yang nyeri
b) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
c) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
d) Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menanganinya
dengan tepat
e) Edukasi kepada keluarga untuk selalu melaporkan nyeri
f) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pereda nyeri
2) Hambatan eliminasi urin
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …× 24
jam diharapkan pengosongan kandung kemih membaik dengan
kriteria hasil:
Tabel 2.2 Indikator Nursing Outcomes Classification (NOC)
Eliminasi urin
Indikator Awal Tujuan
Mengosongkan kandung kemih
Mengenali keinginan untuk berkemih
Keterangan
1 : Sangat terganggu
2 : Banyak terganggu
3 : Cukup terganggu
4 : Sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu
Intervensi (Nursing Interventions Classification/NIC)
Kateterisasi urin
a) Monitor intake dan output
b) Jelaskan prosedur dan rasionalisasi kateterisasi
c) Lakukan pengecekan kandung kemih
d) Pasang alat, jika diperlukan
e) Lakukan pengosongan kantung kateter jika diperlukan
f) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai perawatan kateter yang
tepat

19
g) Kolaborasi dengan dokter untuk melakukan pemasangan
kateter
3) Defisiensi pengetahuan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …× 24
jam diharapkan pengetahuan bertambah dengan kriteria hasil:
Tabel 2.3 Indikator Nursing Outcomes Classification (NOC)

Pengetahuan: Proses penyakit


Indikator Awal Tujuan
Faktor penyebab dan faktor yang berkontribusi
Efek fisiologis penyakit
Tanda dan gejala penyakit
Keterangan
1 : Tidak ada pengetahuan
2 : Pengetahuan terbatas
3 : Pengetahuan sedang
4 : Pengetahuan banyak
5 : Pengetahuan sangat banyak
Intervensi (Nursing Interventions Classification/NIC)
Pengajaran: Proses penyakit
a) Kaji pengetahuan keluarga terkait penyakit yang spesifik
b) Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit, sesuai
kebutuhan
c) Berikan informasi kepada keluarga tentang perkembangan
klien
d) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan atau
mengontrol proses penyakit
e) Edukasi kepada keluarga mengenai tanda dan gejala yang
harus dilaporkan kepada petugas kesehatan
f) Perkuat informasi yang diberikan dengan anggota tim
kesehatan lain, sesuai kebutuhan

20
4) Ansietas
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …× 24
jam diharapkan ansietas berkurang dengan kriteria hasil:
Tabel 2.4 Indikator Nursing Outcomes Classification (NOC)
Tingkat kecemasan
Indikator Awal Tujuan
Perasaan gelisah
Wajah tegang
Tidak bisa beristirahat

Keterangan
1 : Berat
2 : Cukup berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak ada
Intervensi (Nursing Interventions Classification/NIC)
Pengurangan kecemasan
a) Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan
b) Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
c) Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan dirasakan
d) Lakukan usapan punggung dengan tepat
e) Berikan aktivitas pengganti untuk mengurangi kecemasan
f) Intruksikan pasien untuk melakukan relaksasi
g) Kolaborasi dengan dokter untuk membeikan obat penenang jika
diperlukan
b. Post OP
1) Nyeri akut
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …× 24
jam diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil:
Tabel 2.5 Indikator Nursing Outcomes Classification (NOC)
Tingkat nyeri
Indikator Awal Tujuan

21
Nyeri yang dilaporkan
Panjangnya episode nyeri
Ekspresi wajah nyeri
Keterangan
1 : Berat
2 : Cukup berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak ada

Intervensi (Nursing Interventions Classification/NIC)


Manajemen nyeri
a) Monitor vital sign
b) Observasi respon non verbal
c) Lakukan pengkajian secara komprehensif
d) Gunakan komunikasi teraupetik
e) Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien tentang
penyebab nyeri
f) Ajarkan pada pasien tentang teknik non farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
g) Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian obat analgesik
2) Konstipasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …× 24
jam diharapkan kesulitan mengeluarkan feses dapat teratasi dengan
kriteria hasil:
Tabel 2.6 Indikator Nursing Outcomes Classification (NOC)
Eliminasi usus
Indikator Awal Tujuan
Pola eliminasi
Warna feses
Kemudahan BAB
Suara bising usus
Keterangan
1 : Sangat terganggu

22
2 : Banyak terganggu
3 : Cukup terganggu
4 : Sedikit terganggu
5 : tidak terganggu
Intervensi (Nursing Interventions Classification/NIC)
Manajemen konstipasi/impaksi
a) Monitor tanda dan gejala konstipasi
b) Monitor bising usus
c) Identifikasi faktor-faktor (misalnya: pengobatan, tirah baring
dan diet)
d) Dukung peningkatan asupan cairan, jika tidak ada kontra
indikasi
e) Ajarkan pasien atau keluarga mengenai proses pencernaan
normal
f) Konsultasikan dengan dokter mengenai penurunan/peningkatan
bising usus
g) Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian obat pelancar
BAB
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …× 24
jam diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria hasil:
Tabel 2.7 Indikator Nursing Outcomes Classification (NOC)
Status Nutrisi
Indikator Awal Tujuan
Asupan gizi
Asupan makanan
Asupan cairan
Keterangan
1 : Sangat menyimpang dari rentang normal
2 : Banyak menyimpang dari rentang normal
3 : Cukup menyimpang dari rentang normal
4 : Sedikit menyimpang dari rentang normal
5 : Tidak menyimpang dari rentang normal

23
Intervensi (Nursing Interventions Classification/NIC)
Manajemen nutrisi
a) Monitor kalori dan asupan makan
b) Monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan penaikan
beat badan
c) Identifikasi adanya alergi makanan atau tidak
d) Atur diet yang diperlukan
e) Tawarkan makanan ringan yang pada gizi
f) Anjurkan keluarga untuk membawakan makanan kesukaan
pasien
g) Kolaborasi dengan ahli gizi terkait pemberian makan pasien
4) Resiko infeksi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …× 24
jam diharapkan keparahan tanda dan gejala infeksi tidak ada
dengan kriteria hasil:
Tabel 2.8 Indikator Nursing Outcomes Classification (NOC)
Keparahan infeksi
Indikator Awal Tujuan
Demam
Malaise
Menggigil
Keterangan:
1 : Berat
2 : Cukup berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak ada
Intervensi (Nursing Interventions Classification/NIC)
Kontrol infeksi
(a) Monitor tanda dan gejala yang muncul pada pasien
(b) Lakukan tindakan-tindakan yang bersifat universal
(c) Dorong untuk minum yang tepat
(d) Anjurkan pasien minum obat antibiotik yang sudah diresepkan

24
(e) Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian obat antibiotik
yang tepat
5) Kerusakan integritas kulit
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …× 24
jam diharapkan keutuhan structural dan fungsi fisiologis kulit
membaik dengan kriteria hasil:
Tabel 2.9 Indikator Nursing Outcomes Classification (NOC)
Integritas jaringan: Kulit& Membran Mukosa
Indikator Awal Tujuan
Lesi pada kulit
Lesi membrane mukosa
Pengelupasan kulit
Keterangan
1 : Berat
2 : Cukup berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak ada
Intervensi (Nursing Interventions Classification/NIC)
Perawatan luka
a) Observasi kelembaban kulit
b) Monitor warna kulit
c) Monitor sirkulasi, gerakan dan sensasi ekstermitas yang sakit
d) Lakukan perawatan luka
e) Monitor kemampuan mandiri ketika terpasang traksi
f) Monitor peralatan fiksasi ekternal
6) Defisiensi pengetahuan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …× 24
jam diharapkan pengetahuan bertambah dengan kriteria hasil:
Tabel 2.10 Indikator Nursing Outcomes Classification (NOC)
Pengetahuan: Proses penyakit
Indikator Awal Tujuan
Faktor penyebab dan faktor yang berkontribusi
Efek fisiologis penyakit

25
Tanda dan gejala penyakit
Keterangan
1 : Tidak ada pengetahuan
2 : Pengetahuan terbatas
3 : Pengetahuan sedang
4 : Pengetahuan banyak
5 : Pengetahuan sangat banyak

Intervensi (Nursing Interventions Classification/NIC)


Pengajaran: Proses penyakit
g) Kaji pengetahuan keluarga terkait penyakit yang spesifik
h) Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit, sesuai
kebutuhan
i) Berikan informasi kepada keluarga tentang perkembangan
klien
j) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan atau
mengontrol proses penyakit
k) Edukasi kepada keluarga mengenai tanda dan gejala yang
harus dilaporkan kepada petugas kesehatan
l) Perkuat informasi yang diberikan dengan anggota tim
kesehatan lain, sesuai kebutuhan

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kista ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk
seperti kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Penyebab dari
kista belum diketahui secara pasti, kemungkinan terbentuknya kista akibat
gangguan pembentukan hormon dihipotalamus, hipofisis atau di indung telur
sendiri (ketidakseimbangan hormon). Penyebab lain adalah adanya
pertumbuhan sel yang tidak terkendali di ovarium. Tanda gejala kista ovarium
kebanyakan tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar gejala yang
ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormon atau komplikasi
tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan Kista ovarium tidak menimbulkan
gejala dalam waktu yang lama. Pemeriksaan yang dapat dilakukan seperti
pemeriksaan darah, laparastomi, ultrasonografi, foto rontgen dan pap smear.
Penatalaksanaan pada kista ovarium seperti observasi, pemberian hormone
dan terapi bedah. Upaya pencegahan kista ovarium adalah dengan menjaga
pola hidup sehat, olahraga dan ikut anjuran pemerintah tentang keluarga
berencana.
B. Saran
Bagi wanitaagar terhindar dari penyakit kista ovarium sebaiknya sebagai
seorang wanita harus bisa menjaga diri supaya bisa menghindari dan

27
mencegah terkena penyakit kista ovarium. Jika sudah muncul tanda gejala
seperti sering buang air kencing, nyeri saat buang air kencing, nyeri saat
berhubungan intim dan lain-lain. Segeralah periksa ke dokter untuk
pemeriksaan lebih lanjut agar penyakit tidak semakin parah.

DAFTAR PUSTAKA

Benson & Ralph. (2014). Buku Saku Obstetri Ginekologi. Jakarta: EGC
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016).
Nursing Interventions Classification (NIC) (6th ed). Singapore: Elsevier Inc
Depkes, RI. (2014). Rencana Stategis Kementrian Kesehatan. Kementrian
Indonesia: Jakarta
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2017). NANDA-I Diagnosis Keperawatan:
Definisi dan klasifikasi 2018-2020 (11th ed). Jakarta: EGC
Kozier B., Glenora, E., Berman, A., & Snider S. (2010). Buku fundamental
keperawatan: Konsep, Proses & Praktik (Fundamental of Nursing:
Conceps, process, and practice). Alih Bahasa: Wahyuningsih, E.,
Yulianti, D., Yuningsih, Y., & Lusyana, A. Edisi 7. 2. Jakarta: EGC.
Manuaba, I. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes Classification (NOC) (5th ed). Singapore: Elsevier Inc
Nugroho, T. (2014). Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahnnya.
Yogyakarta: Nuha Medika
Prabowo, E & Pranata, E. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan. Yogyakarta: Nuha Medika.

28
Prasanti, A. (2018). Hubungan Paritas Dan Usia Ibu Dengan Kista Ovarium Di
RSUD DR. R. Goeteng Tarunadibrata Purbalingga. Jurnal Bidan Prada, 9,
1
Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Wiknjosastro, H. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Williams. (2015). Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC
World Health Organization. (2015). Kista Ovarium [Internet]. WHO. Diakses
[2021 November 2].
Yatim, F. (2015). Penyakit Kandungan. Jakarta: Pustaka Popular Obor

29

Anda mungkin juga menyukai