Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Artefak Vol.7 No.

1 April 2020

https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/artefak

PENDIDIKAN PADA MASA PEMERINTAH KOLONIAL


DI HINDIA BELANDA TAHUN 1900-1930

Alifia Nurhusna Afandi 1, Aprilia Iva Swastika 2, Ervin Yunus Evendi 3


Universitas Negeri Malang, Indonesia
E-mail: alifiafandi25@gmail.com, apriliaswstk@gmail.com, ervinyunus2@gmail.com
Sejarah Artikel: Diterima: 12-3-2020 Disetujui: 27-04-2020 Dipublikasikan: 30-4-2020

Abstrak
Pada artikel ini membahas tentang pendidikan yang dilaksanakan pemerintahan kolonial di Hindia Belanda
selama tahun 1900-1930 dimana diawali karena kritik dari berbagai pihak yang kemudian memunculkan politik etis
kebijakannya antara lain emigrasi, edukasi, dan irigasi kebijakan politik etis seharusnya mampu memberikan
kesempatan rakyat untuk menjadi lebih sejahtera karena salah satu kebijakannya adalah edukasi dengan adanya
pendidikan merupakan awal untuk perubahan dan perkembangan dalam segala aspek. Tujuan penulisan artikel ini
adalah untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi pelaksanaan pendidikan pada masa pemerintahan kolonial
tahun 1900-1930 serta pelaksanaan pendidikan pada masa pemerintahan kolonial tahun 1900-1930 Selain itu
bertujuan untuk mengetahui perbedaan ataupun persamaan model pendidikan masa pemerintahan kolonial dengan
sekarang, dan untuk membuka wawasan penulis serta pembaca tentang proses munculnya sistem pendidikan formal
bagi masyarakat pribumi pada masa pemerintahan kolonial serta bagaimana pelaksanaanya. Untuk mengetahui yang
melatarbelakangi dan bagaimana pelaksanaan pendidikan yang diterapkan pemerintahan kolonial Belanda maka
dalam artikel ini menggunakan metode studi pustaka dengan menelaah atau mengeksplorasi beberapa buku, jurnal,
maupun dokumen baik cetak maupun elektronik yang dianggap revelan dengan kajian yang dilakukan. Hasilnya
pada periode 1900 hingga 1930 pendidikan di Indonesia mengalami kemajuan dimana pendidikan yang pada
awalnya dibatasi dengan kekuasaan pada waktu itu mulai melebur penduduk pribumi memiliki kesempatan untuk
bisa melanjutkan ke sekolah lanjutan bahkan hingga sekolah tinggi walaupun masih terdapat pendiskriminasian
selain itu juga muncul beberapa sekolah dasar berbahasa belanda bagi pribumi 1900-an anak rakyat biasa mulai
dikenalkan dengan bahasa belanda di beberapa sekolah namun tetap dengan catatan setiap jenjangnya selalu ada
perbedaan.

Kata Kunci: Pendidikan, Hindia Belanda, Pemerintah kolonial Belanda, politik etis

Abstract
This article talking about education carried out by Dutch Government in Dutch East Indies during 1900-
1930 caused by criticisms from various parties that bring out ethical politic. Its policies are emigration, education,
and immigration. Ethical Politic's policies should be able to give people opportunity become more prosperous,
because one of the policies is education. Education is a beginning for change and development in all aspects. The
purposes of this article are to find out the educational background in the 1900-1930 colonial government and the
educational implementation in the 1900-1930 colonial government. Furthermore, the other purposes to find out the
differences and the equations of education between during the Dutch Colonial and nowadays, and to open the readers
and writer's insights about the process of the formal education system for natives during colonial and how to do it.
According to those purposes, in this article the writer use literature review method by studying or exploring several
books, journals, or documents wether it's printed or electronic that relevant to the study conducted. The results are,
in the period 1900 until 1930 education in Indonesia progressed. Education that was intially restricted by power at
that time start to dissolved. Natives had opportunity to continued to the secondary school even to the college in spite
of the discrimination. Moreover, there were some elementary schools in Dutch for 1900s natives. Commoners'
children began to be introduced to the Dutch language in several schools but still, in each level there were always
differences.

Keyword: Education, Dutch East Indies, Dutch Colonial Government, ethical politics

Halaman | 21
Jurnal Artefak:
Vol.7 No.1 April 2020 [21-30]

PENDAHULUAN perubahan yang signifikan terjadi pada tahun


1900 hingga 1930 karena pemerintahan
Kolonialisme merupakan suatu usaha kolonial menerapkan politik etis yang
untuk mengusai wilayah bangsa lain yang didalamnya terdapat kebijakan edukasi, akan
bertujuan untuk menguras atau mendapatkan tetapi dalam praktinya tetap tidak mampu
sumber daya suatu bangsa yang di kuasai demi lepas dari kebijakan untuk kepentingan sendiri
pengolahan industrialisasi di Negara dan masih bersifat diskriminatif.
kolonisator. Dalam hal ini kesejahteraan Maka berdasarkan uraian latar belakang
maupun pendidikan di daerah koloni tidak diatas maka dapat ditarik pokok permasalahan
diperhatikan. Indonesia yang pada saat itu yaitu: 1) Apakah yang melatarbelakangi
masih bernama Hindia Belanda pernah pelaksanaan pendidikan pada masa
dikuasai oleh pemerintah kolonial Belanda, pemerintahan kolonial tahun 1900-1930? 2)
Sejatinya menurut S. kutoyo dan Sri Bagaimana pelaksanaan pendidikan pada
Soetjiatiningsih (1981) sebelum datangnya masa pemerintahan kolonial tahun 1900-
bangsa Barat ke Hindia Belanda, masyarakat 1930?
di desa sudah mengenal pendidikan baik dari Sehingga tujuan penulisan artikel ini
keluarga maupun dari lingkungan yang mana untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi
pendidikan dalam keluarga, peran orang tua pelaksanaan pendidikan pada masa
lah yang sangat berpengaruh sehingga pemerintahan kolonial tahun 1900-1930 serta
nantinya sang anak dapat menjadi pribadi pelaksanaan pendidikan pada masa
yang dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, pemerintahan kolonial tahun 1900-1930
keluarga, dan lingkungannya. Selain itu karena sepanjang tahun tersebut ditetapkan
kedatangan islam juga memberikan pengaruh politik etis yang salah satunya
pendidikan di Hindia Belanda pendidikan memperbolehkan penduduk pribumi untuk
dilakukan di mushola dan pondok pesantren. mengenyam pendidikan. Selain itu bertujuan
Dengan kedatangan bangsa Belanda ke untuk mengetahui perbedaan ataupun
Indonesia pendidikan yang diberikan persamaan model pendidikan masa
membentuk masyarakat yang feodal, karena pemerintahan kolonial dengan sekarang, lalu
pendidikan yang diselenggarakan oleh juga untuk membuka wawasan penulis serta
pemerintah kolonial berdasarkan garis warna pembaca tentang proses munculnya sistem
dan diskriminatif, prinsip ini dibedakan jenis pendidikan formal bagi masyarakat pribumi
dan tingkatan yang telah dibagi oleh pada masa pemerintahan kolonial serta
pemerintah kolonial menjadi kelompok- bagaimana pelaksanaanya.
kelompok yaitu, kelompok Eropa,Timur
Asing (Arab dan Cina), dan pribumi. Namun
dalam praktinya penduduk pribumi masih METODE PENELITIAN
terbagi menjadi golongan priyayi dan
golongan pribumi biasa, perbedaan itu terjadi Metode yang dilakukan dalam kajian
menurut golongan masyarakat dan status ini adalah metode atau pendekatan
sosial. Selanjutnya perbedaan terssebut kepustakaan yang mana dapat diartikan
dipertegas dengan adanya penggunaan bahasa sebagai serangkaian kegiatan yang berkenaan
pengantar yaitu bahasa Belanda contohnya dengan metode pengumpulan data pustaka,
adalah Eerste Klasse School atau Sekolah membaca, dan mencatat serta mengolah bahan
Kelas Satu dengan bahasa Belanda sebagai kajian (Zed, 2003). Ataupun studi
bahasa pengantarnya (Djumhur dan kepustakaan juga dapat diartikan sebagai
Danasuparta,1974:146) untuk golongan Eropa teknik pengumpulan data dengan melakukaan
dan elite pribumi, sedangkan bahasa Melayu penelaahan terhadap buku, literatur, catatat,
untuk golongan pribumi biasa. Namun serta berbagai laporan yang mana berkaitan

Halaman | 22
Jurnal Artefak:
Vol.7 No.1 April 2020 [21-30]

dengan masalah yang ingin dipecahkan Belanda seharusnya menganggap itu sebagai
(Nazir, 1988) berdasarkan uraian tersebut hutang yang harus dibayar dengan
maka dapat disimpulkan bahwa proses menyelenggarakan trilogi atau trias yaitu
pengumpulan data dalam kajian ini dilakukan irigasi, emigrasi, dan edukasi.
dengan menelaah atau mengeksplorasi Dan Selanjutnya gagasan tersebut
beberapa buku, jurnal, maupun dokumen baik ditanggapi oleh Ratu Wilhelmina, tepatnya
cetak maupun elektronik yang dianggap pada 17 September 1901 pemikiran dari Van
revelan dengan kajian yang dilakukan. Deventer ini dapat tertuang dalam pidato ratu
Belanda yang berjudul Ethische Richting yang
berarti Haluan Etis. Dalam pidato tersebut
HASIL PENELITIAN DAN menegaskan pemerintah kolonial melakukan
PEMBAHASAN usaha-usaha untuk menanggulangi
permasalahan kesejahteraan yang dialami
Latar belakang Pelaksanaan Pendidikan masyarakat pribumi dengan dihidupkannya
Pemerintah Kolonial Tahun 1900-1930 kembali bidang agraris dan industri, lalu juga
Berawal dari diterapkannya sistem dengan memberikan pinjaman tidak berbunga
tanam paksa (1830-1870) yang mendapatkan dengan jangka waktu tertentu, selain itu juga
kritik dari berbagai golongan contohnya dengan pemberian hadiah. Pidato tersebutlah
adalah seorang pendeta yang kemudian yang menandai awal dari kebijakan politik
menjadi anggota parlemen yaitu Baron van etis. (Kusmayadi: 145)
Hoevell, membela Hindia Belanda dan Setelah ratu Belanda mengambil
memandang bahwa pemerintah kolonial harus pemikiran Van Deventer dan dimasukan
memenuhi dan memerhatikan kepentingan kedalam pidato nya memunculkan ide atau
masyarakat pribumi (A. Daliman, 2012). Dan ekspresi yang dipandang sebagai suatu ide
politik liberal (1870-1900) yang baru atau praktek politk baru yang biasa
menyebabakan kemiskinan melanda Hindia disebut sebagai politik etis atau politik balas
Belanda karena dengan bergabungnya jasa. Namun politik etis ini sangat
perusahaan-perusahaan asing maka bertentangan dengan eksploitasi materi yang
menghapus harapan rakyat untuk sejahtera. dilakukan pemerintahan Kolonial, karena
Hal-hal tersebut menimbulkan kritik politik etis ini lebih menonjolkan bahwa
dari berbagai kalangan seperti yang ditulis adanya sikap kewajiban moral bangsa yang
oleh Multatuli (Douwes Dekker) dalam mempunyai kebudayaan tinggi terhadap
bukunya Max Havellar (1860) yang bangsa yang tertindas (Nasution: 15)
menceritakan kondisi masyarakat petani yang Namun sejatinya dalam pelaksanaan
menderita akibat mendapat tekanan dari politik etis tidak bisa jauh dari kepentingan
pemerintah kolonial. Selain itu aja Pada tahun sepihak pemerintah kolonial yang takut
1899, artiikel karya Van Deventer terbit dalam mendapat banyak kritikan dan jika dibiarkan
majalah De Gids, dalam majalah De Gids ini terus menerus maka ditakutkan akan timbul
memiliki judul Een Eereschuld aau “Hutang perlawanan dari masyarakat pribumi yang
Kehormatan”, artikel ini berisi tentang semakin lama semakin merasakan
pemikiran Van Deventer mengenai penderitaan. Kebijakan politik etis terdiri dari
keuntungan Hindia Belanda selama menjajah Irigasi yang terlihat dari adanya perbaikan-
bangsa Indonesia dan hendaknya semua itu perbaikan yang dilakukan namun dalam
dibayar kembali dari perbendaharaan negara. praktinya sarana irigasi bukanlah untuk
Yang berarti hutang budi tentang kemakmuran kesejahteraan rakyat pribumi namun lebih
yang diperoleh oleh Belanda adalah dari kerja terarahkan pada kepentingan ekonomi
keras dan jasa orang-orang pribumi dan pemerintah kolonial. Lalu emigrasi yaitu

Halaman | 23
Jurnal Artefak:
Vol.7 No.1 April 2020 [21-30]

memindahkan masyarakat pribumi yang Setelah ratu Belanda mengambil


berada pada pulau yang berpenduduk padat pemikiran Van Deventer dan dimasukan
contohnya adalah Jawa kepulau yang kedalam pidato nya memunculkan ide atau
bependuduk sedikit contohnya Kalimantan ekspresi yang dipandang sebagai suatu ide
yang bertujuan untuk lahan baru dan baru atau praktek politk baru yang biasa
mengelolanya. Namun pada kenyataannya disebut sebagai politik etis atau politik balas
tanah-tanah yang kosong telah dijadikan lahan jasa. Namun politik etis ini sangat
menanam tebu dan tembakau dan masyarakat bertentangan dengan eksploitasi materi yang
pribumi hanya dijadikan sebagai tenaga kerja dilakukan pemerintahan Kolonial, karena
di perkebunan tebu. politik etis ini lebih menonjolkan bahwa
Tidak jauh berbeda dengan irigasi dan adanya sikap kewajiban moral bangsa yang
emigrasi, pelaksanaan edukasi juga secara mempunyai kebudayaan tinggi terhadap
tersirat adalah untuk kepentingan pemerintah bangsa yang tertindas (Nasution: 15)
kolonial hal tersebut dapat terlihat dari adanya Selain karena adanya model politik
diskriminasi yaitu terdapat dua macam baru yakni politik etis pada abad ke 20 sendiri
sekolah yaitu Sekolah Ongko Siji untuk Belanda mengalami resesi ekonomi yang
pribumi yang memiliki kedudukan dan meluas, namun perekonomian liberal dan
Sekolah Ongko Loro yang diperuntukkan administrasi politik penjajahan di hindia
untuk masyarakat pribumi yang biasa karena belanda malah makin meluas. Dan membuat
tujuannya hanya untuk mendapatkan golongan bumiputera kesejahteraanya
memenuhi pegawai rendahan maka merosot terutama di jawa. Sehingga akhirnya
pendidikan yang dilakukan juga hanya pada 15 oktober 1902 dibentuk komisi
bertujuan untuk mendapatkan lulusan yang penyidik (Mindere Welvaart Commissie).
hanya dapat membaca, menulis, dan Administrasi politik yang makin
berhitung. Selain itu anggaran dana yang meluas, perekonomian yang makin meluas
diberikan untuk pendidikan penduduk pribumi dan kesejahteraan golongan bumiputera yang
sangat sedikit, tercatat pada tahun 1905 merosot, tiga faktor ini yang menjadi dasar
termasuk dalam tunjangan sekolah swasta munculnya politik etis ala Van Deventer atau
sebesar f 2 juta, sehingga apabila dibagi 40 politik asosiasi ala snouck hurgronje saat
juta penduduk maka hanya 5 sen per orang. menjelang abad 20. Inti politik ini adalah
(A. Daliman, 2012) tanpa menjadi orang eropa atau barat tapi
dapat memanfaatkan berkah bangsa barat. Hal
Awal Pelaksanaan Pendidikan Untuk ini sangat bermanfaat untuk perkembangan
Bumiputera Masa Pemerintahan Kolonial dunia pendidikan dan teknologi untuk
Tahun 1900-1930 golongan bumiputera.
Pada tahun 1899, artiikel karya Van Bagi seluruh penganut politik etis
Deventer terbit dalam majalah De Gids. pendidikan pemegang peranan utama. Hal ini
Artikel tulisan Van Deventer memilik judul tercermin dalam trilogi pemerintah penjajahan
“Hutang Kehormatan”, artikel ini berisi yakni pendidikan, irigasi dan transmigrasi
tentang pemikiran Van Deventer mengenai (educatie, irrigatie, emigratie). Dan bahasa
keuntungan Hindia Belanda selama menjajah belanda digunakan sebagai bahasa pengantar,
bangsa Indonesia dan hendaknya semua itu dengan sistem ini golongan bumiputera
dibayar kembali dari perbendaharaan negara. kalangan atas atau anak para penjabat pro
Dan akhirnya pada 1901 pemikiran dari Van Belanda yang diuntungkan.
Deventer ini dapat tertuang dalam pidato ratu Dulu nya bahasa belanda didorong
Belanda (kusmayadi: 145) digunakan sebagai bahasa pengantar namun
pada abad XX pergeseran pendidikan bersifat

Halaman | 24
Jurnal Artefak:
Vol.7 No.1 April 2020 [21-30]

barat. Dan penggunaan bahasa belanda tidak bahasa belanda sebagai bahasa pengantar di
lagi di dorong namun lebih karena dua kelas tertinggi.
perkembangan objektif dibidang ekonomi,
politik dan sosial-budaya. Namun sosial- Pendidikan Dibawah Van Heutsz Dan
budaya perlu digaris bawahi karena kenyataan Resesi Ekonomi
nya bahasa daerah dan melayu sudah tidak Pada tahun 1904 muncul seorang
memainkan peran nya dalam penyampaian gubernur jendral baru bernama J.B. Van
ilmu pengetahuan dan teknologi. Heutsz, dia adalah seorang pahlawan Belanda
Cepatnya pergeseran pendidikan dalam Perang Aceh. Van Heutsz ingin
bumiputera kesifat barat mendorong merubah Pendidikan selama empat tahun agar
munculnya beberapa tokoh liberal pembaharu, lebih praktis, terutama untuk Bumiputra. Yang
terutama Mr. J.H Abendanon dan A.W.F dimaksud praktis adalah dengan
Idenburg. Abandon menjabat sebagai direktur mendirikannya sekolah kejuruan.
penidikan, agama, dan industri (1900-1905), Didirikannya sekolah kerajinan rumah tangga
Idenburg menjabat menteri jajahan (1902- oleh regent Ngawi R.M.T. Utoyo, khususnya
1905). yang memiliki keahlian mengolah bahan
Belum lama bertugas Abendanon sudah seperti, kayu, kulit, bambu, maupun anyaman.
mampu mengurangi biaya sekolah bagi murid Akan tetapi sistem pendidikan tidak
bumiputera yang bersekolah di ELS (sekolah mudah diubah menjadi arah yang lebih
dasar eropa). Melalui sekolah ini Abendon praktis. Oleh karena itu Dirk Fock pengganti
pun merancang pendidikan calon ibu yang Indenburg sebagai Menteri Jajahan meminta
baik untuk gadis di jawa. Salah satu yang agar mengadakan penelitian bagi pendidikan.
memanfaatkan kesempatan pendidikan ini Tidak hanya untuk Sekolah Kejuruan tetapi
dengan baik adalah R.A Kartini, lalu beliau juga sekoalah lainnya. Mr.J.G.Poot pengganti
bersekolah di ELS Jepara. Abendanon menunjuk J.E.Jasper untuk
Pada 1900 sebelum datangnya memimpin penelitian tersebut. Pada April
abendanon, sekolah raja dipertegas menjadi 1906 Jasper melaporkan tentang apa yang
sekolah calon pegawai (Opleidingsschool dikhawatirkan Snouck Hungronje terhadap
voor indlansche ambtenaren-OSVIA) karena Sekolah Kejuruan atau Sekolah Teknik yang
sulitnya menyampaikan hukum kepada belum memiliki tenaga kerja terdidik. Jika
pejabat bumiputera dalam bahasa pengantar Bumiputra dididik oleh sekolah tersebut maka
melayu dan bahasa daerah, padahal masalah penyaluran hanya akan terbatas. Sedangkan
hukum mulai diserahkan kepada mereka. hadirnya tenaga didik lama-kelamaan akan
Akhirnya untuk mengatasi masalah ini mendorong tumbuhnya jiwa wirausaha. Oleh
sekolah raja dipertegas yakni mendidik calon karena itu perlu adanya peningkatan belajar
pegawai menggunakan bahasa belanda tidak Sekolah Kejuruan sekitar tiga tahun. Laporan
peduli anak pembesar atau tidak. Hal ini pun dari Jasper juga berpendapat bahwa yang
berdampak akhirnya yang bisa masuk hanya nantinya menjadi murid hanyalah lulusan
lulusan ELS atau sederajat. Dengan hal ini kelas dua. Maka dikenal dua macam Sekolah
abendanon melihat, bila dengan kebijakan ini Teknik yaitu “balai latihan”
maka lulusan sekolah dasar kelas dua (tweede (ambachtsleergang) yang terbuka untuk
klase) sangat mustahil untuk bisa masuk lulusan Sekolah Dasar Kelas Dua, dan
OSVIA.Sehingga Abendanon pada 1903 “Sekolah Teknik” (ambachschool) yang
mengizinkan calon murid OSVIA untuk terbuka untuk lulusan ELS atau sederajat.
masuk ELS secara gratis. Perubahan lain yang Lama belajar “balai latihan” sekitar tiga tahun
terjadi adalah sekolah guru di Bukit Tinggi untuk mendidik muridnya menjadi kepala
pada 1904 abendanon dapat menetapkan

Halaman | 25
Jurnal Artefak:
Vol.7 No.1 April 2020 [21-30]

tukang, dan dua tahun untuk spesialisasi dimaksud praktis adalah dengan
seperti tukang batu, mebel, montir, dan listrik. mendirikannya sekolah kejuruan.
Gubernur Jendral Van Heutsz membuat Didirikannya sekolah kerajinan rumah tangga
penelitian terhadap Sekolah Dasar Kelas Satu, oleh regent Ngawi R.M.T. Utoyo, khususnya
apakah tujuan telah berfungsi sebagai yang memiliki keahlian mengolah bahan
pengembangan potensi dan tingkat peradaban seperti, kayu, kulit, bambu, maupun anyaman.
anak-anak Bumiputra. Masa belajar Sekolah Akan tetapi sistem pendidikan tidak
Dasar Kelas Satu ditingkatkan yang awalnya mudah diubah menjadi arah yang lebih
lima tahun menjadi enam tahun. Karena praktis. Oleh karena itu Dirk Fock pengganti
pendidikan bahasa Belanda yang kurang Indenburg sebagai Menteri Jajahan meminta
dikuasai, memerlukan peningkatan untuk agar mengadakan penelitian bagi pendidikan.
pembelajaran bahasa Belanda. Sedangkan Tidak hanya untuk Sekolah Kejuruan tetapi
untuk Sekolah Dasar Kelas Dua masa juga sekoalah lainnya. Mr.J.G.Poot pengganti
belajarnya dikurangi karena terlalu mahal Abendanon menunjuk J.E.Jasper untuk
untuk anak Bumiputra yang belajarnya lima memimpin penelitian tersebut. Pada April
tahun menjadi tiga tahun. Setelah itu perlu 1906 Jasper melaporkan tentang apa yang
dibangun Sekolah Rakyat (volkschool) atau dikhawatirkan Snouck Hungronje terhadap
disebut juga dengan Sekolah Desa Sekolah Kejuruan atau Sekolah Teknik yang
(desaschool) untuk melayani orang yang ingin belum memiliki tenaga kerja terdidik. Jika
bersekolah yang masa belajarnya tiga tahun. Bumiputra dididik oleh sekolah tersebut maka
Untuk peresmian Sekolah Desa terdapat tiga penyaluran hanya akan terbatas. Sedangkan
syarat, yaitu Sekolah Desa dibangun dan hadirnya tenaga didik lama-kelamaan akan
gurunya digaji rakyat desa, sedangkan mendorong tumbuhnya jiwa wirausaha. Oleh
pemerintah hanya membantu untuk sarana karena itu perlu adanya peningkatan belajar
belajar dan uang. Syarat kedua pembangunan Sekolah Kejuruan sekitar tiga tahun. Laporan
harus melewati masa percobaan. Syarat ketiga dari Jasper juga berpendapat bahwa yang
tidak boleh memaksa muridnya untuk nantinya menjadi murid hanyalah lulusan
bersekolah, Sekolah Desa diresmikan pada kelas dua. Maka dikenal dua macam Sekolah
Maret 1906.Percobaan Sekolah Desa Teknik yaitu “balai latihan”
dilakukan di empat kabupaten yaitu, Priangan, (ambachtsleergang) yang terbuka untuk
Cirebon, Kedu, dan Kediri yang terjadi pada lulusan Sekolah Dasar Kelas Dua, dan
bulan Mei 1906. Percobaan Sekolah Desa “Sekolah Teknik” (ambachschool) yang
tersebut berfungsi sebagai salah satunya upaya terbuka untuk lulusan ELS atau sederajat.
mengembalikan kemakmuran masyarakat Lama belajar “balai latihan” sekitar tiga tahun
Bumiputra. Setelah itu Sekolah Desa untuk mendidik muridnya menjadi kepala
dilakukan di Aceh dan menyebar ke seluruh tukang, dan dua tahun untuk spesialisasi
Nusantara yang menyebabkan 40% anak usia seperti tukang batu, mebel, montir, dan listrik.
6-9 tahun merasakan bersekolah. Gubernur Jendral Van Heutsz membuat
penelitian terhadap Sekolah Dasar Kelas Satu,
Tingkatan Pendidikan Pada Masa apakah tujuan telah berfungsi sebagai
Kolonialisme Tahun 1900-1930 pengembangan potensi dan tingkat peradaban
Pada tahun 1904 muncul seorang anak-anak Bumiputra. Masa belajar Sekolah
gubernur jendral baru bernama J.B. Van Dasar Kelas Satu ditingkatkan yang awalnya
Heutsz, dia adalah seorang pahlawan Belanda lima tahun menjadi enam tahun. Karena
dalam Perang Aceh. Van Heutsz ingin pendidikan bahasa Belanda yang kurang
merubah Pendidikan selama empat tahun agar dikuasai, memerlukan peningkatan untuk
lebih praktis, terutama untuk Bumiputra. Yang pembelajaran bahasa Belanda. Sedangkan

Halaman | 26
Jurnal Artefak:
Vol.7 No.1 April 2020 [21-30]

untuk Sekolah Dasar Kelas Dua masa akhirnya pada 1915 pemerintah pun
belajarnya dikurangi karena terlalu mahal membentuk sekolah baru yang diberi nama
untuk anak Bumiputra yang belajarnya lima vervolgschool dengan lama belajar dua tahun
tahun menjadi tiga tahun. Setelah itu perlu dan mempersiapkan lulusan sekolah desa
dibangun Sekolah Rakyat (volkschool) atau untuk melanjutkan ke sekolah kejuruan.
disebut juga dengan Sekolah Desa Namun ternyata yang memerlukan
(desaschool) untuk melayani orang yang ingin pendidikan lanjutan bukan hanya sekolah desa
bersekolah yang masa belajarnya tiga tahun. namun HIS juga memerlukan sekolah lanjutan
Untuk peresmian Sekolah Desa terdapat tiga sehingga dibentuk lah MULO dan resmi
syarat, yaitu Sekolah Desa dibangun dan menjadi sekolah pada 1914. Dan yang boleh
gurunya digaji rakyat desa, sedangkan melanjutkan ke MULO adalah lulusan sekolah
pemerintah hanya membantu untuk sarana rendah, kecuali sekolah desa.
belajar dan uang. Syarat kedua pembangunan Pada tahun 1920 K.F. Creutszberg,
harus melewati masa percobaan. Syarat ketiga Direktur Pendidikan, Agama dan Industri
tidak boleh memaksa muridnya untuk beliau memiliki ide untuk membuat sekolah
bersekolah, Sekolah Desa diresmikan pada yang menghubungkan langsung antara
Maret 1906.Percobaan Sekolah Desa sekolah desa dengan MULO dan tercetuslah
dilakukan di empat kabupaten yaitu, Priangan, ide membuat sekolah yang bernama Schakel
Cirebon, Kedu, dan Kediri yang terjadi pada School. Tujuan dari sekolah ini adalah untuk
bulan Mei 1906. Percobaan Sekolah Desa memperoleh pengetahuan yang lebih tinggi
tersebut berfungsi sebagai salah satunya upaya setelah tamat dari sekolah desa terutama
mengembalikan kemakmuran masyarakat dalam berbahasa belanda.
Bumiputra. Setelah itu Sekolah Desa Masa belajar schakel school sendiri
dilakukan di Aceh dan menyebar ke seluruh adalah lima tahun, setelah sekolah desa tiga
Nusantara yang menyebabkan 40% anak usia tahun. Jadi, masa belajar seluruhnya delapan
6-9 tahun merasakan bersekolah. tahun dan dianggap setara dengan H.I.S.
Peranan sekolah Schakel tidak kecil karena
Tingkatan Pendidikan Pada Masa berfungsi sebagai jembatan penghubung
Kolonialisme Tahun 1900-1930 antara sekolah desa dengan pendidik barat.
1) Sekolah dasar berbahasa belanda untuk Dengan adanya Schakel School ini
bumiputera maka perbedaan kelas masyarakat untuk
Pada 16 februari 1914 keluarlah memasuki sekolah Barat telah lenyap dan
keputusan yang menetapkan perubahan untuk bahasa Belanda yang selama ini dianggap
sekolah dasar de eerste klasse menjadi HIS sebagai jurang pemisah telah berhasil
(Holland inlandsche School) yang lama dijembatani. Setelah terbukanya H.I.S untuk
belajarnya selama tujuh tahun dan berbahasa anak-anak pribumi maka mereka dapat
belanda, sekolah ini diperuntukkan untuk anak melanjutkan ke sekolah menengah, terutama
kalangan elite pribumi. ke M.U.L.O. Dan tamatan dari sini dapat
Dan di desa pun juga terdapat sekolah memasuki sekolah kejuruan. Dengan
yang bernama sekolah desa (volkschool) dan demikian, mereka dapat menduduki posisi
dalam pendidikannya berlangsung tiga tahun yang baik di dalam masyarakat dimana
dengan menggunakan bahasa daerah sebagai sebelumnya diduduki oleh orang Belanda.
bahasa pengantar Setelah 8 tahun berjalan 2) Sekolah lanjutan
para lulusan sekolah desa merasa tidak puas Beberapa kalangan melihat MULO saja
dengan tingkat pendidikan yang sudah belum cukup dan perlu ada sekolah lanjutan
diperoleh dan ingin melanjutkan namun hingga pada 1915 komisi yang dipimpin prof
mereka tidak memenuhi persyaratan. Hingga dr. J, Woltjer mengusulkan untuk dibentuknya

Halaman | 27
Jurnal Artefak:
Vol.7 No.1 April 2020 [21-30]

sekolah menengah untuk bumiputera dengan yang nantikan menjadi tonggak bangkitnya
nama indische middelbare school yang kebangsaan Indonesia.
dianggap sama dengan tiga kelas tertinggi
HBS dan lebih terkenal dengan sebutan AMS KESIMPULAN
(Algemeene middlebare school) dengan lama
belajar tiga tahun. AMS memiliki dua jurusan Proses pendidikan yang berlangsung di
yakni (Afdeeling) A, untuk pengetahuan Hindia Belanda adalah salah satu titik awal
kebudayaan atau humaniora. Dan jurusan A munculnya tokoh kebangkitan bangsa.
sendiri dibagi lagi menajdi dua yakni A1 Pendidikan di Hindia Belanda sendiri diawali
untuk sastra dan humaniora timur, A2 untuk karena kritik dari beberapa tokoh dan
klasik barat. Dan untuk jurusan (Afdeeling) B golongan dengan diterapkan nya tanam paksa
untuk pengetahuan pasti dan alam. dan politik liberal, karena dalam kebijakan ini
Tamatan M.U.L.O dapat melanjutkan menimbulkan banyak penderitaan dan
ke HBS. Dengan waktu lima tahun dan kemiskinan rakyat. Dan hal ini harus dibayar
menduduki kelas IV. Baik M.U.L.O maupun dengan menyelenggarakan trias yaitu irigasi,
HBS sebenarnya dipersiapkan untuk emigrasi, dan edukasi. Kritikan ini pun
melanjutkan ke jenjang kejuruan. Orang yang akhirnya di setujui ratu Belanda, dan
memiliki ijazah M.U.L.O memiliki arti pendidikan pun mulai digelar namun
penting karena mendapat posisi baik di dalam pendidikan berjalan dengan diskriminasi
masyarakat. karena terdapat sekolah yang membedakan
Selanjutnya AMS pun mengadakan kelas anatara anak elite bangsawan atau tokoh
pendidikan pertamanya pada tahun 1919 di yang pro Belanda dengan anak rakyat biasa.
Yogyakarta lengkap dengan dua jurusanya. Dan hal ini karena anak bangsawan atau tokoh
Dan 1920 AMS juga mengadakan pendidikan pro belanda ini nantinya akan bekerja untuk
di Bandung tapi hanya untuk jurusan A2. Dan membantu Belanda. Dan anak rakyat biasa
1926 AMS dengan jurusan sastra dan hanya menjadi pekerja kasar atau rendahan.
humaniora timur didirikan di Surakarta 1926. Namun pada periode 1900 hingga 1930
Kemudian sejak berdirinya A.M.S. sebagai pendidikan di Indonesia mengalami kemajuan
lanjutan dari M.U.L.O. maka kesempatan dimana pendidikan yang pada awalnya
untuk memasuki Perguruan Tinggi terbuka. dibatasi dengan dengan kekuasaan pada waktu
3) Sekolah tinggi itu mulai melebur. Yang pada saat itu hanya
Kemudian munculah sekolah tinggi lulusan HIS saja yang boleh melanjutkan ke
yang pertama di Hindia Belanda untuk Teknik sekolah lanjutan namun pada selang waktu
yang bersatatus swasta yaitu Technische setelahnya muncul lah beberapa sekolah dasar
Hoogeschool te Bandung pada Juli 1920 yang berbahasa belanda bagi lulusan sekolah desa
disusul dengan sekolah tinggi kedokteran dan contohnya vervolschool dan Schakel School
sekolah tinggi hukum. dengan demikian mereka memiliki
Sekolah tinggi terbagi menjadi tiga, kesempatan untuk bisa melanjutkan ke
yaitu: Kedokteran Batavia 1927, ITB 1920, sekolah kejuruan atau lanjutan walaupun
dan Recht Hoge School 1924. masih terdapat pendiskriminasian.
Dengan berdirinya sekolah tinggi ini Dengan munculnya beberapa sekolah
maka lengkap sudah jenjang pendidikan yang dasar berbahasa belanda bagi pribumi hal
ada di Hindia Belanda, walaupun dalam inilah yang menjadi titik awal perkembangan
seluruh jenjang masih terdapat perbedaan dan pendidikan bagi anak pribumi. Yang dulunya
pemilihan, perbedaan antar golongan anak rakyat biasa hanya bisa sekolah sampai
berdasarkan status masyarakat dan kelas sosial sekolah desa namun pada 1900-an anak rakyat
dan pemilihan secara bahasa namun hal inilah biasa mulai dikenalkan dengan bahasa belanda

Halaman | 28
Jurnal Artefak:
Vol.7 No.1 April 2020 [21-30]

di beberapa sekolah sehingga bukan tidak


mungkin lagi melanjutkan ke sekolah lanjutan
bahkan hingga ke sekolah tinggi. Namun
dengan catatan setiap jenjangnya selalu ada
perbedaan dan pemilihan antar status dan
golongan. Namun tetap hal inilah yang nanti
mendorong munculnya beberapa tokoh
kebangkitan nasional yang memiliki
pemikiran luas yang mau membela rakyat
Indonesia untuk merdeka. Dan menjadi titik
awal perjuangan bangsa Indonesia menuju
proses merdeka.

DAFTAR PUSTAKA

A, Daliman. 2012. Sejarah Indonesia Abad


XIX-Awal abad XX. Yogyakarta:
Ombak.
Djumhur dan Danasuparta. 1974. Sejarah
Pendidikan. Bandung: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Kusmayadi Yadi. 2017. Sejarah
Perkembangan Pendidikan di Priangan
1900-1942.
(Online)(https://jurnal.unigal.ac.id/ind
ex.php/artefak/article/view/908).
Diakses pada 11 November 2019 pukul
18.00 WIB
Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Nasution. 1987. Sejarah Pendidikan
Indonesia. Bandung: Jemmars
Nasution S. 2016. Strategi Pendidikan
Belanda Pada Masa Kolonial di
Indonesia.
(Online)(http://www.jurnal.uinsu.ac.id/
index.php/ihya/article/view/431/333).
Diakses pada 11 November 2019 pukul
19.00 WIB.
Simbolon Parakri T. 1995. Akar-akar
kebangsaan Indonesia. Jakarta:
Kompas.
S. Kutoyo dan Sri Soetjiatingsih. 1981.
Sejarah Nasional Indonesia (jilid V).
Jakarta: Pt.Grafitas
Zed, M. 2014. Metode Penelitian
Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia.

Halaman | 29
Jurnal Artefak:
Vol.7 No.1 April 2020 [21-30]

Halaman | 30

Anda mungkin juga menyukai